Tumgik
#freelance adhitawriting
adhitawriter · 5 years
Text
Memulai Freelance
My life is upside and down since my latest post. My status turns from a single to married. Yes, I’m married. Life is surely unpredictable, I didn’t plan to get married last year.
So, hidup baru berumah tangga dimulai. Berperan jadi istri tentu bukan perkara mudah. Harus ada penyesuaian, mulai dari hidup yang awalnya hanya mikirin diri sendiri, sekarang ada orang lain yang perlu dipikirin. Perubahan terbesar adalah dari nggak bisa masak, sekarang jadi bisa, walaupun masakan yang dimasak hanyalah masakan jenis oseng-osengan saja hehe.
By the way, I will share my husband’s experience as freelance illustrator. Yeah, my husband is full time illustrator. He has studio, name is Bigbann Studio. Menerima pesanan berbagai macam ilustrasi dari background, character, weapon design, book cover, etc. Sebelumnya, Bani bekerja di studio milik sendiri di rumah mertua. Karena berbagai pertimbangan, akhirnya diputuskan, studio pindah di rumah sendiri, dan memulai freelance. Bani punya beberapa pegawai yang akhirnya juga ikut jejaknya, menjadi seorang freelance.
Bekerja freelance tentu punya tantangan tersendiri. Jam kerja yang tidak menentu, terlebih lagi bekerja di rumah sendiri yang lebih nyaman dan rawan godaan untuk bermalas-malasan. Apalagi hawa Malang yang akhir-akhir ini jadi lebih dingin dari sebelumnya. Hampir 17 derajat! Beberapa hari setelah memutuskan freelance, Bani masih struggle beradaptasi dari ritme kerja dari yang pasti, menjadi tidak menentu. Jam kerja bebas, apakah produktivitas makin berkurang? Memang perlu siasat agar tetap produktif, walaupun kita punya kebebasan mengatur waktu kerja. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memutuskan freelance.
Hal pertama yang memang harus dipersiapkan untuk freelance adalah lingkungan kerja. Ya, walaupun bekerja di rumah, tetap saja membuat tempat kerja senyaman mungkin adalah suatu keharusan. Alhasil dua hari sebelum memulai freelance, kami bersih-bersih rumah, menyiapkan ruangan khusus untuk meletakkan berbagai peralatan penunjang pekerjaan, mulai dari meja, kursi, komputer, alat gambar, dll. Kami sengaja merancang ruang tengah menjadi meja kerja bersama. 
Tak kalah penting adalah menyiapkan daftar pekerjaan yang harus diselesaikan, menentukan deadline, hingga mengatur siapa saja yang harus menyelesaikan garapan tersebut. Semuanya ditulis rapi di sebuah papan, agar lebih mudah dilihat. Menentukan deadline sangat penting. Hanya karena memutuskan freelance, lantas mau leha-leha? Tentu saja nggak! Deadline harus tetap ada agar lebih disiplin dalam waktu.
Mengatur ritme kerja juga penting. Beberapa hari freelance, Bani mencari waktu yang pas dia bekerja. Dia mengatur kapan harus bekerja, istirahat, dan bepergian. Mana waktu paling produktif, mana jam-jam yang tidak produktif. Semuanya diatur dan diadaptasi selama seminggu penuh. Biasanya Bani memulai kerjanya setelah shalat subuh. Rehat sebentar untuk sarapan (jangan menunda asupan gizi di pagi hari!), rehat saat jam makan siang, mulai lagi bekerja hingga malam. Biasanya aku mengingatkan dia untuk rehat maksimal hingga pukul sembilan malam. Jika pun terpaksa lembur, setidaknya tidak melebihi jam 12 malam. Waktu istirahat penting, agar stamina tetap terjaga, metabolisme tubuh lancar, dan fit.
Komitmen adalah kunci utama. Tanpa komitmen, hal-hal yang aku sebutkan nggak akan ada artinya. Komitmen tetap produktif walaupun tidak ada yang mengikat dan mengawasi pekerjaan. 
Tumblr media
Source pic: medium.com
0 notes