Tumgik
iron-fence · 23 days
Text
Kembali
Menurutku, orang yang hidup dimasa lalu.
Meski dia bercakap, bertindak di detik ini, tapi pikiran nya hidup dimasa lampau. Seperti aku.
Saat ini aku selalu memikirkan setiap persimpangan besar yang pernah aku lewatkan, semua sudah seperti skenario dalam film "SEANDAINYA" . Sampai tulisan ini kutuangkanpun aku masih mengucap seandainya.
Aku ingin ceritakan sebuah persimpangan yang SEANDAINYA AKAN SEPERTI INI.
Hari hari ku mengendarai sepeda motor membuatku sering melamun di jalanan, ya karna itu menyenangkan.
Aku teringat Agustus 2009 ketika tidur dengan alas lantai keramik kostan yang dingin, itu sangat membantuku tidur nyenyak di suhu yang panas.
Saat itu aku akan selalu mengamati semut hitam yang lalu lalang tidak jelas di tembok kamar itu sampai aku terlelap. Semut semut itu bisa membantuku tertidur pula. Kadang menghitung jumlah mereka kadang juga hanya mengikuti tujuannya.
Seandainya aku bisa kembali kesaat itu, semua pasti akan sedikit lebih baik. Mungkin bukan untukku, tapi orang di sekitarku.
Persimpangan nya cukup banyak.
Aku akan memilih untuk hidup sendiri, mendalami arti makna hidup selibat.
Aku akan melibatkan uang dalam segala sesuatu nya dalam hidupku, aku ingin sangat kaya.
Aku akan sangat dermawan.
Ya, mungkin ini hal sederhana bagi orang lain. Tapi ini cukup mengganggu bagiku, pikiranku tak pernah berhenti ke moment moment persimpangan itu. Bahkan dalam hitungan jam pun tak terlewat.
Aku sudah mencari kesibukan lain, bahkan di antara kesibukan itu juga tetap aku memikirkan persimpangan.
Aku tak masalah berandai andai seperti manusia lain. Hanya saja aku sudah tinggal di masa lampau.
1 note · View note
iron-fence · 2 months
Text
Anjing
Apa yang dirindukan seseorang yang ingin mati
Ibunya datang membawanya pulang
0 notes
iron-fence · 3 months
Text
Good Bye
Pada akhir nya semua akan pergi ketika kamu jatuh.
Kalimat paling kuat yang akhirnya aku sadari saat ini.
1 note · View note
iron-fence · 4 months
Text
Cigarette
Tumblr media
Bayangan merah itu, apa itu baik atau tidak..
Bagi dia, yang dia tau itu hal yang sangat menakutkan.
Dia bergegas mematikan rokok yang sedari tadi dia hisap. Dan berlari pergi.
Tak sadar dia, dia meninggalkan rokok yang masih tersisa 4 batang.
Alunan pesta dansa itu berlarut di tengah sunyi nya kota.
Puan dan Tuan nya tenggelam dalam birahi semanusianya seorang manusia.
Tuan dan Puan seperti dalam sebuah perjamuan dewa dewi yunani, dihiasi emas berlian dan bunga bunga kehidupan.
Tuan dan Puan bercumbu, saling mencium aroma tubuh yang sudah memekar. Hembusan nafas terdengar jelas di telinga, membara, menderu, berpadu dengan roma yang bergetar
Tuan dan Puan, saling melempar senyuman, musik di alunan pesta itu terasa semakin sunyi, menatap terlalu dalam sampai kedalam jiwa yang tersakiti. Melepaskan semua hormon yang bergejolak bagai genderang perang, menyentuh bibir yang lembut dan ber-aroma kefanaan, didekap kepala tuan nya, nafas yang hangat mengalir melalui batang leher nya sampai darah di jantungnya. Puan pun mendesah, memejamkan matanya dan kembali melumat bibir yang hangat.
Tak ada lagi rasa yang mereka punya, hanya malam di pesta dansa itu. Puan dan Tuan laksana Bidadari dan Pangeran nya. Tenggelam dan terdiam. . . . . .
Ntah bagaimana rokok yang masih tersisa 4 batang itu, berada di depan mereka, ketika puan dan tuan sedang bercerita. Puan pun mengambilnya sebatang dan menghisapnya, Sang Tuan pun demikian. . . Tak lama terdengar lah cerita itu, sampai ke bibir wanita yang sudah pergi.
0 notes
iron-fence · 4 months
Text
Gila
Baru saja tahun berganti,
Di menit menit penghujung tahun kemarin aku berdoa, semoga tahun depan akan jadi tahun yang baik.
Semoga semua nya berubah, dan ada harapan
Semoga saja Tuhan, 2024 menjadi tahun yang lebih baik
Hah, sial nya aku membawa semuanya dalam pikiranku,
Berputar putar, seperti laron di awal musim penghujan.
Sial lagi aku tak bisa berontak,
Ini baru hari ke-dua bung, rasanya seperti mau pecah
Lama lama aku bisa gila
Oh, Tuhan, bantu lah domba sesat ini...
1 note · View note
iron-fence · 4 months
Text
Malu
Antara lapang dada dan harga diri
1 note · View note
iron-fence · 5 months
Text
Kisah Pria tanpa Kelamin
Jaman dahulu kala, terlahir kedunia ini seorang pria. Pria yang pendiam, berkelakuan sangat kekanak kanakan, dan juga pemalu. Pria ini, dia berwajah tampan, tubuh nya juga bagus, dan kulitnya sawo matang.
Kala ia masih kecil, dia anak kecil yang selalu bersembunyi di belakang ibunya, dia menarik narik pakaiannya, untuk menyembunyikan wajahnya. Terkadang juga dia di pundak ayahnya untuk berjalan
Kala itu, anak itu hanya seperti anak anak lain yang lucu, pemalu dan suka mengadu. Dia tidak berbeda. Dia juga tak mengerti dunia, juga tidak mau mengerti apa itu dunia.
Waktu berlalu, dan tidak mungkin berhenti. Anak itu beranjak remaja, dan dunia seperti nya juga semakin tua. Pakaian ibunya sudah tidak ada lagi, pun juga pundak ayahnya.
Anak itu, dituntut untuk tidak malu, dan tidak mengadu, tidak lucu juga.
Hari hari menuju bulan, menggantikan tahun. Dia sudah menjadi Pria.
Pria ini tumbuh menjadi pria yang selalu mencoba untuk hebat, mengambil resiko, tidak mengadu, tapi dia juga senang untuk tertawa.
Waktu lah yang membentuk dia.
Dia, menjadi pemeran utama dalam hidup, dia bintang dalam hari hari nya. Setidaknya dia mencoba itu.
Ribuan tahun sudah pria memiliki pendamping hidup, dia disebut wanita.
Tak lekang oleh peradaban, pria ini, sosok yang sangat disukai wanita juga, dia berkelakuan yang suka menggelitik, berparas tampan, juga sosok yang kuat karismanya. Begitulah sebagian wanita memandang nya.
Seperti layar bioskop, pria ini mejalani nya seakan akan cerita nya akan segera berakhir.
Tapi, hari itu, hari yang tenang itu, dia sadar, terlalu sadar seperti bunga mawar merah, terlalu jelas seperti langit biru.
Pria itu mendengar kegaduhan, kegaduhan yang mengelilingi isi kepalanya. Dia mencoba menutup mata, dia mencoba menutup telinga dan hati nya. Tapi sudah tidak bisa.
Dia sudah terlalu lama menjadi pemeran utama, dia sudah terlalu lama menjadi bintang.
Kegaduhan itu, dia tidak bisa pergi dari kegaduhan itu, dia tidak bisa lari, dia harus hadapi layak nya seorang pria sejati. Ya, seperti pria sejati yang ada di layar kaca. Dia harus tetap menjadi pemeran utama.
Dia bangkit di hari itu, hari yang tenang ini. di menuju ke seluk beluk kegaduhan itu. Dia sangat gagah, berdiri tegap dengan kedua tangan di kepalnya. Tanpa sehelai benang pun.
Dia,
Berjalan tanpa kelaminnya.
Pria itu kehilangan kelaminnya.
1 note · View note
iron-fence · 5 months
Text
Sudut pandang orang ketiga
Tumblr media
Wanita sudah lama berdiri di pojokan meja itu.
Aku, seperti alang-alang, yang akan hijau di kala musim hujan dan menguning di musim kering.
Sudah lama aku disini, semua berlalu seperti hari hari biasa, seperti rokok yang akan habis pada waktu nya.
Acara pesta ini tak akan pernah selesai, mungkin aku yang akan pergi terlebih dahulu.
Tak kala malam itu, aku melihat bayangan gelap seorang lelaki, tapi bayangan itu aku tau, bayangan itu sering masuk ke acara pesta ini, dan banyak yang seperti mereka.
Tak lama aku melihat juga, seseorang yang terlalu goyah untuk berdiri di atas kakinya, dan banyak seperti mereka di pesta ini.
Aku menghisap sebatang rokok, ntah mengapa aku penasaran, seperti nya kedua orang ini akan menceritakan sesuatu hal.
Kadang seperti anak anjing, kadang seperti burung merpati, tingkah mereka cukup aneh bagiku.
Di acara pesta ini sepertinya akan terjadi sesuatu, aku berguman seperti ini terus menerus. Tentu sambil bertanya tanya siapa mereka.
Gelas demi gelas, botol pun tambah di tempat mereka berpesta
Sedangkan aku, tak sadar rokok yang sedari tadi menemani tinggal 1 batang saja. Tak mau aku lengah, aku mintakan pembantu tuan rumah membelikan untukku.
Semakin larut, akhirnya mereka pun menari,
Tarian mereka sangat liar, bahkan sampai di tempat aku berdiri aku bisa merasakan genderang dentakan dada mereka.
Seperti para penari latin, tapi kadang mereka seperti anak remaja, kadang juga mereka hanya berpelukan.
Apa aku semakin pusing, atau terlalu terpukau.
Ini seharus nya biasa, seperti yang orang orang yang selalu datang.
Tiba tiba, aku melihat bayangan mereka.
Bayangannya sudah berubah, menjadi Merah
Rasa geli tepat di sendi, bola mataku tak bisa berkedip, pandanganku tiba tiba kabur, kakiku tak tahan lagi untuk menopang badan. Aku bergegas mengambil tas, dan pergi dari pesta itu.
1 note · View note
iron-fence · 5 months
Text
a letter from memory
Matahari sudah berkemas,
Mempersilahkan gelap untuk segera melandai.
Entah berapa lama, mataku menatap kearah pintu.
Pun jika kurapikan pakaianku, tak bisa lagi kuhirup hawamu.
Di teater pikiranku ini, bahkan ketika itu.
Tak ku gambarkan kau menjadi yang buruk - buruk.
Yang rusak - rusak, pun lagi gelap.
Kau sesuatu tak redup, lagipula tak silaukan.
Memang ku hapalkan himpunanmu.
Lompat - lompatan kecil itu.
Keriang -rianganan yang tak berlebihan.
Kian ku kenal, matamu yang terhempas dalam keraguan.
Bergemuruh kebingungan.
Jelaskan, mana perwujudanmu yang kau sangkal?
Kepadaku, tak perlu letih menguraikan.
Meski riuh, tak butuh kau bunyikan.
Kenapa aku perlu menjadi karibmu.
Tak niat juga menjang Sang kekasih.
Kepadaku, tak perlu letih menguraikan.
Meski riuh, tak butuh kau bunyikan.
Kenapa aku perlu menjadi karibmu.
Tak niat juga menjang Sang kekasih.
Cukup Abstraksi dalam memoarmu.
Mengenali apapun rupamu,
Berbentuk lemari tua menyimpan runtuhmu.
Sebuah bejana, letak dari serakmu.
Menjadi sebuah jauh..
Menjadi celah - celah..
Menjadi sudut - sudut..
Atau bahkan apapun yang tak akan kau dapati lagi.
Menikmati punggung indahmu.
Kisahmu.
Cerita tak berujung yang kau jalani.
Walau tak sempat kusambut.
Walau tak sempat kupeluk
Walau sempat tak kupersilahkan duduk.
1 note · View note
iron-fence · 5 months
Text
Balada Dendam
Ooooooo Gusti.....!!!! Aku berteriak dengan lantang
Tancapkan lah petir di dada yang kosong ini. Biar sekejap jua mati raga ini.
Kuku kuku besi kuda menebah bumi, Ia berlari membawa penunggangnya.
Di dalam hutan lebat ia bersebunyi, Sekejap warga mengepung hutan itu.
Dengan bara didada, dendam di kelopak jiwa. Ia pun berteriak
Oooooooo Gusti.....!!!! Akan ku tebas tubuh bagi yang maju melangkah. Jenawi pun telanjang, menunggu imbalannya.
Anak panah berpancar seperti bunga api, menghujam bahu kiri. Satu demi satu maju untuk mempersembahkan darahnya. Penunggang kaki besi mendongakkan muka. Surai bau darah mengalir bak sungai kehidupan.
Dendam dan Amarah yang membawaku kesini Gusti.....!!!
Ia menegak, dan pergi kedalam amarah nya.
1 note · View note
iron-fence · 5 months
Text
Puan
Untuk apa Puanku menceritakan kisah pagar besi itu. Takar kemalangan diperjalanan hidup hamba tidak sanggup menerimanya.
Puanku, hamba belum bisa mengerti siapa diri hamba ini. Hamba seperi wajah dari sebuah waktu, dari kuat menjadi rentan, dari muda semakin menua, dari indah menjadi keriput. Hamba ini seperti manusia lain Puanku.
Tapi Puanku dengan lantang menjabarkan siapa hamba ini, seperti gabah yang dijemur, terperinci dan tidak ada celah. Puanku, mengukirkan wajah hamba, Puanku tidak sedikitpun menjatuhkan martabat hamba, meski jua tak menjungjung.
Puanku, dalam gelap engkau telah menemukan wajahku.
Puanku, engkau tak jua mengerti, aku malu puanku. Kata demi kata meneror jalanku, seperti bara yang tersulut nestapa. Hati ini menjadi rongga dada kosong, dan jamu para tabib tidak bisa memulihkan.
Tidaklah pantas hamba, berdiri ..................................................
Puanku, ijinkan hamba menyimpan erat rasa cinta yang Puanku berikan. Sampai suatu hari malam akan mampir kepada hamba, hamba akan pulang menuju adat yang sudah siapkan.
Aku akan mengingat Puanku, Puanku yang berdiri menunggu di pagar besi.
Egoku tak sanggup aku takar, melebihi kemalanganku. Puanku melihatmu aku terlena, membuat hamba rentan. Puanku mengapa takdir bisa mendekatkan dan menjauhkan, pernahkah Puanku menanyakan ini pada-Nya.
Walau akhir akhir ini sangat sunyi Puanku, masih selalu ada rindu untuk Puanku. Wahai Puanku, kaki ini semakin lelah untuk melangkah, wajah yang puanku ukirkan semakin sulit untuk mendongak. Jiwaku sudah layu.
Jika sudi Puanku, hanya satu pintaku janganlah lagi tangisi dunia ini. Sudah cukup Puanku meratapi, sudah cukup Puanku berbuat dan memberi.
Puanku, aku sampaikan untaian melalui hembusan udara di pagi
"Aku bersujud pada Tuhanku, semoga Puanku engkau bahagia sampai malam juga mampir kepadamu.
1 note · View note
iron-fence · 6 months
Text
Lingkaran
Sudah berapa beberapa kali aku menuliskan cerita tentang keindahan dan keburukan.
Cerita itu bagaikan roda sepeda tua yang berputar, berganti setiap saat.
Sampai aku lupa alasanku mengayuh sepeda tua itu untuk suatu tujuan, tujuan yang samar samar terlupa hanya karena roda yang berputar.
Aku mengingat sebuah kalimat orang tua dulu, ada kalanya keberuntungan mendatangi setiap 6 tahun dan 6 tahun lagi dia akan kesialan. Sampai ke pepatah "Janganlah engkau terlampau senang supaya engkau tidak terlampau sedih"
Apa iya, kita tidak boleh seperti anak kecil yang tertawa sejadi jadinya dan menangis segila gilanya.
Atau mungkin, aku terlalu fokus pada tujuanku, sampai aku lupa menikmati roda yang berputar. Karna sejujurnya manusia ada kalanya aku tidak ingin berada disisi bawah, disisi kesialan.
Hmmm, bagaimana dengan setang, pedal, dan rem, rantai. Apa mereka seperti support system, yang memaksakan arah tujuan dan memaksakan roda ini untuk berputar.
Apa kisah kehidupanku dipaksakan untuk berputar seperti roda ? Aku bahkan merasa sepertinya tidak ada yang memaksakan juga. Tapi entah kenapa jalan ini aku tidak berani untuk berhenti. Dan aku takut tidak sampai di tujuan yang samar samar itu.
Hidup seperti terlalu banyak bertanya, dan setiap pertanyaan itu, tetap saja roda sepeda tua itu berputar.
0 notes
iron-fence · 6 months
Text
Tikus
Para tetua langit, dewa dewa apakah kalian tersenyum melihatku
Tikus kecil di celah sempit di balik lemari megah ini.
Apakah kah tikus kecil ini akan selalu begini, apakah ini garis hidup yang sudah dewa dewa berikan kepadaku.
Mencari remah remah dan mencoba bertahan hidup tidak di santap oleh pemangsa buas.
Dewa dewa langit, jika suatu saat aku meneteskan air mata dari kelopak mata kecil ini.
Ijinkan aku tinggal di istana mu bersama dewa dewa dan tetua langit
Jangan tinggalkan aku.
1 note · View note
iron-fence · 8 months
Text
Tua
Aku belum menua seperti pohon yang menjulang tinggi
Aku masih seperti Pinus yang berkepala tiga dan masih kuat
Tapi daun dan rantingku sudah mengering
Aku mencoba mengingat, tapi sepertinya aku lupa, atau mungkin aku tidak pernah merasakan daun yang hijau dan ranting yang kuat
Meski aku tau akarku kuat dan batang yang kokoh, tapi aku menginginkan daun yang hijau dan ranting yang kuat
Aku sebatang pinus yang menginginkan untuk ditanyakan bagaimana caraku hidup, bagaimana caraku bertahan, bagaimana aku melewati musim.
Aku menginginkan para tetua, pohon raksasa, pohon kehidupan, aku menginginkan mereka mengasihaniku.
2 notes · View notes
iron-fence · 8 months
Text
Tikus Kecil
Aku sepertinya lupa
0 notes
iron-fence · 10 months
Text
Tidak terpikat
Mungkin hanya 1 per 10 dari 5,414,289,444 yang jatuh cinta di hari itu
Dan mungkin hanya sebagian yang mengutarakan perasaan tulus kepada Tuhan nya, 
Jujur saja, aku tidak ingin hari itu berganti, tapi apalah aku
Siklus matahari yang sudah diberikan oleh pencipta harus berganti dengan rembulan,
9 sisanya akan tertidur lelap seperti bayi, menunggu hari berikutnya. 
Namun aku sang Katarak dipaksa untuk membuka mata, karena keributan itu selalu ada disekitarku.
Aku bergurau dengan pikiranku yang sudah mulai berhenti semenjak rembulan menerangi bersama bintang. 
Aku bergurau memutar ingatan kecil tentang kuda kuda di karnaval dan gulali pelangi, berharap hari itu akan datang lagi.
Tapi bagaimana bisa, hati kecil takut untuk kembali kesana. Dia takut tidak sejatuh cinta saat itu, sehingga nanti dia tidak ingin mengutarakan perasaan tulus kepada Tuhan nya 
Seperti petir, sejenak aku menguatkan rasa dan ingatan.
Tuhanku, mengapa Engkau tidak terpikat dengan hatiku yang sudah jatuh cinta ini.
1 note · View note
iron-fence · 10 months
Text
Romantika
Hari itu langit tidak biru, tidak pantas disebut semangat
Hari itu langit seperti menceritakan dirinya sedang tidak merasa, dia seperti halianthus di taman di tepi pantai yang sepi.
Hari itu langit sendu, warnanya membuatku rindu, hawanya menjamah kulitku yang perlahan menua, tapi aku tak berhenti untuk lupa akan rasanya
Aku seperti jatuh cinta hari itu, sementara aku hanya sendiri.
Aku berdiri tengah karnaval di kota kecil.
Melihat kuda kayu berputar, naik dan turun, ditunggangi bukan seorang pengelana. Aku jatuh cinta dengan suasa itu, sampai aku tak sanggup mengolah kata untuk berucap, Tuhan memberi rasa yang seperti aku sudah impikan sejak menangis di awal nafas hidup.
Aku jatuh cinta dengan gulali berwarna pelangi ditangan kanan seorang malaikat kecil sembari mengenggam tangan ibunya
Aku jatuh cinta pada sepasang kekasih, yang berusaha memenangkan kekasihnya dengan boneka beruang coklat
Aku jatuh cinta pada anak lelaki yang terbaring di atas rumput itu melihat angkasa sampai kunang kunang hilang dari matanya, dan jalan nya tidak seperti pemabuk, ahhh bianglala itu cukup tinggi baginya.
Aku jatuh cinta romantika saat ini. 
Aku tidak bisa tertawa, atau mataku seperti bersinar, aku hanya jatuh cinta
“Sungguh aku jatuh cinta, Tuhan bahkan jika Kau ajak aku di hari ini untuk pergi. Aku bersedia Tuhan, karna aku sudah Jatuh Cinta hari ini”
1 note · View note