Tumgik
coretan-bulan · 5 months
Text
To U - I’m sorry for being sentiment, temprament, and emotional lately. I know, I’m bad to express my feeling. And I’m like push you to understand me, like- in wrong way. I know if you feel annoyed and tired with me. Normal, because sometimes I feel annoyed to myself too.
Actually, I dont really know how to express my feeling well. When I feel angry, I want someone know that. I want there’s someone understand me without I say “I’m angry”.
I dont wanna show that I’m angry. I just want to hide my feeling. But in other side I want someone can see what I feel and calm me down. You know- like it’s too hard for explaining. But yeah because that, I’m always do in wrong way and I often attack and maybe hurt them. My bad.
I dont ask you to stay with me, just leave me if you are getting cornered by my act. Actually, this is not something that I can’t control. I just hard to control myself. So, please dont put hard to stand with me. I want you to safe yourself first. I hate because I’m being pathetic
0 notes
coretan-bulan · 10 months
Text
Teruntuk separuh purnaku yang sedang mengupayakan,
Terkadang aku ingin mengerti hal yang kamu pikirkan saat kita bersama
Kadang juga aku ingin paham keluhmu saat kita berjarak
Aku ingin tahu apakah aku memang paham betul akan dirimu?
Sedang kuusahakan untuk menghibur agar sedihmu tidak lagi menyiksa
Kususun kalimat-kalimat cantik sebagai penghibur, supaya murammu kan padam
Aku ingin tahu, apakah tulisanku dapat menyentuh hatimu yang lara?
Terkadang, bahasa cinta kita yang bertolak belakang, membuatku sulit untuk memahami dirimu yang keras
Aku takut, apabila perasaan ini tak tersampaikan dengan semestinya, padahal aku sangat mendukung hal yang kau putuskan
Dan aku ingin, engkau merasakan kenyamanan dalam diriku, seperti kau menghamparkan ruang ketenangan bagi diriku, kepiluan.
-bul
#hnp #puisi #sajak
4 notes · View notes
coretan-bulan · 10 months
Text
0 notes
coretan-bulan · 1 year
Text
Sudah lama tidak bersapa.
11 notes · View notes
coretan-bulan · 2 years
Text
page 365/365
Gak kerasa udah tiba di penghujung tahun lagi.
Tahun 2021? Gimana ya.... Bagiku mungkin jadi tahun perjuangan tanpa hentinya. Perjuangan yang juga berkali-kali menghasilkan kegagalan. Sudah berapa kali ya rasanya aku bilang "Gapapa, coba lagi yuk!" pada diri sendiri?
Usaha tidak pernah mengkhianati hasil, tapi kenyataan yang menjerumuskan ekspektasi itu sendiri.
Rasanya udah mau berhenti berharap aja. Sempat berpikir untuk berhenti berjuang, tapi tentu itu bukan solusi yang baik. Bertanya-tanya apa yang bisa dilakukan untuk ke depannya. Apa aku boleh memulainya? Apa aku bisa melakukannya?
Sebenarnya apa yang diri ini bisa? Selalu tidak becus dalam melakukan banyak hal. Pernah mencoba menggali potensi tesembunyi dalam diri sendiri. Terus menggali sampai dasar jiwa, tapi yang ditemukan hanya bangkai-bangkai yang telah busuk entah bangkai apa.
Lalu, untuk apa juga hidup? Menyerah sajalah.
Bukankah kata itu lebih menyedihkan? Sama menyedihkannya dengan diriku di tahun ini.
Berharap tahun selanjutnya pun aku bisa menemukan diriku sendiri. Menemukan apa yang ingin kulakukan. Menemukan warna diri sendiri dan bangkit dari keterpurukan.
Jika diibaratkan warna, diriku di tahun 2021 adalah vantablack. Lebih gelap daripada hitam. Lebih sunyi daripada malam. Lebih kosong daripada diam.
0 notes
coretan-bulan · 2 years
Text
Satu hari dibulan Desember..
Kuat-kuat sayang. Pada apa-apa yang sedang kamu tuju. Pada apa-apa yang sedang kamu upayakan. Mungkin saat ini belum terlihat hasil yang kamu inginkan. Namun kamu tidak boleh berlepas baik sangka kepada Allaah.
Baik-baik sayang. Pada harapan yang sedang kamu jaga. Meski kamu sedang sendirian, meski tak ada teman yang membersamai. Kelak, akan ada seseorang yang tulus,. Yang tanpa kamu minta untuk tinggal, ia akan tinggal disampingmu. Yang keluhmu akan memilih temannya, yang peluhmu akan ada masanya.
Bersabarlah dengan sabar yang baik sayang. Pada hinaan yang kini kamu rasakan. Pada tindakan yang sering kali diabaikan. Membalasnya dengan marah tidak akan merubah keadaan. Maka, ada saat kamu harus bersabar dan meminta pertolongan. Agar tidak ada lagi penghinaan yang akan kamu rasakan kelak.
Satu hari dibulan Desember. Kamu pernah meminta kepada Allaah agar selalu dikuatkan, agar selalu dijaga, agar selalu diberi kebaikan sampai akhir. Sampai menutup mata.
Ya, satu pinta dibulan Desember. Masih sama seperti halnya tahun-tahun lalu. Banyak hal yang sedang kau pinta kepada Allaah. Dan semuanya ini hanya butuh waktu. Hanya butuh waktu untuk doamu dikabulkan oleh Allaah. Agar kamu lebih banyak sabarnya, agar kamu maksimal tawakalnya kepada Allaah Ta'ala.
Satu pinta dibulan Desember. kau pernah meminta kepadaNya dengan menangis dan terus menangis......
183 notes · View notes
coretan-bulan · 2 years
Text
Untuk kamu, yang sedang rapuh dan butuh dikuatkan, yang sedang lelah dan butuh disemangati, yang sedang berjuang dan butuh didukung, yang sedang sedih dan butuh ditenangkan, yang sedang lemah dan butuh dikuatkan.
Jangan lupa untuk tetap bahagia dan bersyukur, aku yakin, Allaah sudah nitip banyak nikmat buat kamu, dan nikmat-nikmat itu pastilah nikmat terbaik dariNya.
Allaah loves you more than you love your self. Allah saja cinta sama kamu, semestinya kamu juga cinta sama dirimu, jangan buat dirimu terlampau jauh dari perasaan bahagia dan kesyukuran.
Alhamdulillah 'alaa kulli haal ♡
185 notes · View notes
coretan-bulan · 2 years
Text
The art of "Mendengar"
Terkadang tidak semua orang memiliki skill ini, skill untuk mendengarkan cerita atau keluh kesah orang lain. Dan ternyata ini adalah sebuah skill sekaligus kemampuan yang belum tentu dimiliki semua orang.
Mungkin kamu mengira, mendengar itu adalah sesuatu yang mudah dan bisa dengan mudah banyak dilakukan banyak orang, sampai aku menyadari belum tentu setiap orang mampu melakukannya dengan baik.
Skill ini ternyata adalah sesuatu yang sangat berharga, karena dengan kemampuan siapnya hati juga telinga kita mendengar (apalagi jika dipakai untuk mendengar orang-orang yang tepat dan sangat membutuhkan kehadiran kita).
Akan sangat berarti nilainya bagi orang tersebut, bahkan mungkin jika dibandingkan dengan materi yang tidak ternilai harganya. Bahkan bisa saja kemampuan mendengar kita menyelamatkan nyawa seseorang tanpa kita sadari
Di sinilah kita menyadari kemampuan mendengar bisa jadi salah satu wasilah amal shalih kita di hadapan Allah jika kita memakainya dengan baik untuk membantu orang-orang terdekat, teman-teman dan saudara kita yang membutuhkan.
Tapi terkadang bukan hal yang mudah karena selain membutuhkan telinga, mendengarkan juga butuh menyiapkan hati yang luaas, untuk bisa menerima, mencerna cerita yang hadir dalam hidup kita sambil melihat kebaikan di baliknya.
Selain itu sudut pandang yang luas dan referensi ilmu agama yang baik juga dibutuhkan dalam menganalisa cerita tersebut, sehingga kita juga bisa menempatkan diri dalam posisi apa kita harus bertindak ketika lawan bicara kita sedang menceritakan kisahnya.
Kemampuan untuk menahan diri tanpa langsung menghakimi ini sangat penting. Karena belum tentu saat itu si pencerita siap untuk mendengar tanggapan yang kita sampaikan, bisa saja dia takut di judge, bisa saja butuh energi yang besar saat itu untuk berani menceritakan kisahnya untuk itu hargai setiap cerita yang mampir dalam hidupmu.
Jika ada yang tidak kamu setujui dari apa yang orang lain lakukan berilah dia udzur dan berika ia waktu untuk siap menerima nasihat. Kadangkala tidak semua orang bs menerima nasihatmu saat itu juga, tapi jika kamu berusaha jadi pendengar yang baik, siapa tau di lain waktu dia akan lebih percaya tiap nasihat yang kamu sampaikan padanya. Jadi pendengar yang baik ya, bukan hakim yang suka memvonis.
-Nadialukita
125 notes · View notes
coretan-bulan · 2 years
Text
Melarikan diri selalu menjadi tempat ternyaman buat aku.
0 notes
coretan-bulan · 2 years
Text
GIMANA BISA NEGARA LEPAS TANGGUNG JAWAB ATAS MORAL WARGANYA?
“Gak mau diatur agama tapi nyuruh agama bertanggung jawab untuk mengatur sesuatu yang gak mau diatur negara. Gimana bisa?” —taufikaulia
Soal seks bebas nih. Jadi kan sekarang banyak ormas, terutama ormas-ormas Islam, yang menentang Permendikbud No. 30. Bukan menentang karena peraturan ini mengatur soal kekerasan seksual, tapi karena peraturan ini menjadikan consent (persetujuan) sebagai ukuran kekerasan seksual.
Yang dimaksud kekerasan adalah yang bila korbannya tidak setuju atau terpaksa. Apakah betul? Betul. Yang kemudian menjadi problematis adalah bagaimana dengan seks yang dilakukan pasangan bukan suami istri tapi sama-sama setuju?
Di sinilah ada kekhawatiran, di mana di satu sisi ada aturan yang menjadikan sexual consent sebagai ukuran sebuah pelanggaran tapi di saat yang sama tidak ada aturan yang melarang seks bebas. Hal ini berpotensi menjadi dalih bagi pelaku dan pegiat seks bebas untuk menjadi bebas sebebas-bebasnya.
Lalu, twit saya yang ada di gambar maksudnya apa?
Dalam percakapan whatsapp saya berdiskusi dengan seorang kawan lama yang punya pandangan berbeda. Bagi saya, negara perlu turut campur untuk melarang seks bebas mengingat seks bebas ini sudah sangat merebak sekali sebagaimana kita tahu dari percakapan-percakapan cabul/porno yang ada di sosial media. Sementara, kawan saya berpendapat negara tak perlu ikut campur, biar itu jadi tanggung jawab agama sebagai tameng atas krisis moral di masyarakat. Baginya, agama yang harus waspada, sigap, dan bertanggung jawab terhadap degradasi moral masyarakat.
Waw.
Ada benarnya, yaitu kita sebagai penganut loyal agama kita, perlu refleksi kembali tentang cara kita beragama dan menanamkan nilai-nilai agama ke masyarakat kita. Banyaknya orang bermaksiat mungkin karena kekurangpandaian kita dalam berdakwah.
Tapi....
Ada celah di situ. Kita sebagai penganut loyal agama dan pendukung setia moral, tidak punya kuasa yang mengikat kepada orang-orang. Di negara ini, agama itu powerless alias tidak punya kekuatan mengikat kepada penganut-penganutnya. Agama itu isinya perintah dan larangan serta janji juga ancaman. Karena negara kita bukan negara agama, maka hukuman kepada pelaku zina menurut hukum agama mutlak tidak dapat kita terapkan, hukum rajam misalnya. Kalau diterapkan tentu malah akan jadi pidana dan backfire bagi oknum agama yang melakukan.
Lantas, bagaimana bisa menyerahkan tanggung jawab moral sepenuhnya kepada agama atas perzinahan lalu menghendaki negara tak turut campur padahal kita sama-sama tahu bahwa negaralah yang punya kuasa atas setiap warganya dan negaralah yang bertanggung jawab penuh untuk melindungi warganya dari kerusakan moral dan sosial.
Bayangkan ada teman kita yang mengingatkan pelaku zina, “Sahabatku, janganlah kau berzina karena itu termasuk perbuatan dosa.” Lalu dijawab, “Siapa lo? Panitia akhirat? Dosa gw urusan gw. Gak usah sok suci lo. Dasar munafik!”
Melemparkan tanggung jawab moral hanya pada agama?
Taufik Aulia
172 notes · View notes
coretan-bulan · 2 years
Text
Aku pernah membuat suatu keputusan atas dasar tidak enak hati untuk menolak. Ternyata, dengan menerima pun belum pasti hati kita akan merasa aman. Mungkin jika menolak dari awal, maka aku hanya perlu merasa tidak enak pada saat itu saja. Tok. Selanjutnya, aku bisa menjalani hariku dengan tenang. Dia juga akan melanjutkan hidupnya seperti biasa.
Sebaliknya, jika menerima dengan perasaan tidak bulat alias terpaksa, rasa tidak nyaman itu akan selalu merenggut setiap detikmu. Kamu akan merasa bersalah di sepanjang waktumu bersamanya. Segala macam pikiran negatif ikut menyita harimu. Akhirnya, kau akan merasa buruk sendirian. Ujung-ujungnya, kau juga akan berkata jujur dan pada akhirnya hubungan kalian selesai sebelah pihak. Meninggalkan luka dan kecewa yang mendalam untuknya. Lebih buruk.
Aku pernah melakukan kesalahan terbodoh itu. Sulit untuk diperbaiki. Hanya bisa dijadikan pelajaran di masa depan supaya bisa memutuskan sesuatu dengan bijak. 😔
Jangan membuat keputusan hanya karena rasa tidak enakan, tidak apa-apa berkata jujur daripada harus menjalani apa yang hati saja tidak merestui. Berapa banyak yang akhirnya hati juga pikirannya terluka, dari keputusan yang diambil atas pertimbangan tidak enakan.
Jujur lebih baik, tidak apa-apa ia terluka di awal karena penolakan, daripada ia harus terluka lebih dalam lagi karena ternyata sesuatu yang kamu lakukan itu atas dasar terpaksa dan hatimu tidak ada. Ia memiliki ragamu, bukan hati dan pikiranmu.
@jndmmsyhd
364 notes · View notes
coretan-bulan · 2 years
Text
selamat sebesar-besarnya kuucapkan untuk malam ini! ♡
0 notes
coretan-bulan · 2 years
Text
Cerita Sabana
Suatu hari kau berkisah tentang sabana yang dijelajahi para domba,
kau titipkan setetes embun di pucuk dahan yang kau temui baru terlahir fajar tadi
katamu, domba itu harus makan dan minum.
Dedaunan yang menguning hingga kering kerontang tertebas angin barat,
menyisakan warna segar sesuai pesananmu.
Oh, kau lihat gerombolan semut pun bergotong royong menggali lubang,
tapi para serangga lain justru dengan angkuh hinggapi patera, pamerkan keelokan tubuhnya.
lupakah ia kalau itu hanya titipan?
Langit kebetulan mau bersahabat saat itu,
jadi saksi sukarela atas kesyahduan sabana yang kau citakan.
1 note · View note
coretan-bulan · 2 years
Text
Janji Mak, Pulang!
Kuciumi punggung tanganmu berkali-kali,
sebelum kau terbangkan kereta keberangkatanmu.
Puncak jambul kepalaku, kau usapi sambil meratap
"Mak mau pulang."
Pulang ke mana, Mak?
Di sini rumahmu.
Kurasakan aliran darahmu mendingin,
Manik netramu tak lagi menyinarkan hangatan pada sukma,
Tubuhmu ikut membeku seperti roh kutub merasukimu,
Janji lawas ikut terkubur bersama hilangnya jiwa.
"Emak yang akan menjemput dan membawamu pulang"
katamu tempo dulu.
1 note · View note
coretan-bulan · 2 years
Text
Aku beneran gak tau apa yang aku rasain,
apa yang aku inginin,
hampa banget rasanya batin.
0 notes
coretan-bulan · 2 years
Text
entah, duniakah yang terlalu cepat memutari porosnya,
atau memang aku yang terlalu lamban mengiringi kecepatan waktunya?
0 notes
coretan-bulan · 2 years
Text
Ketika anak berprestasi, kita berbondong-bondong membangga-banggakannya di depan dunia, tapi ketika anak berada di titik terendahnya malah dianggap aib keluarga dan bahkan berusaha melenyapkannya.
Mau cerita sedikit. Tujuan aku cerita bukan mau dianggap gimana-gimana, tapi semoga bisa diambil hikmahnya aja.
Aku punya salah satu saudara. Saat itu, dia baru saja lulus SMP dan baru beberapa bulan duduk di bangku kelas satu SMA, di salah satu SMA terbaik di kotaku.
Singkat cerita, mamahku dan saudara-saudaraku mulai curiga sama gerak-geriknya. Cara jalannya aneh. Perutnya yang perlahan semakin membesar. Dan keluhan-keluhan lain yang membuat mamahku semakin yakin sama kecurigaannya.
Akhirnya, mamahku mengajak saudaraku itu untuk diperiksa ke dokter. Dengan alasan, mamahku mau periksa gigi, jadi dia sekalian mengajak saudaraku karena ia terus mengeluh badannya terasa demam dan mual. Mamahku sama sekali gak menyinggung soal kehamilan.
Akhirnya, setibanya di klinik. Mamahku masuk ke ruang periksa lebih dulu. Dia sebenarnya gak mau periksa, tapi itu caranya biar bisa ngajak saudaraku untuk ke dokter. Di dalam ruang periksa itu, mamahku menceritakan alasan sebenarnya pada dokternya, minta supaya saudaraku ditest hamil atau enggak secara rahasia. Dokternya pun paham dan dia menyetujuinya.
Nah, setelah itu, saudaraku masuk untuk gantian diperiksa. Lalu, dokternya itu menyuruh saudaraku untuk ditest urine dan sekian rupa.
Setelah selesai, mamahku masuk ke ruang periksa lagi dengan alasan ada yang tertinggal. Saudaraku menunggu di luar dan saat itulah dokternya bilang kalau saudaraku positif hamil.
Ddang! Mamaku dan bibi-bibiku ribut mulai berunding. Singkat cerita, akhirnya, mamahku bilang ke saudaraku secara baik-baik. Ngasih tau kalau sebenarnya dia hamil dan terus menenangkannya supaya saudaraku gak shock. Keluarga besar memberi semangat dan menekankan kalau mereka tidak ada yang marah. Bahkan, mamahku mengajak kalau anak itu lahir nanti akan dirawat bersama-sama dengan keluarga besarku.
Lalu, mamahku bertanya siapa ayahnya? Awalnya, saudaraku masih belum mau jawab, tapi setelah diyakinkan oleh mamahku akhirnya dia mengaku.
Ditemuilah laki-laki itu dan keluarganya oleh mamah dan bibiku. Dirundingkan baik-baik, dicari jalan keluarnya. Akhirnya mereka setuju untuk bertanggung jawab. Seharusnya memang begitu.
Mereka dinikahkah siri atas persetujuan keduanya. Saudaraku keluar dari sekolahnya, sedangkan laki-lakinya terus bersekolah.
Saat ini anaknya sudah berusia 3 tahun. Sehat, lucu, gemas, dan pintar. Ibunya juga alhamdulillah sehat. Keluarga besarlah yang merawat anaknya bergantian dengan penuh kasih sayang.
Oh iya, dari awal memang mamah dan bibiku yang banyak melindungi saudaraku, karena orangtuanya pada saat itu sedang di luar kota.
Jadi, peran keluarga itu memang sangat teramat penting dalam membantu mental sang anak. Bukan berarti, ketika anak berprestasi kita berbondong-bondong membangga-banggakannya di depan dunia, tapi ketika anak berada di titik terendahnya malah dianggap aib keluarga dan bahkan berusaha melenyapkannya.
Anak berprestasi atau bukan, tetap hanyalah seorang anak, yang membutuhkan arahan jika ia tersesat, yang membutuhkan perlindungan dan kasih sayang dalam kondisi baik atau buruknya! 🙏
0 notes