Tumgik
muhammadhafizhfaiz · 29 days
Text
Tumblr media
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah berkata, 
 الطَّرِيق طَرِيق تَعب فِيهِ آدم وناح لأَجله نوح وَرمي فِي النَّار الْخَلِيل وأضجع للذبح إِسْمَاعِيل وَبيع يُوسُف بِثمن بخس ولبث فِي السجْن بضع سِنِين وَنشر بِالْمِنْشَارِ زَكَرِيَّا وَذبح السَّيِّد الحصور يحيى وقاسى الضّر أَيُّوب وَزَاد على الْمِقْدَار بكاء دَاوُد وَسَار مَعَ الْوَحْش عِيسَى وعالج الْفقر وأنواع الْأَذَى مُحَمَّد تزهى أَنْت باللهو واللعب
“Jalan menuju Allah adalah jalan di mana Adam kelelahan, Nuh mengeluh, Ibrahim dilempar ke dalam api, Ismail direbahkan untuk disembelih, Yusuf dijual sebagai budak dengan harga yang murah hingga ia dipenjara beberapa tahun, Zakariya dibunuh dengan digergaji, Yahya disembelih, Ayyub diuji dengan sakit yang parah, Dawud menangis melebihi kadarnya, Isa berjalan dengan rasa takut yang sangat, dan Muhammad diuji dengan kefakiran dan berbagai gangguan lainnya. Lalu kalian ingin menempuhnya dengan bersantai ria dan bermain-main?”
[ Kitab Al Fawaid halaman 56 ]
1 note · View note
muhammadhafizhfaiz · 1 month
Text
قال المؤلف: فمن كان كثير الذنوب وأراد أن يحطها الله عنه بغير تعب فليغتنم ملازمة مكان مصلاه بعد الصلاة ليستكثر من دعاء الملائكة واستغفارهم له، فهو مرجو إجابته لقوله: (ولا يشفعون إلا لمن ارتضى) [الأنبياء: ٢٨]
Imam Ibnu Batthal al-Bakri menyampaikan: Siapa saja yang banyak bergelimang dosa dan ingin mengurangi dosa² tersebut tanpa susah payah, maka bisa diraih dengan cara menetap (bertahan) ditempat shalatnya selepas menunaikan shalat, agar banyak mendapatkan do'a dan istighfar dari para malaikat untuknya. Do'a tersebut sangat diharapkan terkabul, sebagaimana firman Allah ﷻ: Dan mereka tak dapat memberi syafaat kecuali kepada orang yang diridhai oleh Allah.
Juga sabda Rasulillah ﷺ: Para malaikat senantiasa mendo'akan kalian semua selama masih menetap (bertahan) ditempat shalatnya dan tidak hadats, seraya memanjatkan: Ya Allah, ampunilah dia dan limpahkan rahmat kepadanya.
Tumblr media
1 note · View note
muhammadhafizhfaiz · 1 month
Text
Tumblr media
Seorang yang bijak mengatakan pada anaknya: Anakku, Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, jangan sampai lepas dari 3 hal;
1. Makanlah makanan yang enak
2. Tidurlah ditempat yang nyaman
3. Tinggallah di rumah terindah
Anaknya menimpali: Bagaimana bisa, sedangkan kita tergolong orang² yang faqir?!
Dijawablah:
1. Kalau kau mau makan, makanlah saat lapar saja. Karena apapun yang kau makan saat itu menjadi makanan terlezat.
2. Saat kau giat bekerja dan terasa sangat melelahkan, maka tidurlah. Karena dimanapuun kau meletakkan punggungmu akan menjadi tempat tidur ternyaman.
3. Jika kau berbuat baik kepada orang lain, maka engkau akan terpatri di hati mereka. Disitulah tempat tinggal yang utama.
1 note · View note
muhammadhafizhfaiz · 8 months
Text
Di antara tanda-tanda orang yang beribadah karena mengikuti hawa nafsu adalah ia lebih mengutamakan ibadah-ibadah sunnah atau (kegiatan-kegiatan yang disangka ibadah padahal sebenarnya bukan ibadah), tapi abai mengerjakan ibadah-ibadah fardhu / wajib. Ia akan kehilangan skala prioritas dalam menjalankan ibadahnya.
Tumblr media
Ibnu Athaillah mengatakan :
مِنْ عَلاَمَاتِ اتِّبَاعِ الْهَوَى الْمُسَارَعَةُ إِلَى نَوَافِلِ الْخَيْرَاتِ ، وَالتَّكَاسُلُ عَنِ الْقِيَامِ بِالْوَاجِبَاتِ
Di antara tanda-tanda mengikuti hawa nafsu adalah bergegas menjalankan amalan-amalan sunnah dan bermalas-malasan menjalankan amalan-amalan wajib." (Syaikh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam)
1 note · View note
muhammadhafizhfaiz · 8 months
Text
Di antara tanda-tanda orang yang beribadah karena mengikuti hawa nafsu adalah ia lebih mengutamakan ibadah-ibadah sunnah atau (kegiatan-kegiatan yang disangka ibadah padahal sebenarnya bukan ibadah), tapi abai mengerjakan ibadah-ibadah fardhu / wajib. Ia akan kehilangan skala prioritas dalam menjalankan ibadahnya.
Ibnu Athaillah mengatakan :
مِنْ عَلاَمَاتِ اتِّبَاعِ الْهَوَى الْمُسَارَعَةُ إِلَى نَوَافِلِ الْخَيْرَاتِ ، وَالتَّكَاسُلُ عَنِ الْقِيَامِ بِالْوَاجِبَاتِ
Di antara tanda-tanda mengikuti hawa nafsu adalah bergegas menjalankan amalan-amalan sunnah dan bermalas-malasan menjalankan amalan-amalan wajib." (Syaikh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam)
Tumblr media
3 notes · View notes
muhammadhafizhfaiz · 2 years
Text
"Aku malu pada Rasulullah di mana beliau datang sebagai pemberi syafaat bagi seluruh makhluk di hari kiamat, dan saya malah menuntut hak bagi orang-orang yang zalim padaku"
Syekh Ahmad Ridwan, kibar shufiyah Luxor
Tumblr media
1 note · View note
muhammadhafizhfaiz · 2 years
Text
Tumblr media
سُئل حضرة الإمام الشافعي -رضي الله عنه ونفعنا به والمسلمين-، عن واجبٍ وأوجب منه، وعن عجيب وأعجب منه، وعن صعبٍ وأصعب منه، وعن قريب وأقرب منه، فأجاب -رضي الل�� تعالى عنه-:
واجبٌ على الناس أن يتوبوا
لـٰكن ترك الذنوب أوجبُ
والدهرُ في حاله عجيبٌ
وغفلة الناس عنه أعجبُ
والصبر في النايبات صعبٌ
لـٰكن فوات الثواب أصعبُ
وكلُّ ما يُرتجى قريبٌ
والموت في كلِّ ذاك أقربُ
- مخطوط شرح تصريف الزنجاني
2 notes · View notes
muhammadhafizhfaiz · 2 years
Text
Tumblr media
كلام النبيين الهداة كلامنا # وأفعال أهل الجاهلية نفعل
رضينا بدنيا لا نريد فراقها # على أننا فيها نموت ونقتل
~الكميت ابن زيد
1 note · View note
muhammadhafizhfaiz · 4 years
Text
كلما أدبني الدهر، أراني نقص عقلي
و إذا ما ازددت علما، زادني علما بجهلي
Setiap kali waktu memberi pelajaran kepadaku, aku dipeelihatkan olehnya akan kurangnya kecerdasanku.
Dan setiap bertambah ilmuku, semakin bertambah pula kesadaran akan kebodohanku.
Tumblr media
Diwan Al-imam Assyafi'i. Bab tawadu' al-ulama
3 notes · View notes
muhammadhafizhfaiz · 4 years
Text
Tumblr media
Dawuh Imam Sufyan Atsauri.
.
عن سفيان الثوري
كل معصية عن شهوة فإنه يرجي غفرانها ، و كل معصية عن الكبر فإنه لا يرجي غفرانها
لأن معصية إبليس كان  أصلها من الكبر ، و زلة آدم كان أصلها من الشهوة
.
من كتاب : الإستعداد ليوم المعاد
للإمام ابن حجر العسقلاني
.
Dari Imam Sufyan Astaury RA :
Semua maksiat yang bersumber dari syahwat sesungguhnya masih ada harapan untuk diampuni.
Dan semua maksiat yang bersumber dari kesombongan sesungguhnya tidak akan ada harapan untuk diampuni.
Karena maksiat iblis sumbernya dari sombong, dan tergelincirnya Nabi Adam karena syahwat.
Kitab nashaihul ibad maqolah ke 9
5 notes · View notes
muhammadhafizhfaiz · 4 years
Text
من شكا من سوء خلق غيره دل ذالك على سوء خلقه.
Barangsiapa yg mengeluhkan buruknya orang lain,maka ia menunjukkan bahwa akhlaknya juga buruk.
(Ihya ulumuddin juz 5, kitab riyadatun nafsi)
Tumblr media
7 notes · View notes
muhammadhafizhfaiz · 4 years
Text
𝑺𝒆𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒍𝒂𝒇 𝒅𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂:
"𝑨𝒑𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒃𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒑𝒂 𝑲𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝑹𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑫𝒊𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏..??.
𝑫𝒊𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃:
𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝑲𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑯𝒂𝒅𝒊𝒓 𝑷𝒂𝒉𝒊𝒕𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑩𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑻𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝑴𝒂𝒏𝒊𝒔𝒏𝒚𝒂 (𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕 𝒔𝒖𝒓𝒈𝒂), 𝑴𝒂𝒌𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 (𝒅𝒊𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏).
𝑴𝒂𝒌𝒂 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕𝒏𝒚𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝑴𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂𝒎𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑴𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂.
𝑺𝒆𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝑲𝒆𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑯𝒂𝒅𝒊𝒓 𝑴𝒂𝒏𝒊𝒔𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑩𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑻𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝑷𝒂𝒉𝒊𝒕𝒏𝒚𝒂 (𝒂𝒅𝒛𝒂𝒃 𝒅𝒊 𝒏𝒆𝒓𝒂𝒌𝒂), 𝑴𝒂𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒊𝒂 𝑴𝒖𝒅𝒂𝒉 𝑫𝒊𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏.
𝑴𝒂𝒌𝒂 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝑴𝒖𝒅𝒂𝒉 (𝒌𝒆𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌𝒌𝒂𝒏) 𝒊𝒕𝒖 𝑴𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂𝒎𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑻𝒆𝒓𝒋𝒂𝒕𝒖𝒉 𝒌𝒆 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎𝒏𝒚𝒂.
Fathul baari, syarh shahih bukhari. Juz 13 hal 550
Tumblr media
5 notes · View notes
muhammadhafizhfaiz · 4 years
Text
Takdir Mubram dan Takdir Muallaq
Sebelum kita membahas apa itu takdir mubram dan muallaq, kita harus tahu dulu apa itu qada dan qadar.
Pengertian Qada Dan Qadar – Islam sebagai agama yang paling mulia telah mengatur segala kehidupan umatnya. Baik dalam hal besar sampai dengan detail kehidupan yang akan dijalani oleh manusia. Secara terinci telah disampaikan dalam kitab Alquran dan al Hadist.
Begitu juga mengenai ketetapan yang telah digariskan. Bekal tersebut akan dapat memberikan pemahaman mengenai pengertian qada dan qadar dalam kehidupan.
Mengapa harus paham tentang pengertian qada dan qadar? Karena pemahaman inilah yang akan membekali dalam mengarungi samudra kehidupan. Mengajarkan tentang rasa syukur dan penerimaan.
Qada dan qadar merupakan dua kata yang memiliki hubungan yang sangat erat. Sama-sama memberi pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Namun sebenarnya qada dan qadar memiliki arti yang sangat berbeda. Pengertian qada dan qadar kemudian akan dibahas secara terpisah,
1. Pengertian Qada
Kata qada sebenarnya merupakan sebuah kata yang tidak asing. Beberapa kali kata ini disebutkan dalam Al quran. Arti kata qada secara bahasa adalah ketetapan. Yaitu sesuatu kepastian yang telah dibuat sejak sebelum kelahiran, yaitu di jaman Azali.
Ketetapan yang membawa setiap kehidupan manusia. Kesempurnaan Allah SWT terlihat dari betapa rinci Allah SWT telah mengatur kehidupan setiap umat. Bahkan ketetapan telah diberikan jauh sebelum kelahiran manusia-manusia ke bumi.
2. Pengertian Qadar
Qadar secara bahasa diartikan sebagai sebuah ketentuan atau kepastian dari Allah. Sedangkan secara istilah, qadar berarti sebuah penentuan yang pasti dan sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Baik yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi.
Qada dan Qadar sangat identik dengan Islam. Namun ternyata Qada dan Qadar berlaku umum untuk seluruh manusia di bumi ini. Istilah qada dan qadar lebih sering didengar dengan istilah takdir. Yang dimaksud dengan pengertian qada dan qadar dalam keseharian tak lain adalah takdir itu sendiri.
Takdir menjadi satu yang mengikat pada kehidupan. Merupakan suatu ketetapan dan bergantung dengan kegiatan manusia itu sendiri. Hukum takdir akan berkesinambungan dan saling berpengaruh dengan hukum sebab akibat.
Meskipun semua telah ditetapkan oleh Allah SWT sebelum kelahiran, manusia menjadi penentu dalam kehidupan yang dijalaninya.
Setelah dibahas mengenai pengertian qada dan qadar atau takdir. Untuk berikutnya akan dijelaskan mengenai macam-macam takdir. Takdir sendiri tidak mutlak tanpa pembagian. Namun takdir akan dibagi lagi menjadi dua jenis
1. Takdir muallaq
Muallaq secara bahasa artinya sesuatu yang digantungkan. Takdir muallaq yaitu ketentuan Allah SWT. yang mengikut sertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Manusia diberi peran untuk berusaha, hasil akhirnya akan ditentukan oleh Allah SWT.
comtoh takdir muallaq di antaranya:
a. Kepandaian
Seseorang yang ingin pandai maka harus berusaha meraihnya. Usaha-usaha tersebut antara lain dengan cara rajin belajar dan disiplin membagi waktu.
b. Kesehatan
Seseorang yang ingin sehat maka harus berusaha dengan cara berolahraga teratur, menjaga kebersihan, menjaga gizi dan pola makan. Jika melakukan usaha-usaha tersebut maka tubuh akan sehat.
c. Kemakmuran/Kekayaan
Kemakmuran atau kekayaan bisa diraih dengan giat bekerja, kreatif, pantang menyerah, rajin menabung, dan hemat.
Seseorang yang beriman kepada Qada dan qadar akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari. di antaranya ia pantang berpangku tangan, justru sebaliknya ia akan giat berusaha dan bekerja guna meraih cita-cita. Allah SWT. telah mengkaruniakan beragam potensi kepada manusia untuk digunakan sebagai bekal hidup. Setiap manusia dikaruniai akal untuk berpikir, dan organ-organ tubuh untuk bergerak. Allah SWT. juga menciptakan manusia sebagai makhluk paling mulia di antara makhluk-makhluk-Nya.
2.takdir mubram
Mubram secara bahasa artinya sesuatu yang tidak dapat dielakkan atau sudah pasti. Jadi, takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT. yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mengubahnya.
Contoh takdir mubram di antaranya:
a. Jenis kelamin manusia
b. Paras manusia
c. Usia
d. Ajal
e. Kiamat
Kapan ajal menjemput, dan dimana tempatnya semua sudah ditentukan oleh Allah SWT. Jika sudah tiba saat ajal menjemput semua orang tidak bisa mengelak, tidak bisa lari, tidak bisa diundur atau dimajukan. Inilah salah satu ketentuan Allah SWT. yang disebut takdir mubram.
Pembahasan tentang takdir adalah salah satu tema yang tergolong rumit sebab dalil-dalil yang sampai pada kita sepintas saling bertentangan satu sama lain. Sebagian dalil Al-Qur’an dan hadits mengatakan bahwa semua kejadian di dunia ini sudah tercatat di Lauh Mahfudz dan pena yang mencatatnya telah kering sehingga tak mungkin berubah. Sebagian dalil lain menegaskan bahwa doa manusia dapat mengubah takdir, demikian juga silaturahim dapat memperpanjang umur dari waktu yang telah ditentukan. Sebagian dalil lainnya memerintahkan kita untuk melakukan aneka perbuatan baik sehingga bisa meraih kehidupan bahagia di dunia maupun akhirat, ini semua mengisyaratkan bahwa ikhtiar manusia punya andil besar dalam menentukan jalan takdir yang akan ia tempuh. Sebenarnya bagaimanakah takdir itu?
Sepintas pembagian takdir menjadi dua kategori, mubram dan mu’allaq, ini sudah cukup memecahkan masalah. Tetapi faktanya tidak sesederhana itu. Masalahnya, sama sekali tak ada informasi dari hadits yang menyatakan hal-hal apa saja yang masuk kategori mubram dan mu’allaq. Adapun keyakinan sebagian orang awam bahwa takdir mubram hanyalah tiga macam, yakni rezeki, jodoh, dan kematian, adalah anggapan yang sama sekali tak berdasar. Klasifikasi mubram dan mu’allaq ini tetap saja tidak aplikatif. Misalnya kemiskinan, apakah termasuk mubram atau mu’allaq? Kita melihat ada orang miskin yang seumur hidupnya berdoa dan berusaha keras keluar dari kemiskinannya, tetapi hingga akhir hayatnya dia tetap miskin. Kejadian ini menunjukkan bahwa kemiskinan orang itu sudah mubram. Namun kita juga melihat orang miskin yang dengan usahanya dapat mengubah nasibnya secara drastis menjadi orang kaya, bahkan sangat kaya. Kejadian ini menunjukkan bahwa kemiskinan orang tersebut masih mu’allaq. Hal yang sama berlaku pada semua kasus di dunia ini, mulai sakit, keberuntungan, kecelakaan bahkan kematian sekalipun. Bagian manakah di antara semua itu yang mubram dan bagian mana yang mu’allaq? Kita takkan pernah tahu sebelum terjadinya. Sebenarnya, semua kerumitan di atas dapat terurai dan mudah dipahami apabila kita melihat takdir (qadla’) dari tiga perspektif yang berbeda. Kerumitan dan kerancuan itu hanya terjadi akibat ketiga perspektif ini dicampur menjadi satu, padahal seharusnya dibedakan dengan tegas. Tiga perspektif yang dimaksud adalah perspektif Allah, perspektif malaikat, dan perspektif manusia. Takdir dalam perspektif Allah Al-Qur’an, hadits dan dalil-dalil rasional telah memastikan bahwa Allah Maha Mengetahui. Sifat al-‘ilmu yang dimiliki Allah dapat menjangkau apa pun tanpa batas, baik hal yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Tak ada satu pun kejadian, bahkan yang paling kecil sekalipun semisal kejadian di inti atom, yang tak Allah ketahui.
Allah berfirman: وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS. al-An’am: 59)
Dalam perspektif Allah ini, seluruh takdir (qadla’) adalah mubram tanpa kecuali. Seluruhnya telah diketahui sebelumnya dan akan berubah menjadi kenyataan (qadar) pada waktunya. Sisi inilah yang tak mungkin mengalami perubahan sama sekali sebab adanya perubahan di level ini sama saja dengan adanya hal-hal yang tidak diketahui Allah. Ketidaktahuan Allah ini mustahil adanya. Takdir dalam perspektif Malaikat Para Malaikat mempunyai tugas yang beragam, sesuai dengan kehendak Allah yang menciptakan mereka. Di antara tugas malaikat yang kita ketahui adalah: membagi-bagi rezeki, ini adalah tugas Mikail; ada yang bertugas mencabut nyawa, ini adalah tugas Malaikat Maut (Izra’il); ada yang bertugas mencatat amal baik dan amal buruk, ini adalah tugas Raqib dan Atid. Dan, banyak sekali jumlah malaikat yang info tentang tugasnya tak sampai pada kita. Dalam perspektif malaikat inilah, takdir setiap manusia yang tercatat di Lauh Mahfudz ada yang sudah mubram (paten tak bisa berubah) dan ada yang masih mu’allaq (kondisional). Mereka bisa melihat apakah rezeki Si Fulan sudah merupakan hal paten yang tak bisa diganggu gugat ataukah masih tergantung pada beberapa kondisi yang di pilih Fulan tersebut, misalnya apabila Fulan bekerja keras, maka takdirnya adalah kaya sedangkan apabila memilih bermalasan maka takdirnya menjadi orang miskin. Demikian juga dengan hidayah, penyakit, umur atau apa pun yang terjadi pada Fulan tersebut.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan: فَالْمَحْوُ وَالْإِثْبَاتُ بِالنِّسْبَةِ لِمَا فِي عِلْمِ الْمَلَكِ وَمَا فِي أُمِّ الْكِتَابِ هُوَ الَّذِي فِي عِلْمِ اللَّهِ تَعَالَى فَلَا مَحْوَ فِيهِ أَلْبَتَّةَ وَيُقَالُ لَهُ الْقَضَاءُ الْمُبْرَمُ وَيُقَالُ لِلْأَوَّلِ الْقَضَاءُ الْمُعَلَّقُ “Penghapusan dan penetapan takdir itu adalah dalam perspektif apa yang diketahui para malaikat dan apa yang tercatat di Lauh Mahfudz (Ummul Kitab). Adapun dalam pengetahuan Allah, maka tak ada penghapusan sama sekali. Pengetahuan Allah ini disebut takdir mubram, dan pengetahuan malaikat itu disebut takdir mu’allaq.” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bâri, juz X, halaman 430)
Takdir dalam perspektif manusia. Bila malaikat bisa melihat sisi takdir yang mubram dan mu’allaq, manusia hanya sepenuhnya hanya bisa mengetahui sisi mu’allaq saja apabila belum tiba waktu kejadiannya. Dalam konteks ini,
Imam Ibnu Hajar menjelaskan: وَأَنَّ الَّذِي سَبَقَ فِي عِلْمِ اللَّهِ لَا يَتَغَيَّرُ وَلَا يَتَبَدَّلُ وَأَنَّ الَّذِي يَجُوزُ عَلَيْهِ التَّغْيِيرُ وَالتَّبْدِيلُ مَا يَبْدُو لِلنَّاسِ مِنْ عَمَلِ الْعَامِلِ وَلَا يَبْعُدُ أَنْ يَتَعَلَّقَ ذَلِكَ بِمَا فِي عِلْمِ الْحَفَظَةِ وَالْمُوَكَّلِينَ بِالْآدَمِيِّ فَيَقَعُ فِيهِ الْمَحْوُ وَالْإِثْبَاتُ كَالزِّيَادَةِ فِي الْعُمُرِ وَالنَّقْصِ وَأَمَّا مَا فِي عِلْمِ اللَّهِ فَلَا مَحْوَ فِيهِ وَلَا إِثْبَاتَ “Sesungguhnya yang telah diketahui Allah itu sama sekali tak berubah dan berganti. Yang bisa berubah dan berganti adalah perbuatan seseorang yang tampak bagi manusia dan yang tampak bagi para malaikat penjaga (Hafadhah) dan yang ditugasi berinteraksi dengan manusia (al-Muwakkilîn). Maka dalam hal inilah terjadi penetapan dan penghapusan takdir, semisal tentang bertambahnya umur atau berkurangnya. Adapun dalam ilmu Allah, maka tak ada penghapusan atau penetapan.” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bâri, juz XI, halaman 497).
Manusia hanya bisa mengetahui adanya takdir mubram yang menimpanya hanya ketika suatu hal sudah terjadi. Misalnya, hal-hal yang berhubungan dengan kelahirannya, apa-apa yang sudah atau belum dicapai pada usianya sekarang ini dan segala hal yang telah terjadi di masa lalu dan tak mungkin diubah. Manusia bisa tahu umur seseorang telah mubram hanya ketika orang itu sudah positif meninggal. Apabila orang itu masih hidup, maka usianya masih sepenuhnya terlihat mu’allaq sehingga ia dituntut untuk menjaga diri dan berobat bila sakit. Ia dilarang menenggak racun atau melakukan hal yang mencelakakan jiwanya yang membuat usianya menjadi pendek (dalam perspektif manusia tentunya). Demikian juga, ia dituntut untuk hidup sehat dan menjaga diri sehingga usianya bisa semakin panjang (dalam perspektif manusia). Kaidah yang sama berlaku pada segala hal lainnya. Dengan memahami ketiga perspektif ini, maka segala kebingungan tentang takdir akan mudah terjawab. Seorang muslim dituntut untuk beriman bahwa segala hal sudah diketahui Allah sejak dulu dan pasti terjadi sesuai pengetahuan-Nya, tetapi dia tak boleh menjadikan itu sebagai alasan untuk berdiam diri atau menjadikan takdir sebagai alasan sebab ia tak tahu apa takdirnya. Yang wajib dilakukan oleh manusia adalah berusaha saja menyambut masa depannya. Dalam konteks inilah
Nabi bersabda: اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ “Berusahalah, semua akan dimudahkan.” (HR. Bukhari – Muslim).
Lalu bagaimana kedudukan doa didalam qada dan qadar. Lantas bagaimana kita menyikapi sebagai mukmin yang beriman lagi bertakwa.
Didalam kitab tuhfatul murid 'ala jauharatut tauhid lil imam Al-baijuri dalam syarahnya,
والدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل وإن البلاء لينزل ويتلقاه الدعاء فيتعالجان إلى يوم القيامة. والدعاء ينفع في القضاء المبرم والقضاء المعلق. أما الثانى فلا استحالة في رفع ما علق رفعه منه على الدعاء ولا في نزول ما علق نزوله منه على الدعاء.(ص. ٢٥٤)
Artinya, “Doa bermanfaat terhadap apa yang datang dan apa yang belum datang (dari langit). Bala pun akan datang dan bertemu dengan doa. Keduanya (bala dan doa) senantiasa ‘berperang’ hingga hari qiamat. Doa bermanfaat pada qadha mubram dan qadha muallaq. Perihal yang kedua (qadha muallaq), maka tidak mustahil menghilangkan apa (putusan) yang penghilangannya digantungkan pada doa dan tidak mustahil mendatangkan apa (putusan) yang penghadirannya digantungkan pada doa,”
Meskipun takdir terbagi dua, muallaq dan mubram, kita sebagai manusia tidak mengetahui mana takdir muallaq dan takdir mubram. Oleh karena itu, ahlusunnah wal jamaah memandang doa sebagai ikhtiar manusiawi yang tidak boleh ditinggalkan sebagaimana pada umumnya aliran ahlusunnah wal jamaah memandang perlunya ikhtiar dalam segala hal, bukan menyerah begitu saja pada putusan takdir. Dari sini, kita dapat memahami tiga permintaan atau doa yang lazim diamalkan masyarakat Indonesia di malam nisfu Syaban sebagai bentuk ikhtiar dalam menolak bala dan ikhtiar dalam mendatangkan kemaslahatan.
وانقسام القضاء إلى مبرم ومعلق ظاهر بحسب اللوح المحفوظ وأما بحسب العلم فجميع الأشياء مبرمة لأنه إن علم الله حصول المعلق عليه حصل المعلق ولا بد وإن علم الله عدم حصوله لم يحصل ولا بد لكن لا يترك الشخص الدعاء اتكالا على ذلك كما يترك الأكل اتكالا على إبرام الله الأمر فى الشبع
Artinya, “Pembagian qadha menjadi mubram dan muallaq itu tampak pada Lauh Mahfuzh. Adapun dari sisi ilmu Allah, semua putusan itu bersifat mubram karena ketika Allah mengetahui datangnya putusan muallaq, maka hasillah muallaq tersebut, dan tidak boleh tidak ketika Allah mengetahui ketiadaan putusan muallaq, maka tiadalah muallaq tersebut. Tetapi manusia tiada jalan lain, seseorang tidak boleh meninggalkan doa hanya karena bersandar pada putusan qadha tersebut sebagaimana larangan seseorang untuk meinggalkan makan karena bersandar pada putusan Allah perihal kenyang,''
Sementara aliran muktazilah tidak mempercayai peran dan manfaat doa karena kata ‘doa’ dalam Al-Quran itu adalah ibadah secara umum. “Siapa saja yang beribadah, niscaya Allah akan menerimanya,” menurut mereka. Mereka tidak mengartikan ayat itu demikian, “Siapa saja yang berdoa, niscaya Allah akan mengabulkannya.”
وأما عند المعتزلة فالدعاء لا ينفع ولا يكفرون بذلك لأنهم لم يكذبوا القرآن كقوله تعالى ادعوني أستجب لكم بل أولوا الدعاء بالعبادة والإجابة بالثواب
Artinya, “Bagi kalangan muktazilah, doa tidak memberikan manfaat. Tetapi mereka tidak jatuh dalam kekufuran dengan pandangan demikian karena mereka tidak mendustakan Al-Quran perihal ini seperti ayat ‘Serulah Aku, niscaya Aku membalasnya.’ Mereka menakwil kata ‘seruan’ dengan ibadah, dan ‘balasan’ dengan pahala.”
Meskipun demikian, kelompok ahlusunnah wal jamaah asy’ariyah tidak menempatkan aliran muktazilah ke dalam aliran kufur karena mereka masih meyakini Al-Quran sebagai wahyu Allah. Semua pengertian yang diangkat oleh pendukung kelompok ahlusunnah wal jamaah asy’ariyah ini dimaksudkan agar umat Islam tidak salah paham menempatkan signifikansi doa, peran ikhtiar manusia, dan dapat meningkatkan keimanan terhadap takdir di tengah peran atau ikhtiar manusiawi. Semua ini dijelaskan oleh pendukung kelompok ahlusunnah wal jamaah asy’ariyah agar masyarakat sunni tidak bersikap su'ul adab dan su'uzzhan kepada Allah. Wallahu a‘lam.
Tumblr media Tumblr media
4 notes · View notes
muhammadhafizhfaiz · 4 years
Text
Biografi Singkat Syeikh Nawawi Albantani
Ulama ini lebih dikenal dengan sebutan Syekh Nawawi Banten. Nama lengkapnya adalah Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi bin Ali bin Jamad bin Janta bin Masbuqil al-Jawwi al-Bantani. Lahir di Tanara Tirtayasa Serang Banten pada tahun 1230 H/1813 M dan wafat di Mekkah pada 1314 H/1897 M.
Nama al-Bantani digunakan sebagai nisbat untuk membedakan dengan sebutan Imam Nawawi, seorang ulama besar dan produktif dari Nawa Damaskus, yang hidup sekitar abad XIII Masehi. Ayah Syekh Nawawi adalah seorang penghulu di Tanara, setelah diangkat oleh pemerintah Belanda. Ibunya bernama Zubaidah, penduduk asli Tanara. Di masa kecil, Syekh Nawawi dikenal dengan Abu Abdul Muthi. Dia adalah sulung dari tujuh bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah dan Sariyah. Syekh Nawawi merupakan keturunan ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati Cirebon. Dari garis keturunan ayah, berujung kepada Nabi Muhammad Saw melalui jalur Sultan Hasanudin bin Sunan Gunung Jati, sedangkan dari garis ibu sampai kepada Muhammad Singaraja.
Saat Syekh Nawawi lahir, kesultanan Cirebon yang didirikan Sunan Gunung Jati pada tahun 1527 M sedang berada dalam periode terakhir, di ambang keruntuhan. Raja saat itu, Sultan Rafiudin, dipaksa oleh Gubernur Raffles untuk menyerahkan tahta kekuasaan kepada Sultan Mahmud Syafiudin, dengan alasan tidak dapat mengamankan negara. Syekh Nawawi mulai belajar ilmu agama Islam sejak berusia lima tahun, langsung dari ayahnya. Bersama-sama saudara kandungnya, Syekh Nawawi mempelajari tentang pengetahuan dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid, al-Quran dan tafsir. Pada usia delapan tahun, bersama adiknya bernama Tamim dan Ahmad, Syekh Nawawi berguru kepada KH. Sahal, salah satu ulama terkenal di Banten saat itu. Kemudian melanjutkan kegiatan menimba ilmu ke Raden H. Yusuf di Purwakarta. Pada usia 15 tahun, Syekh Nawawi berangkat pergi ke Arab Saudi. Di samping untuk melaksanakan ibadah haji, keberangkatan itu penting bagi Syekh Nawawi untuk menimba ilmu. Seperti ulama Al-Jawwi pada umumnya, pada masa-masa awal di Arab Saudi, dia belajar kepada ulama Al-Jawwi lainnya. Puncak hubungan Indonesia (orang-orang Melayu) dengan Mekkah terjadi pada abad 19 M. Karena, pada saat itu banyak sekali orang Indonesia yang belajar di Mekkah.
Bahkan, tidak sedikit diantara mereka diberi kesempatan mengajar di Masjidil Haram, seperti Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Mahfuzh Al-Turmusi asal Tremas Pacitan, Syekh Ahmad Khatib Al-Minankabawi asal Minangkabau, Syekh Muhtaram asal Banyumas, Syekh Bakir asal Banyumas, Syekh Asyari asal Bawean, dan Syekh Abdul Hamid asal Kudus. Ada sekitar 200 orang yang hadir setiap kali Syekh Nawawi Al-Bantani mengajar di Masjidil Haram. Ketika itu Masjidil Haram menjadi satu-satunya tempat favorit, semacam kampus favorit dalam istilah sekarang, di Tanah Suci. Yang menjadi murid Syekh Nawawi tidak hanya orang Indonesia, namun para pelajar dari berbagai negara. Selama mengajar, Syekh Nawawi dikenal sebagai seorang guru yang komunikatif, simpatik, mudah dipahami penjelasannya dan sangat mendalam keilmuan yang dimiliki. Dia mengajar ilmu fiqih, ilmu kalam, tashawuf, tafsir, hadits dan bahasa Arab. Di antara muridnya di Arab Saudi yang kemudian menjadi tokoh pergerakan setelah kembali ke tanah air adalah KH. Hasyim Asyari (pendiri NU), KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Thahir Jamalauddin (Singapura), Abdulkarim Amrullah (Sumatera Barat), Syekhana Chalil (Bangkalan), KH. Asyari (Bawean), KH. Tb. Asnawi (Caringin Banten), KH. Ilyas (Kragilan Banten), KH. Saleh Darat (Semarang), KH. Najihun (Tangerang), KH. Abdul Ghaffar (Tirtayasa Serang), KH. Tb. Bakri (Sempur Purwakarta), KH. Dawud (Perak Malaysia) dan sebagainya.
Di samping itu, Syekh Nawawi juga banyak melahirkan murid yang kemudian menjadi pengajar di Masjidil Haram. Di antaranya adalah Sayyid Ali bin Ali al-Habsy, Syekh Abdul Syatar al-Dahlawi, Syekh Abdul Syatar bin Abdul Wahab al-Makki dan sebagainya. Syekh Nawawi lebih banyak dijuluki sebagai Sayyid Ulama al-Hijaz, karena telah mencapai posisi intelektual terkemuka di Timur Tengah, juga menjadi salah satu ulama paling penting yang berperan dalam proses transmisi Islam ke Nusantara. Pengalaman belajar yang dimiliki cukup untuk menggambarkan bentuk pembelajaran Islam yang telah mapan dalam Al-Jawwi di Mekkah. Dalam konteks keberadaan pesantren di Indonesia, Syekh Nawawi diakui sebagai salah satu arsitek pesantren, sekaligus namanya tercatat dalam genealogi intelektual tradisi pesantren. Nama Syekh Nawawi tidak hanya terkenal di daerah Arab Saudi, tetapi juga di Syiria, Mesir, Turki dan Hindustan. Penguasaan yang mendalam terhadap ilmu agama dan banyaknya kitab karyanya yang sampai sekarang masih menjadi rujukan di mayoritas pesantren di Indonesia, menjadikan nama Syekh Nawawi dijuluki sebagai Bapak Kitab Kuning Indonesia. Syekh Nawawi adalah ulama Indonesia paling produktif yang bermukim di Haramain. Selama hidup, karya Syekh Nawawi tidak kurang dari 99 buku maupun risalah. Bahkan ada yang mengatakan lebih dari 115 buah. Semua tulisan itu membahas berbagai disiplin kajian Islam. Beberapa karyanya yang masih terkenal sampai sekarang adalah:
Hasyiah nawawi Quwt al-Habîb al-Gharîb syarah Fath al-Qarîb al-Mujîb
Tafsir al- Munir
Nashaihul Ibad
Fathul Shamad al-Alim
al-Tausyikh
Kasyifatus Saja
al- Futuhat al-Madaniyyah
Tanqihul Qawl
Nihayatul Zayn
Targhibul Mustaqin
Hidayatul Azkiya
Madarijul Saud
Bughyatul Awam
Fathul Majid dan sebagainya.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
5 notes · View notes
muhammadhafizhfaiz · 4 years
Text
Keutamaaan traktir teman
Dalam sebuah hadist diriwayatkan oleh Imam bukhari :
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه وسلم أي الإسلام خير قال: ((تطعم الطعام، وتقرأ السلام على من عرفت ومن لم تعرف)).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم ditanya seorang sahabat, amalan apa didalam islam yang merupakan kebajikan?''
Nabi menjawab, “Kamu memberi makan, serta kamu menyampaikan salam kepada orang baik yang kamu kenal maupun yang tak kamu kenal,”.
Dan satu lagi riwayat hadist dari Imam tirmidzi :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلاَمٍ قَالَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ)).
Dari Abdullah bin salam Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
 “Berilah makan kepada yang butuh, sampaikan salam, sambunglah persaudaraan, sembahyanglah pada malam hari ketika orang-orang masih tertidur. Maka kamu akan masuk surga dengan damai,”.
Dari dua hadist diatas kita bisa tahu bagaimana kedudukan orang yang memberi makan orang lain itu sangat mulia karena nabi kita sendiri yang memerintahkan. Apabila kita perhatikan kenapa banyak riwayat yang sama tentang anjuran untuk memberi orang makan dan menyebarkan salam? Karena dibalik perilaku memberi makan dan menyebar salam itu terdapat nilai-nilai sosial yang sangat dalam.
Kita bisa tau Rasulullah صلى الله عليه وسلم ingin menyampaikan pesan yang mendalam dari hadist diatas tentang pentingnya seorang muslim memberdayakan muslim lainnya, setidaknya dengan memberi makan orang lain kita bisa berbagi kebahagiaan, berbagi kesyukuran, saling bersilaturahmi dan bertegur sapa.
Bukan hanya itu, dari perilaku kita yang senang berbagi dan saling memberi salam itu bisa menciptakan keharmonisan sosial dan meningkatkan rasa kemanusiaan dalam diri kita untuk selalu peduli dengan keadaan sekitar kita.
Niat memberi makan ini bukanlah sekedar hal formal, namun juga harus didasari dengan kesadaran bahwa sesama manusia harus saling menguatkan dalam banyak hal. Siapa tahu, setelah diberi makan atau minum, seseorang bisa melanjutkan aktivitas yang baik? Dan sang pemberi makan atau minum itu akan terdampak kebaikan juga. Karena itulah, keutamaan sikap seorang muslim adalah ketika ia memiliki kepekaan dalam melakukan perbuatan baik bagi orang lain.
Terakhir, semoga setelah membaca ini kita bisa lebih semangat mentraktir teman ya 😂, selalu menebar salam dan kasih sayang.
Ohh iya ada lagi, kita pastinya tidak tau amal mana yg akan diterima oleh Allah سبحان و تعال yg mana dengan amal itu bisa membawa kita kesurga. Sekali lagi semua itu tergantung niat kita masing-masing. Wallahu a'lam.
Cairo, Nasr city
15 maret, 2020
18:45 clt
Tumblr media
5 notes · View notes
muhammadhafizhfaiz · 4 years
Text
Problematika zaman ini, hilangnya sanad keilmuan dan kata "saya tidak tahu"
Sekarang ini profesi yg paling mudah untuk dilakukan itu menjadi penceramah. Kita tidak bisa menghalangi orang untuk berceramah. Semua orang bisa melakukannya. Kita lihat saja dimana-mana bertebaran penceramah dimedsos, tv, kota, kampung.
Satu sisi ini menjadi satu hal positif untuk tersebarnya agama. Tapi, yg jadi biang persoalan kita adalah hilangnya kepakaran dan jati diri sebenarnya sebelum mereka benar-benar jadi penceramah. Dan semua itu mereka lewatkan tanpa kualifikasi yg jelas. siapa dia? Dimana dia belajar? Dari siapa dia belajar?.
Maka dari itu, kita sebagai umat, sebagai konsumen harus bisa menelaah bisa memilih bisa menentukan apakah org yg berceramah ini layak menjadi penceramah dan layak didengarkan?. Itu yg seharusnya kita teliti dengan baik.
Kita harus mulai dari sanad keilmuan penceramah tersebut. Kita lihat riwayat pendidikannya apakah dia pernah sekolah dipesantren? Siapa gurunya? Kitab apa saja yg sudah dipelajarinya?. Maka sanad ini sangatlah penting, sanad adalah transmisi proses pindahnya ilmu kesatu orang keorang lain. Apabila kita tidak melihat didalam penceramah tersebut tidak ada satupun kualifikasi yg terpenuhi maka seharusnya kita tidak sembarangan mendengarkan.
قال الإمام عبدالله ابن المبارك: الإسناد من الدين ، ولو لا الإسناد لقال من شاء ما شاء.
Sanad itu bagian dari agama, jikalau tidak ada sanad maka akan berkata seseorang apa yg dia mau dengan kehendak sendiri
وقال شيخنا فضيلة الدكتور عمرو الورداني: الأسانيد في العلم كالأنساب في الحس.
Sanad-sanad dalam ilmu itu bagaikan nasab kita dalam kehidupan
Kita bisa tau begitu pentingnya sanad dalam keilmuan dan begitu pentingnya ulama dalam memandang transmisi itu. Karena dengan sanad maka ilmu itu menjadi mahal dan mulia tanpa sanad maka ilmu hanya jadi barang tak berharga karena semua orang berlomba mengakuinya.
Kita lihat dalam literatur klasik banyak riwayat yg menyebutkan Imam Malik pernah ditanya pertanyaan dan beliau tidak malu mengucapkan tidak tahu. Kita tidak usah membahas keilmuan Imam Malik disini karena kita tahu siapa beliau. Dan kita lihat sekarang penceramah apapun pertanyaan selalu dijawab perkara kemudian jawabannya benar atau tidak itu urusan nanti.
Patutlah kita sekarang sebagai penuntut ilmu menjadikan diam itu sebagai attitude buat kita. Bahwa kita apabila tidak menguasai permasalahan atau persoalan lebih baik diam.
Jumat 6 maret 2020
Cairo 20:00 clt
Tumblr media
10 notes · View notes