Tumgik
#Gurun Pasir Kini Jadi Sungai
borobudurnews · 1 year
Text
Kembali Muncul "Keanehan" di Arab, Gurun Pasir Kini Jadi Sungai
BNews–NASIONAL-– Keanehan baru muncul lagi di Arab Saudi. Setelah gunung tandus di Makkah menghijau kini gurun pasir di negara itu berubah menjadi sungai. Foto-foto dibagikan media AFP, Selasa (17/1/2023). Ini terjadi di wilayah Wadi Al-Rummah. “Wadi Al-Rummah kini meluap dengan air,” tulis media Prancis itu. “Membentang sepanjang hampir 600 kilometer (km) … banjir setelah dua minggu diguyur…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
dindinbahtiar · 7 years
Text
Negeri Dongeng
Lorong bawah tanah itu tampak gelap, semakin masuk kedalam kita akan menemukan pemandangan tak terduga. Kau tahu, ini seperti surga yang sering dibicarakan mahluk tinggi besar dan berakal dan suka merusak alam itu…
“Siapa? Manusia, bukan?”
“Memang siapa lagi ciptaan Tuhan yang paling sempurna selain golongan mereka?”
“Aku mulai lelah nih, berapa kilometer lagi kita harus berlari? Tidak bisakah jalan biasa saja?”
Tak ada jawaban.
Rekan bicaranya malah mempercepat langkahnya, “Ayo!, katanya”.
Niat mereka berdua adalah mencari tempat perlindungan dan membawa golongan mereka pindah dari tempat tinggal yang sekarang. Kelakuan manusia yang katanya mahluk paling sempurna dan berakal sudah keterlaluan, tak tahan bangsa kami dibuatnya. Setiap hari pasti akan memakan korban, kerusakan dimana-mana, alam yang indah kini sudah jauh berubah.
Pohon yang rindang dan lahan hijau yang dulu kami pelihara, kini berubah jadi beton, besi, granit dan marmer. Udara yang dulu segar, dihiasinya dengan gas-gas mematikan. Bahan kimia disemprotkan semaunya, tanpa memikirkan resiko.
Lorong pengap dan panjang itu akhirnya berhasil mereka lewati dan sampailah pada muaranya.
Lagi-lagi untuk yang kedua kalinya, ia terdiam. Takjub melihat apa yang ada dihadapannya.
“Hahaha, sudah kukira… Semua hewan yang pertama datang kesini pasti menampilkan wajah yang sama. Kayak kamu itu loh”, ia terus terkekeh.
“Ini ngeri, kok bisa ada surga dibawah tanah? Siapa yang buatnya? Sejak kapan tempat ini ada? Teruuussss…”
“Tahan dulu semua pertanyan mu, ayo kita menghadap Penguasa tempat ini…”
Mereka tiba di sebuah pintu besar berlapis emas, tampak dua ekor kuda tegap berdiri, memakai seragam kerajaan, menggenggam tongkat, lengkap bersenjata. Ia pun mempersilahkan kami masuk, “Silahkan lewat sebelah sini, baginda tuan raja sudah menunggu anda berdua di peraduannya”.
“Te…terima…terima kasih…”, jawab kami tergagap.
Sekeliling tampak seperti jalan penuh dengan segala pemandangan yang indah, menyejukan mata dan menentramkan hati.
Ada pohon berdaun lembaran uang, bertangkai kemilau emas, berbuah kerlap-kerlip permata dan mutiara.
Di kanan ada rumah-rumah dengan dinding berlapis candy warna-warni berbagai rasa, pagarnya serupa lolypop, kolam renang susu dan madu, hingga rumput halaman yang hijau layaknya olesan cream pandan.
Dia menatap ke arah kiri, masih dengan keheranan yang sama. Ada taman beralaskan rumput berbagai warna, di sekeliling nya ada pelangi memancar menutupi setiap sudut tepi. Wahana bermain anak kaya variasi, kelinci berbaju badut tak bosan menghibur pengunjung yang terus berdatangan.
Setelah berjalan beberapa kilometer, mereka mendapati ada seekor kancil berjubah merah merona, kepalanya ada mahkota wajahnya memancar cahaya kewibawaan. Seketika mereka langsung bersujud membungkukan badan, “Salam hormat dengan segala kerendahan hati, wahai baginda tuan raja yang wibawa…”
Kancil langsung menjawab, “Jangan lah kalian membungkuk seperti itu, aku ini bukanlah tuan maha raja. Aku ini hanyalah pelayan, pelayan, dari pelayannya tuan baginda. Silahkan kalian lewat sebelah sini untuk menemui tuan baginda raja di peraduannya…” Giliran sang kancil yang kali ini membungkukan badannya.
Dua hewan itupun kaget, sambil melangkah meneruskan perjalanan, salahsatu dari keduanya berbisik,
“Lha pelayan nya aja kayak gitu, gimana penampilan tuan baginda raja tempat ini?”
“Udaaaaah, ayo kita teruskan perjalanan”, temannya menimpali.
Perjalanan menuju peraduan raja masih panjang, dari satu gerbang pintu ke gerbang pintu yang berikutnya berjarak 5 kilometer. Mereka baru melewati pintu pertama, pasti di pintu berikutnya akan tampak peraduan sang banginda raja.
Semakin meneruskan perjalanan, mata keduanya semakin takjub dengan pemandangan di sekelilingnya. Hingga jarak 5 kilometer tak terasa saking luar biasanya tempat ini, lebih tepatnya istana ini. Serasa surga berwujud di dunia.
Di pintu gerbang kedua, ada empat ekor jerapah tinggi loreng totol cokelat. Mereka memakai baju besi serupa seragam perang, jerapah paling depan menghampiri kami dan berujar, “Silahkan lewat sebelah sini, baginda tuan raja sudah menunggu anda berdua di peraduannya”.
Dua hewan itu berjalan menyusuri lorong dan akhirnya mendapati pemandangan gunung dan gurun sekaligus. Pohon pinus dan jati tinggi berderap di sepanjang jalan, beberapa tenda kemping terpampang saling berjauhan satu sama lain, ada api unggun, peralatan masak dan ayunan yang tergantel diantara dua anak pohon. Nampak keluarga ayam dan burung sedang berkumpul, senyum bahagia terwujud nyata, anak-anak ayam saling bermain dan mecoba meniru anak burung yang asik menggoda terbang di udara.
Tekstur tanah di arah yang berlainan, di dominasi dengan pasir yang panas. Savana dan Sahara ala-ala benua Afrika, kaktus yang jarang-jarang itu terlihat lesu diterpa panas matahari yang menyengat. Ada beberapa fatamorgana yang tampak bias, sambil mengusap-usap mata mencoba menerka-nerka, dua hewan itu semakin dan semakin penasaran bagaimana wujud peraduan sang maha raja.
“Sebentar, itulah peraduan sang maha raja, aku melihatnya. Ayo…!”, sambil menarik lengan si hewan yang satunya.
Ada seekor elang diatas sebuah pohon dengan akar yang menguham ke tanah, tangga menuju sarang yang mewah berbahan dasar beton dan granit marmer. Elang itu menyambut kami berdua dengan mengepakan kedua sayapnya yang menawan. Moncong nya yang meliuk gagah, semakin yakin bahwa inilah sang maha raja si empunya tempat berupa surga ini.
Tak ubahnya saat menemui sang kancil, mereka berdua akhirnya membungkukan badan dan berujar, “Salam hormat dengan segala kerendahan hati, wahai baginda tuan raja dengan sayap indah dan menawan…”
Elang berkilah, “Jangan lah kalian membungkuk seperti itu, aku ini bukanlah tuan maha raja. Aku ini hanyalah pelayan, dari pelayannya tuan baginda. Silahkan kalian lewat sebelah sini untuk menemui tuan baginda raja di peraduannya…” Elang yang kali ini membungkukan badannya.
Kesekian kalinya dua hewan itu kaget, sambil melangkah meneruskan perjalanan.
“Ga ngerti sama semua ini, aku semakin penasaran ingin bertemu dengan sang baginda raja?”
“Udaaaaah, ayo kita teruskan perjalanan”, temannya menimpali.
Dibalik kekecewaan mereka berdua, tampak semakin penasaran diraut mukanya untuk bertemu sang penguasa. Menurut Elang, kalian tinggal berjalan terus mengikuti arah yang tertera di setiap tikungan badan jalan. Selanjutnya tentukan pilihan-pilihan berdasar nurani saja.
Pintu gerbang ketiga, ada kerumunan singa mengaum lantang. Mereka berbaris tegap, suara garang dari salahsatu mereka menyusul selanjutnya, “Silahkan lewat sebelah sini, baginda tuan raja sudah menunggu anda berdua di peraduannya”.
Laut dan sungai kini ada di sekeliling keduanya, air dengan kadar garam yang berbeda itu bisa menyatu. Ada batas garis lurus mempertemukan birunya air laut dengan keruhnya air sungai. Pasir putih dan ombak mendesir menyapu pesisir pantai. Ada kapal-kapal besar berlayar samar-samar dari kejauhan, masing-masing menancapkan bendera berlainan di muka kapal.
Ada pula kolam-kolam buatan berisi macam-macam air dengan varian rasa. Ada kolam madu, kolam susu, kolam sirup, kolam soda, kolam cream hingga kopi. Semuanya padat pengunjung, lagi-lagi senyum bahagia menjadi andalan mereka.
“Aku iri dengan kebahagiaan mereka disini, pasti tuan baginda raja sangat di hormati dan di sayangi rakyatnya. Tak sabar ingin segera bertemu, ayo bergegas…”.
Beberapa meter didepan mereka terdapat singgasana diatas air laut yang biru menawan, seekor lumba-lumba ramah tersenyum. Kulit abu-abu langsatnya mengkilap, membuat silau lawan bicaranya. Dua hewan itu kembali membungkuk untuk yang ketiga kalinya.
“Salam hormat dengan segala kerendahan hati, wahai baginda tuan raja berwajah ramah dan kulit yang menawan…”
Lumba-lumba itu kembali tersenyum simpul, lalu merespon dengan serius, “Jangan lah kalian membungkuk seperti itu, aku ini bukanlah tuan maha raja. Aku ini hanyalah pelayannya tuan baginda. Silahkan kalian lewat sebelah sini untuk menemui tuan baginda raja di peraduannya…”, jawab lumba-lumba.
“Disana, digubuk reot itu, tuan baginda raja menetap di peraduannya”. Lumba-lumba menunjuk ke arah kanan sambil membungkukan badan.
Dengan wajah keheranan, dua hewan itu berjalan perlahan menuju gubuk reot kecil dan sederhana sekali. Sepetak ruangan, disanakah sang penguasa istana ini tinggal? Apa tidak salah? Kenapa peraduan baginda berbanding terbalik sedangkan pelayan-pelayan nya yang lain hidup mewah bertabur harta? Semakin banyak pertanyaan yang timbul dibenak keduanya.
Sampai dipintu gubuk itu keduanya saling pandang satu sama lain, memberi kode, “Kamu dulu yang jalan duluan, sana bukain pintunya…”,
Tiba-tiba…
“Kalian berdua hendak mencari siapa?”
Terdengar suara menyapa mereka berdua, “Kami ingin bertemu dengan baginda tuan maha raja, kabarnya beliau ada ditempat ini”.
“Kalian terlalu berlebihan, para pelayan dan rakyat ku selalu melebih-lebihkan soalan nama dan gelar. Mari masuk kedalam dulu…”
Masih dalam rona kebingungan, dua hewan yang merupakan tamu di istana itu pun mengikuti dari belakang.
“Yang kalian cari, itulah aku. Baginda tuan maha raja, itulah aku…”
Seketika kedua hewan itupun merubah posisi duduknya, menjadi membungkuk.
“Salam hormat dengan segala kerendahan hati, wahai baginda tuan maha raja…”
“Perkenalkan kami berdua ini adalah golongan yang hendak mencari perlindungan, di negeri tempat kami tinggal tengah terjadi perang yang tak berkesudahan. Kiranya di negeri ini, di istana ini, kami beserta golongan kami bisa tinggal dan dilindungi atas jaminan nama baginda tuan maha raja…”
Baginda Tuan Maha Raja yang berwujud seekor Zebra kemudian mendekati sebuah jendela, menatap jauh ke seluruh penjuru istana. Kekuasaan yang saat ini ia dapatkan, rakyat yang bahagia, aman dan tentram, merupakan buah dari perjuangan masa lalunya.
“Kalian berdua silahkan datang kesini, bawa golongan kalian. Menetaplah disini sementara waktu, aku pun pernah merasakan ada diposisi kalian. Duluuu, kami pun sama, berteman baik dengan golongan manusia. Berbaur dan bertetangga, berhubungan baik hingga saling membantu dalam setiap urusannya. Kami jadi tunggangan mereka, peliharaan mereka, sampai alat penghasil uang bagi mereka. Hingga sampai pada masanya, rakus ditambah ego yang tinggi merubah sifat-sifat humanis mereka. Boleh kukatakan, sifat mereka lebih-lebih dari sifat binatang seperti kita…”
Dua tikus mungil kecil yang menjadi tamu istana, tertunduk merenungi bangsa mereka yang terus berkurang populasinya akibat ulang tangan mereka.
“Kami disini, saat ini hidup tenang dan damai. Padahal dulu kami pernah menjadi hewan-hewan peliharaan mereka yang ditelantarkan. Hingga akhirnya kami lari, terus mencari tempat yang nyaman untuk tinggal dan bersatu dengan semua jenis hewan. Sampai akhirnya, hingga saat ini kami hidup tenang dan nyaman”.
Tikus mungil yang sedari tadi tertunduk kemudian mengajukan pertanyaan, “Lantas kenapa bagianda tuan maha raja malah tinggal di peraduan yang sederhana ini, semantara pelayan dan rakyat yang lainnya bermewah-mewahan?”
Zebra itu tersenyum, “Bagiku, inilah kemewahan yang hakiki. Dengan tinggal diperaduan yang sederhana, membuat ku lebih nyaman dan tenang. Aku bisa keiling memeriksa semua rakyat dan pelayan ku dengan leluasa, tak segalanya bisa diselesaikan dengan harta dan uang. Diperaduan ini, aku mendapatkan ketenangan yang beda”.
“Pantas saja pelayan dan rakyat disini sangat bahagia, penguasa nya pun sederhana dan ramah sekali. Apalagi selain pasti dicintai oleh rakyatnya…
Bandung, 25 Maret 2017 | dindinbahtiar | Tebar Manfaat Lewat Aksara | Negeri Dongeng
7 notes · View notes
gealukman · 7 years
Text
Suriah
Bumi Suriah tak kaya sumberdaya. Secuil tanah suburnya hanya terbatas di tepian barat, utara, dan di koridor sempit sepanjang Sungai Eufrat, mengelilingi gurun pasir tandus di tengahnya. Ada sedikit minyak dan gasbumi (juga di sepanjang Eufrat, hanya jauh di bawah tanah) tapi tentu tak seberapa dibanding cadangan raksasa milik tetangga-tetangga di Teluk Persia. Lokasilah yang membuatnya penting di mata negara tetangga, juga bagi dunia. Di jaman antik Suriah terhimpit di antara wilayah kekuasaan Romawi di utara dan Persia di tenggara. Konflik bersenjata cukup diwakili suku-suku lokal; Romawi diwakili Bani Ghasan, berhadapan dengan Bani Lakhmi yang setia pada Persia. Proxy-war dua adidaya ini sepertinya tak bertujuan memperebutkan sumberdaya alam Suriah. Lumbung pangan di Mesir sudah mencukupi kebutuhan Romawi, sedangkan kanal-kanal irigasi di pedalaman Persia sendiri membuat wilayahnya jauh lebih subur dari Suriah. Perebutan pengaruh di lokasi yang strategis menjadi alasan perseteruan keduanya. Di masa kini jalur pipa yang rencananya menghubungkan ladang-ladang gas di Teluk Persia, Asia Tengah, dan Kaspia dengan pesisir timur Mediterania mau tak mau harus melewati Suriah. Nantinya dari pesisir timur Mediterania pipa gas akan diteruskan ke barat demi memuaskan Eropa yang rakus energi. Rencana jalur pipa baru ini tentu mengancam dominasi Rusia sebagai pemasok energi utama Eropa. Kran-kran pipa yang mensuplai gas menjadi kartu as yang sering dimainkan Moskow. Cina juga berkepentingan menggagalkan rencana jalur pipa baru ini. Rencana pemenuhan kebutuhan energinya bisa berantakan seandainya gas alam dari Asia Tengah, alih-alih mengalir ke timur, justru malah menuju Eropa via jalur pipa baru tadi. Bagaimana dengan Iran, Arab Saudi, Israel, Turki, dan Amerika? Syahwat Iran adalah menjaga pengaruh politiknya pada jalur yang tak terputus dari Mediterania sampai Laut Merah, Teluk Persia dan Samudera Hindia melalui Hamas di Palestina, Hezbollah di Lebanon, rezim Assad di Suriah, dominasi syiah di pemerintahan Iraq, serta separatis bersenjata di Yaman. Tentu ambisi ini mengancam Israel, Arab Saudi, dan negara-negara teluk lainnya. Jadi jangan heran bila kabinet sayap kanan di Israel bisa-bisanya bergandengan mesrah dengan monarki-monarki sunni. Itu sekedar pilihan logis dan pragmatis saja. Sementara Turki berkepentingan melemahkan Bangsa Kurdi di sepanjang perbatasannya dengan Suriah agar mereka tak gegabah menuntut hak otonomi apalagi minta merdeka. Performa ekonomi Turki yang kemilau akhir-akhir ini juga meningkatkan kepercayaan diri dalam melakukan proyeksi kekuatan keluar sebagai bukti mereka harus diperhitungkan dalam kalkulasi politik regional. Dan kebetulan presiden baru Amerika sedang butuh samsak untuk pamer otot dan nyali di antara tumpukan masalah domestik dalam negeri. Banyak tangan yang bermain di sini. Banyak kepentingan yang dipertaruhkan, selain juga banyak yang mengais keuntungan dari perang yang terjadi. Di Suriah sendiri kekeringan yang makin sering terjadi memaksa manusia-manusianya meninggalkan desa dan hidup berdesak-desakkan di kota-kota besar. Damaskus, Aleppo, Homs, dan Hamma dipenuhi anak-anak muda tanpa pendidikan dan pekerjaan. Mereka resah, mudah marah, dan siap meledak kapan saja. Janji surga sebagai bayaran kemartiran adalah satu-satunya masa depan mereka. Seandainya perang di Suriah sesederhana perang bintang 'long time ago in the galaxy far far away' dengan mudah segera kita kutuk Sith Lord, Darth Vader, Senator Palpatine soon-to-be-Emperor, beserta segenap rezim Galactic Empire-nya, sambil mendoakan kemenangan para pemberontak, laskar Jedi, dan Bani Skywalker (zonder Anakin tentunya). Dalam Star Wars telah jelas siapa yang berafiliasi dengan Dark Side dan siapa yang istiqomah pada sisi terang The Force. Sayang di Suriah keadaan tak sesederhana itu. Tak jelas yang mana gerombolan penjahat dan mana barisan malaikat. Satu-satunya yang jelas hanyalah korban: ratusan ribu nyawa manusia, termasuk anak-anak, dan jutaan pengungsi yang terusir dari kampung halamannya. Apakah ini perang agama? Bagi para pion rendahan yang selalu mati duluan segala sesuatu selalu terkait dengan agama. Namun bagi raja, menteri, kuncung, kuda, dan benteng ini hanyalah percaturan kepentingan belaka. Tak abadi apalagi suci...
1 note · View note
harianpublik-blog · 7 years
Text
Tragedi Kolong Tol Kalijodo
Tragedi Kolong Tol Kalijodo
Tragedi Kolong Tol Kalijodo
Harianpublik.com – PRIHATIN menyelinap di lubuk sanubari saya pada hari Selasa 13 Juni 2017 menjelang tengah malam hari mendadak sesama warga Indonesia yang kurang beruntung terpaksa bermukim di kolong tol Kalijodo digusur oleh laskar Satpol PP yang ditugaskan oleh Pemerintah DKI Jakarta melakukan penggusuran terhadap sesama rakyat Indonesia.
Saya makin prihatin akibat ternyata yang ikut tergusur termasuk para ibu dan balita kemudian terlantar di pinggir jalan tanpa bisa melakukan sahur di bulan suci Ramadhan sebab tidak memiliki seteguk air minum dan sesuap nasi pun.
Saya makin prihatin sebab demi membenarkan penggusuran ternyata dilakukan serangan hujatan terhadap rakyat yang akan digusur sebagai warga liar, perampas tanah negara, pelacur, pejudi, pengguna dan pengedar narkoba dan lain-lain sehingga oleh publik dianggap sangat layak untuk digusur secara tidak manusiawi tanpa ganti rugi sepeser pun.
Pada pertemuan pribadi di Istana Merdeka, Kamis 8 Juni 2017, Presiden Jokowi secara pribadi langsung kepada saya menegaskan bahwa dirinya TIDAK pernah membenarkan penggusuran rakyat yang dilakukan tanpa ganti rugi.
Presiden Jokowi sendiri pernah merasakan sakitnya derita digusur pada masa kanak-kanak di kali Pepe, Solo dan juga sebenarnya tersedia dana cukup besar pada APBD DKI Jakarta yang memungkinkan pemberian ganti rugi bagi para warga tergusur.
Saya pribadi pernah memberikan ganti rugi sesuai yang dikehendaki sesama warga Indonesia yang bermukim di atas tanah hak milik almarhumah ibunda yang diwariskan kepada saya.
Jika saya pribadi saja mampu maka pasti pemerintah DKI Jakarta lebih mampu – kalau mau – memberi ganti rugi bagi rakyat tergusur. Tetapi jika tidak mau ya pasti tidak mampu!
Saya prihatin terhadap penggunaan istilah warga liar sebab setahu saya istilah “liar” hanya digunakan bagi binatang maka jelas bukan bagi sesama manusia dan sesama rakyat Indonesia.
Saya makin prihatin ketika teringat bahwa Republik Indonesia adalah negara hukum dimana seharusnya mereka yang dituduh pelacur, pejudi, pengguna dan pengedar narkoba bukan digusur tetapi diproses sesuai hukum yang berlaku terhadap para pelacur, pejudi, pengguna dan pengedar narkoba.
Prihatin saya makin menjadi-jadi pada saat menulis naskah ini menerima berita bahwa para warga yang masih bertahan di sekitar puing-puing tol Kalijodo kembali digusur.
Rasa prihatin akumulatif menumpuk di lubuk sanubari saya akibat rakyat sudah (berulang kali) digusur masih dihujat sehingga tidak ada pihak sudi membela rakyat digusur akibat terlanjur meyakini bahwa mereka adalah kaum kriminal dan warga liar yang memang hukumnya wajib untuk digusur.
Rasa prihatin berubah menjadi putus asa akibat saya pribadi tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk mencegah penggusuran yang sudah terselenggara secara sistematis, terstruktur, dan masif.
Saya tidak berdaya apa pun kecuali menulis naskah yang dimuat atas budi baik Kantor Berita Politik RMOL ini dengan kesadaran bahwa tulisan saya sekedar seperti gonggongan anjing di gurun pasir di mana khafilah penggusuran maju tak gentar melakukan penggusuran atau penertiban demi pembangunan infrastruktur atau normalisasi sungai atau menanggulangi kemacetan jalan atau mencegah banjir atau entah apa pun sebutan alasannya.
Akibat akhir-akhir ini Pancasila kerap disebut-sebut maka kini kalbu saya dihantui pertanyaan, “apakah tragedi yang menimpa rakyat di kolong tol Kalijodo sesuai Pancasila?”. [opinibangsa.id / emc]
Sumber : Source link
0 notes
limaumandarinkl · 7 years
Text
9 Sebab Saya Jatuh Cinta Dengan Republik Rakyat China
Negara Impian?
Jika berbicara tentang negara impian untuk tinggal atau menyambung pelajaran, negara China tidak pernah terlintas dalam fikiran saya. Sekali pun tidak pernah.
Namun, 4 tahun berada di Tanah Besar China, kini saya mula menyedari betapa saya mula jatuh cinta dengan Republik Rakyat China. Di sini, saya kongsikan kepada anda mengapa saya jatuh cinta dengan negara ini.
  #1 Sejarah 5000 Tahun
Kota Larangan. Kredit: www.baidu.com
Menyusuri arus kegemilangan ibu kota ini pada zaman dahulu membuatkan saya terpegun dengan khazanah sejarahnya. Walaupun China sudah tidak mempunyai maharaja, namun warisan berdaulat ini tetap dipelihara untuk tatapan generasi seterusnya.
Sejarah mempunyai nilai yang sangat besar bagi sesebuah negara. Bagi negara China yang mempunyai sejarah lebih 5000 tahun, ia merupakan sebuah kebanggaan bagi rakyat negara ini sendiri.
Tamadun Cina purba yang merupakan antara tamadun terawal di dunia. Ia telah berkembang dengan makmur di lembangan subur Sungai Kuning yang mengalir merentasi Dataran China Utara. Telah banyak sumbangan yang dilakukan oleh peradaban bangsa ini sejak zaman dahulu. Antaranya, sumbangan dari perubatan tradisional cina, penciptaan kertas, kompas, belerang dan banyak lagi.
Dalam tempoh masa 5000 tahun, negara ini telah mempunyai 24 dinasti. Antaranya Dinasti Han, Dinasti Tang, Dinasti Song, Dinasti Yuan, Dinasti Ming, dan Dinasti Qing. Dinasti pertamanya ialah Xia, tetapi pada zaman dinasti Qin barulah negara China yang bersatu iaitu pada tahun 221 SM. Dinasti terakhir ialah Dinasti Qing yang berakhir pada tahun 1911 dengan penubuhan Republik China.
Setiap dinasti mempunyai kestimewaan yang tersendiri dari segi budaya, kelahiran tokoh terkenal, dan sumbangan mereka terhadap peradaban Cina. Sejarah sememangnya perlu dipentaskan dengan nilainya yang tersendiri. Mengenali sejarah ialah mengenali diri sendiri.
#2 Landskap Bumi yang Pelbagai
  Ming Sha Shan: Padang pasir di Dun Huang, China.
China adalah antara negara yang sangat besar. Maka, tidak hairanlah jika China mempunyai pelbagai jenis bentuk muka bumi yang berbeza. Landskapnya dipelbagaikan dari tanah hutan steppe dan gurun (Gobi dan Taklamakan) di bahagian utara yang kering bersebelahan dengan Mongolia dan Siberia di Rusia, hingga ke hutan-hutan subtropika di bahagian yang lembap bersebelahan dengan negara-negara Vietnam, Laos dan Myanmar.
Rupa bumi di bahagian baratnya tinggi dan berceranggah, dengan banjaran-banjaran Himalaya dan Tian Shan yang membentuk sempadan semula jadi China dengan India dan Asia Tengah.
Bentuk muka bumi Danxia di Zhangye
Antara yang menarik untuk saya kongsikan dengan anda ialah kewujudan bentuk muka bumi Danxia di Zhangye. Bentuk muka bumi Danxia ini merujuk kepada pelbagai landskap ditemui di tenggara, barat daya dan barat laut China. Ia adalah sejenis petrografik yang unik dan hanya boleh ditemui di China. Bentuk muka bumi Danxia terbentuk daripada batu pasir berwarna merah dan konglomerat. Kawasan ini akan menghasilkan warna yang berbeza-beza bergantung kepada keadaan cuaca dan cahaya matahari.
#3 Pengangkutan Yang Murah dan Selesa
Kemudahan bas yang sangat banyak di Beijing menggalakkan rakyat menggunakan pengangkutan awam. Kredit: www.baidu.com
Sistem pengangkutan dan pembandaran di Beijing juga sangat terancang dan teratur. Oleh itu, sangat mudah untuk meneroka kota lama yang berwajah moden ini. Pengangkutan awam di sini adalah murah dan selesa.
Untuk memudahkan perjalanan, kita boleh membeli kad pengangkutan awam yang boleh digunakan untuk menaiki subway dan bas. Pengumuman dilakukan dalam bahasa Mandarin dan bahasa Inggeris sebelum bas tiba di setiap hentian.
Kad pengangkutan awam. Kredit: www.baidu.com
Untuk pengetahuan anda, laluan pertama subway di Beijing mula dibuka pada tahun 1969. Laluan 1 merupakan laluan subway tertua di Beijing. Tiket subway boleh dibeli di kaunter atau menggunakan mesin tiket yang disediakan.
Sebelum menaiki subway, semua beg penumpang perlu diperiksa. Ia adalah bagi memastikan tiada penumpang yang membawa barang yang berbahaya ke dalam tren. Air minuman juga diperiksa bagi mengesahkan bahawa air tersebut selamat dan tidak mengandungi asid atau apa-apa jenis virus atau senjata biologi.
Harga tiket subway berbeza mengikut jarak destinasi. Dulu, harga subway ialah 2 yuan seorang untuk ke mana-mana destinasi selagi penumpang tidak keluar dari rangkaian subway berkenaan.
Kenderaan di China menggunakan pemanduan di sebelah kiri. Kredit: www.baidu.com
Semasa menaiki bas, semua orang dikehendaki beratur mengikut barisan dan nombor bas. Sistem ini sangat memudahkan orang ramai. Kenderaan di China menggunakan pemanduan di sebelah kiri dan bukan di sebelah kanan seperti di Malaysia dan negara-negara Komanwel yang lain. Kebanyakkan bas di sini menggunakan tabung dan juga mempunyai konduktor bas.
#4 Niujie: Perkampungan Muslim      
Sambutan Hari Raya Aidil Adha di Masjid Niujie
Bagi anda yang datang  ke Beijing, anda wajib ke daerah Xuanwu untuk melawat masjid yang terkenal di Beijing iaitu Masjid Niujie. Hal ini kerana, Niujie merupakan penempatan orang Muslim terbesar di Beijing. Kebanyakkan orang Muslim bermaustatin di sini. Kedai dan restoran halal juga banyak terdapat di sini.
Masjid Niujie merupakan masjid tertua di Beijing. Masjid ini dibina pada tahun 996 dan dibesarkan pada tahun 1622. Ruang solat masjid ini mampu menampung seribu jemaah dalam satu masa.
Seni bina yang cantik.
Gaya seni bina dan reka bentuk masjid ini juga merupakan gabungan seni bina istana China dengan bangunan Arab. Struktur kayu masjid pula mempunyai hiasan bercorak Arab. Masjid Niujie juga mempunyai ruang solat lelaki dan perempuan yang terpisah. Bangunan solat lelaki di hadapan dan bangunan solat perempuan di bahagian belakang.
Terdapat juga Menara Pemerhati Bulan atau Moon Observation Tower yang dibina pada tahun 1662. Lampu di atas menara ini akan dipasang sepanjang bulan Ramadhan bagi menghormati bulan tersebut dan dipadam pada 1 Syawal.
Akmal, salah seorang pelajar Malaysia yang menuntut di Beijing membawa Ustaz Hussin melawat masjid Niujie.
Setiap kali mengunjungi Masjid Niujie, ia mengingatkan saya bahawa Islam sampai ke China dengan adanya mereka yang menyedari tujuan kehidupan mereka. Ia menyedarkan saya betapa akan sentiasa ada golongan yang berusaha menyebarkan rahmat Islam ke seluruh pelusuk dunia dengan mengajarkan Islam kepada orang ramai sebagai cara hidup.
#5 Gedung Ilmu Yang Tercinta
Peluang belajar di China adalah sesuatu yang amat saya syukuri. Di sini, saya berpeluang mengenali dengan lebih dekat mengenai budaya bangsa Cina dan dapat berinteraksi secara langsung dengan mereka.
Hari Graduasi pelajar Malaysia di Beijing Foreign Studies University
Antara perkara yang menyentuh hati saya ialah layanan yang sangat baik oleh guru di universiti dan sikap pihak universiti yang begitu prihatin menjaga kebajikan pelajar Malaysia di sini. Kami disediakan sebuah kelas untuk menunaikan solat dan tandas yang dilengkapi dengan kemudahan paip untuk beristinjak. Walaupun berbeza budaya dan agama, namun hasil hubungan baik antara pensyarah dan pelajar, mereka cuba memahami cara hidup pelajar Malaysia sebagai Muslim.
Selain itu, di Beijing Foreign Studies University, terdapat juga fakulti Bahasa Melayu. BFSU ialah universiti pertama di China yang telah menawarkan kursus bahasa Melayu. Kini, kewujudan kursus Bahasa Melayu di universiti-universiti di seluruh China dipelopori oleh graduan lepasan Beijing Foreign Studies University sebagai yang bertugas sebagai tenaga pengajar
Fakulti Bahasa Melayu di BFSU telah bekerjasama dengan Universiti Malaya dalam program pertukaran pelajar. Setiap tahun, pelajar China akan berkunjung ke Malaysia untuk mempelajari bahasa Malaysia dan mengenali budaya Malaysia dengan lebih mendalam selama satu semester.
Puan Roziah. pensyarah Bahasa Melayu di Jabatan Bahasa Melayu BFSU bersama Azim dan Hasmin yang membantu pelajar China mengenali budaya Malaysia.
Pusat pengajian Melayu China di BFSU telah dirasmikan oleh Perdana Menteri Malaysa yang kelima iaitu YAB Dato’ Sri Mohd Najib bin Tun Haji Abdul Razak pada September 2005.
Pada tahun1959, Beijing Russian Institute telah ditukar menjadi Beijing Foreign Language Institute. Kemudian pada 1994, namanya telah ditukar menjadi Beijing Foreign Studies University. Sejak itu, BFSU menjadi tempat bagi para pelajar antarabangsa belajar pelbagai jenis bahasa. Sehingga tahun 2016, terdapat 86 jenis bahasa yang diajar di BFSU.
BFSU begitu istimewa di hati saya kerana di sinilah saya mula menghargai nilai pendidikan yang tidak hanya terhad kepada pendidikan formal tetapi juga pendidikan tidak formal yang banyak disampaikan oleh mereka yang hadir dalam hidup saya sebagai ibu-bapa, guru, mahupun rakan.
#6 Bahasa Mandarin: Antara Cabaran dan Hadiah Berharga
Bahasa Cina unik kerana sejarahnya yang sangat panjang. Ia bermula sejak zaman Cina kuno lagi dengan sistem piktograf. Bahasa Mandarin adalah antara bahasa yang tersenarai dalam kategori bahasa yang susah untuk dipelajari. Kajian membuktikan bahawa penutur bahasa Mandarin menggunakan kedua-dua belah bahgian otak, kiri dan kanan sekaligus! Menarik kan?
Mempelajari bahasa Mandarin susah, tapi tidaklah mustahil.
Bagi saya yang mula belajar bahasa Mandarin pada umur 18 tahun, saya mengakui kenyataan ini, namun mempelajari bahasa Mandarin ini tidaklah mustahil. Asalkan kita konsisten dan bersungguh-sungguh dalam mempalajari bahasa ini, kita pasti dapat menguasai bahasa ini dengan baik.
Dengan kelebihan bertutur bahasa Mandarin membuatkan saya lebih mengenali budaya dan kehidupan bangsa Cina khususnya di China. Mempelajari bahasa Cina membuatkan saya mula mengenali rakan baru yang mempunyai kebolehan bertutur bahasa Cina tidak kira dari negara China, Malaysia dan negara lain seperti Jepun, Rusia, Amerika, Ukrain dan Belarus.
Bersama Yi Xuan dan Yippee ketika persembahan Tarian Singa di Beijing University of Chinese Medicine.
Yang menarik lagi, rakan berbangsa Cina dari Malaysia saya yang pertama saya kenal ialah ketika di Beijing, bukan di Malaysia. Hal ini adalah disebabkan latar belakang keluarga dan pendidikan yang membuatkan saya sangat jarang berinteraksi dengan rakan berbangsa Cina. Bergaul dan mengenali kehidupan mereka membuatkan saya bersikap lebih terbuka dalam meraikan perbezaan antara bangsa terutamanya di Malaysia.
#7 Makanan
8 jenis makanan yang terbahagi mengikut provinsi di China
Makanan ialah identiti kepada sesuatu budaya dan bangsa. Setiap tempat mempunyai cara pemakanan yang berbeza. Secara umumnya, kebiasaan cara makan orang Cina di bahagian utara China berbeza dengan cara makan orang Cina di bahagian Selatan Cina.
Makanan ruji orang Cina di bahagian utara ialah mee, manakala makanan ruji orang Cina di selatan ialah nasi. Selain itu, makanan juga boleh dibahagikan mengikut provinsi. Terdapat 8 jenis makanan yang boleh kita bahagikan mengikut provinsi di China.
Jika anda sudah sampai di China, jangan lupa merasai keenakan pelbagai jenis makanan Cina yang sangat unik dan lazat.
Kesimpulan
Kesimpulannya, China telah mengajarkan saya tentang pelbagai sisi kehidupan. Dari sejarah, budaya sehinggalah peluang berinteraksi secara langsung dengan penduduk China, semuanya telah memberi perspektif baharu kepada saya tentang negara China yang dahulu tidak pernah tersenarai dalam negara impian saya untuk menyambung pelajaran.
Kehidupan, adakalanya memang begitu. Apa yang tidak kita sangka, itulah yang mendatangi kita. Namun, itulah yang nanti menjadi kenangan yang begitu berharga kerana telah mengajarkan  kita begitu banyak hal, terutamanya tentang makna kehidupan.
The post 9 Sebab Saya Jatuh Cinta Dengan Republik Rakyat China appeared first on Limau Mandarin.
from Limau Mandarin https://limaumandarin.com/9-sebab-saya-jatuh-cinta-dengan-republik-rakyat-china/
0 notes
acaable · 7 years
Text
Mengapa Kita Harus Belajar Berpihak pada Aksi #DipasungSemen Ibu-Ibu Rembang
By Kalis Mardiasih Posted on 14 April 2016
Senin (12/4), Sembilan Ibu-ibu pejuang dari Rembang menggelar aksi heroik memasung kaki mereka dengan semen di depan Istana. Aksi sembilan perempuan Rembang ini adalah sebagai bentuk protes penolakan kepada Presiden Joko Widodo atas pendirian pabrik semen di wilayah tempat tinggal mereka.
Berbagai pertanyaan berbau sinis pun lantas muncul sebagai tanggapan atas aksi yang memakai tajuk #DipasungSemen itu.
“Kenapa ibu-ibunya yang dipasung semen ya? Bapak-bapaknya pada kemana?” “Kok tega ya lihat istri dipasung gitu?” “Kenapa tidak mencoba berdialog ulang dengan pemilik pabrik?” “Kenapa nekad banget membahayakan diri sendiri dengan dipasung semen?” “Bukannya tuntutan mereka telah dimenangkan pengadilan ya? Kok masih aksi?”
Jadi begini lho sodara-sodara, seharusnya pertanyaan serupa itu tidak perlu muncul apabila anda sekalian menyempatkan sedikit waktu untuk menonton film di Youtube berjudul “Samin Vs Semen” produksi WatchDoc Image  yang merupakan salah satu bagian dari perjalanan Ekspedisi Indonesia Biru. Film itu pertama kali diunggah tanggal 3 Maret 2015 serta telah ditonton 68.357 kali (ketika saya menulis tulisan ini). Tetapi baiklah, barangkali anda semua terlampau sibuk hingga tak sempat menonton. Saya akan sedikit merangkum mengapa kita harus belajar berpihak pada aksi Ibu-ibu Kendeng yang memasung kakinya dengan semen itu.
Bayangkan seorang petani perempuan berusia 40-an. Ia bukan kaum terpelajar, sebab pendidikannya hanya setingkat pendidikan dasar saja. Sejak bertahun lalu, ia dan banyak warga kampung mendengar berita bahwa alat-alat berat akan datang ke desanya untuk mendirikan pabrik penambang semen. Yang terpikir pertama kali olehnya adalah keresahan. Bagaimanapun, bertani adalah jalan hidup yang telah dijalani dari generasi ke generasi.
Pegunungan Kendeng Utara merupakan hamparan perbukitan karst yang terbentang luas dari Kabupaten Grobogan di bagian selatan, Rembang, Blora hingga Kabupaten Pati di bagian utara. Yang perlu anda ketahui lagi, di sepanjang pegunungan Kendeng Utara sebenarnya telah terdapat banyak titik penambangan semen. Dan rencana penambangan di wilayah Tegaldowo, lahan tempat Yu Sukinah bertani itu, jelas melanggar izin lingkungan yang masuk dalam wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih di Gunung Watu Putih berdasarkan peta Izin Usaha Pertambangan tahun 2012.
Sebelum anda buru-buru membayangkan bahwa masyarakat pegunungan Kendeng sebagai masyarakat miskin yang anti kemajuan dan perubahan, anda perlu tahu bahwa tanah pertanian di wilayah kami adalah tanah yang sangat subur. Di wilayah Kayen, Pati Utara, persawahan hijau menghampar, hasil panen padi, jagung dan sayur mayur melimpah ruah tak peduli musim tanam. Jika Al Qur’an menjanjikan surga berupa imaji impian masyarakat gurun pasir yakni pohon-pohon yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, maka masyarakat agraris seperti kami telah memiliki surga itu. Sungai yang mengalir di lahan subur dan goa karst bening betul.
Di Tiongkok, kawasan karst cukup dilestarikan sebagai tempat rekreasi sebab merupakan basis dari flora dan fauna endemik. Terdapat banyak batuan fosil bersejarah sebab dipercaya goa-goa karst di masa silam adalah tempat tinggal para manusia purba.
Toh, pabrik-pabrik Semen yang berdiri lebih dahulu, terbukti tidak lebih menyejahterakan masyarakat dengan memaksanya berubah menjadi para buruh. Dan yang paling pasti, 25% kebutuhan air bersih di Jawa, salah satunya bergantung pada rangkaian pegunungan ini. Satu dekade lalu saja, segala aktivitas dasar yang membutuhkan air seperti minum, masak dan mencuci, cukup kita penuhi dengan sumber air tanah.
Hari ini, hampir semuanya bergantung pada pabrik air kemasan. Air yang disediakan alam secara gratis, harus kami beli dengan harga mahal. Lingkar karesidenan Pati yang terdiri dari Rembang, Pati, Blora, Kudus dan Jepara telah merasakan bagaimana sumber air yang kian lama kian memprihatinkan. Dead chicken in the rice barn.
Jika kondisinya sesederhana soal warga Kendeng tahu bahwa bertani akan lebih membuat ekosistem dan kehidupan terjaga dan lebih membuat sejahtera, mengapa alat-alat berat dan para cukong itu terus memaksa merangsek menciptakan hal yang dengan nalar logis sudah jelas tidak rasional dan tidak seimbang?
Kondisi semacam itulah yang membuat perempuan petani bernama Sukinah itu akhirnya memutuskan untuk melawan. Ia tidak pernah tahu tentang segala macam teori ekosistem dan data-data WALHI perihal tanah yang mereka bela ternyata berpengaruh penting untuk nasib seluruh pulau Jawa. Ia hanya tahu bahwa ia dan warga desanya harus terus bertani.
Sejak bulan Juni 2014, akhirnya ia bersama puluhan ibu-ibu petani di desanya memutuskan untuk mendirikan tenda tepat di kawasan di mana alat-alat berat mulai masuk, kawasan yang telah ditandai PT Semen Indonesia dengan tulisan “di sini akan didirikan pabrik semen”. Aksi Sukinah dan para Ibu yang terus menginap di tenda lama-lama meresahkan pemilik perusahaan. Mereka pun mengirim alat-alat Negara bersepatu lars dan bersenjata untuk “mengamankan” atau tepatnya mengawasi gerak-gerik para ibu.
Pada periode satu-tiga bulan pertama, puluhan Ibu itu selalu memasang badan mereka ketika alat-alat berat datang ke lokasi. Di sanalah terlihat di mana keberpihakan alat-alat Negara, mereka memasang badan untuk melawan para Ibu, bahkan terjadi tindakan represif: Ibu-ibu mendapat kontak fisik dengan para pria berbadan tegap itu dan terlempar ke semak. Sejak saat itulah, Sukinah akhirnya bersumpah bahwa ia tidak akan meninggalkan tenda perjuangan sampai alat-alat berat ditarik dari bumi Rembang dan pendirian pabrik semen batal!
Ajaibnya, para Ibu yang didampingi oleh pemuda Priyanto alias Print Woeloeng bersama Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) itu juga berikrar bahwa mereka tidak akan menggunakan cara-cara kekerasan dalam aktivitasnya. Hal ini juga menjawab pertanyaan mengapa yang melakukan aksi adalah para Ibu. Pikiran seksis ini dapat dijawab dengan filosofis seperti bahwa lahan yang mereka wakili adalah simbol ibu bumi yang melahirkan hasil tani (produksi).
Lahan pertanian adalah rahim tempat bergantungnya eros (kehidupan), dan rahim adalah simbol daya perempuan. Tetapi, oleh Sukinah, ia akan menjawab sederhana saja dan tanpa ndakik-ndakik, “agar tidak terjadi kekerasan Mbak. Kalau laki-laki yang maju, melihat para manusia yang dipersenjatai Negara itu pasti akan emosi duluan. Situasi panas semacam itu justru dapat menggagalkan misi perlawanan dan warga akan semakin mudah diadu domba.”
Adu domba? Ya, tentu saja! Begini, di awal-awal bulan pergerakan Sukinah, tentu pabrik tidak diam. Ia telah berupaya melakukan segala cara mulai dari membagi warga menjadi dua kubu, pihak pro dan pihak melawan. Pihak pro tentu diiming-imingi dengan sejumlah uang. Isu bahwa manusia yang melawan ini mewarisi kaum PKI dan berbahaya, bahkan anak-anak mereka juga mulai dikucilkan di sekolah. Bagi gedibal moral dan gedibal agama, cukup embuskan isu bahwa pihak yang melawan ini adalah para penganut kepercayaan “Samin”, kepercayaan harusnya tentu saja dijauhi sebab kita mesti beragama saja.
Tapi, Sukinah terus bergerak. Ia tidak hanya tinggal di tenda, tetapi berorasi dan memohon solidaritas dalam acara-acara kebudayaan di berbagai daerah di Jawa, bahkan di kota-kota besar seperti Semarang hingga Jakarta. Tanpa sadar, dalam orasi dan perjalanannya itu, mereka kaum tani yang tidak berpendidikan justru menjadi serupa duta lingkungan yang sadar dan menyadarkan banyak orang akan pentingnya melestarikan ekosistem serta melawan agenda-agenda pembangunan persekongkolan Negara dan pengusaha yang kian lama kian tidak terkendali.
Sukinah bersama ibu-ibu lain juga melanjutkan usaha mereka di Jakarta, dengan mendatangi kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Markas Besar Polri, Balai Kota DKI Jakarta, Komisi Yudidial, Mahkamah Agung, sampai Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengadukan perusakan “ibu pertiwi” mereka.
Tak banyak media yang meliput, maka terberkatilah Mark Zuckerberg dengan fesbuknya, hingga gaung pergerakan ini terus meluas dan didengar. Uniknya, muncul berbagai zine, gambar, karya seni, produk literasi serta produk budaya yang khas spanjang pergerakan ini. Aksi yang akhirnya menunjukkan gaungnya di sosial media itu, ternyata membangkitkan kesadaran warga daerah lain yang mendapat ancaman serupa.
Di Pati, Kendal, Jombang, Klaten, dan banyak daerah lainnya. Ketika akhir 2015 warga Pati menantikan putusan sidang di Semarang, Sukinah bersama puluhan Ibu dan Bapak juga didampingi oleh sedikit seniman dan intelektual yang peduli, melakukan aksi jalan kaki dari Rembang ke Gedung MK di Semarang dengan tajuk “Warga Kendeng Menjemput Keadilan”. Maghrib itu, semua Ibu bersujud dan menangis ketika mendengar putusan bahwa Hakim akhirnya memenangkan para petani di kawasan Pati Utara dan rencana penambangan akan dibatalkan.
Namun, perjuangan belum selesai. Kawasan Pati Utara, daerah asal Gunretno (tokoh Samin) untuk sementara memang terbebas dari ancaman. Ya, sementara. Sebab seperti yang sudah-sudah, para pengusaha itu memang tidak gentar untuk sewaktu-waktu datang kembali ketika warga lengah dan makin putus asa karena lelah melawan. Perjuangan belum selesai, masih ada Rembang yang perjuangannya di pengadilan Surabaya masih jauh. Masih ada lahan-lahan di Kendal, di Jombang, di Klaten, di Bogor, yang sama-sama masih terus berjuang. Dan dari Rembang lah, kobaran api semangat itu datang.
Ya, Yu Sukinah dan pergerakan dari Rembang kini telah menjadi semacam simbol. Dapat dikatakan, jika api mereka mati, maka massa aksi lain yang telah semakin bergelombang di daerah lain juga akan kembali mati. Maka, api pergerakan di Kendeng tak boleh padam! Ia mesti terus lanjut hingga rencana penambangan di Rembang benar-benar dibatalkan.
Lagipula, apa sih yang kalian nyinyirkan dari pergerakan masyarakat kelas bawah yang tentu saja tidak memiliki Sumber Daya untuk membayar media, pengacara, kuasa hukum, serta pejabat Negara, yang semuanya telah bungkam itu? Aksi #DipasungSemen jelas hanya upaya merebut perhatian publik dan perhatian Pemerintah Pusat serta Presiden terpilih yang membawa segudang janji pada pemilihan umum lalu.
Mereka tidak membuat kemacetan seperti aksi buruh yang dibenci kelas menengah. Mereka tidak akan membahayakan siapapun, dan mereka telah sadar betul bahwa resiko yang akan mereka hadapi dengan para cukong dan penguasa adalah kekalahan. Namun, setidaknya, sebagai manusia yang memiliki harga diri, mereka telah berupaya untuk terus melawan: sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.
0 notes