Tumgik
ptpdm · 4 years
Text
pulsar; pulsar
segangsa pati berburu kalam, tumpahlah tuan, air di talam
ranum berkhabar perihal malam, teruntuk puan, bicara dendam
tanur diasap menunggu suam, tanpamu tuhan, badan tak mandam
biarkan batu beradu bantam, tunailah pesan, gelap bersulam
sepalung jati meranggu rangkam, taris mengumpan, jatuh acaram
kapan bicara jadi terajam, tungku berpadan, dilumur param
bukankah mata untuk dipejam, tepi pupuran, ajak bersenggam
bukankah rantau diasing biram, tabir anjiman, karam kemaram
sebuai mati dipacu ragam, tak buang nampan, suluh perajam
adibicara saat berguam, mayat dan kafan, tertutup sembam
mengapa rawi terbit tenggelam, bias di bulan, menjaga mayam
bersisemburat pemancalogam, pejal pun nisan, berpatipadam
2 notes · View notes
ptpdm · 4 years
Text
menghitung batu pelanting
ibu berpesan ihwal maujud mata ketiga
yang hanya dibangkitkan saat rawi setara
dengan jengkal deriji di hadapan iras manusia
namun khalisnya dapat marak dalam tiba-tiba
jika kau merasa rangkum menjejal sarwa
sebab kau dan putaranmu tak malu berbagi rupa
diam tak lagi jadi pilihan agar pantik harus membara
menerakai setiap dalih mengapa diri harus berbeda
lalu mereka yang sembarang kau beri nama
sebagai empu-empu pandir turun ancala
akan menjadi rantaumu melepas duka
sir yang kau sulam untuk memacu gegar kepala
diharap melepas murka bala angkara
ibu berpesan ihwal taksanya ketiga mata
hanya untuk menimang kehidupanmu yang setidaknya
ada
0 notes
ptpdm · 4 years
Text
Pengayal
Tubuh para begawan membusuk di pelataran tempat Atreus dinisbah sebagai takhta berdarah Mykenai tepat sesaat pasang gelombang merudapaksa pilar-pilar bandarsyah dan lekara tak lagi bisa dipantaikan setelah fajar mengufuk baya walau hukum telah ditera pada pualam pembelah langit atau kemulit piara Isa untuk mewartakan siapa yang nanti akan dilupa di lembaran kitab kuning juru falak hingga uar pelantang kedai pelacuran tempat Judas menggadaikan kembali keping selaka di hadapan Tuhan yang nantinya akan dimisakan berulang tanpa jirat juga selar api pemburu kota hingga lindur dan jaga kian menolak untuk bersitakar dalam sinambung yang sekelibat seadanya namun tak pernah seberadanya.
3 notes · View notes
ptpdm · 4 years
Text
Ajimat Akar Mahoni
Ambang rambat barbiturat
Sekerat tinggi melambung
Setali rundung menyemburat
Ibu, sekali bersinambung
Rekat pekat bersibendung
Tanjung dicegat, menjerungkung
Lambat babat amangkurat
Simpang teragung dikesumat
Manjali, nafsumu maherat
Apatah tuan berkerudung?
Susup puan inartikulat
Dan aku, bersenandung
0 notes
ptpdm · 4 years
Text
Ajimat Ikan Tenggiri
Dirarai ramai kian ranum kidung dirapal rapat-rapat
rantus rami-rami kunjung ragu rampas sir ragi-ragi
bukan rarak dirasa-rasa atau erak merayu-rayu
pun rayan menepi rabi tak ragu diradi-radi
tupas tapis rayau rapi dirampas ramu-ramu
dimana ralat ruas rasi rusa rasa-rasa
ragu kepada rerat aru rayap-rayap
dan rindu padamu meracun-racun
bak ruam aum si raja-raja
rapuh raga di rabu-rabu
lalu bah ramai-ramai
aku rama-rama
1 note · View note
ptpdm · 4 years
Text
bailar
di hadapan tuhan
hipatia mati atas perintah tuhan
yang dinubuatkan untuk tuhan
dan dilaksanakan oleh tuhan
sebab hipatia mengkaji tuhan
mengurai tubuh dan nama-nama tuhan
namun, tuhan
apakah dia pergi menuju tuhan?
2 notes · View notes
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi xiii: Antigenesa
setiap majal di mata pedang
ditempa untuk menghidupi
yang lahir dalam tiba-tiba
hanya menjadi bias sehari-hari
maka jadilah kita seadanya,
sebagai riak di dasar kolam
yang tempiaskan cambuk cuaca,
setelah nadir tunduk dalam tunggal
siapa saja,
mungkin untuk siapa saja,
sabda arupala:
"los ángeles esperarán"
0 notes
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi xii: Srangan Assad Ibn Kariba
Lihatlah phytotelma yang menggenang di bibir rajah
Dimiratnya mendung dan bisik angin malam
Yang pecah nantinya sebab derap kavaleri
Akan menjadi bah di alun-alun Baghdad
Tabuh perang akan menggegar
Setelah suar adzan diaminkan dalam sujud penghabisan
Tak kah kau lihat api benar menerakai
Surai dan turban singa padang pasir?
Bersamaan dengan getar di bibirnya
Yang mengasah tajam mata Al-Battar
Sungguh, akan diulang silamnya dosa Qabil
Dan setiap petak tanah di pelataran Māzandarān
Akan menjelma ufuk peramu takdir
Angkat busur-busurmu untuk jatuhkan Deneb Algedi
Tebas telabangmu untuk murkai wisaya dari Antali
Hunus seligimu untuk menghentikan jantung Azhdari
Pacu kudamu untuk lepaskan rantai Tul Al-Zangi
Basuh darahmu untuk nafaskan mazmur Assabizii
Ahli nujum dari Anqanut membungkus bala tanpa tentara
Ke dalam nampan kemenyan, dan semburat dada perempuan
Tepat sebelum subuh, Malik Iraj menerungku di ranting patera
Tak ada tengadah orang sufi
Tak juga ada ancaman para penafi
Sebab di mata tuhan, kita semua orang mati
2 notes · View notes
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi xi: Lanji Lapis Lazuli
Karena biru:
Air mata bersemayam
di selendang Santa Maryam
Karena biru:
Mata air bersisuji
di selerang Giridhari
1 note · View note
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi x: Amalgam W74
Terbunuh
Ada yang terbunuh sebab api
Satu selar untuk membarai asap tembakau
Satu selar untuk memantik tungku neraka
Satu selar untuk merudapaksa kebekuan
Sungguh segalanya akan padu
Entah sebagai anak-anak abu
Atau manikam peretak mutu
Siapa yang berhak menjadi panggul pualam
Yang nantinya akan jelmakan Pietà memangku tuhan?
Siapa yang berhak sulamkan selimut malam
Yang nantinya akan tandukkan Musa dalam batuan?
Maka hanya darimu Mika,
Oleh retak-retak sabana di jemarimu,
Untuk segala bentuk ketidaktahuan
Tentang keimanan atau tubuh perempuan
Gugurkanlah,
Yang ranum sebelum mangkus:
Prometheus
0 notes
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi ix: Membungkam Langit
Setiap peluk yang terlanjur kau utarakan
Kerap membuatku jauh berlayar menyelatan
Basah rambut dan tubuh itu milik siapa
Yang telanjangnya jatuh dengan percuma
Sesaat pergi dan pulang diikat sepelataran
Aku, yang menyambut awan
Setiap detak jantung penghantar tidur
Menjadikan aku sebagai pelindur
Mimpimu hanya tiba merapal dingin
Aku, yang menggiring angin
Setiap deru napas yang pacunya kerap berulang
Mampu kuhafal tanpa terka deriji
Kita terlahir sebagai api dan pialang
Kau, menembak jatuh matahari
Aku, yang menjerat bintang
Setiap basah bibir yang tak lagi kau rindukan
Aku, yang menggulung hujan
Setiap jarak tubuh yang kutera sebagai peta
Hilang digerus gelombang kutagara
Maka aku, menunggu matamu kembali dari bersat
Merapal ayat, selamat hari kiamat
Sebelum rembulan kembali terbit
Aku, yang...
1 note · View note
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi viii: Panji-panji Kemukus
tunggu tuan, tanpa tiga tapak titian
tekah tarikan terang, timburu tuai tikaman
topeng tinulat topang tanah,
tabuhlah tujah, telantarlah tabiat
tumpulkan telabang terungku tabir
tatkala titisara tualakan topiari
teruntuk tamsil taksakan tafsir
tumus terajam tambat tapestri
tungkai telanjang
tangkai tepurang
tualang titipkan tangis, tala terajam teritis
talibun tetap tunggui tura
teranas talikan, teluh teras temutu
tumbal tirakat, tigari takar tara
tetilas tatapan,
tempuh tebas tementu
tatahlah telangkai
temabur
tak terukur
0 notes
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi vii: Kumbhakarna Gugur
Sumpah demi dewata
Aku sempat menyambang kejanggalan
Tentang cerita yang begitu taksa
Begitu siur dalam hitungan
Lihatlah mata Shaarang bersarang
Di dada penghancur bhumi
Saat terjaga belum tiba memaku berang
Memecah tangis Narad Muni
Oh, puaskah kau sang raja taifun
Singasanamu pejal dalam lindungan
Haruskah darah memacu gerun
Kepada ia, yang simpuh dalam rebahan
Nidravatvam, nidravatvam
Nirdevatvam menunggu pagi
Yang tak terucap, Jai Shri Ram
Telinga kendi hidup abadi
0 notes
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi vi: Mausoleum Idris
Ada cendayam yang duduk di atas piramida. Di sebelahnya, Jibril mengeringkan paksi. Hujan benar keparat malam ini, pecah Jibril, semoga pemakamannya selesai sebelum semua melupakannya, lanjut Jibril.
Siapa yang kau nisankan malam ini wahai pemanggul suara tuhan?, Tanya cendayam. Dia yang bertanggung jawab atas 80 bangunan yang kita duduki ini, dia yang meninggalkan alas kakinya di depan pintu surga, dia, ayah bagi setiap mata neraca, jawab Jibril.
Bukankah dia telah mati bersamaan dengan musnahnya wajah Naphil?, tanya cendayam. Benar, namun tuhan begitu menyukainya, dia dinafasi kembali lalu dimautkan kembali, dan menjadi tugasku untuk meranumkan anyelir di pusaranya, berkali-kali, berkali-kali, jawab Jibril.
Namun sungguh, dia yang kembali hidup dan kembali mati itu hanya cangkang, aku hanya menguburkan boneka berulang-ulang, akalnya jauh tertanam di dasar bumi, jiwanya bersat entah kemana, namun tuhan tetap menyukainya, keluh Jibril.
Rawi mengufuk baya, ibu benar terbangun, Jibril akan kembali tepat setelah Haizum tiba. Semoga penguburan selanjutnya tidak turun hujan, doa cendayam. Jibril hanya terdiam. Aku akan kembali ke nekropolis, lanjut cendayam. Jibril masih terdiam.
Tepat setelah pekik dan derap kuda api tiba, Jibril berpesan:
“Kembalilah, aku muak memakamkanmu lagi nanti, menyerahlah, sebab kau menang, menyerahlah sebab kau berkali-kali menang.”
Di masa depan, seseorang kembali dipulangkan ke dalam liang.
Dan badai tidak berhenti.
1 note · View note
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi v: Koh
O, inga
Hari ini kiamat
Kupantaikan padamu sepetak karesansui
Hanya untukmu
Lingkaran-lingkaran itu hanya untukmu
  O,
Singgahi pepura
Di rantau utara pulau Biwa
 O, inga!
Kolam demi kolam!
Balasan demi balasan!
  Ah,
inga...
0 notes
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi iv : Ur-Shanabi di atas Naglfar
Lalu taifun tiba tanpa sempat menjarah selamat datang
Lalu taifun tiba tanpa sempat menjarah selamat
Lalu taifun tiba tanpa sempat menjarah
Lalu taifun tiba tanpa sempat
Lalu taifun tiba tanpa
Lalu taifun tiba
Lalu taifun
Lalu
  Dermagakan tali pusarmu wahai api penunggu Hubur!
0 notes
ptpdm · 4 years
Text
Liturgi iii: Biram Purnama
Puan, sungguh ambuwaha kusulamkan untuk malammu
Yang sebentar menuai hujan, yang sebentar menanam teduh
Jaladara di pelipismu, tak lagi menjadi tempat bibir berburu
Sebab tak mungkin ada cawan yang banjiri pinisepuh
Gugurlah Puan, sebelum hima menjadi daldaru
Dan serahkan irasmu, walau tanpa rungguh setubuh
  Aku berdiri, tepat di atas mata sendiri
Merapal harum suaramu
Yang tak kau miliki lagi
1 note · View note