Tumgik
#maretbercerita
milaalkhansah · 3 months
Text
i know what i want dan who i need
Aku gak akan bohong, kalau selama masa single ini aku gak pernah tertarik sama laki-laki manapun. Aku pernah (dan sebenarnya sampai sekarang masih) suka sama seseorang yang aku kenal lewat media sosial. Alasan aku bisa suka sama dia sesederhana, selama kami bertukar pikiran, dia memiliki pola pikir yang beberapa sama denganku, dan juga aku kagum sama bagaimana cara dia memandang dunia, yang lumayan berbeda dengan kebanyakan laki-laki yang aku temui selama ini.
Laki-laki kedua, adalah seseorang yang baru kutemui Minggu kemarin, saat aku mengikuti acara temu buku salah satu booksclub di kotaku. Aku kagum bagaimana cara laki-laki tersebut berbicara, tutur katanya yang tertata, dan juga kata-kata yang dia keluarkan menunjukkan dia merupakan seseorang yang kaya akan ilmu dan juga pengalaman. Yep, seseorang yang berwawasan tinggi, disertai dengan adab yang baik tentunya—adalah kriteria yang paling mudah untuk membuatku merasa tertarik.
Namun, perasaan tertarik kepada dua orang laki-laki tersebut hanya sampai di situ. Aku gak memilih untuk melanjutkannya lebih jauh, karena apa yang membuatku tertarik kepada mereka tidak cukup kuat untuk menjadi alasan mereka adalah orang yang ingin aku nikahi, atau pengen aku jadikan pasangan hidup. Dengan alasan, selain memiliki beberapa persamaan, mereka tidak memiliki standar yang aku cari dalam sebuah pasangan.
Aku bersyukur, melalui banyak pengalaman tertarik dan juga merasakan suka sama lawan jenis, membuatku semakin paham laki-laki seperti apa yang aku butuhkan dan juga yang aku cari. Sehingga saat bertemu dengan seseorang yang membuatku tertarik, aku bisa dengan lebih mudah memutuskan langkah apa yang harus aku ambil. Tidak lagi dengan mudah diombang-ambingkan perasaan, atau berada dalam ketidakjelasan sebuah hubungan. Selain itu, aku juga tidak mudah merasa suka sama seseorang hanya karena fisiknya yang terlihat menarik atau termakan dengan omongannya yang manis.
Aku dengan tenang menjalani masa kesendirian ini, serta tak merasa harus terburu-buru hanya karena teman-temanku kini sudah banyak yang menikah dan membangun keluarga.
Aku punya dua standar terbesar yang menandakan aku siap untuk menikah. Salah satu standar tersebut adalah ridho Mama. Beberapa tahun yang lalu, ada beberapa laki-laki yang menyampaikan niatnya untuk meminang tapi terhalang oleh keinginan mama yang belum mau aku untuk menikah. Namun, tahun lalu, mama bilang kepadaku, jika ada lagi-lagi yang datang dengan niat serius padaku, mama bilang langsung suruh ke rumah aja. Yang berarti itu menjadi tanda bahwa mama udah ridho bila aku ingin menikah.
Lucunya, semakin ke sini malah aku yang semakin merasa lebih tenang untuk sendiri saja terlebih dahulu. Aku udah berada di tahap, entah mana yang menjemput duluan: jodoh, kesuksesan, atau kematian. Aku akan terima yang mana saja.
Lega banget rasanya, saat kita telah semakin mengenal diri kita sendiri. Karena di banyak aspek kehidupan, seseorang yang sudah mengenal dirinya dengan baik seperti nilai hidup yang dia pegang, dan apa yang dia cari dalam hidup ini, semakin membuatnya merasa tenang dengan hidupnya sendiri. Dengan takdir yang dia jalani, dengan apa yang sedang dia lewati, pun tidak lagi dengan mudah merasa iri, dan juga membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain.
Di usiaku yang sekarang ini, aku juga tidak mau lagi berada di keadaan "menunggu" seseorang. Aku menghargai waktu yang aku miliki, dan aku juga menghargai waktu yang orang lain miliki. Aku gak mau menghabiskannya untuk menunggu sesuatu yang tidak mempunyai akhir yang jelas. Tak hanya buang-buang waktu, buang-buang perasaan pula. Toh, jika memang jodohnya, nanti pasti akan dipertemukan di waktu dan keadaan yang tepat.
Semoga berapa pun waktu yang aku butuhkan untuk menemukan pasangan dengan usaha untuk memperbanyak belajar, memperbaiki diri, dan juga mengenal diri sendiri berbuah menemukan pasangan yang tepat dan juga sepadan dengan pergorbanan yang aku keluarkan.
Selamat memperbaiki diri, selamat menemukan pasangan yang tepat untuk diri kita masing-masing
13 notes · View notes
pidippo · 6 years
Text
Surat Pertama di Bulan April
01 April 2018
Hai kamu yang baru saja potong rambut kemarin,
Pertama-tama inginku ucapkan terima kasih karena telah memberikan banyak perhatian dan doa-doa baik untukku. Terima kasih juga yang telah meluangkan sedikit waktu untuk bertemu wanita yang sedang tidak baik kesehatannya ini. Maaf aku memang sedikit menyebalkan ketika kesehatan menurun, ingin banyak diperhatikan tapi ngeyel kalau diberi masukan, hehe.
Bagaimana rasanya bertemu denganku hari ini?
Aku senang, mulai hari ini, eh tidak bahkan dari kemarin-kemarin kamu mulai kuperkenalkan pada temanku dan pada keluargaku. Senang rasa di dada bisa mempertemukanmu dengan salah satu adiknya mama, orangnya ramai kan. Sayang, tadi nenek sudah kembali pulang ke rumahnya. Nanti kalau bertemu dengan keluarga besarku kamu harus sedikit bawel, karena semuanya ceriwis. Sedikit banyolan dapat mengundang gelak tawa untuk mencairkan suasana, semoga kamu dapat lekas akrab ya.
Melihatmu menggendong keponakanku hari ini merupakan sebuah peningkatan yang pesat. Akhirnya ia tak malu untuk duduk dalam pangkuanmu, bahkan terkadang sedikit menggodamu meski tidak banyak suara yang terlontar dari mulut kecilnya. Mungkin esok ia bisa lebih akrab dengan om mata ngantuknya.
Beberapa perubahan baik telah kamu lakukan, selamat datang jok baru, selamat datang kembali penutup ksatria putihmu dan si merah yang siap melindungi kepalamu. Segala perubahan yang mengarah pada kebaikan akan mendapat dukungan dariku.
Pertemuan singkat hari ini selalu saja mengurangi rasa ingin bertemu tapi menambah rasa ingin berbincang lama denganmu. Aku ingin lebih banyak mengenal perihal keluargamu, bolehkah sesekali aku berbincang dengan mereka?
Semangat terus ya dalam lautan kata-kata demi masa depanmu itu.
Hari ini,
Pada naungan sinar rembulan yang sama
Pada bintang di langit atap rumahmu
Pada sedikit embus angin yang membelai rambutmu
Aku titip rindu yang ingin membuncah di hadapanmu
Salam kangen dari wanita yang kulitnya berubah menjadi kecoklatan
9 notes · View notes
nyamukbesarr · 6 years
Text
Surat Ketigapuluhsatu
Senin. 2 April 2018
Hai, Dii....
Terimakasih untuk kiriman foto keluargamu malam ini. Semoga saja kelak aku benar-benar menjadi bagian dari itu.
Laiknya sebuah sampul, ia bisa saja menutupi banyak cerita di dalamnya. Mungkin itu sebuah perumpamaan yang kurasa tepat untuk fotomu tadi. Malam ini aku jadi dapat banyak pembelajaran dari cerita-ceritamu. Tentang bagaimana menjalani dan menghadapi hidup yang tak setiap hari akan tetap lurus. Di balik senyum setiap wajah yang tergambar, ada bermacam suka duka yang terkandung di baliknya.
Untuk mamamu di surga, mari hadiahkan sebuah doa pada beliau malam ini. Mari buat beliau bahagia dan memiliki keyakinan pada kita, pada aku dan kamu—walau bagaimana dan seperti apa yang ada pada kita hari ini.
Untuk papamu, mari juga kita doakan dan akrabi, agar beliau tetap sayang pada keluarga. Bagiku untuk keluargaku, atau bagimu untuk keluargamu, seorang ayah mempunyai peran yang begitu penting bagi pembentuk kepribadian keluarga dan anak-anaknya. Oiya, ayahku ulang tahun tengah bulan ini.
Jujur, aku menangis mendengar cerita-ceritamu, tentang bagaimana liku-liku perjalanan sebuah keluarga. Biarkan ini turut menjadi bahan pembelajaran bagaimana kita ke depan saat telah benar-benar pada kehidupan sebenarnya. Seperti harapan yang sama antara kamu dan anak-anakmu kelak dan juga ayahku kepada anak-anaknya, itu menandakan kalian adalah orang-orang yang kuat dan penyayang. Begitu pun denganku, perihal kamu dan kadar emosi yang lebih tinggi dariku, aku tak begitu mempedulikan.
Bagiku, saat kita berniat untuk memilih hidup dengan seseorang, aku akan mendapatinya sebagai orang baru. Aku percaya seiring kedewasaan setiap orang pasti akan terus berusaha untuk baik. Kita seperti halnya motor yang ngadat, seperti apa pun amburadulnya kita, tetap saja kita akan memilih dan mengharapkan pasangan yang baik. Aku pun begitu, dari setiap keberantakanku, aku menganggap kamu menjadi orang yang mampu untuk turut memperbaikinya.
Biarlah. Mari pelan-pelan kita berjalan. Setiap yang mulai, selalu diawali dari kerapuhan dan keasingan. Aku dan kamu yang bertemu dalam keadaan asing, semoga saja tak akan pernah berakhir kembali saling mengasingkan. Kita, yang bahkan mungkin perasaanku dan perasaanmu sedikit banyak juga dimulai dan berawal dari mata, semoga saja tak pernah diakhiri dengan air mata.
Mari tetap berjalan bersama dan terus menjaga. Pada setiap goda yang menyapa, selalulah ikutkan sebuah doa yang akan tetap menyatukan kamu dan aku dalam kita.
Salam,
Yang semoga kelak akan menjadi hari-harimu.
5 notes · View notes
sanrinlanuari · 6 years
Text
Ada debar, tak menyambar. Meski samar, tak lekas pudar.
4 Maret 2018
0 notes
nyamukbesarr · 6 years
Text
Surat Ketigapuluh
Sabtu, 31 maret 2018
“Hati-hati di jalan,” ucapku berulang-ulang.
Seharian kamu membuatku khawatir saat kondisi badanmu kurang mendukung. Yaa, memang kita tak pernah menerka dan tak mampu mengira akan seperti apa. Kamu yang berangkat dengan baik-baik saja ternyata sedikit drop di sana. Perjalanan yang menyenangkan, namun, terkadang tubuh kurang mampu berkompromi dengan apa yang otak inginkan.
Menjelang malam, saat kamu mengabari sudah di kereta meski dengan gerbong dingin dan suhu tubuh yang meninggi, ada sedikit lega yang kurasa. Begitu pun saat sampai di rumah kala malam semakin larut.
Yaa, terkadang kau dan aku saling berbeda pemikiran. Aku ingin kamu memakai jaket saat kamu demam. Kamu enggan memakainya sebab keringat terus membanjir. Akhirnya semua kembali bermara pada satu kata “pemahaman”. Aku mungkin menjadi lebih cerewet saat kekhawatiran-kekhawatiran menghampiriku—dan itu berhubung denganmu. Kamu juga pasti sudah lebih banyak tahu bagaimana aku.
Begitulah, mari terus saling memahami, meski tak selalu sepaham. Memang kita tak selalu sepemikiran, namun, semua tentang bagaimana kita menyikapi perbedaan.
Aku gemas, kangen dan perasaan yang beraduk malam ini. Rasanya aku ingin mendekapmu lebih erat, ingin berlama-lama denganmu. Aku harap kita tetap punya perasaaan yang seperti ini setiap hari yaa. Bersabarlah, besok kita ketemu, dan aku ingin kamu bercerita banyak hal. Ceritakan apa saja dan aku dengan senang hati akan mendengarnya. Tentang kamu, kawanmu, perjalananmu, atau apa saja asal kamu menyukainya. Biarkan kita kita membagi cerita lebih banyak, lebih jauh dan akhirnya membuat kita lebih dekat.
Dari aku,
rindumu
5 notes · View notes
pidippo · 6 years
Text
Satu per Empat dari Seratus
22 Maret 2018
Bersama denganmu aku terus belajar untuk menjaga harapan, saling memahami dan bertahan dari segala rintangan yang dihadapi
Apa yang sedang terjadi dengan dirimu? Kejenuhankah ? Aku rasa kamu butuh suasana baru sejenak saja, merehatkan otakmu dari segala aktivitas dan perihal yang mengambil alih sebagian besar pemikiran. Setidaknya, setelah rehat akan memunculkan motivasi dan suasana baru yang mendukungmu dalam mengerjakan segala sesuatu.
Janganlah dirimu merasa aneh dengan sikapku akhir-akhir ini, aku hanya ingin mencairkan suasana, menyamakan sedikit frekuensi yang sering tidak sejalan. Ingin mencubit? Silahkan, tapi hanya virtual dalam lamunan mu, karena saat ini kita masih memenangkan jarak. Oh ya perihal beberapa hal, ketika fluktuasi hormonal mendukungku untuk memiliki ketidakseimbangan suasana hati, semoga hatimu dan pikiranmu tidak lelah dalam memahami yang terjadi. Selama semua hal itu masih dalam batas kewajaran, diri kita pasti bisa mengaturnya dengan baik.
Menjadi bagian dari ceritamu tidak pernah ada dalam benakku sebelumnya, hingga pada akhirnya kita dipertemukan dalam sebuah wadah komunikasi yang sama. Pernah merasakan bagaimana derasnya rindu yang membuncah hanya dari dua pertemuan? tidak akan pernah masuk dalam bayanganku sebelumnya. Hingga akhirnya memutuskan untuk menjalani sebuah komitmen dengan satu tujuan didepan, akan menjadi soal ujian yang akan kita hadapi.
Selayaknya makhluk Tuhan pada umumnya, rasa yang timbul tidak dapat dipersalahkan, itu adalah anugerah. Tapi, kita dapat mengaturnya, saat ini jagalah, karena sesuatu yang berlebih tidaklah baik, akan ada efek samping setelahnya. Sedikit demi sedikit kian bertambah, wajar, menambah semangat untuk memupuk harapan tetapi berbanding lurus dengan ketakutan kehilangan. Aku masih ingat kata darimu, setiap pertemuan yang terjadi harus selalu mempersiapkan kehilangan setelahnya.
Aku dan kamu tahu, di dunia ini tak ada yang abadi. Tetapi aku memiliki harap, semoga kita tidak ditakdirkan hanya untuk di dunia, tetapi juga bersama di akhiratNya, dalam tempat terbaik tentunya, semoga dikabulkan. Rencana Tuhan selalu yang terbaik bukan. Kita saat ini hanya dapat terus berusaha, memaksimalkan banyak langkah yang disetujui olehNya, memperkuat keyakinan karena kelak kamu yang akan menjadi nahkodanya.
Akhir kata yang ingin kusampaikan dalam surat malam ini. Aku setuju, perihal janji harus ditepati. Aku tidak memerlukan banyak janji yang terucap manis, hanya ingin realistis yang diwujudkan dalam tindakan yang pasti, dengan penuh keyakinan. Karena kita pernah merasakan asam dan pahitnya janji yang terabaikan.
Salam untuk lelaki yang pernah diajak mengembara saat masa kecilnya
5 notes · View notes
pidippo · 6 years
Text
Duapuluh Tujuh di Tanggal Duapuluh Enam
26 Maret 2018
Hai, seseorang yang sedang mengerjakan banyak hal hari ini.
Malam yang sepi, hanya ditemani nyanyian jangrik tanpa ada lalu lalang kendaraan ataupun celoteh tetangga. Ah ya, sudah pukul 22 lewat ternyata, mungkin sudah banyak yang terlelap, termasuk kamu yang biasanya begitu tapi tidak malam ini. Hari ini rasanya kondisi hati sedang tak menentu. Bukan perihal tentangmu, tetapi aku. Aku tersadar seorang yang hanya biasa menulis artikel, sepertinya memang tidak cocok untuk menulis hal lain seperti menuliskan fiksi, prosa, puisi maupun senandika.
Aku menyadari hal itu, kamu tahu aku bisa menghabiskan waktuku berjam-jam bahkan hingga lewat dari larut malam untuk menyelesaikan sebuah artikel. Struktur tatanan yang berbeda dengan apa yang aku jalani saat ini. Bahkan gagasan awal mengikuti kelas menulis yang akhirnya mempertemukan kita, dari dalam diri hanya ingin dapat mengenal lebih ilmu kepenulisan lainnya. Kalau ditanya mau jadi penulis? Iya mau, mau nerbitin buku? Iya mau, tapi pasti jawaban dariku berbeda dengan yang lainnya.
Hari ini, dadaku begitu sesak, rasa yang ingin membuncah, tapi tertahan. Aku sedang merasa sendiri, waktu begitu cepat berlalu, akupun masih ingin mewujudkan mimpi-mimpiku. Kalaupun setelah ini aku akan fokus dengan tulisanku yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan duniamu, bolehkah?. Latihan menulis yang cukup baik, tapi ternyata perlahan memberi beban. Atau hanya siklus hormonal yang masih membuat diri ini lebih sensitif? Entahlah
Aku tahu, kita masih dalam tujuan yang sama, menjadi penulis untuk menyalurkan pemikiran dalam diri, ingin berbagi dunia dengan yang lainnya bahkan keinginan nama kita masuk dalam daftar pencarian buku, akan terus Menjadi angan terbesar yang ingin dicapai. Mungkin aku hanya akan menjadi penikmat aliran tulisanmu. Setiap tulisan akan mempunyai pembacanya sendiri bukan?
Ah tidak, aku terlalu banyak berkeluh kesah, maaf ya. Aku tunggu tulisanmu untukku di buku ke sekianmu. Meski memang tidak sesuai dengan ekspektasiku, karena aku masih sedikit mengiri terhadap tulisan yang kau curahkan untuk seseorang sebelum aku. Tulisan yang hingga saat ini tidak mampu kutamatkan bacaaannya.
Jika boleh menyampaikan keinginan, meski surat kita hanya sebatas diary yang membosankan untuk dibaca orang lain. Aku mau ini hanya akan berakhir ketika sudah ada suatu akhir cerita kita. Biarlah halaman demi halaman kata-kata yang menjadi pengingat jikala kita sudah melupa.
Perihal papahku, sabar sejenak bulan depan aku akan memperkenalkan mu padanya, karena aku mau kamupun meminta ijinnya untuk rencana kita hadir dalam rangkaian hari bahagia keluarga menulis.
Demi mencapai sebuah tujuan besar pasti akan merasakan banyak kerikil kehidupan. Semoga dapat terus bersama dalam menghadapi beragam hal.
Salam dari pipi.
4 notes · View notes
nyamukbesarr · 6 years
Text
Surat Keduapuluhdelapan
Selasa, 27 maret 2018
Hai, kamu.
Iyaa, kamu yang membuatku cepat merindu. Seperti yang pernah kusampaikan padamu, setiap sehabis telepon malam, kerinduan akan semakin menggebu. Mungkin kamu pun merasakan hal yang sama.
Kamu yang minggu ini punya jadwal padat, tetap semangat, yaa. Berbagai kepentingan datang bersama-sama di antara rutinitasmu. Terkadang seperti itu agar kita memilih, bagaimana kita memilih dengan bijak. Aku mungkin hanya bisa memberi sedikit masukan, karena jelas, kamu yang lebih tahu perihal dirimu sendiri. Terlepas dari itu, aku juga selalu berharap Tuhan memudahkan setiap urusanmu, untuk kamu, untuk kita juga.
Belakangan ibuku sering bertanya perihal kamu, tentang kabarmu, seringkah aku ketemu kamu? Dan tentunya beberapa perihal lainnya. Yaa, beliau selalu senang dengan anak perempuan. Ibu meminta aku bercerita padamu tentang bagaimana keadaan di tempatku. Semata-mata agar kamu tak kaget nantinya. Entah kapan waktu itu tiba, namun pastinya kelak akan kuajak kamu pergi ke beberapa tempat di sana.
Mungkin besok kita akan bicara lagi perihal pertemuan, karena seperti yang kamu tahu, waktu menuntut kita untuk mempergunakannya sebaik-baiknya.
Mungkin segitu dulu, aku sedang merasa jenuh akhir-akhir ini. bukan, bukan tersebab kamu, atau hubungan kita. Aku hanya sedang merasa jenuh dengan beberapa kesukaan yang kini berubah dan harus menyesuaikan dan mewakili kemauan banyak orang. Seperti keresahan yang kita bicarakan kemarin itu, bahkan menulis surat untukmu yang seharusnya menyenangkan kini serasa sedikit beban. Beberapa hal menuntut selesai dan harus berburu dengan waktu.
Meski terdengar cengeng, tapi bolehkah sehari saja aku mengeluh? Aku sedang lelah....
Tapi itu tidak berlaku untuk perasaan padamu, dan kamu pun jangan. Aku selalu percaya, denganmu semua akan baik-baik saja.
Tolong selalu yakinkan aku untuk itu.
Salam,
Yang sedang rindu
3 notes · View notes
sanrinlanuari · 6 years
Text
Empat bait yang tidak lebih dari tiga kata sekalimatnya di petang itu berhasil melambungkanku. Meski tak ada genggaman, aku hanya memilih untuk menghirup segarnya. Perihal terjatuh itu urusan nanti. Rasa takutku sudah ku tinggal jauh di dasar.
1 Maret 2018
0 notes
nyamukbesarr · 6 years
Text
Surat Keduapuluhsembilan
Kamis, 29 maret 2018
Selamat malam, Dii.
Hai kamu, yang sedang di kereta dalam perjalanan ke Bandung. Apa kabarmu malam ini? semoga selalu dalam lindungan-Nya, yaa.
Aku kangen. Kapan kita bisa ketemu, yaa?
Hati-hati, dan selamat menikmati perjalanannya. Jangan khawatir, aku tak pernah melarang hobimu. Membaur dengan alam, hewan atau apa pun itu yang membuat wawasanmu semakin luas. Yang tentunya tetap dalam batas. Batas dari banyak hal, dari kesehatan, hubungan (denganku ataupun dengan Tuhan).
Jujur, terkadang aku merasa cemburu, meski mungkin itu tak terlihat dari ekspresiku yang lebih banyak datar. Mungkin kamu pun juga, saat aku berada di ruang yang tak selingkup denganmu. Bahkan pada hal sederhana semisal grup chat sekalipun. Yaa, tentunya ada banyak godaan yang setiap hari terus menghampiri kita. Namun, kuharap itu tak akan pernah menjadikan alasan kita merenggang. Justru jadikan itu alasan untuk kita semakin kuat mendekap.
Tapi wajar, kan, bila aku cemburu? Pada setiap cinta, kecemburuan adalah keniscayaan. Aku pun tak tahu kenapa sebabnya, aku hanya mengerti, ada perasaan sayang yang tertancap semakin dalam lagi. Bila sudah begini, kita hanya bisa saling menjaga diri dan meyakinkan.
Tapi sudahlah, kita saling percaya dan menjaga kepercayaan saja.
Perihal bulan depan buat ketemu papamu, aku pun terkadang membayangkannya. Nanti bagaimana, yaa? Dan aku pun terkadang juga menerka-nerka. Mungkin orangnya begini, cara berbicaranya seperti ini.
... dan masih banyak lagi lainnya.
Ahh, kita tunggu saja waktunya tiba.
Oya, kalau boleh, aku nitip salam buat Dilan yaa, bisa juga buat Surayah, atau kalau engga buat Milea saja. Tapi jangan salah, ini bukan buat mileanya Dilan, Namun, buat Mileaku. Yaa, kamu adalah Mileaku, lebih tepatnya, kamu adalah Dianaku sejak Januari 2018.
Salam,
nyebelinmu
3 notes · View notes
nyamukbesarr · 6 years
Text
Surat Keduapuluh Tujuh
25 Maret 2018 Haii, Dii.
Rasanya menyenangkan, minggu ini kita tutup dengan beberapa pertemuan. Yaa... walaupun masih sama, selalu tercipta banyak kangen setelah tumpukan rindu memudar. Seperti yang sama-sama kita rasa. Tahukah? Rasanya kita sudah begitu lama saling mengenal meski kenyataannya belum sepanjang itu.  Ah, rindu. Di hadapan rindu, satuan ukuran hayalah omong kosong semata.
Iyaa benar, perihal masa lalu, kita pun sudah saling terbuka satu sama lain. Yang pasti, kamu dan aku punya harap yang sama selepas kehampirsamaan kisah lalu kita. Kelak kita akan membangun banyak impian, perihal kita akan tinggal di mana, bertetangga dengan siapa, semua akan punya waktunya masing-masing. Seperti yang pernah kukatakan padamu, kita, rindu kita hari ini dan juga beberapa mimpi itu adalah sesuatu yang berada di luar rencanaku, namun aku tak sedikit pun merasa sedih. Justru aku merasa senang Tuhan mempertemukan aku pada orang yang selalu memberi dorongan. Aku tahu Tuhan memilihkan jalur yang paling tepat, yang di dalamnya ada kamu. Yakin saja, kita akan sampai pada apa yang ingin dituju, meski mungkin pada hari yang berbeda; lebih cepat, atau lebih lambat.
Untuk menemanimu, ke tempat-tempat yang tak pernah aku datangi, mungkin aku hanya belum terbiasa. Besok-besok, aku juga ingin mengajakmu ke tempat biasa aku pergi, ke lapangan bola, misalnya, atau ke mana pun yang itu bisa membuat kita jauh lebih akrab.
Perihal kebiasaanku di toko buku itu, semata-mata untuk menyugesti diri sendiri, dan kurasa itu cara yang paling tepat. Selanjutnya, aku ingin kamu akan menjadi orang pertama yang kukabari saat anak pemikiranku lahir. Satu hal yang pasti, kamu telah menjadi bagian dari itu. Begitu banyak kata di dunia ini, tapi mungkin kamu adalah kata-kataku yang paling bermakna, jauh mewakili kata-kata yang lainnya. Kamu adalah tulisanku, kata-kataku adalah kamu.
Besok-besok, biarkan aku duduk berdua saja dengan beliau penyuka teh yang agak manis itu, teh manis yang kutahu tak akan pernah lebih manis dari putri keduanya. Jangan lupa juga, kadar manis untuk tehku adalah 70%, dari takaran umum.
 Salam,
kamumu
3 notes · View notes
pidippo · 6 years
Text
Surat ke-Duapuluh Tiga
18 Maret 2018
Hai kamu, yang tadi warna kaosnya sama denganku
Bagaimana kesannya terhadap kebersamaan kita? Nano nano ya pasti. Maaf ya, kalau akhir ini membuat moodmu naik turun akibat diriku. Ya begitulah, cepat atau lambat kita harus lebih saling memahami satu sama lain, aku tau itu sifat buruk yang sedang berusaha ku kendalikan sebaik-baiknya. Mohon memaklumi, karena sepertinya kamu akan terbiasa dengan kondisi hormonal bulananku.
Terimakasih sudah mau jadi pendengar yang baik, mendengar semua keluh kesah, bahkan perihal ingin sedikit diperhatikan ketika manjanya keluar. Sebenarnya itu memang hal yang sementara keluar, karena kamu tahu aku orang yang seperti apa. Semoga tak bosan menghadapi aku.
Hari ini akhirnya kita bertemu kembali, setelah dalam rentang waktu kita tak bertemu ada banyak hal yang terjadi. Banyak perihal kita yang minggu ini ingin diperbincangkan, tetapi hari ini ada perihal lain yang harus diperhatikan lebih. Om yang sabar ya, besok-besok main lagi, tapi agak sore, pas si dede lagi on dan mau main. Setidaknya malam ini ia mulai mengenalimu, meski banyak terdiam memperhatikan sesosok om dengan brewok dan senyum ramah dihadapannya. Maaf ya om, tadi dede lagi ngantuk, jadi om sedikit dicuekin. Semoga dikemudian hari, bisa gantian gendong si dede.
Semangat terus ya kamu yang saat ini senang berkutat dengan laptopmu. Tak apa, mungkin saatnya aku yang harus gantian memahami semua aksara yang sedang kau rangkai, demi masa depanmu yang lebih baik. Kalau kamu sedang tidak sibuk dan aku tidak sedang tertidur karena kelelahan, silahkan hubungi. Oh ya baru sedikit yang kuperlihatkan padamu seperti apa aktivitas yang disenangi wanitamu ini, lain kali aku tunjukkan sudah kemana langkah kaki ini.
Malam ini dirimu hadir sebagai tamu, tapi dikemudian hari kuharap kamu sudah menjadi bagian dari keluarga besarku.
Salam dari segelas teh dan cemilan kentang malam ini
8 notes · View notes