a little life by hanya yanagihara

a devastating book that shows you about the life and friendship of four men in New York; and everything in between.

first, I know this book from #booktok. I guessed this book was published a year or two years ago but this book actually published first in 2015. let me be honest, a little life is my cup of tea. despite all of the trigger warnings (very much), I personally enjoyed being disturbed, crushed, confused, and damaged by this book (I’m an “tags: angst/major character death” reader). second, I would admit that although this is my first time reading a novel full in english, somehow I managed to read it from the first line to the last (perhaps because this book is written in american english). this book is well-written. third, at the top of all my experiences of this book, I cherish how yanagihara narrates the friendship of the four men (literally male friendship); willem, jude, malcolm, and jb. and one thing that pushed me to read this book was what Yanagihara said in her interview: “one of the things I wanted to do with this book is create a character who never gets better.” (once again, I’m an “tags: angst/major character death” reader).

last, I want to share some of quotes of this book that I love the most (without context):

“why wasn’t friendship as good as a relationship? why wasn’t it even better? it was two people who remained together, day after day, bound not by sex or physical attraction or money or children or property, but only by the shared agreement to keep going, the mutual dedication to a union that could never be codified.”

“relationships never provide you with everything. they provide you with some things. you take all you want from a person – sexual chemistry, let’s say, or good conversation, or financial support, or intellectual compatibility, or niceness, or loyalty – and you get to pick three of them.”

“what he knew, he knew from books, and books lied, they made things prettier.”

susu dan telur by kawakami mieko [3.8/5]

aneh, unik, tidak sesuai norma -which i found it very amusing and brave.

buku yang terdiri dari 503 halaman ini menceritakan pengalaman terkait tubuh perempuan -payudara (susu), rahim (telur)- serta aturan dan norma yang mengekang perempuan jepang kontemporer.

bagian pertama menggambarkan kehidupan tiga perempuan dan implan payudara. sementara di bagian kedua, berfokus pada kehidupan, kematian, melahirkan dan stigma inseminasi buatan di jepang.

trivia: natsuko natsume, tokoh utama dalam novel ini, sepertinya cocok bertetangga dengan keiko furukara dalam novel 'gadis minimarket'.

kitchen by yoshimoto banana

“tempat yang paling kusukai di dunia ini adalah dapur.”

ya, dapur adalah tempat yang membuat mikage merasa nyaman setelah menjadi sebatang kara sebanyak dua kali. entah bagaimana, tidur di dekat lemari pendingin membuat mikage terlelap. sulit rasanya membaca kitchen setelah membaca norwegian wood; keduanya berisi kematian orang-orang terdekat karakter utama.

kukira kitchen akan berisi tentang bagaimana hidupnya berlanjut di dapur, di antara rempah-rempah dan bak cuci piring. memang seperti itu, tapi tidak banyak. banana menceritakan keseimbangan unik antara kehidupan dan kematian. semua tokoh dalam novel ini mengalami pergulatan batin setelah ditinggalkan orang-orang yang mereka cintai; orang tua, nenek dan kakek, kekasih.....

hitoshi

aku tidak bisa lagi berada di sini. detik demi detik aku melangkah maju. karena arus waktu yang tidak bisa dibendung, tak ada pilihan lain. aku akan pergi.

sebuah perjalanan karavan berakhir, lalu perjalanan berikutnya akan dimulai. ada orang yang bisa kujumpai. ada juga orang yang takkan bisa kutemui lagi. orang yang pergi entah kapan, ada juga orang yang hanya berpapasan. rasanya sambil saling menyapa, aku akan semakin merasa ringan. sambil menatap sungai yang mengalir, aku harus hidup.

aku berharap dari lubuk hatiku, semoga sosok kekanak-kanakanku itulah yang senantiasa menemanimu.

terima kasih sudah melambaikan tangan kepadaku. terima kasih, sudah berkali-kali, berulang-ulang melambaikan tangan untukku.

feminisme untuk 99%: sebuah manifesto by Cinzia Arruza, Tithi Bhattacharya, & Nancy Fraser

Cinzia Arruza, Tithi Bhattacharya, & Nancy Fraser kalau ditempatkan dalam satu grup Whatsapp yg sama, isi obroloannya tentang bagaimana menyelesaikan masalah perumahan yg tidak terjangkau, upah murah, ketiadaan jaminan sosial, kebijakan yg berpihak pada modal, dan perubahan iklim; siapa bilang feminisme hanya membicarakan tentang perempuan? Apakah dengan mendorong perempuan agar lean-in dalam kekuasaan sudah cukup? Dalam Feminisme untuk 99%: Sebuah Manifesto, ketiga penulis menulis tesis-tesis yg menunjukkan bahwa Feminisme Liberal saja tidak cukup.

on earth we’re briefly gorgeous by ocean vuong

"Dear Ma,

Aku menulis karena ingin menjangkaumu — walaupun tiap kata yang kugoreskan menambah jarak satu kata dari tempatmu berada."

"Aku berani menceritakan apa yang terjadi sesudahnya, hanya karena sangat kecil kemungkinannya surat ini sampai kepadamu — sebab seratus persen mustahil bagimu untuk membaca surat ini; itu yang membuatku sanggup menceritakannya."

Twenty-Four Eyes (二十四の瞳, Nijū-shi no Hitomi) by Sakae Tsuboi

Tidak seperti sampul bukunya yang cerah, Twenty-Four Eyes atau Dua Belas Pasang Mata karya Sakae Tsuboi adalah novel anti perang; tanpa memberi tahu kita apa itu anti perang, bagaimana cara menghindari perang atau definisi maupun upaya anti perang lainnya (pasifisme).

Lewat Twenty-Four Eyes (1952), kita diajak untuk melihat bagaimana masa perang di Jepang mempengaruhi kehidupan dua belas anak kelas satu sekolah dasar plus satu guru perempuan muda dan bagaimana mereka menyesuaikan diri untuk terus hidup bahkan ketika perang telah selesai, hingga mereka dewasa.

"Seandainya masa depan yang menunggu anak lucu ini hanyalah perang, lalu apa artinya, memiliki,mencintai, dan membesarkan anak-anak? Mengapa orang tidak diperbolehkan menghargai nyawa manusia dan mencegah supaya mereka tidak mati kena peluru serta hancur berkeping-keping? Apakah "menjaga ketentraman umum" berarti melarang kebebasan berpikir, bukannya menghargai serta melindungi nyawa manusia?"

"Dengar, Daikichi, Ibu ingin kau menjadi orang sipil. Satu anggota keluarga kita sudah mati 'terhormat'. Tidakkah itu cukup? Kau tidak mendapat apa-apa kalau mati. Apa kau begitu ingin mati, padahal Ibu sudah susah payah membesarkanmu? Apa kau tidak peduli kalau Ibu menghabiskan sisa hidup Ibu dengan menangis?"

"Sekarang dia sudah cukup matang untuk menghargai nyawa manusia."

berita kehilangan by ultimus bandung x kontras

aku kemarin abis baca buku Berita Kehilangan (ultimus bandung x kontras, 2021). isinya yaa macam-macam (namanya juga antologi). ceritanya mulai dari kasus orang hilang pada saat '65, konflik aceh, kerusuhan '98, konflik papua, pembukaan lahan untuk sawit dan tambang, sampai menceritakan bagaimana perasaan mantan tentara.

di antara cerita, aku jadi mikir, sakit juga rasanya kalau cerita fiktif dalam Berita Kehilangan bisa terjadi sedekat itu dengan keseharian kita. bagaimana kalau ternyata cerita-cerita seperti itu ada namun tidak diceritakan? bagaimana kalau cerita-cerita seperti itu pernah terjadi dan ada hubungannya dengan keluarga kita?

meskipun fiksi-fiksi di dalamnya terbilang gelap, editornya sendiri, sabda armandio, percaya bahwa: jika generasi hari ini, dengan segala tipu muslihat orba yang masih melekat pada kita, jadi terlalu permisif dan lebih gampang membayangkan kiamat daripada memaksa negara mengungkap kebenaran di balik kasus genosida dan penghilangan paksa yang pernah dan sedang terjadi, bukan berarti generasi yang akan datang tidak bisa melakukannya.

aku sendiri, punya harapan yang sama dengan kak galih nugraha su, yang menulis: kami akan hidup tanpa peperangan yang melelahkan.

norwegian wood by haruki murakami

aku telah menyelesaikan norwegian wood karya haruki hurakami, akhirnya. sebenarnya aku bisa membaca semua halamannya dalam waktu empat hari jika rajin. akhir-akhir ini cuaca mendung dan dingin. kerjaan juga belum begitu banyak. meskipun sudah masuk kerja, aku masih punya sedikit waktu leyeh-leyeh di hadapan komputer dan menyelesaikan norwegian wood.

cuaca pagi ini begitu mendung jadi aku sesegera mungkin berangkat ke tempat kerja. setelah duduk lima belas menit, hujan turun. aku tidak menyukai watanabe atau nagasawa-san. tidak menyukai bukan berarti membenci.

secara umum, aku tidak nyaman membaca norwegian wood. ceritanya dipenuhi beer, beer, beer dan seks. sedikit tentang kopasgat. tapi aku sangat menyukai bagaimana penerjemah membuat kalimat separlente itu. aku juga menyukai beberapa hal; kota-kota di jepang, tempat pemulihan naoko dan reiko-san, dan khususnya toko buku keluarga midori. seandainya disuruh untuk membaca kembali norwegian wood di masa depan, aku tidak mau. aku tidak ingin membaca satu buku lalu berhenti setengah jalan dan melanjutkannya kembali tiga tahun kemudian.

sebenarnya, lebih dari sekedar beer, beer, beer dan seks, norwegian wood adalah buku yang dipenuhi oleh karakter dengan nasib nelangsa:

watanabe yang ditinggal bunuh diri oleh satu-satunya teman yang ia miliki, kizuki. naoko yang ditinggal mati oleh sang kekasih (kizuki). naoko yang sebelumnya pernah melihat peristiwa bunuh diri yang dilakukan oleh kakak perempuannya sendiri. midori dan kakak perempuannya yang sudah terbiasa mengurus pemakaman (orang tua mereka meninggal karena tumor otak). nagasawa-san yang nelangsa karena ditinggal bunuh diri oleh kekasih yang sudah ia sia-siakan. reiko-san yang memiliki trauma. naoko yang memilih bunuh diri meninggalkan watanabe dan reiko-san di dunia (menyusul kekasihnya, kizuki).

dan aku akhirnya seperti ember yang menampung semua kenelangsaan karakter di dalam norwegian wood. aku sendiri pun menjadi nelangsa.

LEBIH SENYAP DARI BISIKAN by Andina Dwifatma

Kenapa semua orang fokus ke kondisi biologis Amara saat menjalani program kehamilan? Kenapa dokter melakukan sesuatu pada tubuh Amara setelah melahirkan tanpa persetujuan Amara demi menyenangkan suaminya? Kenapa Baron, suami Amara, menganggap Amara mengetahui semua hal yang terbaik untuk bayi mereka? Kenapa tidak ada yang memberitahu Amara bahwa menjadi ibu adalah proses yang sepi, asing, dan melelahkan?

LEBIH SENYAP DARI BISIKAN menceritakan tentang pengalaman perempuan menjadi ibu; bagaimana semuanya terasa sulit; tidak ada satupun sekolah yang mempersiapkanmu untuk menjadi itu. Serta, tentu saja terdapat kritik sosial dan hal-hal yang politis di dalamnya.

Catatan:

Buku ini saya pinjam dari kak Eka, anggota kolektif Wa To'ombuti yang berdomisili di Tomia. Januari kemarin saya dan kak Eka saling bertukar buku (daripada membeli yang baru dan menanggung biaya ongkir yang mahal :) lebih baik pinjam punya teman hehe). Saya heran kenapa kak Eka tidak menganotasi langsung di fisik bukunya (hidup adalah pilihan).