Ternyata sepatah ini rasanya.
Mei dan patah hati #1
09 Mei 2023 pukul 15.00 terbang menuju Jakarta, Insya'Allah dini hari penerbangan menuju Jeddah akan dilanjutkan.
Dari schedule keberangkatan penerbangan menuju Jeddah akan dilakukan 01.00 dini hari dan jadwal cek in dilakukan mulai pukul 19.00 wib.
Pukul 18.00 pesawat kami touch down in Jakarta. Itu berarti 1 jam lagi jadwal cek in penerbangan Internasional menurut jadwal dari travel.
Tetapi hingga petang, cek in dibandara tak kunjung dilakukan. Kami malah di arahkan ke hotel. Hati mulai was-was. Sesampai di hotel isak tangis mba agen pecah dipelukan sang sahabat yang merupakan salah satu jama'ah. Lalu ia mendekapku dengan suara bergetar dan menahan tangis "sayang, kita gak jadi berangkat".
Aku kaget bukan kepalang, nyawa serasa entah melayang. Berkeras meminta penjelasan. "Gak jadi gimana maskudnya? Kenapa? Ada apa? Tolong mba, jangan mengada-ngada". Aku terus meminta penjelasan. Sedangkan jamaah lain masih belum tahu, aku termasuk 7 jamaah lainnya mendapat penerbangan terakhir dari Lombok dan yang pertama mengetahui kabar ini persis setelah turun dari mobil di depan hotel.
Aku mematung, badanku bergetar, mataku panas, lidah tiba-tiba menjadi kelu. Aku sempoyongan mencari kursi.
Aku memarahi beberapa orang perugas travel, termasuk team heandling bandara dan 2 petugas lainnya.
"Kok tega sekali sih pak, kami sudah jauh-jauh kesini, Ya Allah kok tega sekali". Ucapku kelu.
Sembari minta maaf, dia mengarahkan ku untuk ke kamar hotel dan beristirahat. Aku males menanggapinya.
"Aku batal bertemu Kanjeng Nabi" Ucapku tak karuan. Sambil beristighfar dan menyebut nama Allah, aku tiba-tiba sesak tetapi airmata ku tak bisa keluar.
Selepas Isya kami dikumpulkan, kondisi genting, semua jamaah menerima penjelasan. Sebagian tak terima, beberapa bahkan pingsan. Aku membantu mengurusnya. Sambil entah menghubungi teman dan kolega yang dapat memberi kabar dan kepastian berita yang terjadi. Tangan, pikiran, hati, sudah tidak singkron. Fisik dimana dan perasaan entah dimana jua.
Setelah agak malam semua menjadi lebih tenang. Mungkin lelah hati dan pikiran. Beberapa orang merencanakan tak pulang ke Lombok dulu beberapa hari, lantaran malu.
Pukul 03.00 dini hari aku terbangun, sholat dan sujud agak lama sembari menangis di atas sajadah bergambar masjid Nabawi berkubah hijau. Mestinya esok hari aku bisa melihat Masjid kubah Hijau yang di dalamnya bersemayam Jasad Manusia paling mulia dan kedua sahabat terbaik Baginda, Umar dan Abu Bakar.
Melelah airmata membayangkannya. Juga membayangkan 12 Mei nanti akan menyambut hari kelahiran bersama Baginda Nabi. Tetapi semuanya belum bisa terjadi. Ah, bertapa menyesakkan.
Kupandingi kembali dengan haru masjid berkubah Hijau tersebut. Airmata ku kembali meleleh.
Pagi hari setelah sarapan aku turun ke lobi hotel. Pemandangan pagi biasa-biasa saja. Pagi ini beberapa diantara kami akan pulang ke Lombok. Beberapa merencakan jalan-jalan, meski patah hati kami tak mampu dihibur dengan jalan-jalan di Ibu Kota.
Di pojokan ada sepasang kakek nenek yang tengah sibuk memeriksa barang. Aku menghampiri untuk mengucapkan sepatah kata perpisahan.
"Apuk, pagi ini side dapat jadwal pulang?" . Tanyaku pelan sambil jongkok di depan mereka.
"Pulang kemana nak, kita kan mau siap-siap berangkat umrah". Balas sang kakek.
Deg. Hatiku begetar, mataku kembali basah, suaraku serak menjelaskan bahwa kami tidak jadi berangkat Umrah hari itu. Tak tega hati melanjutkan kata bahwa Umrah kami ditunda hingga selesai haji.
Hatiku kelu melihat wajah-wajah tersebut. Rona bahagia hilang seketika saat mengetahui kami batal berangkat. Aku kembali menangis. Memalingkan wajah dari mereka.
"Kek Nek, Insya'Allah kita akan pergi nanti, kita akan sama-sama dan sampai di Mekkah Madinah. Insya'Allah hari bahagia itu akan tiba" . Kataku menguatkan.
Ah, tidak. Aku tidak sedang menguatkan mereka. Aku sejatinya menguatkan keyakinan ku sendiri. Aku sejatinya sedang menghibur diriku sendiri. Aku yang sejujurnya teramat patah hati.
Di dalam pesawat menuju Lombok, mataku kembali hangat. Aku menyakinkan diri, Allah tak akan menyia-nyiakan rindu ini.
Perjumpaan ini hanya tertunda, esok lusa, hari berjumpa itu akan tiba. Ucapan salam, Assalamualaika ya Rasulullah, Assalamualaika ya Habiballah ini akan sampai di hadapan Baginda yang suci. Bersyadahat kembali di depan Baginda Nabi sebagaimana yang dilakukan oleh pada sahabat ketika pertama kali masuk Islam.
Insya'Allah hari itu akan tiba, hari bersujud di tanah yang Rasulullah bersujud di atasnya. Sholat di masjid yang Rasulullah sholat di dalamnya. Mengelilingi ka'bah yang Rasulullah kelilingi. Mencium Hajar Aswad yang Beliau ciumi. Berlari di Safa dan Marwah yang Beliau ulangi. Melihat Uhud yang Rasulullah cintai. Berziarah pada maqam baqi' yang Rasulullah ziarahi. Bersimpuh dan bersujud di Raudhan hingga berdiri di depan Maqam Beliau yang suci. Insya'Allah hari itu akan tiba. Insya'Allah.
Untuk sesiapa yang merindukan tanah suci. Merindukan Rasulullah. Merindukan tiap tapak pijakan tanah para Nabi. Semoga Allah mudahkan perjalanan untuk sampai disana.
Ya Allah semoga Engkau Ridho dengan semua ini. Semoga Rasulullah selalu menunggu kedatangan diri ini. Allahumma sholli ala Muhammad wa ala ali Muhammad.
Mei berputar kembali, meski dalam balutan patah hati yang teramat, aku selalu percaya Allah akan mengobatinya.
📸 09. Mei 2023 pukul 15.00 Wita : Penerbangan menuju Jakarta.
1 note
·
View note