Tumgik
thyaoci · 3 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
I know
#pascalcapion
7K notes · View notes
thyaoci · 3 years
Text
Fibro Adenoma Mammae #4
Tulisan pertama setelah hiatus bertahun-tahun. Menyambung cerita tentang tumor payudaraku yang menggantung.
Dulu sebetulnya udah siap banget buat post FAM ini dengan series yang lengkap. Tapi di tengah jalan, tumblr diblokir kominfo dan setelah lama baru bisa dibuka lagi, aku keburu kehilangan semangat nulis. Plus, aku juga diberikan amanah baru, yaitu jadi ibu (yeeee!!! 🎉🎉🎉), dan itu bener-bener menyita waktuku sampai aku ga sempat nulis lagi (alasan!).
Setelah melalui pertimbangan yang panjang, aku memutuskan untuk melakukan operasi untuk mengangkat tumorku. Tumorku pada saat itu sudah ada yang berdiameter di atas satu sentimeter, yang menurut dokter bedah, sudah berada pada ukuran yang tidak bisa hilang sengan sendirinya dan perlu bantuan operasi. Sementara tumor lainnya, tidak disarankan untuk diangkat, karena ukurannya sangat kecil. Kalau dipaksa untuk diangkat, itu artinya, payudaraku akan disayat di mana-mana dan itu akan membuat kelenjar mammaeku rusak. Ini jelas buruk buatku karena pada waktu itu aku belum punya anak dan kalau kelenjar mammaeku rusak, artinya aku ga akan bisa menyusui anakku.
Pada saat membuat keputusan sepenting itu, aku sedang tinggal di Lampung. Iya dong, sama suamiku. Hehe. Kami merantau dan betul-betul memulai semua dari awal. Kami ngontrak rumah yang mungil. Hidup kami bergantung pada pekerjaan suamiku pada waktu itu, termasuk untuk operasi. Karena kami tahu kalau pakai biaya sendiri akan memberatkan, kami pakai BPJS.
Karena kemudahan yang Allah berikan, proses dari awal periksa sampai operasi berjalan lancar. Berbekal semua koleksi USG payudaraku, aku dan suamiku pergi ke faskes 1 di Bandarjaya, sebuah kecamatan di kabupaten Lampung Tengah. Dokter di puskesmas pada waktu itu langsung menyarankan untuk operasi begitu melihat hasil USG-ku. Surat rujukan ke RS besar dibuat saat itu juga. Kami ke RS hari itu juga, lalu aku cek darah darah di hari yang sama. Terakhir, dokter bedah langsung menjadwalkan tanggal operasi untuk seminggu kemudian. Sungguh lancar mulus jaya sentosa.
Menunggu selama seminggu, apakah aku stres? Jujur, iya. Ini akan menjadi operasi pertama seumur hidupku. Meski kata dokter bedah, operasi ini termasuk operasi kecil, itu ga mengurangi ketakutanku. Pikiran yang sering muncul di kepalaku adalah "apa aku akan mati?".
Jawabannya tentu tidak, karena kamu bisa membaca tulisan ini sekarang, kan? Hehehe.
Seminggu kemudian, tahu-tahu aku sudah berada di kursi roda menuju kamar rawat inap. Oya, aku ikut BPJS kelas 2. Tapi betul-betul Allah itu baik sekali, meski kelas 2, aku dapat kamar yang pribadi yang ada tivinya, dan ga ada pasien lain. Jadi ga risih karena harus berbagi ruangan.
Semua berjalan sangat cepat. Aku duduk di kursi roda pertama kali, padahal aku ga pincang. Inj cuma prosedur standar aja. Aku juga dipasang infus untuk pertama kali. Mantap juga diameter jarumnya. Aku terbaring di atas kasur operasi pertama kali (eh bener namanya ini?), dan entah itu perawat, atau dokter anestesi, memintaku untuk melihat lampu operasi (ini bener juga ga ya?). Tahu-tahu aku sudah di kamar inap dan aku merasa nyut-nyutan di payudara kiriku. Efek anestesi sudah mulai berkurang, sepertinya.
Tidak menunggu lama, aku buang angin. Ini adalah sinyal di mana aku sudah bisa makan dan minum setelah operasi. Sampai saat aku ketik ini, aku lupa belum googling kenapa harus nunggu kentut dulu untuk boleh makan dan minum setelah operasi. Aku makan dengan lahap, seperti biasa. Ga terpengaruh rasa nyut-nyutan di payudara kiriku. Makan itu harus, kalau mau hidup.
Aku dirawat inap selama dua hari dan selama itu pula, tidak ada keluhan selain betapa susahnya buang air sambil dipasang selang infus. Selalu ada drama infusnya mampet, atau malah darahku yang kesedot selang infus, dan betapa sulitnya ganti baju dengan selang infus menempel. Ah iya, aku juga ga mandi karena luka operasiku ga boleh basah.
Kalau kamu pikir itu jorok, itu belum seberapa. Selama dua minggu ke depan, aku masih ga mandi juga. Tapi aku dilap kok, pakai sabun juga. Meski ga bersih sesempurna kalau mandi, ya lumayan lah.
Pascaoperasi, aku masih harus kontrol. Pertama, kontrol ke dokter bedah untuk cabut benang. Rasanya wow banget. Tapi cuma beberapa detik aja. Kedua, kontrol ke puskesmas untuk cek luka, untuk ganti perban juga. Oya, tumor yang diangkat itu dikirim ke laboratorium di Bandar Lampung, tapi akh lupa namanya, untuk diteliti apakah itu masuknya tumor jinak atau tumor ganas. Jadi, sampai saat itu aku masih belum bisa tenang.
Seminggu setelah pulang dari puskesmas, aku dan suamiku kembali ke RS untuk ambil hasil periksa.
Tumblr media
Intinya, tumorku itu termasuk tumor jinak yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon. Dan kasus seperti ini sangat umum dialami perempuan di berbagai belahan dunia. Tumor ini juga ada kemungkinan bisa hadir lagi kalau gaya hidup ga sehat, stres dan lain-lain. Tapi tentu harapanku semoga itu ga terjadi.
Setelah ambil hasil lab, aku ga kontrol apa-apa lagi. Alhamdulillah selesai sudah masalah ini, tanpa mengeluarkan biaya sama sekali selain uang bensin karena bensin tidak ditanggung BPJS. Hehe.
Oya, gimana dengan tumor-tumorku yang lain? Ya dibiarkan saja. Dokternya bilang, seandainya aku hamil lalu melahirkan dan menyusui, insya Allah tumor-tumor kecil itu akan hilang dengan sendirinya. Tahu gitu dari dulu hamil aja ya. Tapi dulu belum nikah sih. 🤪
Tulisan ini kubuat karena belakangan, banyak banget DM via twitter dan instagram yang masuk, nanya soal kelanjutan tumor payudaraku. Mungkin banyak yang googling keyword "fibro adenoma mammae" kali ya, terus muncul tulisan-tulisan di tumblr-ku ini. Aku harap, semua tulisanku yang berhubungan dengan tumor payudara ini bermanfaat. Banyak hal yang bisa diambil dari pengalamanku, salah satunya yang terpenting adalah: kalau sakit, segera ke dokter. Kalau dokter nyuruh anu, ya lakukan saja, jangan ditunda. Semakin cepat ditangani, semakin kecil resiko komplikasi dan makin parah, semakin cepat pulih, semakin murah biaya yang ditanggung.
Aku harap kalian semua selalu sehat dan bahagia. Kalau kamu baca ini dan kamu sedang mengalami tumor payudara, kamu ga sendirian. Aku bisa melalui ini. Aku yakin kamu juga insya Allah bisa. 🙂
2 notes · View notes
thyaoci · 6 years
Photo
Tumblr media
Halo Cantik. Bagaimana rasanya berada di surga? Pasti senang kan? Tunggu aku ya... 😊
1 note · View note
thyaoci · 6 years
Photo
Tumblr media
Orang lain tidak tahu apa kesedihanmu, bagaimana kamu berjuang, apa yang membuatmu terpuruk, bagaimana kamu berkorban, apa yang membuatmu bahagia, dan hal-hal yang menjadikan dirimu seperti saat ini. Mereka hanya tahu sebatas yang mereka lihat, dengar, dan apa yang kamu beritahukan. Selebihnya tetap menjadi milikmu. Untuk itu, bersikaplah sewajarnya. Tidak tinggi hati ketika mereka memuji, tidak terpuruk ketika mereka mencaci. Mereka tidak tahu sama sekali tentang dirimu :)
3K notes · View notes
thyaoci · 6 years
Text
Pernahkah kamu merasa semua sepertinya baik-baik saja, tapi di saat yang bersamaan kamu sadar kalau tidak ada yang baik-baik saja? Pernahkah kamu tidak mempunyai masalah, tapi di saat yang bersamaan kamu sadar justru itu adalah masalah?
2 notes · View notes
thyaoci · 6 years
Photo
Tumblr media
Semoga apa yang kita perjuangkan itu bisa membuat hidup kita lebih tenang dan berserah, bukan membuat kita semakin memaksakan kehendak. Semoga yang kita perjuangkan itu adalah sesuatu yang banyak kebaikannya, sekalipun kita bersikeras merasa bahwa itu yang terbaik, kita hanya tidak diperlihatkan celanya. Semoga yang kita perjuangkan itu adalah sesuatu yang kalau nanti kita mendapatkannya maupun tidak, tidak membuat kita kecewa, tidak membuat kita bersedih. Karena kita paham, Allah masih menjadi yang pertama.
2K notes · View notes
thyaoci · 6 years
Text
And also cats. 😸😸😸
i am the kind of person who says hi to dogs
727K notes · View notes
thyaoci · 6 years
Text
Fibro Adenoma Mammae #3
Udah kayak Twilight ya, sampe banyak serinya tulisan tentang FAM. Semoga ngga bosen dan semoga bermanfaat aja deh. 😁
Aku akhirnya menikah tanggal 23 Juli 2017. Dengan tak lain dan tak bukan, Fian. Tanggal 23 itu akad di Tangerang. Seminggu kemudian resepsi besar di Jogja. Jangan tanya ini badan kabarnya gimana. Paling capek pek pek itu yang resepsi karena pakai adat kanigaran Jogja. Ampun deh badanku dibalut entah berapa lapis, udah kayak wafer Tango. Belum lagi paesnya. Beratnya ngelebihin bawa tas carrier buat kemping. Rambutku dicukur buat ngelukis paesnya, sampe jidatku jadi bisa buat ngedaratin helikopter. Alisku ilang separo karena adat kanigaran Jogja itu yang cewek alisnya bercabang kayak tanduk rusa. Tamu undangannya buanyak banget karena temennya bapak ibuk yang diundang emang banyak. Dari pelaminan aku bisa lihat tamu-tamu sampai antri untuk bersalaman dengan aku dan Fian. Bisa dibilang, kami hampir ga duduk. Baru ngek duduk, eh udah ada tamu lagi. Nahan badan yang dipaksa tegak sama korset, nahan kepala yang beratnya nyaingin punuk unta, selama dua jam, belum lagi kakiku lecet karena emang kakiku ga cocok pakai sepatu kulit. 😢 Tapi aku menikmati semuanya. Ini pernikahan pertamaku dan in syaa Allah juga yang terakhir. Ibu mertuaku bilang, memang beginilah acara pernikahan. Dibikin berat biar ngga kepengen nikah lagi, sekali aja. Hehe iya juga ya.
Di balik eforia resepsi 30 Juli itu, dua hari sebelumnya sebetulnya aku diuji Allah. Bener-bener diuji.
Aku menyempatkan cek FAM-ku di Jogja. Kali ini di Rumah Sakit Panti Rapih. Kenapa aku pilih Panti Rapih? Karena di situ ada dokter spesialis bedah onko, alias bedah kanker. Dan jebule di hari aku mendaftar, kuota poli bedah onko itu penuh. Diarahkan ke poli bedah umum, tapi ternyata hari itu tutup. 😢
Fian itu karyawan swasta di Lampung. Setelah resepsi, kami cuma akan stay kurang lebih tiga hari, terus langsung terbang ke Lampung. Akhirnya karena udah mepet waktunya, kami daftar ke poli umum (di Panti Rapih ada poli umumnya) cuma demi dapat surat rujukan ke poli radiologi.
Pertama-tama, aku ditensi seperti biasa. Aku agak takjub karena kali ini alat tensinya canggih. Bukan yang dipompa terus mbak perawatnya pake stetoskop. Alat tensinya digital. Aku cukup meluruskan tangan aja dan angkanya muncul sendiri. Mungkin alat macam gini udah ada dari kapan jaman. Akunya aja yang udik. Huhuhu. 😅
Kami ga antri lama. Begitu masuk ruang periksa, dokter udah menunggu. Beliau dokter laki-laki paruh baya dan ramah. Seperti biasanya, dokter tanya keluhannya apa. Dan aku jelasin lagi semuanya.
D: Oh kalo gitu salah polinya Mbak. Harusnya ke poli bedah onko.
O: Iya dok, tadi katanya kuota poli bedah onkonya penuh kuota.
D: Kalo gitu ke bedah umum.
O: Tutup hari ini Dok.
D: Oh iya ya. Hmmm, terus nanti ini balik lagi ke sini buat konsul hasilnya ngga?
O: Sebenernya saya cuma perlu rujukan.
D: Nah iya begitu aja, nanti konsulnya sama dokter yang bersangkutan ya.
O: Nggeh, dok.
Dokter menuliskan surat rujukan dan meluncurlah aku ke poli radiologi. Tanpa antri, aku langsung masuk ruangan USG. Dokter radiologinya perempuan. Udah ibu-ibu tapi masih cantik banget. Ga ada radiologisnya kali ini.
Dokternya tanya aku udah nikah atau belum. Aku jawab, baru semingguan. Dan itu adalah satu-satunya percakapan kami di ruangan itu.
Hasil USG-nya diambil tiga jam setelahnya. Dan seperti biasa, aku curi start sebelum dokter yang bersangkutan baca hasilnya. Kali ini ditemenin Fian yang ikut lihat.
Hasilnya di luar dugaan. Terakhir kali periksa di Tangerang, dokternya bilang aku ngga perlu khawatir. Hasil sekarang berkata lain. Di mammae kiriku, tempat tumor segede kacang ijo bersarang selama ini, sekarang punya empat tumor. Si kacang ijo udah jadi kacang merah. Alias membesar. Dan teman-temannya menyusul. Bener-bener sakit yang tak berdarah rasanya. Runtuh duniaku waktu itu. Padahal aku baru aja nikah. Aku ingin ngerasain bahagianya jadi ratu dengan aura pengantin baru. 😭
Tumblr media Tumblr media
Ngga ada kata yang bisa aku ucap waktu itu. Aku cuma nangis di dalam mobil. Ditambah lagi sekarang di mammae kanan juga jadi ada tumornya. Dua sekaligus bahkan. Tambah nangis. 😭😭😭
Tumblr media
Innalillahi wa inna ilaihi raji'uun. Cuma itu yang bisa aku bilang akhirnya. Fian nepuk-nepuk kepalaku tanpa bicara. Tau kalau apapun yang dikatakan ngga akan bisa bikin aku tenang sekarang.
Semua usahaku untuk hidup sehat ambyar, kayak ngga berbekas. Padahal mati-matian aku ngeces nahan kepingin untuk makan daging sapi, atau PopMi. Ngos-ngosan waktu jogging juga menguap ke udara dan hilang…
Berarti feeling aneh waktu periksa di Tangerang beberapa minggu lalu emang bener. Waktu dokternya bilang ga perlu lihat hasil USG, harusnya aku ngotot supaya beliau mau lihat dan memberi perhatian ekstra untuk penyakitku. Aku bukan butuh kata-kata penenang. Aku perlu tau kenyataan soal FAM-ku dan gimana cara ngobatinnya. Ternyata sehebat-hebatnya dokter, pasien lebih tau kondisinya sendiri. Dan akan merasa ngga nyaman kalau ada yang ‘salah’.
Setelah aku agak tenang, Fian baru mau bawa mobil sambil menghiburku. Aku sampe lupa kalau sekarang aku punya suami. Aku punya partner yang bisa buat berbagi beban. Meski ngga menghilangkan tekanan secara menyeluruh, ini jauh lebih baik daripada harus menghadapi semuanya sendirian.
Untuk siapapun yang baca ini, kalau ada yang dirasa salah pada tubuhmu, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter ya. Tubuh kita tau kalau ada yang ngga beres. Kalau konsultasi ngga memuaskan keingintahuanmu, cari second opinion. Cari info sebanyak-banyaknya soal penyakitmu, entah dari tanya-tanya, buku atau internet. Dan selalu ngga pernah bosen aku ingatkan untuk menjaga pola hidup sehat. Banyak minum air putih, rajin olahraga, makan buah dan sayur tiap hari, hindari makanan berpengawet terlalu sering. Berdoa dan jangan stres (padahal sendirinya).
Dan berbagilah dengan orang terdekat. Kita ngga selamanya bisa nahan beban sendirian. Orang tempat kita cerita memang ga akan bisa bantu ngurangin penyakitmu. Tapi mungkin bisa ngurangin sedihmu, meski mereka bukan dokter. Support mereka adalah terapi stres terbaik setelah berdoa.
1 note · View note
thyaoci · 6 years
Text
Fibro Adenoma Mammae #2
Sejak divonis FAM bulan Februari lalu, aku mencoba menjalani pola hidup sesehat mungkin. Meski kadang masih nyolong-nyolong makan ayam goreng pake sambel (karena ga kuat nolak rasanya yang wuenak banget 😂), abis itu biasanya aku 'bayar hutang' dengan ngegelonggong jus wortel dan minum air putih yang banyak. Dukungan dari orang-orang terdekat juga penting banget. Mama, papa, Fian selalu menyemangati aku. Sahabat-sahabatku di kantor kayak Pilik, Marlinda, Isda, Cindy juga selalu menghibur aku, bikin aku ketawa, pokoknya stress remover banget deh mereka. Hari-hariku di kantor juga jadi ga terlalu berat kerasanya. Pulang ngantor kami hampir selalu makan bareng. 😊
Tapi karena mendekati hari H pernikahanku, si stres itu muncul lagi. Lebih sering, lebih berat. Kalo pas lagi stres, bisa sampe lupa kalo aku punya FAM. Otak isinya penuh dengan pernikahan.
Rencananya aku akan menggelar pernikahan bulan Juli. Akhir Maret aku udah mengajukan resign untuk bulan April. Setelah resign, aku pulang ke rumahku di Tangerang. Agak hampa juga karena biasanya petakilan, tangan dan kaki selalu gerak, di rumah malah leyeh-leyeh terus. Kangen juga ngitungin uang, ngelayanin nasabah dan pakai setelan. ☺
Waktu di Tangerang, aku sempat cek status FAM-ku di salah satu rumah sakit di sana. Pingin lihat aja gimana progress pola hidup sehatku selama empat bulan ini. Aku sampe ga begadang nonton drama Korea lho. Bagi K-Popers, ga nonton drama itu berat. Hehehe. Jadi jam nonton dramanya aku geser dari malam ke pagi dan siang pas di kantor. Wkwkwkwk ampun bos! 😂
Aku baru tau kalau pertama kali aku cek di Wates itu ternyata aku salah alamat. Harusnya aku ke poli bedah, bukan poli dalam. Hehehe. Karena dokter di poli dalam kemarin ngga ngusir aku, jadinya kupikir aku udah berada di tempat yang tepat. 😅
Sehari sebelum periksa, mama berpesan agar aku bangun dan berangkat sepagi mungkin karena bakalan antri. Kupikir antrinya ga bakal parah. Emang banyak banget ya yang sakit kayak aku? Dan ternyata begitu sampe sana udah ga berbentuk antriannya. Udah lebih mirip buibu lagi di toko baju berburu diskon 90%. Mengerikaaaaaan. Tepuk tangan buat Jogja yang pelayanan publiknya bagus. Meski harus antri, di Jogja ga pernah separah di sini.
Padahal waktu itu aku berangkat pagi banget, jam setengah enam dari rumah. Sampe sana jam 6 pagi. Udah ngalahin jam aki berangkat ke kantor dulu. Awalnya aku cuma ditensi doang. Terus disuruh tunggu dokternya. Sampai jam sembilan, dokter belum juga datang. Aku mulai lapar. Mama, yang nemenin aku, ngajak aku ngebakso. Wah pelanggaran ini. Tapi ga bisa nolak. 😂
Aku makan bakso buru-buru karena takut keloncat antriannya. Kadang di tengah makan, aku celingak-celinguk ke arah poli karena kebetulan kantin dan poli bedah jaraknya deket. Tapi ternyata bakso udah habispun dokternya belum datang. Beliau baru datang jam setengah 12 siang. Luar biasa pemirsa. 👏
Tiba giliranku periksa. Dokternya laki-laki, udah agak tua. Aku selalu berspekulasi kalau dokter udah tua berarti udah senior, berarti pengalamannya banyak, berarti ahli di bidangnya. Begitu aku masuk ruangan, dokter langsung tanya keluhan. Aku cerita semua dengan runtut. Aku pun bawa hasil USG-ku waktu di Wates Februari lalu. Tapi dokter menolak untuk lihat hasil USG. Aku lalu disuruh berbaring. Wah mungkin dokter ini emang hebat, sampe bisa meriksa tanpa lihat USG (?), batinku.
Dokter meraba kedua mammaeku. Singkat, cuma beberapa detik. Lalu beliau menginstruksikan aku untuk kembali ke meja konsul.
D: Udah nikah?
O: Belum dok.
D: Nikah aja.
O: Hahaha iya dok, rencananya dalam waktu dekat ini.
D: Oh ya bagus itu. Nikah aja sudah. Terus hamil. Nanti itu hilang sendiri.
Aku bisa mendengar mama bilang Alhamdulillah pelan sekali.
D: Tapi jangan hamil dulu terus nikah ya.
Kami ketawa. Beliau humoris juga ternyata.
O: Dok ini serius ngga mau lihat hasil USG-nya?
D: (geleng-geleng) Ngga usah. Ngga ada obat juga ya ini. Boleh langsung pulang.
Sempat terbersit ragu di kepalaku. Apa iya ga perlu lihat USG bisa bener diagnosisnya? Tapi aku hilangkan pikiran itu dan nyoba buat percaya sama dokternya. Beliau kan dokter. Pengetahuannya pasti jauh lebih banyak dari aku.
Aku dan mama pamit. Seenggaknya ada beban pikiran yang berkurang. Mama juga kelihatannya tenang. Kami mulai bisa fokus nyiapin acara pernikahan bulan Juli nanti. 😊
1 note · View note
thyaoci · 6 years
Text
Fibro Adenoma Mammae #1
Ini namanya membongkar kenangan lama. Salah satu kenangan buruk dalam hidup aku. Kalo diingat-ingat, kadang ga percaya aku pernah ngalamin ini. Tulisan di bawah ini, dan mungkin juga postingan selanjutnya, akan mengandung istilah yang saru. Aku harap temen-temen bisa ngelihat istilah-istilah itu dari segi medis, karena sebenernya niatku nulis ini adalah berbagi supaya bisa berguna buat siapapun yang baca.
Berawal dari bulan Desember 2015, aku lupa tanggalnya. Waktu itu aku masih belum nikah dan masih kerja. Aku kerja di salah satu bank BUMD di Jogja. Penempatanku di sekitar Kota Wates, Kulonprogo. Aku ngekos di sana.
Salah satu teman kosku, yang aku rasa ga perlu aku sebutkan namanya ya, suatu hari menjalani operasi tumor di payudaranya. Tumor payudara nama lainnya Fibro Adenoma Mammae, disingkat FAM. Ke depannya aku akan pakai istilah ini aja karena lebih singkat. Hehe.
Belakangan, pada waktu itu, aku ngerasain hal aneh. Mammae sebelah kananku kerasa pedih, sensasi panas gitu, kayak ada luka. Tapi pas aku lihat ternyata ga ada apa-apa. Mungkin ga kelihatan ya lukanya, batinku. Mungkin aku pakai bra terlalu sesak, atau kena kawatnya, karena waktu itu aku memang suka pakai bra dengan kawat. Aku oles Betadine si seluruh permukaan mammae kananku dan menganggap ini hanya masalah kecil.
Beberapa hari berlalu, rasa pedih itu timbul tenggelam. Nah, ini mulai ada resah-resahnya. Sempet kepikiran jangan-jangan ada tumor? Naudzubillah jangan sampai. 😢
Tapi karena udah terlanjur berpikir yang aneh-aneh, bertanyalah aku ke si temen kosku yang habis operasi FAM kemarin itu.
O: Kamu sampai akhirnya dioperasi gitu, awalnya gimana sih, kalau boleh tau? Maaf lho bukannya kepo. Aku kepikiran aja, siapa tau bisa dicegah. (Agak sungkan sih nanyanya)
T: Cekit-cekit gitu Ci. Sebenernya udah lama kerasanya, tapi takut aja mau operasi. Tapi kalo dibiarin ya ada terus sakitnya. Jadi aku beraniin deh kemarin. Mending cek aja Ci daripada telat kayak aku udah gede.
O: Oh gitu. Iya nih, aku juga rada waswas sebenernya. Ada pedih dikiiiit banget tapi kadang-kadang munculnya. Tak Betadine-in tapi ternyata bukan luka luar kayaknya. Soalnya pas di-Betadine-in ga pedih blas.
T: Nah yaudah cek aja sana Ci.
Besoknya, aku memantapkan hati untuk USG. Kebetulan banget penempatan kerjaku di kantor kas salah satu rumah sakit. Jadi ga perlu ijin absen segala. Cuma curi waktu sebentar aja. Lagian di kantor kas itu aku ada temennya. Aku ceritain aja ke temenku, mbakku deng, mbak Berthy namanya. "Oh ya, gapapa dek, periksa aja sana. Semoga ngga kenapa-kenapa ya," katanya. Mbak Ber itu salah satu orang yang paling dekat denganku di kantor.
Aku daftar ke poli Dalam. Karena ga tau harus ke poli mana dulu awalnya buat dapat rujukan ke radiologi. Ga ada poli umum di sini soalnya. Waktu aku daftar bilang 'poli umum', mbak bagian pendaftaran otomatis ngedaftarin aku ke poli dalam.
Berkat kekuatan seragam kantor, aku periksa lebih cepat dari seharusnya. Hehe. Bank-ku memang bank yang mengelola keuangan rumah sakit ini. 😆 Bukan salahku lho. Kan aku ga minta duluan. 😆
Begitu berhadapan dengan dokter internis (Alhamdulillah perempuan ☺), aku ceritain semua keluhanku. Dari mulai kerasa pedih, aku kasih Betadine tapi ternyata bukan luka luar, dan sampai sekarang masih kerasa pedih. "Oke coba berbaring ya, saya periksa dulu." kata dokternya.
Diraba-rabalah mammae kananku. Karena aku cuma mengeluhkan yang kanan. "Ngga ada benjolan apa-apa kok," katanya. Seneng dong aku, ternyata emang cuma kekhawatiranku aja. Tapi terus dokternya inisiatif raba yang kiri juga dan lagi-lagi Alhamdulillah ga ada benjolan juga di kiri.
D: Ga ada benjolan kerasa baik di mammae kanan, maupun di kiri, mbak.
O: Alhamdulillah kalo gitu dok.
D: Tetep mau saya rekomendasikan untuk USG mammae?
O: Boleh dok, biar semakin yakin.
Meluncurlah hari itu juga aku ke poli radiologi untuk di-USG mammae. Alhamdulillah lagiiii, dokter USG dan radiologisnya perempuan semua! 😊
Hampir ga ada obrolan apapun selain instruksi untuk lepas baju dan bra, lalu berbaring. Dokternya masih muda dan cantik.
D: (sambil gerakin probe di mammae kanan, matanya ngelihat layar) Ga ada benjolan apa-apa Mbak. Sakitnya di kanan?
O: Iya dok, di kanan. Syukur kalau ngga ada.
D: Saya periksa axillanya ya.
O: Iya dok, silakan.
FYI, 'axilla' itu ketiak. Dan aku lupa padahal dari tadi ngetik ini, 'mammae' itu artinya payudara. Jadi mammae kanan, berarti payudara sebelah kanan. Kalau nanti teman-teman nemu istilah 'sinister' atau 'sin', itu artinya kiri, dan 'dexter' atau 'dex', itu kanan.
D: Di axilla dexter juga ga ada apa-apanya. Mau dicek yang sinister?
O: (karena yang kiri ga pernah kerasa sakit apa-apa, jadi yakin aja) Boleh dok.
Dokter ngegerakin probe-nya di sekitar mammae kiriku. Beliau lalu berhenti di satu titik, kasih gel lagi biar gambaran di monitornya jelas, dan ngegerakin probenya di titik itu lagi. Mulai panik pemirsa.
Akhirnya probe gerak ke area lain, lalu ke axilla kiriku. Dan tahu-tahu beliau bilang USG-nya udah selesai. Hasilnya bisa diambil dalam waktu dua jam dan dibawa lagi ke dokter yang merekomendasikan untuk dikonsultasikan.
Aku balik ke kantor kas dan melakukan pekerjaanku seperti biasa. Mbak Ber tanya gimana hasilnya. Aku jawab sejauh ini dokter bilang ga nemuin apa-apa di mammaeku, tapi hasil USG-nya baru keluar dua jam lagi.
Dua jam kemudian aku balik ke poli radiologi untuk ambil hasilnya. Waktu itu udah jam 2 siang. Poli tutup jam 12 tadi. Berarti dokter di poli dalam tadi juga palingan udah pulang, pikirku. Besok aja konsultasinya.
Tapi ya bukan Oci dong kalo ga penasaran. Berbekal ilmu yang didapat waktu kuliah (begini-begini juga aku kuliah di fakultas kedokteran.... hewan, meski akhirnya terdampar di bank), aku buka hasil USG dan coba memahaminya sendiri.
5 Februari 2016 akan jadi salah satu dari banyak hari yang ga akan aku lupakan dalam hidupku. Rasanya kayak ada petir nyambar di siang bolong. Ada tumor di mammae kiriku. Ada, justru di bagian yang ga aku rasakan pedih sama sekali. Malah di kanan ga ada. Ada satu biji, menurut hasil itu ukurannya 0,5x0,4x0,8 cm. Di bagian axilla kanan dan kiri ga ada. Tapi tetep aja ada satu di kiri. Kakiku langsung lemas. Bener-bener lemas. Aku harap ini cuma mimpi... 😢
Tumblr media
Mammae dex/kanan tanpa tumor
Tumblr media
Axilla kiri & kanan juga tanpa tumor
Tumblr media
Mammae sin/kiri ada tumornya 😭
Dan begitu pulang ke kos aku nangis sejadi-jadinya. Orang pertama yang aku kasih kabar ini adalah tunanganku. Kenapa? Karena lima bulan lagi rencananya kami akan menikah. Kalau dengar kabar ini lalu dia ingin membatalkan, sebaiknya secepatnya, mumpung belum banyak yang dibooking. Duh jan, polos bener pikiranku waktu itu. 😅
Tunanganku, namanya Fian, dia ga keberatan sama sekali. Malah ngajak aku untuk menghadapi ini bareng-bareng. Dia minta aku untuk kuat dan sabar. Saran standar, tapi berharga. Dia nanyain mau dioperasi kapan. Aku ga bisa jawab, karena belum sempat konsultasi dengan dokter yang merekomendasikan, ini baiknya gimana. "Yaudah, sabar dulu aja ya. In syaa Allah ada jalannya kok," hiburnya.
Orang kedua yang aku kabari adalah mama. Semua temenku tau kalo aku panikan, heboh dan emosian. Nah, mamaku ini lebih parah lagi. Jadi aku berpikir gimana cara paling baik nyampaikannya supaya mama ga histeris, karena kami hanya akan bicara via telepon.
O: Ma,
M: Ya Neng? Udah makan belum?
Selalu ini pertanyaan pertama mama. Selalu khawatirin anaknya. 😢
O: Udah Ma.
M: Oh, ya syukur atuh. Ada apa nelepon Neng? Tumben,
O: Ma tadi Thya ke dokter.
Aku selalu menyebut nama asliku kalau ngobrol dengan papa dan mama. Karena kalau di adat Sunda, ga pantas menyebut diri sendiri dengan 'aku' saat bicara dengan orang tua. Kalau mau pakai bahasa Indonesia, sebut nama sendiri. Kalau mau pakai bahasa Sunda, istilahnya 'abdi', mungkin 'kulo' kalau versi Jawanya.
M: (nadanya mulai cemas) Kenapa atuh ke dokter?
O: Kemarin-kemarin agak pedih payudaranya mah, kirain téh luka.
M: Terus? (nadanya lebih kedengeran khawatir)
O: (diam beberapa detik, lalu tarik napas) Thya ada tumor di payudara kiri Ma,
Ga ada suara dari telepon agak lama.
M: Innalillahi wa inna ilaihi raji'uun.
Aku tau mama pasti hancur di sana. Mama tau hari ini aku udah cukup sedih. Suara sedih mama akan bikin aku tambah sedih. Jadi mama ga menunjukkan kesedihannya secara berlebihan.
M: Jangan stres ya Neng. Pasti sembuh kok, pasti! In syaa Allah!
O: Ya Ma. Doain ya.
M: Terus gimana? Kata dokter harus gimana?
O: Tadi pas hasil USG-nya keluar, polinya udah tutup. Paling besok baru konsul lagi.
M: Ya sok atuh, semoga ga kenapa-kenapa ya Neng. Makan yang sehat ya.
O: Iya Ma.
Dan malam itu aku melamun sampai ketiduran. Masih berharap semua ini cuma mimpi.
Besoknya, aku menemui dokter di poli dalam.
D: Ternyata malah ada di kiri ya Mbak
O: Iya dok 😢 Terus selanjutnya harus gimana dok?
D: Begini. Tumor itu ada dua. Jinak dan ganas. Tentu kita berharap yang ada di mbak ini yang jinak. Untuk memastikan itu, setelah USG biasanya langkah selanjutnya yaitu biopsi. Itu semacam pengambilan sampel jaringan dari tumornya pakai jarum suntik. Tapi karena tumor ini sangat kecil, jadi saya ngga merekomendasikan untuk biopsi. Nanti malah jaringan di sekitarnya jadi rusak.
O: (lemes denger penjelasan barusan) Terus gimana dong dok?
D: Biasanya dioperasi. Kalau operasi ngga menghilangkan, misalna karena tumornya ganas, ya dikemo.
O: (tambah lemes) Jadi saya harus operasi?
D: Kalau saran saya, karena ini tumornya kecil banget, segede kacang ijo, lebih baik mbaknya ubah pola hidup aja. Dan ga perlu operasi.
Rasanya kayak ada secercah cahaya harapan.
O: Bisa begitu dok?
D: (angguk-angguk) Iya, bisa. Mbaknya jangan banyak makan makanan berminyak, banyakin makan sayur dan buah yang banyak mengandung antioksidan; misalnya apel, buah naga, manggis, brokoli, wortel. Banyak olahraga juga. Jangan makan yang pakai micin. Dan yang paling penting, jangan stres.
Aku terharu karena pertolongan Allah selalu ada bahkan di waktu sempit kayak begini.
Berbekal pesan dari dokter, pulang kerja aku mampir ke kios buah dan beli apel. Malamnya aku makan apel. Besok paginya aku bangun subuh-subuh lalu lari pagi ke alun-alun Wates. Luarrrrrrr biasahhhhh pegelnya gilaaaakkk, udah lama ngga olahraga. Remuk badan ini. Ga apa-apa, yang penting tumor sialan ini juga remuk, batinku. Pulang jogging, aku mampir ke pasar deket alun-alun, beli wortel dan brokoli.
Sampai kos, aku rebus wortel dan brokoli itu. Untungnya aku cenderung vegetarian. Jadi makan sayur rebus tanpa bumbu ngga jadi masalah buatku. Aku juga rebus beberapa dan aku bawa buat bekal ke kantor. Orang-orang kantor heran lihat aku yang pemakan segala ini, alias tukang ngabisin makanan apa aja, mendadak cuma makan sayur rebusan. Aku bahkan pesan jus wortel juga, bikin mereka tambah heran.
Mama dan papa yang udah kukabarin hasil konsul dengan dokter, langsung beli tiket dari Bandung ke Wates demi aku. Mama sampai hijrah dulu dari Jakarta (rumah kami di Jakarta meski kami orang Sunda) ke Bandung demi ke pasar induk di sana dan beli wortel, buah naga, brokoli segambreng. Pokoknya begitu sampe Wates mirip orang mau pindahan, bawaannya banyak bener. Mama juga beliin aku blender biar bisa bikin jus kapanpun aku mau. Luar biasa emang ya seorang ibu tuh. Ayah juga. 😢
Begitulah, ga ada hari tanpa sayur dan buah. Kalau makan di rumah makan, aku selalu pesan yang dominan sayur, misalnya capcay, dan itupun aku request ga pakai micin. Joggingnya masih belum rutin karena kerjaanku menuntut datang pagi, agak susah bagi waktunya. Yang jelas setiap hari Minggu ga pernah absen jogging ke alun-alun dan cuma kuat tiga putaran aja.
Aku baru sadar betapa pentingnya kesehatan. Kalau diingat-ingat, dulu aku gaya hidupnya kacau balau. Apalagi jaman kuliah, doyannya mi instan. Tiap hari beda rasa. Wkwkwk enak sih, tapi endingnya kayak gini, ga enak. 😕
Anak kost memang rentan penyakit karena beberapa alasan. Jauh dari orang tua, sehingga kesulitan cari masakan rumahan yang umumnya banyak sayurnya. Atau kostnya ga menyediakan dapur, jadi kepaksa beli lagi di luar, paling banyak ayam lagi, lele lagi. Gitu aja terus sampe akhirnya tumor. Hahahaha. 😄
Tuntutan pekerjaan, lingkungan kantor, orang-orang kantor yang ga klik, gaji yang segitu-gitu aja, bisa bikin stres. Apalagi aku lagi mempersiapkan pernikahan. Wuiiiiih stresnya ampun-ampunan. Stres itu pengaruhnya ga main-main lho. Bisa bikin kacau hormon. Dan sebagian besar kerja tubuh kita itu dikendalikan hormon. Sistem hormon satu keganggu dikit aja, bakal memperngaruhi kerja sistem yang lain. Dan tumor termasuk penyakit yang salah satu pemicunya adalah stres. Ditambah lagi, aku ini K-Popers garis keras. Ga masalah sih jadi K-Popers. Yang salah adalah nonton drama Korea sampe jam dua pagi. Kayak aku. Aku malah pernah sampe bolos kerja saking pusingnya nonton drama Korea sampe subuh. Terus jadi hipotensi alias tekanan darah rendah. 😅
Saranku untuk siapapun yang baca ini, semoga kalian bisa mengambil langkah preventif sebelum yang kalian takutkan terjadi. Kalian bisa mulai pola hidup sehat setelah membaca ini. Kalau ternyata sudah, ya syukur. Kayak yang tadi aku bilang, kesehatan itu penting banget. Percuma kerja sampe jungkir balik kalo akhirnya gajinya abis dipake berobat. Jangan begadang, meskipun begadang itu ada artinya. Tidur cukup dan berkualitas itu penting. Makan sayur buah tiap hari, hindari penggunaan makanan berpengawet dan micin. Rajin olahraga. Jangan lupa berdoa. Ternyata pola hidup sehat itu murah banget. Dan juga mudah banget. Tapi malesnya itu, gede banget. 😅
Dan seperti yang dokter internis bilang ke aku, jangan stres. Berbahagialah. 😊
5 notes · View notes
thyaoci · 6 years
Photo
Tumblr media
Bersama partner selfie yang merangkap sebagai partner hidup. 😻😻
0 notes
thyaoci · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Buatku, menggambar itu hobi. Menggambar itu cara aku menyampaikan sesuatu yang ga bisa lewat lisan dan tulisan. Mama bilang, aku mulai suka menggambar dari sebelum masuk TK. Medianya gede banget, yaitu dinding. Waktu SMP aku lagi ngefans2nya sama Kapten Tsubasa, dan dari situ aku mulai suka menggambar tokoh-tokoh kartun. Hobiku ini agak berkembang pas SMA. Aku mulai suka sketch wajah. Waktu itu aku cuma pakai pensil 2B karena ga tau kalau ada pensil lain yg lebih bagus kayak 4B, 5B, 8B. Aku pertama kali nerima "orderan" untuk bikin sketch wajah pas kelas 3 SMA. Sedihnya, orang yg order itu ga suka sama sketchku karena terlalu real. Dia pinginnya wajahnya dia dipercantik dan wajah pacarnya diperganteng. Manipulasi dong :( Dan aku akhirnya ga dibayar. Dari situ aku ga pingin lagi nerima2 orderan. Akhirnya, karena harus bertahan dan hidup prihatin selama jadi mahasiswi UGM (UGMnya harus banget dicantumin 😜), yg biaya makannya ga disokong beasiswa, aku mulai nerima orderan sketch wajah lagi. Aku udah bisa sketch pake banyak pensil. Aku juga mulai belajar (menyukai) mewarnai. Jujur aja, aku ga suka pakai pewarna selain pensil warna. Pernah dulu nyobain pakai krayon, hasilnya belepotan. Pakai sepidol, ga bisa nge-mix dan gradasi warna. Pakai cat air, blebeeeerrrr ke mana-mana. Udah kliknya sama pensil warna deh pokoknya. Tapi ini bukan berarti pewarna lain jelek lho ya. Akunya aja yang ga bisa pakai. Hehehe. Btw, sekarang aku udah ga mau lagi nerima orderan sketch. Kenapa? Rasanya kayak diburu2. Kayak ngejar target mesti begini, mesti begitu. Aku cuma akan menggambar, mewarnai atau sketching kalau memang ingin. Aku ga ngarep gambarku dipuji. Tapi kalo dipuji ya makasih. 😄 "Hobinya ga jelas. Ga bisa jadi uang.", sering bgt dapet komen negatif gitu. Rasanya pengen tak bales, "Cangkem Anda juga hobi nyinyir tapi kan ga jadi uang.". Tapi demi kemaslahatan umat ga aku bilangin gitu. Hehe.
2 notes · View notes
thyaoci · 7 years
Quote
Jangan ganggu mantanmu yang sudah nyaman dengan kehidupan pribadinya yang sekarang.
Thya Gustyani
0 notes
thyaoci · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Pertama kali tau Bayon hamil, sebenernya aku dan suamiku mulai cemas. Gimana nanti kalau terlalu banyak kucing di rumah? Gimana kalau nanti rumah berantakan? Gimana makannya? Nanti makin banyak pengeluaran dong?
Akhirnya aku dan suamiku memutuskan untuk pelihara mereka sampai umur dua bulan aja. Sampai usia sapih dan ga butuh susu induknya lagi. Selanjutnya, kami akan buka kesempatan sebesar-besarnya buat siapapun yg mau adopt mereka dan gratis.
Mereka mulai bisa keluar dari dusnya sendiri sambil loncat-loncat gemes sekitar usia tiga minggu. Awalnya, mereka takut banget jalan di lantai. Mungkin karena kebiasaan di dus yang hangat, sedangkan lantai memang dingin. Tapi lama-kelamaan mereka malah ga betah kalau aku masukin ke dusnya lagi. Sampai akhirnya mereka resmi ga pakai dus, dan mulai tidur di rak sepatu.
Aku juga ngajarin mereka buat pup di litter box. Menurutku ini adalah “kuliah” paling penting yang harus diedukasikan ke setiap kucing oleh pemeliharanya. Waktu pertama kali aku sodorkan litter box isi pasir bersih, mereka ga tau itu buat apa. Hal itu terlihat dari gimana mereka malah ngejilatin pasirnya. 😅 Tapi lama-kelamaan insting mereka muncul dan mereka mulai menggali pasirnya.
Banyak banget hal menyenangkan, menyebalkan dan kadang bikin kesel juga yang dilalui bareng mereka. Rumah jadi berantakan, mereka sering numpahin air, tabrak sana, tabrak sini. Yang paling sedih, di bulan pertama usia mereka, mereka sempat terkena wabah diare secara serempak. Bayangin, empat-empatnya diare. Sedih, tiap hari lihat mereka makin kurus. Kadang muntah-muntah juga. Udah disuntik antidiare, antibiotik, sampai vitamin B kompleks juga. Tapi ga sembuh-sembuh. Aku dan suamiku biasa ngobatin peliharaan punya orang lain. Tapi giliran punya sendiri yang sakit, kayak ngeblank dan bubar semua ilmu yang kami dapat waktu kuliah. Aku sampai stres dan ga pernah mau kalau diajakin keluar rumah lama-lama. Alasannya karena ingin jagain mereka. Mengontrol perkembangan kesehatan mereka.
Akhirnya mereka sembuh. Kemungkinan besar diare karena peralihan pakan. Mereka emang sempat ganti pakan sih. Gara-garanya di swalayan daerah kami udah ga menyediakan pakan yang biasa kami pakai buat kucing-kucing kami. Jadi kepaksa banget kasih pakan yang available di swalayan.
Membayangkan gimana gemasnya aku lihat tingkah mereka, kesel kalau mereka bikin rumah berantakan, serunya waktu ngajarin mereka pakai litter box, gimana rajinnya aku kasih mereka makan empat kali sehari, lihat gimana lahapnya mereka waktu makan, sedihnya aku waktu mereka sakit, betapa menyenangkannya lihat wajah mereka yang damai waktu tidur setelah kecapekan main dan kekenyangan, dan masih banyak lagi — semuanya bikin aku sayang sekali sama mereka. Sampai ga sadar kalau ternyata usia mereka udah dua bulan. Cepat sekali. Udah waktunya mereka cari rumah baru, sesuai “rencana awal”.
Kemarin-kemarin suamiku minta aku untuk fotoin mereka satu-satu. Ada temannya yang tertarik untuk adopt salah satunya. Dan saat itu aku sadar kalau aku mulai ga ingin pisah dari mereka. Seandainya mereka sampai dipelihara orang lain, apa cinta yang mereka terima minimal akan sebesar cinta yang aku kasih ke mereka atau engga… 😢
2 notes · View notes
thyaoci · 7 years
Photo
Tumblr media
Happy father’s day everyone!
After so many years of drawing HJS, I realized that I haven’t really drawn anything for my parents. This father’s day, I thought would be a good time to draw and give my dad something a bit unique gift, a canvas print of the whole family, sister, niece & nephew
Hope everyone gives their dad a super big hug, even if he isn’t the hugging type!  There’s a more simple version of this image on our facebook for everyone to share as well!
137 notes · View notes
thyaoci · 7 years
Photo
Tumblr media
Rindu kami padamu, Yaa Rasul....
1 note · View note
thyaoci · 7 years
Photo
Tumblr media
Bayon never fail to get me touched. Beberapa hari belakangan ini, Bayon sakit. Dia diare dan muntah-muntah. Masalahnya adalah aku ga punya obat atau peralatan yang cukup memadai untuk ngobatin Bayon. Aku panik karena tempat tinggalku benar-benar jauh dari "peradaban". Maksudku, untuk mencapai "kota" yang ada tempat praktek dokter hewannya, paling ngga perlu waktu tempuh 3-4 jam kalau pakai kendaraan umum. Ya memang aku ga punya kendaraan pribadi sih. 😅 Aku bingung juga ini diarenya kenapa. Apa karena dia kemarin-kemarin makan cicak, atau karena dia lagi dalam masa menyusui, atau entah kemungkinan lain apa lagi. Aku sebenernya curiga karena dia ganti pakan. Makanya aku stop pakan keringnya, dan ganti pakai pakan basah, yaitu puding ikan. Suamiku sempat injeksikan Bayon vitamin B kompleks dan antiradang. Setelah itu, karena Bayon juga jadi susah minum, kepaksa kami kasih dia air kelapa muda pakai spuit. Dan syukurlah diarenya berhenti. Dia juga ga muntah-muntah lagi. 😥 Yang luar biasa bikin aku tersentuh adalah, selemas apapun kondisi Bayon kemarin, dia tetap makan lahap dan menyusui anak-anaknya. Bahkan kadang kalau lagi makan, anak-anaknya ikutan makan makanan dia. Lalu Bayon akan berhenti makan dan menjilati anak-anaknya yang lagi makan. Tiap lihat momen ini, aku pasti keingat ibuku yang selalu mendahulukan aku untuk makan. Ibuku pasti bilang "Kakak aja dulu. Mamah udah kenyang," kalau makanan yang ada cuma sedikit. Di mana-mana ibu emang gitu ya? 😢
0 notes