Tumgik
titiknuri · 3 years
Text
Anakku by Vina Panduwinata
9 notes · View notes
titiknuri · 3 years
Text
Tumblr media
2020, Allah tambahkan anggota keluargaku. Semoga tahun 2021 ini, Allah hadirkan lagi anggota keluarga baru beserta keberkahan dan kebaikan-kebaikannya..
Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a'yun, waj'alna lil muttaqina imamaa.. 👶
2 notes · View notes
titiknuri · 4 years
Quote
Sebagaimana padi membutuhkan waktu 4 bulan agar bisa dipanen hasilnya, maka jangan sampai gara-gara tidaksabaranmu merusak kebaikannya. Setiap kebaikan ada proses sabar untuk mendapatkannya, saat sabarmu hilang maka hilang pula hasil kebaikan darinya.
Yang namanya kebaikan akan selalu ada ujian untuk menuju dan mendapatkannya, tidak instan seperti dalam buku cerita atau film. Setiap kesabaran akan ada takaran ujiannya yang terkadang sampai membuatmu menangis karena lelahnya menunggu atau sakitnya berdiri sendiri.
Semua tadi akan terbayar saat datang ketentuan dari-Nya, saat waktu yang dinantikan akhirnya datang menyambut. Selama apapun sabar yang sedang kamu jalani, keberkahan dan kebaikan dari Allah akan lebih lama dan lebih banyak dari itu. Sabar, semua ada masa dan tanggal ketentuannya. 
Menunggu kebaikan.
@jndmmsyhd
(via jndmmsyhd)
689 notes · View notes
titiknuri · 4 years
Text
Kalau aktivitas dan pekerjaamnu memberikan manfaat kepada orang lain; memberdayakan seseorang, mengedukasi seseorang, memudahkan urusan seseorang, ataupun meringankan beban seseorang. Maka tidak ada alasan bagimu untuk meninggalkan dan tidak sungguh² dalam melakukannya.
Tidak ada pekerjaan yang tidak mulia dan memuliakan. Karena suatu pekerjaan tidak dinilai dari seberapa besar yang kita dapatkan, tapi seberapa besar manfaat yang kita berikan.
Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain?
25 notes · View notes
titiknuri · 4 years
Text
Tumblr media
Nak, cara Umma menyiapkan untuk suatu saat nanti akan bertemu denganmu, adalah dengan menyiapkan pondasi diri Umma akan ilmu dalam mendidikmu kelak. Jauh, sebelum kamu dititipkan oleh Allah kepada umma. Walaupun ilmu Umma masih jauh dari kata cukup, namun semoga Allah memberikan ridha kepada kita untuk segera bertemu, ya.. Semoga Allah berikan kepercayaan kepada Umma dan Papa untuk menjadi orang tua yang shalih shaliha. Menjadi orang tua yang mampu dan mau belajar mendampingi setiap fase mu tumbuh di dunia dan dibersamakan lagi di akhirat kelak. Anakku, umma dan papa mencintaimu, jauh sebelum hari kita bertiga akan bertemu :)
1 note · View note
titiknuri · 4 years
Text
Sabar kan bukan tentang seberapa lama kita menunggu, tapi lebih ke bagaimana kita bertindak ketika segala sesuatunya membutuhkan waktu lebih lama dari yang kita kira dan kita ekspektasikan selama ini
-Aku kepada aku
0 notes
titiknuri · 4 years
Text
“Pandemi seolah ingin mengajarkan bahwa ada sebuah rasa yang takkan bisa tergantikan dengan pertemuan virtual, sementara dahulu saat kita bertemu langsung, kita justru sering disibukkan dengan dunia virtual dalam genggaman”
— @faizunaa, 2020
500 notes · View notes
titiknuri · 4 years
Text
Tumblr media Tumblr media
Ternyata hari ini, 8 tahun yang lalu..
Kamu ingat tidak yaa pernah meninggalkan komentar ini di facebookku? Tidak apa-ala jika tdk ingat :)
Ibarat anak-anak, 8 tahun berarti sudah kelas 2 SD. Banyaaak perubahan selama itu. Dari fisik, rasa, pola pikir, semuanya.
Apalagi hati, ya?
Selama 8 tahun, anak-anak juga tumbuh, berkembang.. Semakin besar, semakin besar, semakin besar.
Ada juga sih, hati yang seperti itu. Ini salah satunya.
*diendapkan di draft sampai waktu yang belum ditentukan. Akan diupload ketika keduanya kelak menjadi pasangan yang halal. InsyaAllah insyaAllah.
Akan dihapus jika salah satu sudah menikah dengan yang lain. InsyaAllah.
Semoga Allah ridha, pada apa-apa yang akan dihadapkan kelak kepada kami berdua.
1 note · View note
titiknuri · 4 years
Text
Warisan yang paling berharga bagi anak-anak itu adalah visi hidup, keyakinan yang kuat, keimanan yang kokoh, sikap hidup yang baik, dan kesediaan untuk memperjuangkan keyakinan.
- Ust. Mohammad Fauzil Adhim
2 notes · View notes
titiknuri · 4 years
Text
Tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kesenangan duniawi kecuali rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati dan rasa rindu kepada Allah yang membuat hati kita merana
-Azzam, Ketika Cinta Bertasbih
2 notes · View notes
titiknuri · 4 years
Text
Tumblr media
1 note · View note
titiknuri · 4 years
Text
Tumblr media
0 notes
titiknuri · 4 years
Text
Cerpen: “Kamu Punya Allah”
Kakak: “Kau tau hal yang paling menenangkan itu apa? Saat kamu bisa menggantungkan semuanya hanya sama Allah.”
Kamu langsung menoleh kepadaku. Kemudian menatapku begitu dalam. Menerka apa yang akan kukatakan selanjutnya. Angin sore itu begitu menenangkan menemani tatapan hangat yang sedang kau tujukan kepadaku. Saung kecil di tengah persawahan ini seolah menjadi rumah luas nan menyejukkan.
Kakak: “Sebab, kamu akan tetap kuat mau seberapapun beratnya ujian yang sedang kamu alami. Sebab, kamu akan tetap tangguh saat orang bilang kalau hidupmu sedang jatuh. Kamu punya Allah yang lebih kuat dari apapun. Jadi aku tau, kamu takkan pernah secuilpun bilang kalau hidupmu itu tak seberuntung orang lain.”
Selesai
19 Februari 2019 | Instagram: @quranads
95 notes · View notes
titiknuri · 4 years
Text
Bakti Pertama Laki-Laki dan Cinta Pertama Perempuan
Karena salah satu pertimbangan tersulit saat kelak kamu memutuskan menikah, adalah kamu harus meninggalkan orang tua yang kamu cintai, sementara kamu takkan pernah merasa cukup waktu untuk mengabdi
Beberapa hari silam, usai melantunkan Al-Ma’tsurot pagi, aku menghabiskan waktu di kamar ibuku. Sembari bercerita apapun, mendengar ceritanya, sambil memijitinya yang masih terlihat lelah usai memasak untuk sahur kami sekeluarga. Sepertinya beliau sudah mengantuk, lantas kubiarkan saja beliau agar tertidur. Saat tidur itulah, aku melihat lamat-lamat wajahnya. Pancaran cahaya semangatnya tetap tak pernah padam walau sudah dimakan usia senja. Rambutnya pun sudah memutih, menandakan beliau semakin tua. Kerutan-kerutan di wajahnya yang semakin terlihat. Saat aku memijatnya pun, ibu terlihat jauh lebih kurus. Porsi makan ibu sudah tak sebanyak dulu lagi, sudah mulai melakukan pembatasan makanan ini itu, karena alasan kesehatan. Wajah itu, yang tanpa sadar membuat air mataku menetes. 
Aku menggenggam tangannya, yang sudah tak sekuat dahulu lagi. Merasakan tangan yang pernah menimangku kala dahulu masih bayi, menggandengku saat masuk TK kali pertama, mencubitku karena kenakalan-kenakalan yang pernah aku  perbuat, mengobatiku saat aku sakit, menyuapiku bahkan saat aku disibukkan dengan tugas sekolah yang tak sempat membuatku makan, serta banyak kebaikan-kebaikan lainnya yang pernah dilakukannya. 
Bagi laki-laki, ibu tentu saja adalah bakti pertama yang harus dihormati. Dari ketulusannya, menjadi supporting system bagi ayah, mengasuh dan mengasih saat kita di rumah, sudah jauh lebih dari cukup menjadi alasan untuk memuliakan dan menghormati. 
Maka jika nanti seorang lelaki telah beristri, barangkali di awal akan ada kecemburuan-kecemburuan sesaat yang akan hadir dari ibu yang telah membersamainya bertahun-tahun. Ibumu tahu dan mengerti akan hal itu, namun ketulusan cintanya lah yang membuatnya pada akhirnya merelakanmu. Bahkan memberikanmu pertimbangan saat kamu mendiskusikan sebuah nama dengannya.
Tapi justru Ibumu akan mengikis rasa cemburu dalam hatinya, dengan memilihkan orang yang terbaik untukmu. Sebab ia tahu, ketulusan cinta istrimu, kelak yang akan membuatnya ia tenang. Membuatmu mampu tetap berbakti walau tak lagi intens setiap hari seperti sebelumnya.
Mungkin pula ibumu yang kelak justru bisa berubah menjadi cerewet terhadap istrimu, bukan semata-mata membencinya, namun justru karena masih terlalu mencintaimu, menganggapmu seperti anak kecil yang dahulu masih harus disuapinya. Dan kamu kelak, bukanlah pemihak ke salah satu, namun engkaulah yang akan menjadi perantara di antara keduanya. 
Tak mau mengganggu ibuku yang sedang tertidur pulas, aku pun beranjak ke ruang keluarga. Di sana aku melihat ayah dan adikku sedang bercakap-cakap. Seperti biasa adikku curhat masalah kuliahnya yang susah, masalah teman-temannya di organisasi yang aneh-aneh, hingga terkadang masalah sepele. Aku tersenyum melihatnya, sementara ayahku mencoba mendengarkan walau aku tahu beliau sambil terkantuk-kantuk mengingat semalam beliau lembur. 
Pemandangan tersebut membuatku merenung, dan semakin yakin, bahwa ayah memang benar dalah cinta pertama anak-anak perempuannya. Ayah yang akan menjadi pundak tempatnya bersandar akan segala permasalahannya. Ayahnya yang menampung segala curhatan dan air matanya. Ayahnya pula yang kelak akan menyeleksi calon menantunya agar memastikan bahwa putrinya akan dibersamai dengan orang-orang yang tulus melindunginya.  
Kelak di hari pernikahan anak perempuannya, ayah pula yang akan menggenggam tangan seorang laki-laki asing, menyiratkan tanggung jawabnya yang kini berpindah pada sosok yang baru saja dikenalnya. Di masa itu, ayah pasti akan terlihat berupaya tegar, walau sesungguhnya ia ingin menumpahkan segala air matanya yang tertahan. Tidak, ia adalah seorang lelaki. Ia tak boleh menangis di depan putrinya. Ia harus tersenyum walau senyum itu terkesan dipaksakan. 
Setelah membesarkanmu bertahun-tahun, melindungimu, menjadi sosok pengayom bagimu, kelak ayahmu lah yang justru menyerahkanmu kepada seorang laki-laki, yang barangkali belum teruji sama sekali komtimennya saat ia memintamu baik-baik. 
Cinta ayahmu adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, terlebih saat kamu berbahagia dengan laki-laki lain. Tapi ia tak pernah mempersoalkannya, dan bahkan ia siap menjadi tempat kembali jika laki-laki pilihanmu malah mencampakkanmu. 
Di balik wajah tenangnya, sesungguhnya ia harap-harap cemas, mungkin ia akan lebih banyak diam beberapa hari setelah kamu dibersamai oleh laki-laki yang baru ia kenal. Tapi lambat laun, ia pasti akan merelakanmu, hanya satu kalimat darimu yang mampu menenangkannya, *Aku melihat sosok ayah pada suamiku”
Bagi setiap orang tua, melepas anak-anaknya ke jenjang pernikahan sudah tentu bukan hal yang mudah. Butuh pertimbangan, butuh istikharah panjang, bahkan perenungan berhari-hari. Tapi mereka sadar, bahwa cinta kepada anak-anaknya adalah cinta karena illahi. Dan merelakan mereka ke jenjang pernikahan, barangkali adalah salah satu bentuk makrifat, untuk menggapai cinta Illahi. 
Malang, 29 April 2020 09.55
1K notes · View notes
titiknuri · 4 years
Text
Percayalah, melambat sejenak tidak membuat kita tertinggal. Seluruh dunia sekarang sedang melambat. Kita nggak sendirian. Melambat sejenak menyehatkan mental kita.
-Mbak iim fahima - Founder and CEO of Queenrides.
2 notes · View notes
titiknuri · 4 years
Text
Aku dan Pikiranku Setelah Baca-Baca tentang Polemik Kartu Prakerja
X: Yowis lah Tik. Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.
Y: Ya, sekadar mengutuk kegelapan memang menjengkelkan. Tapi pernah kepikiran ndak sih, menyalakan lilin bisa jadi tidak pernah bisa berdampak panjang jika kita tidak pernah bertanya mengapa ruangan ini senantiasa gelap gulita? Inget the power of why nggak?
X: Bener juga ya. Nanti bisa jadi pertanyaannya A, jawabnya Z. Yang ditanyakan B, dijawab U. Nggak masyook pak ekoo
Pada akhirnya, permasalahan kolektif membutuhkan penyelesaian kolektif, bukan kesaktian individu, apalagi lilin-lilin konotatif.
0 notes
titiknuri · 4 years
Text
Adaptasi
Jadi ingat, dulu pernah nulis di Facebook bahwa "Proses adaptasi itu hanya sedikit melelahkan. Selebihnya, menantang."
Dan benar, lebih dari 3 Minggu bekerja di rumah, berasa keteteran banget. Banyak yang dipikir untuk dikerjakan, tapi kurang aksi. Karena nggak terbiasa, dan kurang dibiasakan.
Berasa waktu banyak terbuang sia-sia karena mudah terdistraksi oleh hal lain, sehingga kerjaan tidak seproduktif biasanya ketika tidak Work From Home.
Work From Home membuatku lebih fokus pada pekerjaan rumah, nyuci, nyapu, ngepel, masak, njemur, angkat jemuran, melipat baju dan tidak terasa hal tersebut sudah menyita banyak waktu. Alhasil, kerjaan sekolah jadi terabaikan dan tertunda-tunda. Maafkan Ya Allah..
Aku jadi kepikiran, ini aja posisi aku masih single. Belum menikah. Nanti, kalau saatnya tiba, insyaAllah, biidznillah aku diberikan amanah berupa suami dan anak, kelak proses adaptasi pembagian waktu akan lebih menantang dari saat ini. Bagaimana mengatur prioritas yang didahulukan, bagaimana memanajemen emosi, bagaimana menjadi amanah pada setiap peran dan tanggungjawab, bagaimana menata sabar..
Daah jangan mengeluh Tik. Nikmati prosesnya.. Anggap masa-masa pandemik ini sebagai tangga latihan untuk persiapanmu ke tahap berikutnya, setelah menikah. Setelah punya suami. Setelah punya anak kelak..
Bismillaah, insyaAllah mampu, yaa. Kan Allah yang memampukan :)
1 note · View note