Tumgik
#limawaktu
piponbl · 2 years
Photo
Tumblr media
En el parque de las leyendas! . . . . . #colombiatattoo #perutattoo #perumahanmurah #limalive #orgullocolombiano #limalimon #limawaktu #uñascolombia #limalagris #colombianartist #peruvianartist #limar #perumahanmewah #perufood #tagify_app #travelcommunity #seleccióncolombia #limay #perumahanbaru #limão #medellincolombia #perumahanislami #perumahanelit #limalee #perukmodelleri #perugia #colombianemerald #calzadocolombiano #travelnow #travelkarnataka (en Lima - Perú) https://www.instagram.com/p/Ck2C2d9tJbc/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
bpantherp · 4 years
Photo
Tumblr media
Elaboramos Bolsas en PAPEL Kraft al mejor precio y la mejor calidad. Contactanos whatsapp: 960414620. #comidamineira #limalama #florencesc #peruenunatoma #florenceurbanart #negociosimobiliarios #florencemode #limawaktu #negociosporinternet #florencerose #negociodigital #modacrista #limabonita #pequenasempresasgrandesnegocios #peru🇵🇪 #ricordibellissimi #comidas #negociofamiliar #empresaspolar #modafemenina #modalreceh #empresaspanama #guarico #peruvianfood #comidacaseira #florencefoodies #empresalider #rio40 #ricostruzione (en Lima, Peru) https://www.instagram.com/p/CIBEClsjJkb/?igshid=r034qgjaznql
0 notes
tridiindonesia · 4 years
Photo
Tumblr media
#LimaWaktu #Hiks https://www.instagram.com/p/CAKkd1KHeLg/?igshid=1k446tb4nam8t
0 notes
ptsuryasblog · 4 years
Photo
Tumblr media
Ada cerita unik yang terjadi di tengah pandemik virus corona di Kuningan, Jawa Barat, tepatnya di Kampung Puhun, Blok Pesantren, Desa/Kecamatan Kadugede. Saat adzan maghrib tiba, warga di daerah ini mengumandangkan adzan di lima titik perbatasan kampung. Hal itu dilakukan sejak Jumat (3/4/2020) lalu. https://suryagrageonline.com/ritual-unik-kampung-puhun-adzan-di-lima-titik-untuk-usir-corona/ #suryagrageonline #suryacirebongroup #suryashuttle #suryacatering #kuningan #infokuningan #kotakuda #pemkabkuningan #adzan #limawaktu #ritual #unik #budaya #sejarah #tolak #penyakit #usir #corona #viruscorona #coronavirus #covid19 #stayhome #dirumahaja #lockdown #socialdistancing #ciayumajakuning #jawabarat #indonesia https://www.instagram.com/p/B-pFxpmB8eH/?igshid=1i3mh604zqimp
0 notes
Text
Just Do It! No Matter What!
Manusia zaman dulu melakukan kesalahan, malu. Manusia zaman sekarang melakukan kebajikan, malu. It's just my speculation, no offense. Bagaimana mungkin manusia zaman sekarang kalo ngelakuin kebaikan malah malu? Coba deh kita bayangin sejenak. Pengen ngaji sekali-kali, soalnya jarang banget ngaji, eh takut dibilang, "loe ngaji? Busseett tumben buanget pake sumpah!". Mau berangkat ke masjid karena prihatin sebagai cowok yang jarang ke masjid, dibilang "gebetan loe lagi di masjid ya?" Lagi mau sholat wajib gegara sholat suka bolong-bolong atau malah jarang bingit sholat, dibilang "loe divonis mati besok ye ama dokter? Tumben amat!" Pengen puasa senin kamis dibilang "NGGAK MUNGKIN! Loe pasti bohong kan iya kan ini cuma mimpi kaaan??" Bicara kotor diganti pake kata-kata islami nan religius dikatain "WHAT? COBA LOE TADI BILANG APA GUE GAK DENGER ANJJ" Yak, mungkin gak semua orang pernah ngalamin atau ngerasain kejadian-kejadian ngehe diatas. Tapi biasanya dialamin sama beberapa orang dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Kulit sawo matang. Nggak ding. 2. Berada di pergaulan yang kurang sehat (misalnya nongkrang-nongkrong, lupa waktu sholat, apalagi ngaji) 3. Orang yang di dalam hatinya udah ada banget niatan buat tobat, tapi susah banget terealisasikan. 4. Orang yang setengah-setengah, nakal ya nggak nakal banget, alim ya nggak alim banget. Kaya saya ini hehe. Mungkin lebih terkenal ke nakalnya sih, hehe. Hehe. Hehe. 5. Orang yang tipenya ekstrovert, yaitu orang yang mudah termotivasi atau dijatuhkan oleh orang2 di sekitarnya. Yaa mudah terpengaruh lingkungan lah kasarannya. 6. Bisa ditambahin sendiri. Nah sebenernya intinya ada di lingkungannya sih. Manusia bisa merasa malu karena banyak orang yang berada di sekitarnya. So what we ought to do? "Jangan mau diubah oleh lingkungan. Ubahlah lingkungan itu sendiri!" Hmm that's a little bit of bullshit for kind of people like me. Merubah diri sendiri aja belum bisa tapi udah mau merubah lingkungan aja, kan agak mbelgedes itu namanya. Throw back to my main question, what we ought to, should to, have to, must to atau apalah itu saya gak ngarti vocab mana yang sesuai, to do? 1. Sek bentar tak mikir sek. 2. Pindah lah ke lingkungan yang lebih baik, minimal bisa ngedukung kamu buat berubah ke arah yang lebih baik. Yah walaupun kenyataan gak segampang itu buat pindah begitu saja dari pergaulan yang udah serasa jadi keluarga dan bagian dari inner circlemu, tapi patut dicoba, sedikit demi sedikit lah. 3. Kalo cara pertama masih susah buanget buat dilakuin, nah coba deh imbangin dengan bergaul sama lingkungan yang ngedukung kamu buat berbenah. Gak harus dulu pindah pergaulan secara total. Jangan mulu tiap pulang kuliah nggabung sama pergaulan tidak sehatmu, tapi sekali-kali lah nggabung sama anak-anak yang bener. Istilahnya ngimbangin maksiatnya gitu wkwk. 4. Nah ini cara yang mungkin lumayan sulit buat orang yang bertipe diatas tadi. Hilangin ke... eh maksut saya rasa malumu! Gak usah peduliin apa kata temenmu, gak usah malu dibilang sok alim, sok tobat, sok malaikat, gak punya sayap~ 5. Kalo cara ke empat masih sulit juga, dan di sisi lain takut kehilangan temen yang udah kamu anggep sodara, so gausah dipaksain! Karena malu itu manusiawi dan bagian dari proses. Nah tinggal disiasatin aja gimana caranya kamu bisa berbuat baik tanpa temen-temenmu tau. Misal pas mau ke mesjid di tanyain "mau kemana loe cuy?, ehh nganu eemm mau ke toilet pen eek", atau permisalan lainnya yang lebih keren. 6. Masih nyambung sama nomer lima, lakuin rencana berbenah mu secara diam-diam, yang penting niatmu tetep tersalurkan meskipun masih secara diam diam. Lah Nabi aja di awal nyebarin islam mulai dari diam-diam, kalo loe nyebarin islam di diri loe juga secara diam-diam juga gak salah kan? Alih-alih mentemenmu lama-lama ikut terpengaruh dan tercerahkan gegara kamu. Wiiih. Ada kemauan ada jalan bro tenang. Allah gak bakal mempersulit deh, asal udah ada niat baik di diri kita. Intinya setelah punya niat, jalanin aja! Apapun penghalangnya, bagaimanapun caranya. Allah udah baik banget ngasih kita hidayah berupa niat buat tobat, jangan disia-sia-titanium-in! Do good! No matter what! Nah yang pertama banget kudu diperbaiki itu dimulai dari sholat. Yakin deh sholat yang disiplin bakalan ngebantu niat-niat baik lain terealisasikan. When you mau sholat ketika adzan kedengeran padahal lagi asyique nongkinongki manja, pokokke kudu sholatlah! No matter what! Mau sholat tapi lagi sibuk kerja atau sibuq-sibuq yang lainnya, pokokknya tetep sholatlah! No matter what! Apapun pengalangnya, bagaimanapun caranya. Yang sholat belum lima waktu, di-limawaktu-in! Yang masih jarang ke masjid, di -seringkemasjid-in! Sambil dibarengi amalan amalan kebaikan lainnya yang udah loe rancang sedemikian rupa. Semoga istiqomah. Maka syurga udah menantimu, no matter what! "Anak pejabat negara, sukanya bikin huru-hara, tapi apa guna jika masuk neraka. Sholat tak pernah dilakukan, mengaji selalu dilupakan. Ganteng-ganteng percuma kalo gak punya iman!" -Ahmad Kemal Palevi, yoi- Jundullah 1438 H
3 notes · View notes
sinunahumairoh-blog · 7 years
Text
Sesuatu hal yg sangat berbeda
Ketika ada statement ..percuma u pake hijab tapi kelakuan u minus
Lho ,, hijab mah ga ad toleran untuk engga pake bukan ??
gimana pun kelakuan u perintah hijab ud wajib hukumnya bagi muslimah
Sm seperti limawaktu u
Atau sederhana nya gni
Mau lo kaya atau miskin ..tetep aja u harus pake baju bukan ? As simple as that
#selamatpagi
#beraniberhijrah
#beranilebihbaik
9okt17
0 notes
azkuzulka · 9 years
Quote
Melihatnya (Ibu) sedih lebih menakutkan saya daripada menyaksikannya marah
Eka Kurniawan, Jangan Lupa yang Lima Waktu.
1 note · View note
djariketjil · 9 years
Text
Cerpen : Shubuhku
Mataku mengerjab, cahaya itu terlau terang tepat mengenai pandanganku yang belum siap bukan itu saja aku memag sudah lama tak melihat cahaya, mungkin karean terlampau yama degan kehidupa malam, bersama sejuta khayal. Ah sial, siapa sepagi ini sudah berani membuka tirai kamarku, mengganggu saja. Sedikit tak imbang aku mencoba bangkit dari kasur. Langkahku terhenti, kaleng bekas minuman menggelinding ke sudut kamar, ku hela nafasku, cukup kamar ini sudah cukup mengerikan, suut sudut penuh berjejal kertas, berkaling kalengbekas minuman berserak memenuhi ruang ini. Ku tutup kembali tirai menyembunyikan segala keburukan dari kamar ini. Rasanya kasur itu maih menggodaku untuk kembali bergumul mesra, kulemparkan tubuh ini menghujam kasur membuatnya sedikit berderit. Sejenak ku tengok kembali, sudut sudut mengerikan itu, hanya memastikan ini adalah kenyataan hidup yang selalu aku hindari. Ah tidur memang segalanya, tempat paling indah dimana aku bisa menghidupkan apa saja.  Buru buru kutarik selimut yang mungki tak layak lagi, aku tak peduli yang terpenting sekarang aku bisa kembali terlelap tanpa perlu memikirkan apa pun. “Reno, bagun sayang sampai kapan kamu mau tetap di kamar seperti ini, pasti ga shubuh lagi” “Sesekali bersihkan kamar mu itu, buat kesehatan mu juga lho” Ah wanita itu mulai mengoceh lagi, entah untuk sekian kalinya, ku sumpal telingaku sebelum mendengar ocehannya yag semakin panjang dan ujung ujungnya membuat telingaku panas dan kantukku menghilang. Sekali lagi kupejamkan mataku, ah ternyata suranya masih saja terdengar, kuraih ponsel, sebuah lagu megalir kecang. Ah setidaknya ini cukup untuk menutupi suara wanita itu. “Mengganggu saja” Umpatku kesal. Belum sempat aku terpejam, tiba – tiba saja ada benda asing yang meindih badanku, buka saja menduduki paksa, dega berani berguncang guncang diatas badanku. Sebuah senyum mais da menjengkelkan menyapa aat kubuka selimut. “Om Reno bangung om, temenin Zizan” Ah sial sejak kapan bocah tegil ini ada di rumah. “Ayo om Reno bangun” Lebih berani bocah tengil ini menarik paksa selimutku. “Hii.om Reno telanjang cuma pake kolor doank” Teriaknya begitu menarik selimutku, yah aku memang terbiasa tidur begini, selain karena udara yang panas, tidur degan keadaa seperti ini membuat peredaran darah lancar. “Ssstt... brisik ah, oke oke om bangun, tapi Zizan keluar dulu ya, om mau mandi ganti baju, oke bocah tengil.” “Siap komandan” Teriaknya bersemangat, lalu kabur keluar kamar. Mudah sekali menipu anak kecil, sedikit janji saja sudah cukup. “Ets om, kok malah mau bobo lagi?” Sial tiba tiba saa kepala mungilnya menyempil dari balik pintu. “Iya iya, dasar tengil ...” Degan terpaksa aku turuti kemauannya, lagi pula kantukku sudah terlanjur hilang gara gara ulang bocah tengil sialan ini. Kulempar bantal bau ke arah pintu, bocah itu malah tertawa tawa, “Nggak kena...” Tubuh mungilnya lenyap di balik pintu sementara tawanya mengudara ke seluruh ruangan. “Cih..” Dengan berat ahti aku bangkit dari kasur. Kulirik jam yang menempel di dinding kamar, ah ruapanya ini sudah tak pantas lagi disebut pagi.
Kugosok gosokkan handuk, air menyiprat keluar dari sela sela rambutku. Seseorang yang sanagt aku kenal duduk di kasurku, menatap seluruh ruangan, aku mengikuti pandangannya, sedikit tersenyum malu, sampah yang berseka. Kaleng kaleng dan botol botol itu sudah lenyap dari kamar ku. Tangan lembutnya menepuk nepuk kasur mengisyaratka agar aku duduk di sebelahnya, senyumnya yang lembut mengingatkan ku pada sosok yang begitu aku rindukan. “Reno kamu tampan juga kalau bersih gitu” Ujarnya menggoda, aku hanya tersenyum, entah kenapa muka ku terasa memerah, kutundukkan pandanganku, menyembunyikan keberhasialnnya membuatku gede rasa. “Apaan sih mbak Rani” “Maaf ya Ren, pagi pagi udah di gangguin mbak sama Zizan” Aku hanya melirik jam, seketika mbak Rani tertawa, dan kami pun saling berbagi tawa yang sama. “Jadi ada kabar apa yang membuat mbak Rani ke mari” “Oh jadi mbak ga boleh pulang gitu?” Kepalannya tiba tiba menghantam lengan ku. “Ren, mau sampai kapan kamu begini, inget umur kamu tuh udah pantes nikah lho, masa masih aja kaya gini, satu lagi mbak ga suka ya sikap kamu sama ibu kaya gitu, biar pun bukan ibu kandung tetep saja beliau kan suami dari ayah”. “Jam segini baru mandi pasti kamu nggak sholat kan?, ah kamu ini susah kalau di bilangin” “Ih mbak Rani lama lama kaya nini nini, sama bawelnya” Ledekku mengacak acak jilbab birunya. “Sial kamu Ren, berani berani nya ngacak acak kepala mbak” Ditariknya telingaku, ah entah kenapa aku tak bisa membantah apapun yang dikatakan mbak Rani, sosoknya yang begitu lembut dan tak terlalu memaksakan kehendak, peris seperti seseorang yang tengah aku rindukan: Ibu Aku tersentak, tubuh mbak Rani bergetar hebat, sekuat tenaga ia memelukku, sangat erat. Punggungku tiba tiba basah, suara seseunggukan tiba tiba menghujam tubuhku, seperti badai yang entah dari mana datangnya. Air mataku tiba tiba saja ikut mengalir, menangisi entah apa. “Reno kembalilah dek, mbak kangen Reno yang dulu, mbak rasa bunda juga ga akan suka kalau melihat anak laki laki kesayangannya seperti ini” Ah entahlah, aura kamarku tiba tiba saja berubah. Hatiku masih terasa gelap, bukan berarti tak ada cahaya ama sekali dan kusadari mamang aku sudah terlanjur nyaman dengan keadaan seperti ini. Mungkin juga ini karena kekesalanku, pada hidup, pada keputusan tuhan yang tak ku mengerti, aku memang terlalu bebal untuk mengambil pelaaran. Aku tak bisa menerima emuanya begitu saja. “Reno, mau kan turti permintaan mbak, jadi Reno yang dulu, Reno yang penurut dan patuh, Reno yang tak pernah mengabaikan apapun..” Untuk permintaan ini aku tak bisa menjawab apa apa, mulutku terkunci sementara mataku terus saja mengoceh dengan air mata yang tak terbendung. Entah kekuatan apa yang tiba tiba merasuk, aku balas pelukan hangat mbak Rani. Dan kami hanya saling diam, mematung dalam perenungan masing masing. Terseret aku dalam bayangan gelap, dimana aku berdiri mematung. Sebuah ranjang putih, kamar serba putih. Jantungku seakan berhenti berdetak, flat line warna hijau dalam monitor EKG mengakhiri nafas terakhir sosok lembut itu. Terbaring lemas. Aku benci waktu itu, aku tak bisa mengerti, aku tak ingin berujmpa dengan waktu itu. Semua yang aku miliki seakan menghilang. Aku benci suara adzan yang masih mengiang di waktu itu, aku tak ingin mengingatnya lagi. Rasanya ada lubang yang begitu sakit jika bertemu waktu yang sama. Dan satu satunya yang dapat membuatku lupa adalah tetap tidur sampai matahari benar benar siap diatas kepala. “Eh Bunda kok nangis” Lamunanku buyar, seonggok bocah kecil tengil, dengan baju super hero melongok dari bawah. Tatapannya bingung menusukku, tatapan penuh tuduhan. “Hayo, om Reno jahatin bunda ya.?” Dengan sigap anak sialan ini duduk ditengah, seakan ingin memisahkan bundanya dari ku. Dipeluknya erat mbak Rani, tiba tiba matanya melotot ke arahku. “Awas aja kalau sampai beneran om jahatin bunda, nanti aku berubah adi Iron-Man trus aku tembak om pake laser” Aku dan mbak Rani saling pandang, lalu tertawa. “Bunda nggak apa apa kok Zizan sayang, om Reno juga nggak jahatin bunda kok.” “Trus kenapa bunda nagis?” Rasa penasarannya cukup tinggi. “Masalah orang dewasa, anak kecil nggak boleh tahu” Wajah imut penuh rasa ingin tahu itu tiba tiba saja berubah, pipi tembemnya digelembungkan mirip ikan Fugu. Membuatku semakin gemas dan kesal. “Orang orang gede susah dingertiin, udah gede suka nangis sendiri, nggak jelas, Zizan bingung, katanya kalau udah gede ga boleh nagis.” Kalimat yang keluar dari mulu tengilnya itu membuatku tak tahan lagi, aku dan mbak rani kembali alng berpandangan. Saling mengangguk sejurus kemudian menyerang Zizan, kompak kami gelitiki bocah tengil sok tahu ini. “Bunda, om Reno, ampun, jangan gelitik Zizan, awas Reno mau berubah dulu” Tiba tiba saja Zizan melompat dari ranjang lalu mengikuti gerakan super hero idolanya. Mulut kecilnya berkomat kamit menirukan sound effect dari tembakan, telapak tangan mungilnya di buka lebar lebar, seakan akan menembakan sesuatu ke arah kami. “Ampun Zizan ampun, arrgg, ah, om kena tembakan ah...” Kupegangi dadaku seakan terkena serangannya yang bertubi tubi. Mbak Rani hanya tertawa tawa saja melihat tingkahku. “Eh iya, om Reno jangan mati dulu, nanti nggak jadi jalan jalan donk.” Aku bangkit, aku udahi sandiwara ku, gemas rasanya, ku hampiri Zizan, bocah tengil ini berat juga ternyata. “Oke siap, mau kemana kita hari ini tuan Stark kecil?” Aku adukan hidungku dengan hidung mungilya, dasar tegil.
“Om Reno” Teriak Zizan menyembul dari balik lautan bola bola kecil berwarna warni. Aku hanya terseyum, memandang kearahya yang begitu riag bermain mai ditengah kolam bola. “Bunda bunda, ini jam berapa?” Teriaknya sekali lagi, mbak Rani melirik arloji di tangannya, lalu terseyum ke arah Zizan yang masih mematung menuggu jawaban. Tak mejawab, mbak Rani hanya mengedipkan matanya, seakan mengerti isyarat itu, Zizan memnita untuk di keluarkan dari kolam bola. Aku yag masih tak mengerti hanya mengernyitkan dahi, bertanya tanya. Sebelum aku bertanya jawabannya sudah kutemukan saat mbak Rani  mengajaku ke Musholla yang ada di gedung pusat perbelanjaan itu. Terletak di basement. Ah memang ini sudah waktunya. “Om Reno jadi imamnya ya? Kata bunda aku belum cukup umur buat jadi imam” Celotehnya dalam gendongan ku, aku tersenyum sedikit tertusuk. Geli juga rasanya mendengar pernyataan itu dari mulut mungilnya, ah ternyata si tengil ini lebih menggemaskan lagi. Pasti mas Zain dan mbak Rani mengajarinya dengan baik. “Om Reno kok diam saja” Aku mengangguk saja. Dia tampak udah puas dengan isyaratku.
Seperti tak ada habisnya, Zizan masih saja bersemangat, berlari larian di Kids Zone, mencoba setiap permainan yang ada, sesekali dengan sedikit terengah engah, menghampiri mabk Rani meminta minum lalu kembali berlari dan bermain bersama anak anak yang lain. “Sudah puas mainnya?” Tak menjawab, bocah tengil ini tiba tiba menyeret bundanya ke arah pusat mainan. “Ayo bunda, cepetan” Rengeknya manja. “Zizan, kan mainannya udah banyak di rumah, beli yang lain aja ya?” Matanya menyipit, kedua pipinya menggelembung, seperti ikan Fugu yang ada dalam bahaya. “Enggak mau, pokoknya Zizan mau Iron-Man kaya punya dia” Tunjuknya pada bocah kecil yang asik berkutat dengan replika robot merah. Memain mainkannya kesana kemari seakan akan benda itu terbang. Sesekali mulunya berkomat kamit menirukan sound effect dari tembakan Armor merah itu, persis seperti Zizan di kamarnya tadi. “Tapi kan Zizan udah punya banyak di rumah” Mbak Rani mencoba merayunya, tapi tanpaknya tak mempan, wajah Fugu itu masih terpampang jelas di mukanya. “Bunda pelit” Celetuknya masih dengan muka yang sama, aku tak tahan melihatnya. Gemas rasanya ingin mencubit cubit pipi chubbynya. “Ya udah sini sama om” “Ga perlu Ren, lagian mainannya udah numpuk di rumah” Aku tersenyum, mbak Rani tetep menggeleng melarang, mukanya memelas memohon untuk tidak menuruti kemauna Zizan. Ah aku adi bingung, dua makhluk yang aku sayang memasang muka yang sama. “Bunda jahat, pelit” Sampai di rumah bocah tengil itu langsung masuk ke kamarku, masih tak terima dengan keputusan mbak Rani. Aku tak bia berbuat lebih banyak lagi, anak anak memang usah di tebak. Meski sudah aku belikan apa yang di minta tetap saja masih ngambek sama mbak Rani. Selepas Isya’ anak itu masih tak mau bicara dengan bunda nya. Aku pun tak bisa berbuat apa apa, ah ini cuman kenakalan anak kecil saa, jadi kubiarkan apa yang diinginkannya. Kubiarkan ia bermain main di kamarku, sementara aku kembali berkutat dengan komputer dan pekerjaannku. Deadline udah menungguku di depan mata. “Assalamu alaikum,” Mbak Rani tiba tiba saja masuk ke kamarku. “Zizan bobo yuk udah malem nih, tuh om Reno Juga lagi kerja” “Malam ini aku nggak mau tidur sama bunda, aku mau tidur di kamar om Reno aja” Celotehnya sembari memain mainkan replika Iron-man ditangannya. Aku menoleh ku angkat bahuku, bingung juga mau ngomong apa, tapi anak anak tak bisa dipaksakan begitu saja. Aku dan mbak Rani saling bertatap muka lalu dia terenyum dan menggeleng gelengkan kepala. Aku tersenyum mengisyaratkan agar mbak Rani kembali ke kamarnya. Biarlah Zizan kali ini tidur di kamarku. Kembali aku berkutat dengan imai imai liarku, jemari ini berkutat mengetik semua yang ada dalam pikiranku. “Zizan bo..” Belum selesai kulanjutkan kalimat, aku terenyum geli melihat bocah tengil ini terlelam di atas kasurku, memeluk replika Iron-mannya. “Cih dasar bocah tengil.”
“Bunda, maafin Zizan bunda” “Bunda kok ga bangin Zizan, kembaliin shubuh Zizan” Mataku terpaksa untuk ku buka, sepagi ini bocah sialan itu sudah berulah. Menangis histeris membuat telingaku gerah. Aku bangkit dan keluar kamar. “Zizan kenapa?” “Om Reno jahat, om reno kembaliin shubuh Zizan” “Bunda masih marah kan sama Zizan, makanya Zizan ga di bangunin Shubuh?” “Bunda nggak marah kok, maafin bunda ya, bunda lupa bangunin kamu. Ya sudah besok besok bunda bangunin” “Ga bisa gitu donk, pokoknya om Reno juga harus tanggung jawab, kembaliin Shubuh Zizan. Om Reno jahat, gara gara om Reno zizan telat bangun Shubuh, maafin aku ya bunda. Besok besok aku nggak mau tidur lagi sama om Reno, om Reno nggak sholat Shubuh” Aku jadi tertuduh pagi ini, dan aku tak bisa berkata apa apa, mbak Rani hanya tersenyum senyum memandangiku yang bingung dengan kelakuan Zizan. “Ini Iron-Mannya aku balikin ke om, aku ga mau terima gara gara ini aku ga sholat shubuh” Sengatan jutaan volt menghantamku, kuhampiri bocah tengil yang masih sesenggukan, aku meleleh, tanganku bergetar memeluknya erat, sangat erat, aku tak peduli pada Zizan yang sedikit merintih kesakitan. Dan air lagi lagi aku tak kuasa atas embung yang mengalir dari uung kelopak mataku. Entah ini apa tiba tiba saja aku mendapat sengatan litrik yang begitu besar. Saat Zizan mengembalikan mainan itu dan meletakkannya di bawah. Tepat di kaki ku. Aku menatap bingung pada mainannya. Zizan dengan begitu mudahnya menyerahkan apa yang begitu ia inginkan kemarin hari, karena ketinggalan satu hal. Dan aku, ah mataku terpejam, seakan aku lenyap, menjelma daun daun kering yang berjatuhan dari pohon yang gersang. Kulihat tak ada lagi dedaunan tersisa namun ada hijau yang mulai tumbuh, dan akupun mengembun di atas tangkai yang kering.
0 notes
bpantherp · 4 years
Photo
Tumblr media
Venta de Bolsas en Papel Kraft. La mejor calidad al mejor precio. Contactanos whstsapp: 960414620. #comidamineira #limalama #florencesc #peruenunatoma #florenceurbanart #negociosimobiliarios #florencemode #limawaktu #negociosporinternet #florencerose #negociodigital #modacrista #limabonita #pequenasempresasgrandesnegocios #tagify_app #peru🇵🇪 #ricordibellissimi #comidas #negociofamiliar #empresaspolar #modafemenina #modalreceh #empresaspanama #guarico #peruvianfood #comidacaseira #florencefoodies #empresalider #rio40 #ricostruzione (en Lima, Peru) https://www.instagram.com/p/CH-RweXD35d/?igshid=tkjuuag7jw8
0 notes