Tumgik
goresbiru · 1 year
Text
Rasa cinta Allah memang tiada kira. Aku yang tertunduk dalam lelah, berjalan dalam bimbang, hilang arah dan mulai goyah, tanpa terduga Allah kirimkan cahaya yang bahkan tak pernah sekalipun terpikirkan. Datang dengan kemantapan meski kadang goyang tertiup kencangnya ujian. 
Jalan yang dulu penuh liku, satu persatu bahu mulai menjauh, akhirnya kutemui sepi yang pelan tapi pasti melemahkan langkahku yang tak begitu tegar. Kini kutemui pegangan yang kusemogakan tidak akan pernah melepaskan. Allah kirimkan bahu yang lebih kuat sebab ke depan perjalanan jelas semakin berat. 
Kini bukan susah bercengkrama mesra denganMu bersamanya, kini setiap langkahku memiliki arah. Kini sampai pada titikku lelah ada semangat, sampai pada titikku salah ada nasihat.
Sebesar rasa syukur yang ingin aku luapkan, rasanya tidak sebanding dengan apa yang sedang aku tuliskan. Beribu kata alhamdulillah, untuk rezeki tidak terkira, tidak terduga akan secepat itu sampai dan seindah itu menjemput. 
6 notes · View notes
goresbiru · 2 years
Text
Tumblr media
sajak riuh hujan
rintik hujan pagi ini menemani jiwaku yang kian sendu
hari hari begitu sulit hati tak mungkin lagi
teikat dan tertaut
gerimis tak mungkin ditepis
memaksa matahari semakin menjauhi bumi
dingin menyeruak menyisakan sesak 
yang tak bisa lagi
kutahan, dalam angan
inginku berdiri tegak bersama pohon pohon
menebar bunga
harum semerbak
sedangku, hanya seonggok tanah tak bertuan
terinjak tanpa mampu berontak
gedung 2, 13 Oktober 2022 Jimin’s Day
4 notes · View notes
goresbiru · 2 years
Text
me
sejenak menepi dari riuhnya lalu lalang manusia berkompetisi. mencoba memahami bahwa aku butuh sejenak bersandar bukan lagi pada bahu manusia.
tidak ada sesal saat aku memutuskan melangkah lebih cepat dari biasanya. saat aku paham bahwa tujuanku pasti bukan kembali.
mungkin aku akan sedikit terpeleset, atau cukup jauh terpelosok pada dalamnya parit yang mulai kakiku selami. 
Its mine, my mine, my life not about everything you know but its about what I feel.
aku mencintai diriku melebihi setiap kata cinta yang pernah kudengar dari siapapun.
0 notes
goresbiru · 2 years
Text
kau memang semisterius aroma karsa
tak tersentuh baik rupa maupun rasa
0 notes
goresbiru · 2 years
Text
Sudahkah bersyukur untuk pagi ini?
Masih dibangunkan dalam keadaan sehat dan tetap iman islam kita.
0 notes
goresbiru · 2 years
Text
Secarik Kata Penyemangat
Tidak pernah ada rasa bangga atas apa yang dulu kuanggap sebagai suatu “pencapaian”. Rasanya sekarang ini, semua hal itu adalah kebodohan-kebodohan yang merugikan diri sendiri.
Luapan rasa syukur rasanya memang perlu sering-sering terucapkan. Bukti cintanya Allah kepada saya (dan kita semua) sejatinya bukan suatu hal yang perlu dipertanyakan. Bagaimana penjagaan-Nya, perlindungan-Nya. Allah tutupi semua aib tanpa terkecuali, Allah tunggu kiita kembali dengan segala bentuk nikmat dan rizki. Tetap sehat meski berdosa, tetap kenyang meski berdosa, tetap bekerja, berpenghasilan, keluarga, teman, dan juga sahabat yang baik meski kita begitu sangat berdosa.
Dalam keadaan demikian, Allah berikan saya jalan, Allah tuntun saya kembali, Allah beri sinar dari gelapnya hidup yang dulu pernah saya jalani. Suatu perjalanan yang sebenarnya tidak pernah tergambar sama sekali.
Allah kirimkan kepada saya malaikat-malaikat dunia dalam bentuk keluarga dan juga sahabat-sahabat yang senantiasa mendampingi saya menuju pada ridhonya Allah. Berat sekali jalan.  Jangan dikira saya tidak pernah tersesat jauh, jangan dikira saya tidak pernah lelah, bahkan berkali-kali memilih berhenti. Meski pada akhirnya Allah tuntun kembali nurani untuk bangkit. Meski harus merangkak dan tertatih, berjuang untuk dapat berdiri di kaki sendiri, pada akhirnya saya memaknai. Tidak pernah ada jalan lurus tanpa rintangan menuju puncak pegunungan, yang ada hanya terjal dan terus mendaki jika kau ingin melihat indahnya kuasa Tuhan.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?.” (Al-Ankabut/29:2)
0 notes
goresbiru · 3 years
Text
tiba-tiba tiba juga sampai bahas ini
Baru kemarin ngobrol sama Ust Cahyadi Takariawan, bahas visi misi pernikahan. Akhirnya kepikiran ini juga . . . yuk lah
Tiba-tiba mikirin nikah, tiba-tiba juga kepikiran, sebenernya mau nyari apa sih?
suami?
suami sekaligus partner hidup?
atau mau nyari, suami, partner hidup, sekaligus imam dalam rumah tangga?
bucin: beda ya? 
ans: ya beda kalu menurut aku sih,
banyak noh yang cuma jadi suami, asal bisa nafkahin lahir batin, ngasih cinta dan kasih sayang, punya duit ajak jalan-jalan, blanjain ini itu, yang penting menyenangkan istri, nah itu suami,
bucin: terus kalo yang sekaligus partner hidup?
ans: ya seenggaknya kita dilibatkan dalam banyak hal, termasuk mengambil keputusan. namanya rumah tangga kan berdua, ya kali apa-apa si misua mutusin sendiri, kalo kamunya ga nyaman? mau makan hati seumur hidup? 
bucin: ya engga lah, enak aja. terus-terus?
aku: terus-terus dah kek tukang parkir aja. 
ya gini ya, namanya partner itu kan saling, berarti kita sering di ajak berdiskusi, kalau apa-apa mutusin sendiri itu sih bukan partner, kamunya cuma jadi follower wkwkwk. 
itu baru apa-apa mutusin sendiri, makin ga enak kalau apa-apa si doi bilang “terserah kamu aja sayang” hayoooloh ya enak sih bisa berbuat sesuai keinginan, tapi coba pikirin, pas kamu lagi jalan berdua ceritanya biar makin deket gitu sama misua, terus kamu tanya “kita mau pergi kemana?” “terserah kamu aja.” “kita mau makan apa?” “terserah kamu aja” kamu pengen baju yang mana?” “terserah kamu aja” “kamu hari ini mau makan apa?” terserah kamu aja” “rumahnya mau beli yang mana, interiornya apa, mau lantai berapa?” terus sampailah pada “kita mau makan pake apa? beli beras pake apa? beli susu anak pake apa?” semua jawabannya bisa-bisa “terserah kamu aja” wkwkwk. apa ga mumet jadi perempuan?
paling ga enak ketemu laki yang begini adalah ga bisa ambil keputusan. sebagai partner, diskusi itu penting dilakukan. ada banyak hal yang berbeda dari dua kepala, diskusi ini lah yang menyatukan. sharing tentang kerjaan, sharing tentang seharian ngapain aja, apa aja yang terjadi hari ini di rumah atau di kantor, gimana anak-anak, pengen jalan kemana akhir pekan, kalau ada persoalan bisa saling berbagi solusi? ini partner.
bucin: lah begono ya, terus kalau mencari imam keluarga juga gimana tuh?
ans: ya dia yang bisa membimbing kamu, mengarahkan kamu. dalam hal berdiskusi sebagai partner kan pasti ada satu dua hal yang menjadi persoalan. dari sini lah peran suami sebagai imam hadir, dia yang mengarahkan kita bagaimana seharusnya menghadapi persoalan ini dan itu. makanya, yang mencari imam pasti nyarinya laki-laki yang berwawasan, paham beragama, juga paham bersosial. membimbing sesuai tuntunan dalam agama mengarahkan bagaimana bersikap dalam menghadapi persoalan. ini kalau ga punya wawasan mau gimana mbimbingnya? gimana ngarahinnya?
kalau kita berbuat salah, nasihatnya hadir dengan cara yang baik. ada saran yang tepat dan tidak menghakimi. ga semua orang bisa jadi imam, kebanyakan berhenti sebagai partner. bisa memberi solusi dan mengarahkan, tapi tidak bisa membimbing kita dalam kebaikan.
bucin: ya bener sih, nah terus gimana bisa tau mau nyari yang mana? kayaknya sama aja orang mah nikah nikah aja biasanya engga mikir ke sono ceng aceng.
ans: lah, orang nikah kan punya tujuan, ya sesuaiin sama tujuan elu lah cin. ntar jadi tau dah butuhnya pasangan sebagai apa dalam pernikahan. 
tapi ya itu cin, ini kan menurut aku. kalau benar ya Alhamdulillah, kalaupun ada salah ya mohon dikoreksi kan gitu. wong aku ya belum pengalaman menikah wkwkwk cuma aku belajar  memahami pernikahan biar ga salah langkah apalagi salah pilih. ya kan? 
- dari aku yang sok tau, semoga saja membantu.
0 notes
goresbiru · 3 years
Text
Melepaskan rantai yang membelenggu sekian lama adalah cara terbaik untuk mengalahkan diri sendiri. Memutuskan untuk berhenti berdebat dengan diri sendiri dan dengan tegas mengatakan TIDAK pada hal yang buruknya tidak mampu kita hadapai nanti. Pada akhirnya, tidak semua hal bisa diselesaikan dengan kompromi.
Yuk, bahagia sepenuhnya. Maafkan kebodohan diri di masa lalu dan jadilah versi terbaikmu di masa kini.
- di sini beranjak pergi
1 note · View note
goresbiru · 3 years
Text
Jadi gini,
Saat kita tidak menyukai perbuatan atau perkataan orang lain,bagi saya tidak apa membenci perkataan dan perbuatannya. Tapi saya tidak punya alasan membenci orangnya terlebih berubah sikap terhadapnya.
Jangan sampai keluar kata-kata yang sama gaenaknya untuk didenger atau dibaca orang, Inget ya. . .
Perkataan (lisan maupun tulisan) itu lebih tajam daripada pedang.
Hati-hati ya sama lisannya, biar ga jadi bumerang.
0 notes
goresbiru · 3 years
Text
Masih Merasa Buruk?
Rasanya aku menjadi orang gila setiap kali mengingat kegilaanku di masa lalu. Senang, sedih, menyesal,  merasa hina, bodoh, serta semua perasaan buruk lain. Tak jarang aku berbicara pada diriku sendiri, mengatai dengan perkataan buruk, tersenyum, marah, dan berteriak. 
Bagaimana bisa aku dulu sebodoh itu, bersikap sesuka hati, mengikuti keinginan tanpa berpikir panjang, alay, lebay, dan sikap lain yang membuatku merasa semakin buruk.
Tapi. . .
Aku sungguh bersyukur, sampai detik ini aku masih mampu mempertahankan kewarasanku. Meski tak jarang perasaan buruk itu muncul, mengingat Allah menguatkanku. 
Semakin hari semakin kuyakini, bahwa sedetikpun Allah tak pernah pergi. Sejengkalpun Allah tak pernah memberi jarak, dia lekat di hati, dan akan selalu begitu. 
Meski merasa buruk atas perilaku kita di masa lalu itu perlu. Setidaknya, ada pengingat untuk kita tak mengulang di masa sekarang. Tak perlu hanyut dan merasa buruk setiap waktu. Bersyukurlah Allah beri kesempatan pada diri untuk keluar dan melepaskan sesuatu yang kita tahu tak pernah baik untuk terus dilakukan.
Hidup penuh dengan kekusyukan beribadah itu bukan hal mudah. Tidak usah berekspektasi untuk terus berada pada perilaku paling mulia setiap waktu, Laiknya roda hidup yang terus berputar, roda iman pun demikian. Ada saat di mana kita berada pada titik paling rendah keimanan. Ingat, cukup rendah saja jangan sampai kehilangan.
Atas alasan demikianlah dalam hidup kita butuh teman untuk saling mengingatkan dan menguatkan. Tak perlu banyak, sedikit tapi mampu membawa kita pada keistiqomahan. Berat berjalan sendirian, jangan sampai merasa mampu hingga kita lupa, kepalan tangan lebih kuat dari 5 jari yang beriringan.
eL Hara
Di ujung barat, dekat dengan senja
0 notes
goresbiru · 3 years
Text
Bagian terbaik dalam hidupku selama ini adalah aku masih bertahan meski berkali-kali hampir ditumbangkan. “Wah, ternyata aku kuat.” - hal pertama yang terucap ketika pikiran tadi berkelebat.
Hahaha, hidup berusaha menertawakanku, tapi  ternyata kutertawakan hidup lebih dulu. Ya, mungkin memang benar, yang tertawa lebih keras, dia yang jatuh lebih dalam.
ya kan?
0 notes
goresbiru · 3 years
Text
Memulai #Kolaborasi5
Eps 10
 Kuletakkan tas ranselku yang sedari tadi bertengger di bahu. Sedikit pegal, kuregangkan kedua bahuku agar kembali nyaman. Kali ini aku memilih duduk paling depan, dekat dengan meja guru dan tak jauh dari papan. Tujuanku satu, menaklukan matematika  yang selama ini menjadi momok yang menghantuiku. Kutoleh sekali lagi teman-temanku, entah kenapa aku berpikir hanya aku yang terlalu percaya diri. Meski sejujurnya ada sedikit gundah, aku khawatir jika aku tetap tak mampu melawan takdir.
“Jangan terlalu jauh berangan, Ki,” kata Pak Uzi sambil menepuk punggungku. Aku mendongak memperhatikan beliau yang tengah berdiri di hadapanku. Langkahnya mendekat pada meja guru. Diletakkannya buku yang dibawa, dan perlahan kembali menghampiriku.
“Hanya karena tidak bisa mengerjakan matematika itu bukan berarti takdirmu tidak untuk jago matematika. Namanya rumus manusia, sebelah mana yang susah di tangkap akal manusia? Sesulit apapun dibuat, pasti ada yang mampu menaklukannya. Mungkin bukan kamu, karna kamu lebih ahli dalam hal lainnya,” lanjutnya.
Aku terdiam. Ku lihat punggungnya menjauh. Pak Uzi benar, tidak bisa dalam satu bidang bukan berarti aku tak pandai. Aku hanya belum mampu. Artinya aku harus banyak belajar.
Ku mantapkan niatku untuk belajar dengan benar. Ku keluarkan buku-buku yang kubutuhkan dan mulai membaca rumus. Ah tetap saja aku pusing, kataku dalam hati.
Pak Uzi mulai membuka lembaran buku, dilihatnya beberapa materi. Ah mungkin itu yang akan mulai ku pelajari.
-bersambung @hudanabil
0 notes
goresbiru · 4 years
Conversation
ya Rabbi, aku ingin lepas dari belenggu fana yang kian menyiksa. Namun diri selalu tak kuasa menahan hina. Berjalan tak membuatku lega. Bertahan pun sama saja. Di mana jalan terbaik yang Engkau pilihkan? Arahku buram, tujuanku hilang dari pandangan.
Dekap aku Rabbi. Kemana aku akan kembali jika Kau tak lagi sisi?
“Aku hanya seonggok batu yang berharap menjadi bagian dari istana-Mu”
-eLHara-
1 note · View note
goresbiru · 4 years
Text
Terserah Allah saja
Pelik sekali rasa ini, terus saja menghujam naluri. Sesak hati terikat diri yang semakin jeli. Aku mengerti benar bagaimana rasa itu tertahan. Sejenak aku pun ingin berlari mengampiri, namun aku sadar di depan sana hanya ada keterpurukan. Aku tak bisa melewati batasan, tak kuasa pula takdir kulajukan. Biarlah hatiku tetap terikat hingga kutemui pemilik separuh raga yang kelak mengikat.  
Terserah Allah saja
Bagaimana skenario terbaik hidupku, ada di pada-Nya
-eLHara-
2 notes · View notes
goresbiru · 4 years
Text
Cobalah Menjadi Berani #Kolaborasi4
Eps 8
 Tangan Alif gemetar, hatinya menolak memberi namun rasa takutnya menguasai. Matanya memandang ke arah pintu, terlihat Bu Anis masih berbicara dengan seseorang di telepon. Bagaimana ini? Kalau aku bertukar jawaban pasti akan ketahuan dan nilaiku mungkin tidak akan bagus, tapi kalau tidak kulakukan nanti Beno marah padaku, kata Alif dalam hati.
Masih ada cukup waktu untuk menukar jawaban, namun hati Alif masih dipenuhi keraguan. Tiba-tiba. . .
“Bu, saya sudah selesai mengerjakan. Boleh saya kumpulkan?” kata Alif.
“Taruh saja di meja ya,” kata Bu Anis. Beliau pun melanjutkan berbicara di telepon.
Alif berdiri dan melangkah menuju meja Bu Anis. Terlihat tatapan tidak suka dari Beno kepadanya. Namun, Alif tetap melangkah maju. Tekadnya mengalahkan rasa takut pada Beno. Sikap jujur dia junjung tinggi meski dia tahu ada risiko yang menanti.
***
Seharian penuh Alif dipenuhi rasa was-was. Dia takut jika Beno akan datang dan memukulnya di sekolah. Jelas saja Beno pasti marah kepadanya, tapi dia tak ingin terus menjadi penakut. Sampai pada pulang sekolah . . .
“Alif! Kamu sekarang sudah berani ya melawan aku! Ayo ikut aku,” kata Beno sambil menarik tangan Alif. Mereka terus berjalan sampai di samping sekolah.
“Maaf Beno, tapi aku tidak bisa menukar jawabanku untukmu. Kita bisa belajar bersama kalau kamu mau.”
“Aku tidak mau belajar. Belajar pun aku tak akan bisa. Kamu sih memang pintar, tapi aku? Jangan mentang-mentang kamu pintar ya . .” Tangan Beno sudah siap memukul Alif. Tapi mendadak terhenti.
Tatapan Beno tak lagi terarah pada Alif. Ada raut kaget bercampur takut tergambar dari wajahnya. Entah kenapa Alif terkadang merasa kasian pada Beno, dia itu pengecut, hanya berani padanya yang miskin dan lemah. Tapi menyebalkan sekali ketika dia ingat perlakuan tak menyenangkan Beno padanya.
“Sudah berani memukul teman ya sekarang,” kata seseorang dari balik punggungku. Kurasa aku mengenalnya.
-bersambung @hudanabil
8 notes · View notes
goresbiru · 4 years
Text
Sekolah #Kolaborasi3
Eps 6
Alif begitu bersemangat sekolah. Baginya, pendidikan adalah salah satu pintu agar dia bisa menggapai impian. Jauhnya jarak tak menghalangi langkah kecilnya. Sedikit tergesa kakinya melaju. Hari ini Alif harus megikuti ulangan matematika. Dia harus lebih pagi sampai ke sekolah agar bisa belajar terlebih dahulu.
Di rumah Alif, banyak sekali barang-barang bekas. Tumpukan barang itu kadang memenuhi ruang hingga membuat Alif tak leluasa belajar. Berangkat pagi dan belajar di sekolah menjadi pilihan terbaik Alif.
“Selamat pagi, Alif,” sapa pak satpam dari balik ruangnya. “Mau belajar ya? Sudah sarapan belum? Ini dimakan dulu. Tadi bapak bawa bekal dua, satu buat Alif ya.” Alif mengulurkan tangan sambil tersenyum. “Terima kasih,” ucap Alif sambil melanjutkan langkahnya.
“Anak itu sungguh hebat. Di tengah keterbatasan, tidak membuatnya patah semangat, semoga saja bahunya tetap kuat,” gumam Pak Slamet, satpam sekolah.
Sudut sekolah menjadi saksi betapa gigihnya Alif belajar. Ditemani pohon jambu dan bangku panjang, Alif terlihat sangat serius belajar. Tangannya tak henti berhitung, sementara bibirnya tak henti menghafal. Buku-buku lusuh berjejer di memenuhi bangku, ditemani sebungkus nasi dari Pak Slamet tadi.
“Hari ini aku harus mendapat nilai bagus, kalau bisa 100 kalau pun tidak, nilaiku tidak boleh di bawah 90,” kata Alif pada dirinya. Alif selalu memberi target pada setiap pencapaiannya. Entah belajar dari mana, bocah cilik ini memang selalu tertata.
Alif melangkah menuju ruang kelas. Terlihat Bu Anis sudah menunggu di ruang kelas. “Selamat pagi, Bu Anis.” Alif pun melangkah menuju bangkunya dengan penuh percaya diri.
-bersambung @hudanabil
1 note · View note
goresbiru · 4 years
Text
Mimpi ini, bisakah kupenuhi? #Kolaborasi2
Eps 4
Malam ini begitu terang. Bulan bersinar penuh berkawan bintang di angkasa. Lengkap sudah rasanya bahagiaku kali ini.
Aku duduk termenung di balkon rumah sendirian. Memikirkan kembali apa yang hari ini terjadi. Entah keajaiban dari mana aku bisa mengerjakan fisika.
Sejenak teringat percapakanku dengan ibu siang tadi. “Aku rasa, berkat Pak Uzi yang terlalu bersemangat, kelak aku akan jadi astronot. Pergi keluar angkas, bertemu bintang dan matahari.”
“Ah, jadi astronot tak buruk juga. Tapi aku juga ingin keliling Indonesia. Sebentar, lalu bagaimana dengan mimpiku menjadi guru? Apakah bisa aku ubah? Lalu nanti aku kuliah di mana? Jurusan apa yang harus kuambil?”
Diam, bahkan angin pun tak mengerti apa yang harus kulakukan. Entah kenapa kali ini aku di penuhi kebimbangan.
“Besar nanti aku akan menjadi apa ya? Guru, Astronot, Taveller, atau hanya menjadi aku yang tanpa kelebihan apapun ini?”
Kali ini, angin menyapu tenang wajahku. Sepertinya benar, aku tak boleh terlalu berlebihan memikirkan masa depan. “Ah sulit memang memutuskannya sekarang. Besok saja aku pikirkan.”
Derap langkahku menuruni tangga sepertinya terdengar oleh ibu. Belum sampai kakiku menginjak tangga terakhir, ibu sudah menyuruhku menemui ayah.
“Kata ibu, nilai fisikamu bagus, Ki?” kata ayah sambil menatapku penuh binar. Oh, apakah sebahagia ini orang tuaku mengetahui nilai fisikaku membaik?
“Iya ayah. Alhamdulillah.”
“Wah besok bisa jadi dokter dong , Ki?”
Aku terdiam. Kutatap ayah dan ibu bergantian. Wah dua orang ini memiliki impian yang luar biasa. Aku bahagia, setidaknya mereka menginginkan aku menjadi orang yang berguna.
Tak apa hidup dengan berbagai mimpi. Satu persatu bisa saja kau gapai suatu nanti. Hiduplah dan bermimpilah. Penuhilah apa yang kau ingin atas dirimu, dan berhenti memikirkan ekspektasi orang tentangmu.
-bersambung @hudanabil
2 notes · View notes