Tumgik
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Text
TENTANG KOTA DAN SEBUAH CERITA
I lelaki itu berlari mengelilingi gedung mencari jawaban pada dosen, staff, satpam hingga rektor. sia-sia tak ada apapun yang mampu membuat hatinya berhenti terbakar dengan dada berlubang ia berlari, masuk hutan di puncak gunung, air matanya menetes senja pukul lima hanya menghamparkan kekosongan II ia tertidur di gerbong Matarmaja ia melompat di Pasar Senen namun luka dadanya tak bisa disembuhkan dengan sekedar mendengar pekik klakson metromini dan bus kota ia berlari ke ke Tanah Abang namun dengung bibir semua orang hanya berisi angka-angka dan paket obralan pakaian malam tumpah di Kemayoran, bianglala berpesta warna ia makin muak, disekelilingnya gedung-gedung tinggi hanya tau cara menjulang sombong tapi tak pernah tau cara menghadapi kesedihan "Perempuan itu mencintai seni", gumamnya lirih tiba-tiba ia teringat malam-malam indah tempat dimana sukma mereka dikawinkan oleh gerimis III pukultujuhmalam, sisa harapan membawa kakinya kembali berlari dua jam dari bising gairah kota sampailah ia di Taman Ismail Marzuki lelaki itu berjalan, memutar, keluar-masuk gedung dan warung makan hingga di sebuah sudut depan Institut Kesenian Jakarta bau parfum yang tak asing samar-samar tercium dilihatnya seorang perempuan tengah terisak-isak sendirian menggenggam kertas yang entah apa ia memanggil perempuan itu tapi perempuannya hanya diam rindu yang hangat merayapi tubuhnya ia mendekat, namun perempuannya masih menunduk, acuh dengan seluruh ketabahan lelaki itu membungkuk, duduk perempuannya bahkan tak menoleh sedikitpun dadanya mungkin berdarah, tapi rindunya lebih basah lelaki itu melingkarkan tangan di bahu perempuannya belum sempat ia berkata tibatiba perempuan itu menjerit, tangisnya meledak, dan selembar kertas yang dipegangnya melayang jatuh lelaki itu tersirap, dadanya gemetar didepannya tergeletak undangan memperingati tujuhhari kematiannya (2017
1 note · View note
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Text
BLUES UNTUK SEBUAH NAMA
Rindu adalah basah langit Februari yang tak raib ditelan maghrib jatuh pada dahan-dahan pepohonan mengabarkan cinta yang terbakar ragu pada mata yang menguraikan gerimis
Lalu pada malam yang mengekalkan mimpi-mimpi rindu adalah namamu huruf-huruf suci dari lauhul mahfudhz alasan mengapa hidup dibentangkan dan puisi-puisi harus tetap dituliskan
(2017)
0 notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Text
UPAYA MENULIS SAJAK CINTA DI TENGAH BADAI KESEDIHAN
I dadamu adalah rimba tempat edelweis bermekaran musim-musim bertukar rupa dadamu adalah gigil kabut-kabut mengambang cahaya bulan yang karam dimakan fajar II disana aku menekuk lutut menumpahkan rindu mengantarkan hidup sebelum bayang-bayang muncul di matamu dan dadamu menjadi asing tak terbaca selain labirin gelap, lorong-lorong panjang bau gerimis yang dibawa malam makin membuatku tersesat dari hangat dekap cintamu III kiblat hatimu. jauh tak ada arah yang kutemukan untuk sampai padanya apa cinta memang selamanya rimba? menyemaikan duka tiba-tiba menggilas yang hampir mekar membunuh yang bertahan hidup IV di luar jendela angin bertiup kencang menghamburkan cemas ke langit Februari seperti membuka mushaf purba aku kembali menuju tempat-tempat yang pernah kita singgahi barangkali kutemukan bekas bibirmu yang masih lengket tersisa pada gelas-gelas kaca agar aku bisa mengenangmu berziarah ke tempat paling sunyi tempat puisi-puisi dibaca sambil meneguk bergelas-gelas airmata (2017)
0 notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Quote
Yang fana adalah keramaian, sunyi abadi.
0 notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Text
RIWAYAT INGATAN
I saat masih kecil aku diajarkan agar selalu mengingat apa yang mata anak-anak tak bisa melihat II saat setengah dewasa aku terus mencari bagaimana tepatnya mengingat tanpa huruf dan harakat apakah dunia berjalan hanya dengan bermodal kebetulan? sebab-akibat berpelukan melukis rantai panjang nafas-nafas ditiupkan nama-nama saling didekapkan apakah manusia selalu sama dalam menemukan alamat pulang? suatu malam saat gelap turun di dahan pepohonan dan sunyi memeluk tubuhku yang kerontang aku berlari sambil membawa gemetar dada yang mendambakan hangat pelukan dibalik bayang bulan sementara itu diluar orang-orang terus berkata syair-syair Attar, Rumi, Nizami yang menumpuk di kepalaku hanya melahirkan kegilaan yang salah jalan aku mulai mengerti hatiku yang kering tidak bisa dibasahi siapapun dan apapun tanpa kehendakNya aku mulai mengerti setiap alamat tidaklah selalu berfungsi dengan cara dilihat III saat aku dewasa hal yang mengantarkanku pada ketenangan dianggap sebelah mata tak lebih dari ungkapan-ungkapan manis yang ditunggangi kepentingan soal eksistensi tempat nafsu diobral dan dicuci gudangkan aku juga melihat seni dikutuk serta dicaci maki sebagai kerja menyesatkan tempat huru-hara memanjakan nama yang alpa dari manfaat IV saat aku tua dihadapanku terpampang banyak lorong bercabang bertemu di ujung jalan aku menoleh kebelakang sunyi tempatku bertolak masih gaduh oleh suara-suara suara-suara yang terus melengking suara-suara yang terus bertanya seberapa jauh aku disesatkan kata-kata (2017)
0 notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Text
BLUES UNTUK AIDA
terik kenangan sampai juga di dadaku, detik dan semesta jadi gagap dipeluk aku ke puncak haru mengairi degup berabad-abad
lalu pandang bertukar muara pada rindu bersandar, menemu bisu kutinggalkan sebuah puisi tanpa abjad, pada
bening binar matamu;
muasal sepi melahirkan api
(2014)
0 notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Text
PERJALANAN
apakah aku letih merindukanmu? terjaga tiap malam, merawat debar yang kehilangan jalan pulang, pada kedua matamu yang mengekalkan hangat di tubuhku
apakah aku letih mencintaimu? tenggelam di bawah cahaya lampu kota, merangkai peta menuju dadamu, tempat segala kesepianku memilih tempat untuk berlabuh
apakah malam benar telah mengalahkanku? apakah aku tak bisa melihatmu? apakah aku benar-benar tidak terlihat di matamu?
entah jalanan hanya trotoar lengang yang menguburku dalam kesunyian sementara senyummu yang menentramkan, menjelma bayang-bayang lenyap menipis ditelan temaram cahaya bulan.
(Sayidan, Jogja, 2015)
2 notes · View notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Quote
Waktu memang selalu acuh, ia tidak akan mempedulikan hal-hal yang belum selesai. Ia bergerak dengan liar, berputar, menjauh, menipis, menjelma bayang-bayang. Hari-hari memanjang tanpa bisa dikendalikan. Seperti dalam hidup, ada yang datang dan cepat berlalu tanpa pernah kita tahu. Ada yang menanti, mencari cara untuk segera dihampiri. Waktu, airmata dan takdir, harus dengan kepedihan macam apalagi mereka dapat saling menemukan?
0 notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Text
ASMARA PADA ANGKA-ANGKA
di kamar losmen pengap limapuluh ribu semalam ia mengisahkan tentang perut yang lapar dan takhayul kasih-sayang sambil melepas ikat pinggang lelaki itu mengembara dalam pinggulnya matanya terpejam, otot lehernya mengeras ia mengerang, mencengkram kasur sofa malam melabuhkan rintik udara lusuh berdebu setengahduapagi radio bersenandung pilu "Romance De Amour", mereka sama-sama terperanjat bulan hamil muda ia rebah di tepian ranjang mengecup duka dadanya, selain sunyi makin sangsi malam melabuhkan rintik udara lusuh berdebu sambil merokok mereka berbincang harga, cinta; Tuhan mengetuk kaca jendela (Braga, 2015)
0 notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Photo
Tumblr media
ZIARAH INGATAN
di kota yang pernah kutelan harum anggur dari nafasmu kita kembali bertatapan begitu erat. begitu lekat
aku berenang kosong matamu, padanya kuselami sisa masa mudaku ‘La Malaguena’ menuntunku pada keningmu, bibirmu, lehermu hingga tepat di atas dadamu, mataku terbelalak banyak luka terpahat disana
“Sebotol Champagne sesuai permintaan anda, Monsieur, Bonne Soiree!”, ujar pelayan itu sambil lalu
kita tetap diam. waktu tetap berputar malam makin biru botol ketiga, dan sunyi masih mengendap di atas meja
(2016)
0 notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Text
SURAT DUKA
Bila waktuku mulai berguguran, dan kematian mendekap hangat tubuhku. Mungkin tinggal surat ini yang tetap abadi. Semoga ia mengisi kekeringan di matamu. Lalu kuharap kau tidak terlewat lupa. Bahwa dunia ini makin busuk baunya. Tetaplah siaga, kini kata-kata cinta diobral di jalanan, sebelum pada akhirnya menjadi desahan-desahan panjang di dalam kamar. Juga tetaplah berhati-hati, karna lelaki pun makin banyak jenisnya, jangankan cinta, Tuhan pun mereka propagandakan.
Bila waktuku mulai berguguran, dan kematian mendekap hangat tubuhku. Aku ingin kau tak terlewat murung. Sebagai mahasiswi, raihlah gelar sarjanamu. Meski kita sama-sama tau, di negeri ini, banyak ijazah berakhir dalam laci, dan perempuan, selalu dikaitkan dengan dapur dan ranjang.
Bila waktuku mulai berguguran, dan kematian mendekap hangat tubuhku. Tetaplah tertawa, sebagaimana dulu kau sering menertawakanku, dan menganggapku Don Juan yang gila, hanya karna aku mengenal banyak wanita.
Bila waktuku mulai berguguran, dan kematian yang hangat mendekap tubuhku. Sesungguhnya itu hanyalah mula. Sebab cintaku padamu, berdenyut melampui hal-hal yang fana.
(2017)
0 notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Quote
Aku tak pernah takut pada sunyi. Yang kutakutkan adalah keramaian tanpa kehadiranmu.
0 notes
ruangsunyi-blog1 · 7 years
Text
DIALOG I
“Aku berpikir maka aku ada”, ucapmu mengutip Descartes.
Ya, kekasih. “Dan aku mencintai maka aku lenyap”, sambungku.
(2017)
0 notes