Tumgik
hasanizzu · 3 years
Text
Pengalaman Pertemuan Antar Budaya Sebagai Anak Pesantren
Halo semua! setelah sekian lama (banget) ga nulis-nulis di sini akhirnya gue balik lagi nihh.. gimana kabarnya? Semoga sehat-sehat selalu yaa, dan semoga pandemi ini cepet-cepet berakhir deh, aamiin..
Jadi gini, kembalinya gue disini mau nulis suatu hal menarik nih terkait pertemuan antar budaya, kali ini gue bakal nyeritain gimana pengalaman gue dan juga salah satu temen gue yang sama-sama lulusan pesantren selama SMP-SMA. Sebelumnya mau ngasih tau dulu jadi gue selama SMP-SMA sekolah di salah satu pondok pesantren modern di Kuningan, Jawa Barat. Bukan kuningan jaksel yaa haha. Jadi di pesantren gue itu merupakan salah satu pesantren favorit di Indonesia, sehingga siswa-siswanya (yang kalo disini disebut santri) berasal dari berbagai penjuru di Indonesia. Dari sabang sampai Merauke ada pokoknya, bahkan sampai dari Thailand dan Malaysia juga ada! Penasaran ga sih gimana kehidupan dan pertemuan antar budaya yg terjadi di pesantren yang diisi oleh santri-santri yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda? Selain itu gue juga mau cerita nih gimana pengalaman kita dalam menghadapi perbedaan budaya yang kita alamin di dunia perkuliahan yang jelas beda banget sama kehidupan di pesantren. Tambah penasaran? Yuk simak lebih lanjut!
Sebelumnya gue mau sedikit cerita latar belakang gue dulu nih. Jadi gue merupakan seorang anak yang dibesarkan di Jakarta dengan keluarga yang bisa disebut cukup religius. Sejak TK sampai SD gue disekolahkan di sekolah islam swasta, jadi sejak kecil gue gatau gimana kehidupan anak-anak yang berpendidikan di sekolah negeri, dan pertemanan masa kecil gue cuma dengan anak seagama yaitu islam. Setelah lulus SD gue disekolahkan di pesantren, sebelumnya alasan gue mau masuk pesantren sebenernya karena pertemanan SD gue juga yang kebanyakan masuk SMPIT atau pesantren, selain itu kakak gue sebelumnya juga sekolah di pesantren, jadi gue merasa yakin dengan keinginan gue masuk pesantren juga.
Nah, mulai deh cerita kehidupan gue di pesantren. Jadi ketika pertama kali masuk pesantren gue tentunya merasa ga betah karena bertemu dengan lingkungan baru, orang-orang baru, dan jauh dari keluarga tentunya. Perasaan gue pertama kali ketika bertemu dengan orang-orang baru disana, gue merasa biasa aja karena memang kebanyakan teman-teman gue merupakan anak jabodetabek dan gue sebelumnya berasal dari sekolah islam dimana mata pelajarannya masih sedikit berhubungan sehingga mudah bagi gue untuk keep up dengan mata pelajarannya. Lain halnya dengan teman gue yang berasal dari sekolah negeri yang mata pelajaran agama di SD-nya sedikit, lebih dibutuhkan effort dalam mengikuti mata pelajrannya terutama yang berkaitan dengan agama. Sementara itu hal yang harus gue adaptasi mungkin lebih ke Bahasa dimana dilarang menggunakan ‘gue-lo’ sebagai sapaan melainkan menggunakan ‘ane-ente’. Selain itu disana para santri juga dilarang menggunakan Bahasa Indonesia di hari-hari biasa, melainkan harus menggunakan Bahasa inggris/ arab. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagaimana sebisa mungkin kami menggunakan kosa kata yang sudah dipelajari di kelas yang biasanya hasilnya menjadi campur-campur antara Bahasa inggris dan arab kalo ngobrol hahaha. Tapi seiring berjalannya waktu dan beradaptasi gue mulai merasa nyaman dan betah dengan lingkungan gue, walaupun dulu didikan disana pada waktu itu memang keras, tapi menurut gue hal itu yang membentuk diri gue yang sekarang.
Gue yang merasa hanya butuh sedikit adaptasi ketika masuk pesantren, lain cerita dengan temen gue Ahmad yang biasa dipanggil ‘Ameng’ yang merantau dari Bangka. Ketika ditanya bagaimana proses adaptasinya saat bertemu dengan orang-orang baru yang berbeda latar belakang dan budaya dengannya Ameng bilang ia merasa canggung dan merasa takut untuk memulai pembicaraan, karena ia merasa berbeda mulai dari Bahasa yang banyak tidak ia pahami seperti Bahasa-bahasa gaul yang biasa digunakan anak jabodetabek, hingga kebiasaan sehari-hari dan pergaulan. Ia juga pernah bilang gue sebagai anak Jakarta punya gengsi yang tinggi dibanding anak-anak dari daerah lain, dimana gue sendiri ga sadar akan hal itu. Salah satu momen yang Ameng ingat ketika merasakan perbedaan tersebut adalah ketika makan bersama, dimana ketika itu dia makan dan ditegur oleh salah satu temannya dari Jakarta yang bilang “makan berisik banget sih meng!” disitu ia merasa aneh karena sebelumnya dengan cara makannya itu tidak ada yang pernah menegurnya karena mengecap di lingkungannya. Disitu ia baru tau kalo hal tersebut tidak sopan. Dari situ Ameng mulai berusaha untuk membaur, dengan mengikuti cara orang lain berperilaku, bersosialisasi, dll. Sehingga orang bisa lebih mudah menerimanya ketika bersosial. 
Pertemuan budaya yang kita alamin sebagai anak pesantren ga berhenti sampai disitu. Setelah terbaur di pesantren selama 6 tahun, akhirnya kita mulai keluar dari lingkungan tersebut dan mulai masuk ke dunia perkuliahan. Masuk kedalam dunia perkuliahan menurut gue merupakan sebuah pertemuan budaya yang lebih besar lagi dibanding di pesantren dulu, apalagi gue dan Ameng masuk ke universitas negeri yang tidak ada embel-embel islam di dalamnya, jadi tentunya orang-orang yang berada di lingkungan ini bukan hanya berbeda dari ras aja tetapi juga dari agama. Tentunya ini jadi tantangan tersendiri bagi gue yang sejak kecil tidak memiliki teman yang berbeda agama sehingga tidak tau bagaimana kepribadian/ pola pergaulan dari didikan agama yang mereka anut sejak kecil.
Jadi dari lulusan pesantren gue yang masuk ke UI itu dikit banget, dari Angkatan 2018 itu cuma sekitar 4 orang, jadi gue masuk UI mau gamau harus nyari temen baru. Jadi selama OKK atau ospek kampus gue berusaha sebisa mungkin untuk get along dan mencari teman sebanyak-banyaknya. Awal mula gue ketemu dengan orang-orang baru di kampus awalnya gue kaget dengan gaya pergaulannya terutama dari orang yang beragama nonis (non islam) karena mereka lebih bebas bergaul dengan lawan jenis, sementara gue yang dari pesantren dipisah antara cewe dengan cowo. Untuk menyikapi hal-hal kayak gitu awal-awal masuk kampus dan OKK gue lebih banyak diemnya dan berusaha memahami dan mempelajari situasi sehingga bisa lebih mudah bergaul. Pada awalnya gue selalu menutupi identitas gue sebagai lulusan pesantren hahaha, kenapa? Karena disitu gue sadar dengan identitas ‘lulusan pesantren’ itu gue bisa jadi dipandang ‘berbeda’ karena background tersebut terlihat sangat religious dari kebanyakan oaring, padahal gue sendiri merasa ga terlalu religius, mungkin bisa dibilang cuma lebih paham tentang agama aja. Sehingga setelah beberapa beberapa lama hidup di dunia kampus, gue baru berani ngasih tau temen-temn gue sebagai lulusan pesantren. Dan yap, pada awalnya mereka sempat kaget dan baru bertanya-tanya tentang bagaimana kehidupan di pesantren, dll. Menurut gue itu merupakan cara yang tepat dan gue merasa itu berhasil hahaha. Pengalaman gue ketika masuk kampus banyak mengalami culture shock dari budaya pesantren yang gue alamin, apalagi gue masuk ke FISIP yang sangat plural dibandingkan fakultas lain, orang-orang di dalemnya juga memiliki latar belakang yang beragam. Buat menyikapi hal tersebut gue berusaha buat lebih membaur, terbuka dan toleran sehingga bisa bersosial dengan baik.
Nah, lain ceritanya dengan temen gue si Ahmad. Jadi setelah lulus dari pesantren si Ahmad ini berhasil masuk Universitas Brawijaya di Malang. Pada awalnya ia juga merasakan hal yang sama dengan gue dengan kebudayaan di kampus, dia juga memandang kebudayaan di kampus itu ‘aneh’ mungkin karena terbiasa dengan budaya pesantren yang cukup homogen, bertemu dengan orang-orang dengan latar belakang yang beragam membuat Ameng merasa asing dengan hal tersebut. Namun, berbeda dengan lulusan pesantren yang masuk UI, lulusan kami yang kuliah di Malang itu cukup banyak jadi Ameng ngerasa kalo pertemanannya dengan sesama almamaternya udah cukup, jadi saat awal dia masuk kampus dan mengikuti ospek Ameng cenderung menutup diri dan kurang bersosialisasi. Ameng menganggap kuliah cuma untuk belajar dan kalo dia mau main atau nongkrong Ameng lebih memilih temen-temen lulusan pesantrennya. Setelah beberapa lama kuliah dia baru sadar kalo temen di kampus itu dibutuhkan. Karena untuk masalah perkuliahan seperti tugas, ujian, organisasi, dll. Itu pasti harus dengan temen kampusnya kan. Dari situ Ameng mulai membuka dirinya, mencoba buat nyari temen, dan bersosialisasi. Akhirnya dia mulai dapet beberapa temen walaupun lumayan sulit katanya, karena dia telat untuk bersosialisasi ia jadi merasa tertinggal dengan pergaulan yang sudah terbentuk temen-temennya. Hingga setelah berjalan satu semester Ameng ngerasa ga betah di kampus tersebut. Selain karena ia merasa salah jurusan ternyata faktor lingkungan juga mempengaruhinya, bahkan dia sempet cuti di semester keduanya. Akhirnya Ameng memilih untuk ikut SBMPTN lagi di tahun berikutnya dan pindah ke kampus UGM di Yogyakarta. Belajar dari pengalaman sebelumnya, di kampus barunya Ameng jadi lebih membaur dengan lingkungannya. Pada awalnya ternyata hal yang dilakukan dia sama kayak gue yaitu menyembunyikan identitas lulusan pesantrennya dengan alasan yang sama. Setelah bersosialisasi dan mulai membuka dirinya perubahan kebudayaan yang dialami Ameng di UGM ternyata cukup signifikan, dia merasa jadi lebih toleran, terbuka dan tidak lagi eksklusif. Dengan mengikuti pergaulan di kampusnya bahasa yang biasa digunakan pun berubah jadi ‘aku-kamu’ karena lingkungan orang jawa. Hingga sekarang Ameng merasa dengan pengalamnnya dengan pertemuan antar budaya membentuk dirinya yang lebih baik dimulai dari merantau dari Bangka ke pulau jawa dan masuk pesantren, hingga masuk ke dalam dunia kampus di Jogja.
Sebagai penutup gue ingin menyampaikan bahwa kebudayaan di Indonesia yang sangat beragam mengharuskan kita untuk saling memahami dan toleransi. Berbagai suku, ras, dan agama memiliki kebudayaannya masing-masing. Begitu pula dengan sebuah lingkungan. Adanya toleransi menimbulkan sikap saling menghormati. Dalam kata lain sikap toleransi sangat penting karena dengan toleransilah kita dapat menciptakan sikap saling menghargai satu sama lain. manusia merupakan makhluk sosial sehingga tidak dapat hidup sendiri. Meskipun dengan keragaman tersebut pasti muncul persinggungan atau pergesekan. Tetapi pada dasarnya hal tersebut terjadi karena sifat manusia yang unik, dan tidak bisa disamaratakan. Ada kalanya kita sebagai individu harus membaur dengan kelompok lain, meskipun hal tersebut berlawanan dengan kebudayaan yang kita miliki. Sikap kita sebagai individu harus diperhatikan dan disesuaikan dengan lingkungan yang kita tempati. Sehingga dengan begitu kehidupan sosial dapat berjalan dengan baik di tengah banyaknya perbedaan.
Mungkin sekian cerita pengalaman gue dan juga temen gue dalam menghadapi pertemuan antar budaya sebagai anak pesantren, thank you!
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
hasanizzu · 4 years
Text
Idea Journal #8
Halo semwaa, balik lagi dengan idea journal kreatif tingking lagi nih, gimana kabar kalian, semoga sehat-sehat yaa dirumah, jangan keluar-luar dulu biar wabah ini cepet selesai aamiin, dan selamat berpuasa yaa bagi semua yang menjalankan semoga puasanya lancar sampai akhir..
Anyway sebelumnya gue udah ngebahas sedikit tentang project yang akan kita bangun sama-sama nih dengan temen sekelompok gue Dzaqi dan Ojil. Sebelumnya kami udah berdiskusi untuk membuat sebuah ekshibisi tentang launching skin baru dari sebuah game yang mengangkat isu bullying yang rencananya akan dilakukan di salah satu mall di jakarta. Nah di idea journal ke-8 ini kita akan membahas lebih lanjut tentang project ini.
setelah kami berdiskusi tentang project yang akan kami buat, kami menemukan kompetitor yang sebelumnya sudah pernah melakukan kegiatan ekshibisi yang mengangkat isu mental health juga nih. Namanya Raven Is Odd dan Senigma: Into Wonderland merupakan ekhibisi yang pernah diselenggarakan juga di salah satu mall di jakarta. Nah yang membedakan kami dengan Raven Is Odd adalah disini kami menggunakan sarana game dimana sebelumnya sejauh ini kami belum menemukan sebuah game online yang mengangkat isu bullying. Kami mengangkat isu ini karena bullying kerap terjadi dikalangan masyarakat muda dimana mereka suka untuk bermain game. Dalam launching skin baru dari game ini kami menjual skin tersebut untuk mendonasikannya ke lembaga yang fokus terhadap isu mental health sebagai bentuk kepedulian developer game terhadap isu ini.
Challenge yang masih kami pikirkan saat ini adalah bagaimana cara agar pemain games mau untuk membeli skin bertema isu bullying yang kami tawarkan dan bagaimana agar mereka tertarik untuk datang ke ekshibisi dan mengikuti acara launching skin tersebut. Kami akan mendiskusikannya lebih lanjut, jadi tunggu yaa..
mungkin sekian idea journal kali ini, see you di idea journal berikutnya dengan ide-ide baru kami juga, stay safe and stay healthy ya semua!
0 notes
hasanizzu · 4 years
Text
Idea Journal #7 (comeback!)
Halo semwa, udah lama nih ga nulis idea journal lagi setelah kemaren udah selesai uts. Gimana kabarnya kalian? semoga sehat selalu yaa stay safe dirumah masing-masing okee.
Jadi setelah kemarin gue nyelesain uts dalam bentuk proposal tentang idea journal gue sebelum-sebelumnya tuh, nah setelah itu mba patres membagi kelas jadi beberapa kelompok untuk project akhir di uas tentunya. Kebetulan gue dapet kelompok sama Dzaqi dan Ojil, dan kami ditugaskan untuk menggabungkan dan membuat project kelompok nantinya. Gue, Dzaqi, dan Ojil mempunyai kesamaan nih dari project kita sebelumnya, dimana Ojil sama-sama menggunakan platform game dalam projectnya, dan Dzaqi bikin suatu wahana interaktif yang berbentuk exhibition. Ojil dan Dzaqi sama-sama mengangkat tema Bullying, sementara gue sendiri mengangkat tema yang lebih luas seperti yang uah dibahas di idea journal-idea journal sebelumnya. Project kita ini sama-sama memiliki tujuan meningkatkan awareness masyarakat tentang isu mental health ini.
Setelah sharing project uts masing-masing kita udah mulai brainstorming buat project kelompok kita nantinya. Walaupun sebenernya kita masih belum punya gambaran yang cukup rinci buat bagaimana project yang akan kita bikin, tetapi seengganya kita udah tau payung besar dari project masing-masing dan mulai mikirin buat menggabungkan ide masing-masing. Setelah sedikit membahas kita mulai mikir buat menggabungkan project gue dan Ojil yaitu game dengan projectnya Dzaqi yaitu exhibition. Jadi kita baru merencanakan buat mengadakan sebuah exhibition yang menyangkut launching sebuah game di mall gitu. Disini kami belum memutuskan akan mengambil game apa, tetapi setelah dilihat kebanyakan anak muda di indonesia sendiri paling banyak memainkan game Mobile Legends dan PUBG. Dari exhibition yang akan kami buat rencananya akan mengangkat isu Bullying yang sudah diambil oleh Ojil dan Dzaqi pada proposal uts mereka. 
Disini kami berencana mengadakan exhibition launching skin dari antara kedua game tersebut dengan mengangkat isu Bullying juga. dimana kasus bullying sendiri sering terjadi di kalangan anak-anak muda, oleh karena itu kami memutuskan mengangkat game diatas jadi di exhibition nantinya dapat menjadi sarana informatif dan meningkatkan awareness terkait isu bullying.
Mungkin sekian dulu idea journal kali ini, tunggu kelanjutan dari project menarik yang akan kami buat ya, thank you!
0 notes
hasanizzu · 4 years
Text
Idea Journal #6
Halo semwa, balik lagi bersama saya di blog ini hehe, pada idea journal kali ini saya akan melanjutkan bahasan dari idea journal saya sebelumnya, yaitu tentang ide saya yang berkaitan dengan dibuatnya aplikasi video game untuk para penderita isu mental health. Disini saya akan sedikit membahas lebih mendalam dan jelasnya.
 Isu yang saya angkat adalah tentang bagaimana seorang penderita masalah mental health merasa bahwa ia enggan untuk speak up tentang masalahnya dengan orang lain salah satunya adalah karena stigma masyarakat yang cenderung mengatakan bahwa para penderita dianggap “lebay”, “berlebihan”, bahkan “gila” sikap ini biasanya dilakukan oleh generasi baby boomer atau orang tua pada umumnya karena kurangnya awareness terhadap isu ini pada masanya. Tetapi sikap tersebut juga sering kali ditemukan pada anak-anak muda zaman sekarang juga karena kurangnya edukasi tentang isu mental health itu sendiri. 
Jadi bebearapa waktu lalu saya sempat membuat riset sedikit di instagram pribadi saya terkait isu ini. Saya membuat polling di instagram tentang “salah satu alasan penderita isu mental health enggan untuk speak up tentang masalahnya adalah karena stigma masyarakat” dan dari 100% responden (87 orang) sebanyak 84% setuju (73 orang) dan sebanyak 16% tidak (14 orang) dengan alasan yang beragam. Dari situ dapat saya katakan bahwa benar jika penderita isu mental health cenderung memendam masalahnya karena ia takut untuk bercerita dengan sembarang orang bahkan teman dekatnya sendiri. Oleh karena itu saya berpikir untuk membuat aplikasi ini yang dimana para penderita isu mental health bisa dengan bebas bercerita tentang masalahnya kepada orang-orang yang relateble dengan dirinya, sehingga mereka bisa saling sharing dan konseling tentang masalahnya masing2.
Oleh karena itu dalam aplikasi ini saya berencana membuat pemain dalam game ini merupakan penderita isu mental health dan orang-orang yang peduli tentang isu ini, jadi tidak hanya penderita saja yang dapat memainkan game ini. Untuk memastikan itu saya berpikir untuk ketika mendaftar akun pemain diminta untuk memilih dirinya mendaftar sebagai pemilik masalah mental atau bukan. Sehingga saat dalam in-game nanti dapat dibedakan jenis pemainnya. 
Lalu pada kelas creative thinking kemarin saya berdiskusi dengan teman sebangku saya Bariq. Ia bertanya tentang bagaimana cara agar pemain tidak bosan dengan game tersebut yang dimana hanya dimainkan untuk mengobrol dan konseling saja? Jadi dalam game ini juga terdapat fitur yang menarik lainnya yaitu dimana para pemain bisa menghias karakternya masing-masing selain itu juga dapat mengatur rumahnya sendiri kurang lebih bisa dikatakan seperti game the sims. Namun sekali lagi game ini dibuat untuk sarana untuk bercerita dan konseling saja. Lalu Bariq menanyakan lagi bagaimana mengumpulkan para psikolog bisa memastikan stay 24 jam dalam game tersebut? Jadi saya memikirkan untuk para psikolog didapatkan dari hasil kerja sama antara perusahaan game dengan rumah sakit atau komunitas psikolog yang ada di indonesia. Lalu game ini hanya dapat dimainkan dari pukul 8 pagi hingga 10 malam saja, jadi game ini tidak dapat dimainkan selama 24 jam.
Mungkin sekian dulu penjelasan dari ide saya dan semoga dapat dipahami dengan baik, terima kasih~
0 notes
hasanizzu · 4 years
Text
Idea Journal #5
Halo semwa, pada idea journal kali ini saya akan membahas tentang isu mental health lagi nihh. Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya isu mental health sangatlah perlu untuk diperhatikan karena hal ini masih tabu di mata masyarakat, namun belakangan ini isu mental health mulai sering diangkat di berbagai campaign. Hal ini merupakan langkah positif dalam mengangkat isu mental health. Naah maka kali ini saya ingin sedikit membahas tentang ide saya dalam isu ini. setelah pada kelas kemarin ditugaskan untuk meriset dan wawancara beberapa orang tentang apa yang akan saya angkat, akhirnya saya berhasil mewawancara beberapa teman saya. Hasil dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan kasus penyakit kesehatan mental adalah karena masih banyaknya masyarakat yang memandang hal tersebut lebay atau dikatakan gila. Hal ini menyebabkan banyaknya orang yang kurang aware dengan penyakit mental ini sehingga enggan atau malu untuk bercerita, konsultasi atau sekedar periksa ke ahli kesehatan mental tentang masalah yang dialaminya.
Ide saya kali ini hanyalah merupakan ide yang terlintas tentang bagaimana orang yang mengalami penyakit ini memiliki wadah dan kemudahan dalam bercerita, sharing atau bahkan konsultasi tentang penyakit mental yang dialaminya. Disini saya terpikirkan untuk membuat sebuah game yang berbentuk virtual world (referensi game ini saya ambil dari game ameba pico), dimana semua pemain game tersebut merupakan orang-orang yang telah terindikasi memiliki penyakit mental. Dalam game ini pemain dapat membuat sebuah karakter yang mewakili dirinya, setelah itu mereka dapat bercerita atau konsultasi secara online kepada admin game tersebut yang merupakan ahli psikologi dengan mudah karena mereka tidak perlu bertatap muka terlebih dahulu, serta tanpa rasa malu karena pandangan masyarakat. Selain itu pemain dapat bertemu dengan pemain lainnya yang memiliki masalah kesehatan mental juga, dimana disitu mereka bisa saling berinteraksi dan sharing tentang masalahnya dengan orang yang sama-sama mengerti atau sepemikiran dengan mereka, sehingga mereka bisa lebih terbuka serta dapat saling memberi insight atau saran terhadap sesama penderita. 
Selain itu game ini dibuat dengan konsep yang family friendly sehingga dapat dimainkan oleh segala usia serta dikemas dengan menarik dengan adanya fitur membuat rumah hingga membeli pakaian untuk masing-masing karakter. 
dibawah saya ingin memberikan sedikit gambaran dari game ameba pico,
gambar 1, merupakan proses konseling pemain dengan admin atau psikolog online.
Tumblr media
gambar 2, interaksi dan komunikasi antar pemain,
Tumblr media
gambar 3, karakter beserta rumah yang dapat dibuat sesuka hati,
Tumblr media
mungkin sekian dan sedikit gambaran tentang ide saya kali ini, mungkin akan dijelaskan secara lebih detil di idea journal selanjutnya, saya tidak tau haha. Terima kasih.
0 notes
hasanizzu · 4 years
Text
Teknik Presentasi, Etiket, dan Protokoler
Halo semua, Pada kali ini saya tidak membahas tentang berpikir kreatif nihh. Tetapi kali ini saya akan membahas seputar Etiket yang telah dipelajari sebelumnya di kelas TPEP. Sebelumnya saya akan menjelaskan sedikit nih etiket itu apa sihh? apa bedanya dengan etika? Pertama saya akan menjelaskan asal kata dari etika dan etiket. 
Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang bermakna watak kebiasaan.
Etiket berasal dari bahasa Perancis, yaitu etiquette yang berarti sopan santun.
Secara umum pengertian etika adalah suatu peraturan atau norma yang bisa digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seorang serta merupakan suatu kewajiban dan tanggungan jawab moral. Sementara etiket adalah  sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, dan menjadi kebiasaan dalam sebuah masyarakat, baik berwujud kata-kata maupun suatu bentuk perbuatan nyata. Singkatnya etika adalah norma tentang perbuatan (moral), sementara etiket adalah aturan-aturan yang dijalankan (sopan santun).
Naah setelah mengetahui perbedaan dari etika dan etiket saya akan menjelaskan pentingnya etiket dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, mengapa kita harus beretiket atau bersopan santun? Jawabannya adalah dari etiket itu akan membangun image dalam diri kita tentang bagaimana kita bersikap dan berperilaku dengan orang lain, etiket juga penting terhadap networking atau relasi kita dengan orang lain, selain itu etiket juga salah satu kunci dari kesuksesan yang sangat penting terutama dalam dunia pekerjaan.
Dengan etiket kita dapat meningkatkan nilai pribadi dan professional serta menciptakan citra diri, reputasi, dan relasi yang positif. Etiket sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal: latar belakang budaya/ keluarga, pekerjaan, lingkungan sosial, atau kebiasaan yang terbentuk sejak dini. Oleh karena itu dapat dikatakan etiket merupakan hal yang dapat kita bangun dan kita ubah sesuai dengan keinginan diri sendiri. 
Salah satu hal yang penting dalam etiket adalah membangun first impression. Karena pandangan seseorang yang pertama kali bertemu dengan orang asing dilihat dari 55% penampilannya, 38% vocalnya, dan 7% dari verbalnya. (Research by Albert Mehrabian). Dari sini dapat dilihat bahwa penampilan seseorang merupakan hal yang sangatlah penting untuk diperhatikan.
Penampilan diri atau grooming secara singkat merupakan penampilan seseorang, dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki dimulai dari kebersihan tubuh dan kerapihan pribadi, cara berpakaian sampai dengan tutur kata dan sopan santun. Kecantikan atau ketampanan, bukan hanya dilihat dari luar saja, tapi juga harus diiringi dari dalam (inner-beauty). Oleh karena itu, perilaku juga harus diperhatikan dalam berpenampilan.
Terdapat beberapa hal yang menunjang penampilan, yaitu: sikap (cara berjalan, duduk, berbicara, dll), body language (bahasa tubuh kita saat sedang berbicara), dan penampilan (pakaian, model, warna, dll). Selain itu dalam memperindah penampilan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan juga, yaitu dimulai dari rambut yang rapi, wajah yang bersih (dari kumis atau jenggot yang berantakan), posisi tubuh, hingga pakaian (harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada).
Sedikit pengalaman saya terkait personal grooming pernah terjadi ketika waktu itu saya berpakaian rapih lengkap dengan jas dan dasi, saat itu saya menggunakan pakaian tersebut sebenarnya hanya untuk sesi photoshoot saja di daerah Sudirman. Singkat cerita pada saat itu saya ingin buang air, sehingga harus masuk ke salah satu perkantoran di sana. Pada saat saya masuk ke dalam gedung dapat dirasakan perlakuan dari satpam penjaga gedung yang ramah karena melihat saya yang berpakaian rapih masuk ke sana, satpam tersebut menyapa saya dengan mengatakan selamat siang dengan lembut. Padahal saya hanya ingin buang air kecil saja di dalam gedung tersebut. Mungkin sikap dari satpam tersebut akan berbeda jika saya menggunakan pakaian biasa dan masuk ke gedung tersebut. Dari sini dapat dibuktikan bahwa penampilan sangat mempengaruhi sikap seseorang terutama orang asing yang tidak kita kenal.
Terima kasih, mungkin sekian dulu pembahasan saya tentang etiket dan personal grooming semoga bermanfaat dan sampai jumpa di blog saya berikutnya :)
0 notes
hasanizzu · 4 years
Text
Idea Journal #4
Pada idea journal kali ini saya akan menulis tentang hal yang berhubungan pada idea journal sebelumnya yaitu terkait dengan mental health. Seperti yang telah saya bahas sebelumnya mental health tentunya menyangkut hal yang luas dan memiliki banyak cabang didalamnya, mulai dari hal-hal kecil hingga masalah besar yang menyangkut kesehatan mental. Oleh karena itu kali ini saya akan mencoba membahas secara lebih spesifik atau mendalam.
Salah satu masalah mental health yang paling sering dialami oleh anak-anak muda di zaman sekarang adalah insecurity, insecure/Insecurity adalah bayangan hitam yang menghantui semua hubungan. Insecurity adalah hal yang wajar dirasakan oleh manusia, karena manusia cenderung kurang bisa menyadari kelebihannya sendiri dibandingkan orang lain. Insecurity juga muncul karena berbagai hal yang disebabkan oleh diri mereka sendiri atau orang lain.
Self love merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah insecurity ini. dengan self love seseorang bisa melihat dirinya menjadi lebih percaya diri contoh kecilnya seperti dengan mengatakan kalimat “I am smart. I am loved. I am accepted. I am not who I used to be." pada diri sendiri. Hal ini dapat membantu untuk membuat otak berpikir lebih positif dan menyingkirkan pikiran-pikiran negatif yang menyebabkan insecure.
Lalu saya akan menceritakan sedikit tentang pengalaman saya. Pada tahun 2019 lalu saya dan teman-teman HMIK mengadakan sebuah acara artexhibition yang terbuka untuk umum, pada acara tersebut kami mengangkat tema insecurity. Hal yang menarik pada saat itu adalah kami membuat suatu instalasi/ interactive spot yang dimana kami menamakan ‘healing corner’. Disitu kami membuat suatu bilik kecil dari kain hitam di pojok ruangan dimana di dalamnya terdapat satu meja kecil besrta cermin didepannya dan kertas juga pulpen. Disitu kami membuat pengunjung untuk melihat dirinya pada cermin lalu menuliskan atau menggambarkan kelebihan-kelebihan dirinya dalam secarik kertas yang sudah disediakan yang kemudian di tempel pada setiap sisi dari bilik tersebut. Instalasi ini bertujuan untuk menyadarkan diri pengunjung tentang kelebihan-kelebihan dirinya hingga ia merasa lebih pede dan mengihlangkan rasa insecurenya.
Tumblr media
0 notes
hasanizzu · 4 years
Text
Idea Journal #3
Berbicara tentang mental health merupakan hal menyangkut dalam diri seseorang. Mental health merupakan hal yang penting untuk diperhatikan melihat masih banyaknya masyarakat di indonesia yang memandang tabu hal ini, yang menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan kesehatan mental merupakan ‘orang gila’ atau ‘sakit jiwa’ dan sering mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari masyarakat. Padahal hal ini sangatlah penting untuk diperhatikan dan diobati.
Kesehatan mental sendiri  dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, atau stres berat jangka panjang. Jika kesehatan mental terganggu, maka akan menyebabkan timbulnya gangguan mental atau penyakit mental. Gangguan mental ini dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan dapat memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri. Sebenarnya isu kesehatan mental yang kecil juga sangatlah penting dan perlu diperhatikan, seperti over thinking, insecure, kecemasan, dll.
Tapi saya rasa mulai dari beberapa tahun kebelakang perhatian terhadap isu mental health mulai meningkat, melihat banyaknya kampanye, seminar, acara yang mengangkat tema ini. Pengalaman saya dalam melihat isu mental health adalah pada bulan november 2018 kemarin, saya selaku pengurus seni budaya HMIK mengadakan event art exhibition bernama Artception, yang mengangkat tema insecurity. acara ini merupakan acara galeri seni yang didalamnya terdapat pameran puisi, photography, dan desain grafis dimana semuanya berkaitan dengan insecurity. pada saat itu acara  kami diadakan di Mbloc Space, Jakarta. Acara yang kami gelar selama 3 hari itu menunjukan respon positif masyarakat yang datang kesana mereka merasa relateble dengan tema yang dibawa, dan saya rasa isu ini memang penting untuk diangkat untuk membuka mata masyarakat akan pentingnya kesehatan mental itu sendiri.
0 notes
hasanizzu · 4 years
Text
Idea Journal #2
Halo semwa, di idea journal kedua ini saya akan membahas tentang creative thinking techniques dalam kehidupan sehari-hari, mungkin hal ini juga dapat dikaitkan dengan problem solving dengan cara yang kreatif (?). Karena dalam menyelesaikan suatu masalah pastinya kita akan memikirkan cara terbaik dan terefektif untuk menyelesaikan dan mencari jalan keluar masalah tersebut. Tentunya hal ini membutuhkan suatu ide kreatif.
Mungkin beberapa teknik berpikir kreatif yang pernah saya gunakan dalam menyelesaikan masalah sehari-hari adalah Brainstorming, Mindmapping, Reapplication, dan Evolusi.
Menurut saya, teknik yang paling efektif untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah adalah brainstorming + mindmapping. Kenapa? karena menurut saya dalam menyelesaikan masalah akan dapat lebih mudah dilakukan dengan teman atau bersama-sama sehingga dapat menemukan jalan keluar dengan lebih cepat dan setiap individu dapat mengutarakan pemikiran kreatifnya masing-masing, sehingga lebih banyak masukan dan saran yang dapat dikumpulkan hingga tidak menutup kemungkinan untuk mengkolaborasikan pemikiran-pemikiran tersebut menjadi sesuatu yang lebih baik dan efektif tentunya. Lalu dari hasil brainstorming juga dapat kita buat mindmapping untuk memudahkan dalam mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Hal ini saya alami sendiri saat sedang mengikuti suatu kepanitiaan dalam suatu acara dari SMA dan di kampus saat ini. 
Pada waktu itu SMA saya akan menyelenggarakan kompetisi yang akan diikuti oleh sekolah-sekolah luar se-jawa barat. pada saat itu saya mendapatkan posisi sebagai penanggung jawab dari bidang dekorasi, yang dimana mengharuskan saya dan teman-teman untuk menghias panggung utama hingga seluruh sisi sekolah. Disini saya tentunya melakukan brainstorming dengan beberapa teman saya untuk memutuskan apa saja yang dapat dibuat untuk meramaikan acara dengan bagus dan tentunya hemat biaya. Dengan metode ini tentunya sangat memudahkan saya dalam mencari jalan terbaik yang efektif tentunya hingga dapat selesai dengan sebaik mungkin. Begitu juga yang saya alami saat mengikuti kepanitiaan di dunia perkuliahan ini. Metode ini menurut saya merupakan metode yang paling sering saya alami dan rasakan selama menyelesaikan suatu masalah terutama kelompok.
Lanjut, jika ditanya tentang ketertarikan saya dalam suatu teknik yang ingin saya coba sebenarnya banyak. Karena jujur saya ingin mencoba semua teknik tersebut kalo bisa haha. Tetapi untuk saat ini saya tertarik untuk lebih sering menggunakan teknik reapplication karena seperti yang saya sebutkan dalam idea journal sebelumnya. isu lingkungan saat ini sedang panas dan sangat penting bagi kehidupan kita saat ini, lalu yang terpikirkan oleh saya adalah menggunakan sampah pelastik untuk sesuatu yang lebih berguna. Melihat indonesia juga merupakan salah satu penymbang sampah plastik terbanyak di dunia. Karena ketertarikan saya dalam bidang seni mungkin yang saat ini terpikirkan adalah membuat instalasi-instalasi yang dapat dipajang menjadi sebuah taman besar di Jakarta yang bertujuan untuk meningkatkan awareness pada masyarakat indonesia tentang pentingnya menjaga lingkungan. 
Mungkin sekian dulu idea journal saya kali ini terimakasih hehe.
0 notes
hasanizzu · 4 years
Text
Idea Journal #1
Pada tulisan pertama saya disini mungkin saya hanya akan menuliskan sedikit  tentang beberapa interest saya yang mungkin bisa berkaitan dan saya tuangkan kedepannya di blog ini.
Sebenarnya interest saya banyak dari berbagai bidang, terutama di bidang seni visual seperti menggambar, mulai dari menggambar sketch hingga mural, mulai dari iseng-iseng karena gabut sampe yang niatnya minta ampun buat ngegambar sesuatu yang ga penting. Ngegambar udah jadi sarana saya buat refreshing dan ngilangin stress.
Tetapi saya merasa sarana dalam menyalurkan karya seni seperti mural dan sejenisnya masih sedikit dan sulit ditemukan, mungkin hanya ada dalam sebuah perlombaan atau acara-acara tertentu aja, karena seperti yang sudah kita ketahui masyarakat masih cenderung memandang karya seni seperti itu indentik dengan vandalisme.
Selain itu saya juga tertarik pada isu sosial dan lingkungan, melihat bumi kita yang semakin ‘rusak’ karena ulah kita sendiri sebagai manusia selain itu juga kehidupan flora dan fauna yang semakin terancam karenanya membuat saya tertarik dengan isu ini.
sebenernya masih banyak interest saya yang ga ditulis diatas, tapi udah itu dulu mungkin, terima kasih.
1 note · View note