Tumgik
kang-ghany · 8 years
Text
UN dan SBMPTN Makin Sulit itu Bagus
Setelah UN dan SBMPTN yang udah lewat, banyak banget orang yang mengeluh tentang naiknya kesulitan soal ujian tersebut dan hal ini membuat akang kesal. Banyak yang bilang soalnya terlalu susah untuk murid, soalnya buat anak olimpiade, dll. Padahal kalo akang liat soalnya, justru ada kenaikan dari segi kualitas soal. Pelajar-pelajar di Indonesia terlalu banyak yang menjadi bodoh dengan sekolah, bukan tambah pintar. Kenapa? Soalnya mereka diajarkan untuk menghafal, bukan memahami. Mengerjakan ulangan itu dengan mengingat, bukan berpikir. Dan banyak juga guru yang merasa bahwa guru itu selalu benar, padahal guru pun manusia yang kadang salah. Padahal masalah-masalah di kehidupan nyata itu, di kehidupan di luar sekolah, hanya dapat diselesaikan dengan berpikir, bukan dengan menghafal dan mengingat. Juga dengan selalu mengkritisi berbagai macam hal, bukan menerima saja, pasrah, terhadap apa yang didapatkan. Soal-soal yang kemarin sudah mulai memaksa murid untuk berpikir.
Ini beberapa komplain yang membuat akang kesal :
“Ternyata lebih dari setengah anggota penyusun naskah ini adalah doktor. Sisanya? Mahasiswa olimpiade tingkat nasional maupun internasional. Esensinya? Kita mau menyeleksi masuk kampus atau olimpiade? Udah g perlu lagi nih seleksi budi pekerti?”
Duh, itu maksudnya apa coba. Emang kenapa kalo yang bikin soal SBMPTN itu doktor dan mahasiswa olimpiade? Justru artinya soal ditangani oleh orang-orang profesional di bidangnya, sehingga mengurangi ada soal yang salah. Yang penting kan soalnya sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhannya apa? Universitas itu ingin mahasiswa yang memahami pelajaran, bukan hafal. Menghafal itu kemampuan nalar paling rendah. Manusia itu diberi akal untuk berpikir, bukan menghafal. Akang lihat pun soalnya, itu masih soal yang bisa dikerjakan siswa, kalo mereka mengerti. Dan yang penting di SBMPTN itu kan ranking, soalnya susah gpp, ranking g akan berubah, soalnya kan keterima PTN itu dari ranking PIG nya, bukan dengan mengejar suatu nilai minimum. Justru dengan begini, jadi bisa dibedakan, lagi-lagi, mana murid yang hanya hafal dan mana yang mengerti.
Seleksi budi pekerti? Gimana caranya yah? Bukan berarti budi pekerti tidak penting, tapi budi pekerti itu sesuatu yang sulit untuk dinilai dan sangat subektif. Kalo dia bisa bikin sistem seleksi yang sangat objektif untuk budi pekerti, ya silahkan ajukan. Jangan mengeluh tanpa solusi.
Jadinya menurut akang dengan naiknya tingkat kesulitan soal dari soal hafalan menjadi soal pemahaman, akan ada peningkatan kualitas pendidikan, terutama dari segi pengajar. Pengajar pun akhirnya perlu mengubah pola ajar yang harus menekankan pemahaman. Semoga ini dapat menjadi awal dari revolusi pendidikan di Indonesia. Akang harap lebih banyak pengajar yang terbuka terhadap perubahan ini. Indonesia tidak akan maju jika tidak ada perubahan kualitas pendidikan. Kita butuh lebih banyak problem solver yang dapat memimpin Indonesia ke arah kemajuan. Dan ini merupakan sebuah awal. Baby steps for a giant stride.
5 notes · View notes
kang-ghany · 8 years
Quote
What should you do with your life? Find out exactly what you want to do in life and do it.
Matt Hearnden (Quora)
2 notes · View notes
kang-ghany · 8 years
Link
If you want to study efficiently and effectively, you have to learn how to learn first
0 notes
kang-ghany · 8 years
Quote
You don't have to be great to start, but you have to start to be great.
Zig Ziglar
1 note · View note
kang-ghany · 9 years
Text
Kualitas Pendidikan di Indonesia
Semakin ke sini, akang semakin merasakan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Terutama kualitas gurunya. Well, they can’t be blamed. Soalnya orang-orang pintar di Indonesia, sedikit yang mau jadi guru. Murid yang pintar maunya kalo ga masuk FK, ya ITB, atau bahkan ke luar negeri. Pada akhirnya, kebanyakan guru memiliki kecerdasan yang di bawah rata-rata. Sehingga, guru-guru tersebut tentu saja tidak akan bisa menuntun secara maksimal murid-murid yang kecerdasannya di atas mereka, tanpa usaha yang keras untuk belajar. Tapi yah, kebanyakan sepertinya menjadi guru karena tidak ada pilihan lain atau karena PNS gajinya stabil, ada pensiunan. Pada akhirnya, guru hanya menjadi pekerjaan. Banyak guru bukan mengajar tapi berjualan LKS dan menyuruh siswa mengerjakannya. Banyak guru bukan mengajar, hanya menugaskan siswa untuk presentasi. Banyak guru bukan mengajar, tapi “menjual” soal ulangan untuk anak-anak yang les pada mereka. Banyak guru ketika ditanya, malah bertanya balik pada siswanya kemudian dijadikan PR. Banyak guru ketika salah, g mau ngaku, bahkan marah-marah. Padahal guru itu seharusnya sebuah pengabdian, bukan pekerjaan.
Akang sudah mengajar di SMA selama lebih dari 4 tahun, akang kira murid-murid yang kecerdasannya di bawah rata-rata disebabkan oleh kemalasan mereka sendiri. Ternyata tidak selalu. Akang tahun ini mengajar siswa SMP kelas IX, padahal anaknya rajin dan memiliki potensi yang baik. Tapi, dia tidak mengerti hal-hal dasar dalam aljabar? Ternyata guru pada kelas VII nya memang kurang baik, jika satu kelas nilainya tidak ada yang lebih dari 6, there’s no one to blame other than teacher, right? Sehingga, akang mulai mengerti, murid-murid akang yang kemampuannya kurang, bisa jadi karena akumulasi terhadap pengajaran yang kurang baik dari SD hingga SMP-nya. Sedihnya, ini terjadi di kota besar, Bandung. Gimana kalo di pelosok-pelosok?
Then, what can we do? Let’s be a teacher! kalo g bisa, just pray then~ Semoga lebih banyak orang-orang pintar yang mau jadi guru, biar anak-anak kita ga miskin ilmu.
“Kekayaan orang berakal adalah ilmunya dan kekayaan orang bodoh adalah hartanya.” — Ali bin Abi Thalib
4 notes · View notes
kang-ghany · 9 years
Text
Terima Kasih ~ (Telat Post huehuehue)
Alhamdulillah udh ketemu 3 guru yang paling berjasa buat akang :’)
Terima kasih pa Tata Santana yang udh ngajarin fisika dgn baik dan memberikan kesempatan mengajar, bahkan sejak semester 1
Terima kasih pa Ang Pek Hoeij yang mengajarkan fisika dengan sangat detail, membuat saya menjadi tertarik dgn fisika. Juga segala pesan bagaimana menjadi guru yg baik. Saya kadang msh sulit menjadi guru seperti yg bapak katakan, tp saya akan terus berusaha, pa! Hehe
Terima kasih pa Tedy Setiawan atas segala soal2 mat yg sulitnya, sehingga mengembangkan kemampuan problem solving saya. Juga kesempatan mengajar di luar kota untuk kelas2 internasional, enrichment, dan olimpiade.
Makasih banyak pa :’) muridmu sudah S.Si. :D
3 notes · View notes
kang-ghany · 9 years
Note
Akang ini seorang pendidiknya? Saya baca tulisan akang, saya jadi tertarik. Tergelitik lebih tepatnya.. Boleh ngobrol?
Yap, saya seorang guru profesional.Boleh :)
1 note · View note
kang-ghany · 9 years
Text
Our Social System
Hampir seluruh orang-orang jenius di dunia lahir dari keluarga yang berada. Kalo tidak, bagaimana mereka dapat mengenyam seluruh pendidikan tersebut? Bayangkan seorang anak yang jenius bermain musik di keluarga yang berada, orang tuanya akan memberikan kursus musik juga alat-alat musiknya. Alhasil, anak tersebut dapat tampil di usia yang cukup muda yang diadakan oleh orang-orang yang kagum terhadap bakatnya. Sedangkan di sisi lain, jika ada seorang anak dengan bakat yang sama, namun dari keluarga yang miskin. Keadaan tidak akan mengangkat dirinya dengan cara yang sama. Boro-boro les musik atau beli alat musik, makan aja susah. Meskipun dia memiliki kemampuan yang sama, namun tak ada orang yang dapat “melihatnya”.
Hal ini membuat saya bersyukur, lahir di keluarga yang terdidik dan berkecukupan. Jujur saja, tanpa uang mereka, saya tidak akan menjadi seperti ini. Dunia ini memang tidak adil, tidak semua orang memiliki hak ini. Hal ini pun membuat saya bertanya-tanya, adakah sistem yang dapat meminimalkan keadaan seperti contoh di atas? Dapatkah dibuat sistem yang dapat memaksimalkan kesuksesan orang-orang yang minim akan privilege? Seperti apakah kondisi mendekati ideal yang dapat dicapai oleh manusia? Atau memang secara alami, manusia akan terus seperti ini? Benarkah?
We are not perfect, after all.
8 notes · View notes
kang-ghany · 9 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Ke dago pakar meuni kotor gini ih :(
0 notes
kang-ghany · 9 years
Text
Waktu
Terkikis waktu yang berlari Tanpa kaki Pergi, tak kan menghampiri Kedua kali Maka, kan kau biarkan kah dia pergi? Sesungguhnya kau menjadi golongan yang merugi Merugi hingga sepi Sepi, dan tak berarti
2 notes · View notes
kang-ghany · 9 years
Quote
Ada 4 hal yang perlu ditekankan ketika belajar : Berpikir, jangan hanya menghafal. Mengerti, jangan hanya mengetahui. Perbanyak belajar mandiri. Buatlah rencana
1 note · View note
kang-ghany · 9 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
191K notes · View notes
kang-ghany · 9 years
Text
Tipikal Siswa Yang Lulus dan Tidak Lulus SBMPTN
Selama 4 tahun ngajar SMA, ngajar buat SBMPTN, udah bisa nebak mana yang bakal lulus SBMPTN, mana yang ga dengan tingkat keakuratan sekitar 80%. Soalnya yang gagal, semuanya punya kesalahan/kekurangan/penyakit yang sama setiap taun tuh. Penyakit apa? Nih, perbedaan kualitas antara yang gagal SBMPTN dan yang lulus.
Yang gagal : 1. Malas belajar (ya iya lah haha) 2. Rajin belajar.. kalo deket ulangan 3. Rajin belajar.. cuman pas super intensif (1-2bulan), selama kelas 3 ga belajar bener 4. Ga pernah mikir, cuman ngapalin doang 5. Selalu minta dibahas semua soal -.- (saya yang pinter atuh euy) 6. Lebih takut sama guru dibanding ga lulus 7. Takut nanya sama guru 8. Ga mau ngerjain soal yang susah (kerjain soal SD weh mau yang gampang mah) 9. Ga pernah ngulang pelajaran. Setelah ulangan? Lupakan~ 10. Banyak ngeluh kalo belajar (padahal bilangnya mau lulus -.-) 11. Badan di kelas, pikiran di HP
Yang lulus : 1. Rajin belajar selama kelas 3, bahkan dari kelas 1 2. Rutin belajar, ga cuman deket-deket ulangan 3. Selalu berusaha memahami, bukan hanya menghafalkan 4. Banyak bertanya untuk memahami 5. Bertanya hanya soal-soal yang tidak bisa dia kerjakan (udah dicobain) 6. Selalu berusaha mengingat (mengulang jika lupa) semua materi, meskipun ulangan sudah lewat~ 7. Super intensif digunakan untuk banyak latihan soal, materi sudah dimengerti selama kelas 3 8. Fokus belajar di kelas
Tapi tentu saja klasifikasi di atas tidak sepenuhnya benar. Soalnya ada aja yang sebenernya kurang, tapi keterima lewat undangan -.- Ko bisa? Yah modal les sama gurunya kayaknya -.- jadinya nilainya bagus, padahal mah ilmunya cemen. Akang cuman bisa berdoa semoga murid-murid yang kayak gitu bisa kuat aja pas kuliah, bisa berubah. Soalnya kalo kuliah kan ga bisa les sama dosen dan jadi dapet nilai bagus hahaha
Keliatan lah pokoknya mana yang bakal lulus mana yang suram. Dari matanya juga, keliatan yang bener-bener serius sama yang bilangnya serius haha.
Keliatan juga kalo serius, perkembangannya ada. Sementara yang gagal sih ngakunya usaha, padahal kan USAHA = GAYA x PERPINDAHAN. Jadinya kalo ngakunya USAHA, padahal TIDAK BERPINDAH, berarti GAYA doang -.-
Semoga bisa jadi teguran untuk murid-murid akang, yang sudah maupun yang akan datang. Termasuk juga adik-adik yang ga kenal akang secara langsung, juga rekan-rekan yang mungkin pengajar juga. Atau teman-teman yang punya adik yang mau SBMPTN.
“You must learn a new way to think before you can master a new way to be." - Marianne Williamson
4 notes · View notes
kang-ghany · 9 years
Quote
I just want to make it clear that I’m not bashing the teachers themselves or the work they’re doing. There are great teachers and there are shitty teachers. But they’re all stuck within a shitty system. And I’m sure many of them feel just as hamstrung with the antiquated curriculum as the rest of us.
http://markmanson.net/taught-in-school
4 notes · View notes
kang-ghany · 9 years
Text
http://markmanson.net/taught-in-school
Gokil ini parah
1 note · View note
kang-ghany · 9 years
Quote
It always seems impossible until it's done
Nelson Mandela
3 notes · View notes
kang-ghany · 9 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Floraform Jewelry
Computational design project from Nervous Systems creates unique 3D printed jewelry which are formed from generative structures which mimic organic growth:
vimeo
We’ve generated a jewelry collection with Floraform. For each piece, we crafted a unique growth process that results in a specific emergent form. The flowering structures expand fastest along their edges, evolving from simple surfaces to flexuous forms that fill space with curves, folds, and ruffles. There are 24 new designs which come in 3D-printed nylon and sterling silver and are available in our shop.
The collection explores how different starting geometries interact with the growth process to produce the final pieces. We use contact with the body as an environmental constraint, producing designs that conform to or expand from the finger, wrist, and neck.
More Here
1K notes · View notes