Tumgik
about656days · 4 years
Text
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain, kalau kita memudahkan urusan orang lain, maka kita akan dimudahkan juga oleh Allah SWT. 
Dulu, ini yang jadi pedoman saya selama SMP SMA dan saat berorganisasi. Sekarang, beberapa hal itu mulai dikaitkan dengan kondisi emosional. Misalkan “ah nggak mau lagi bantu, soalnya pada nggak aktif sih di grup”, “sekarang giliran butuh pada aktif, kemarin kemana aja” dan pertanyaan lainnya yang bikin saya merasa dosa deh ini kalau diterusin. Kenapa semakin tua umur jadi semakin banyak kepentingannya ? kenapa melakukan kebaikan mesti dikaitkan dengan sikap orang lain ? Padahal melakukan kebaikan hubungannya antara Allah dan kita langsung.
Kalau lagi mikir bener, gini nih harusnya dari kemarin. Mungkin ini belum jadi obrolan saya dan suami krn terpaut LDM jadi membahas sesuatu yang mendalam kadang malah terlewatkan. Habis ini, harus benerin mindset nya lagi dalam berbuat semuanya di dunia ini. cuma Allah sebaik baik tempat bergantung. Kebaikan sekecil apapun Allah tidak akan luput darinya. 
0 notes
about656days · 4 years
Text
Hari ini tanggal 3 Maret 2020, tepat 5 hari yang lalu genap menjadi orang tua. Masih ingat betul awal Salman ada menemani setiap langkah kami, dari tangisan yg amat begitu keras sampai sekarang tangisannya semakin keras bahkan kadang ditambah dengan kemarahannya. Rasanya cepet banget waktu berlalu tanpa terasa, sudah setahun lebih juga ngejalanin LDM Bandung-Wonosobo.
Tentunya bukan hanya menjadi kesenangan yg mana anak sudah satu tahun dengan berbagai macam perkembangan yg kami lalui bersama, tapi jadi introspeksi kami sebagai orang tua. Banyak waktu yang dijalani kami hanya dengan sebuah video call dan waktu yang hanya bertemu sabtu minggu di setiap 2 minggu sekali. Ini adalah proses, proses yang memang Allah pilih untuk kami satu keluarga untuk menjalaninya. Sebentar lagi insyaAllah akan di kasih jalan buat bisa banyak waktu dengan Salman, insyaAllah.
Buat aku pribadi tidak ada 3 hal yang lebih membahagiakan dari menjadi anak yg shaleh, menjadi suami yang baik, dan menjadi bapak yang teladan. Itu semua yang akan selalu di usahakan untuk dijalani dan diajarkan. Siklus yang selalu berputar. Berat memang untuk menjalani 3 tugas sekaligus, tapi bukankah tugas kita hanya untuk berikhtiar? Berusaha sebaik mungkin? Jika ada salah kita hanya perlu memperbaiki. Menjalaninya secara tidak langsung akan mengajari Salman untuk menjadi anak yang shaleh, yang kelak menjadi investasi kami. Menjadi seorang suami yang bertanggung jawab dan juga menjadi bapak yang kelak akan mengajarkan hal serupa pada anaknya. Makanya pendidikan terbaik yang diajarkan kepada anak adalah dengan perilaku kita, dengan apa yang anak lihat, rasa, dengar dari kedua orang tuanya.
Dan semua itu masih di rasa kurang maksimal satu tahun ini kami mengasuhmu nak. Semoga kami akan selalu di tunjukkan jalan untuk selalu belajar dalam mengasuh, selalu bisa mengusahakan hal terbaik yang bisa kami berikan, dan semoga doa akan terus kami lantunkan untuk mu nak.
Entah akan jadi apa nantinya, harapan kami iman akan selalu jadi pondasi hidupmu Sal. Kemanapun melangkah, apapun yang kamu kerjakan, bagaimanapun kondisinya, pastikan semua dilandasi oleh iman.
#Tapi kalau bapakmu ini akan mendoakanmu untuk menjadi Dokter, menjadi ahli medis yang terbaik dalam bidangnya. Aamiin
0 notes
about656days · 4 years
Photo
Tumblr media
Mimpi & Kebahagiaan
Hari ini hujan di hari Jumat, seperti biasa scrolling instagram dan nggak sengaja baca postingan salah satu penulis “Azhar Nurun Ala”. Katanya - Kita nggak tahu apa yang kita perjuangkan akan menghasilkan kebahagiaan atau tidak, tetapi kita bisa memilih selalu bahagia di prosesnya.
Menjadi bahagia itu tidak mudah, apalagi seiring masalah yang satu demi satu muncul dan satu demi satu pula terselesaikan. Apakah ini dialami oleh semua manusia ? Bagaimana mereka bisa bertahan dan menjadi bahagia dengan versinya masing-masing ?
Saya sendiri belum menemukan jawabannya, sampai saat ini hal yang ingin sekali bisa terwujud dan mungkin bisa membuat saya bahagia adalah bisa bersama-sama dengan suami dan anak. Bagi si pemendam perasaan rasanya saya butuh suami untuk bisa mendengarkan cerita tiap malam. Bagi si tukang bingung, rasanya butuh kamu buat bisa meyakinkan keputusan yang saya ambil tepat.
Saat memutuskan menikah,  raga dan rasa ini langsung bergantung dengan mu, sangat berat bila harus dilalui dengan jarak. Mungkin kamu juga merasakan hal yang sama. Tidak setiap hari bisa bermain dengan anak, yang sekarang tiap di video call selalu menghindar entah kenapa. Saya rasa salman sudah mulai bertumbuh batinnya. 
Dan yang paling berat bagiku, berusaha bahagia didepan anak. Dan bagimu mungkin berusaha kuat didepan istri dan anak. Sungguh mungkin ini jalan Allah yang harus kita tempuh, tapi kalau lelah bolehkan kita istirahat sejenak ? 
Sebentar, menulis ini pun saya tidak kuat menahan air mata
Plot twist memang, seperti perasaan saya sekarang. Pikiran bercabang gatau darimana harus disusun. 
Kembali lagi seperti kata diatas, ingin rasanya bahagia di prosesnya juga. Karena saya tidak mau melewatkan momment yang nantinya akan saya sesali, kita nggak tau yang namanya waktu kapan akan berakhir, yang ingin saya lakukan melakukan sebaik-baiknya waktu yang ada sekarang bersama. 
Dan akhirnya  ada kesempatan untuk bersama, Lowongan Pekerjaan di kota ini terbuka. Saya yakini ini jalan Allah agar kita bisa bersama, kalau di sia-siakan, apakah kita sanggup menunggu lebih lama lagi ?
Memang berat berhenti disaat kebutuhan membangun rumah masih banyak, tapi apakah salah bila sekarang kita coba andalkan janji Allah “ Bahwa rezeki itu dimanapun tempatnya, pasti juga segitu”.  Apakah salah bila kita berjuang dari nol disini dan bersama sama mencapai Ridho-Nya dan memperbaiki tingkat keimanan kita bersama tanpa berjarak.
Kangen, masa dimana menghabiskan waktu berdua berargumen makanan dan gimana caranya berhemat, bertengkar masalah jemput dan menunggu lama. diakhiri jamaah berdua, jabat tangan setelah sholat, baca al-quran bareng, hujan hujanan ke majelis taklim, bangunin sholat dan saling bercanda.
Allah mudahkan urusan dan mimpi kami, lindungi kami dari rasa gelisah dan sedih. Bahagiakan kami dan tunjukkan jalan terbaik untuk kami. aamiin
Jumat, 14 Februari 2020
Dika Fitria Septiyani
1 note · View note
about656days · 4 years
Text
Rumah
Hari minggu 19 Januari 2020, salah satu mimpi kami sebagai keluarga sedikit kami cicil yaitu rumah. Di lahan yang dulu kami beli di akhir tahun 2018 hasil dari tabungan kami, sedikit menurunkan daya konsumtif kami dan meninggikan porsi tabungan kami selama menikah. Kadang suka iri lihat teman sering main, punya sepeda, bajunya bagus-bagus, nongkrongnya di cafe terus, sementara kita jauh dari hal macam itu. Ketika baca buku "hidup minimalis ala orang jepang" karya Fumio Sasaki, saya merasa kami ternyata mendekatinya tapi beda tujuan. Kalau mereka benar-benar hidup minimalis, kami hidup irit. Hehe
Rasanya masih tidak menyangka, di umur yang ke 25 tahun kami sudah sampai di titik sejauh ini. Titik dimana banyak orang belum sampai atau bahkan belum memikirkannya. Mungkin ada beberapa teman kami yang sudah jauh melampaui titik dimana kami berada, tapi dengan jalan yang mungkin berbeda dari kami. Untuk urusan rumah kami memilih menabung sedikit demi sedikit, membangun sedikit demi sedikit. Tak apa, setidaknya kami tidak memilih jalan instan mengajukan rumah ke bank lalu mencicilnya. Jalan kami berbeda, biarlah.
Rumah tumbuh. Rumah yang dibangun secara bertahap menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan biaya dari pemiliknya. Kami mengambil konsep itu, kami sadar kami bukan orang berada yang bisa bangun rumah dengan mudah. Rumah yang akan kami buat akan bertumbuh bersama dengan tumbuhnya keluarga kami. Saat ini rencana kami hanya akan membuat pondasi saja, nanti kalau uangnya sisa kita tabung lagi. Proses selanjutnya naikin, pasang bata. Doakan kami sabar dan di mudahkan dalam proses ini.
Rumah yang akan kami buat berada di lingkungan perumahan yang masih belum ramai. Komplek atas dan bawah sudah ada beberapa rumah, sedangkan komplek kami masih ilalang dan pohon jenitri. Lokasi tanah kami ada di paling ujung, lokasi yang menurut kami nyaman tanpa bising kendaraan nantinya sekaligus dapat sisa jalan karena di ujung. Satu lahan perumahan itu baru kami yang beli dan memulai pembangunan. Meskipun sudah ada jalan selebar 4 meter, kami tetap harus menyusuri jalan yang samping kanan kiri ilalang semua sejauh 50meter untuk sampai di titik lokasi kami.
Sebenarnya agak ragu apakah mau memulai sekarang atau nanti mengingat masih belum ada yg bangun rumah dan posisi tanah kami di ujung, tapi kami memberanikan diri. Bismillah. Kami percaya kalau kami memulai pasti ada jalan, pasti ada kemudahan. Percaya saja, toh tujuan kami baik.
Ternyata ada jarak yang luar biasa jauh tentang konsep rumah di kota besar dan di desa. Orang yang hidup di kota besar dengan biaya hidup yang tinggi banyak yang akan memilih jalan untuk mempunyai rumah dengan kpr. Karena apa? Karena di kota besar untuk saat ini harga tanah dan kenaikan tiap tahunnya saja sudah melambung tinggi. Untuk di Bandung saja di daerah Kopo biaya per ubin nya 40juta (14meterpersegi), belum lagi kalau biaya tukang, material dll. Orang akan leboh banyak memilih kpr yang bisa di cicil setiap bulan. Rasional. Tetapi sebagai muslim kita perlu tau hukum jual beli nya, apakah mengandung riba atau tidak.
Susah memang hidup di zaman yang modern seperti sekarang, terlalu banyak gap orang yamg hidup di kota dan di desa. Entah akan seperti apa zaman yang dilalui Salman dan adik-adiknya ketika ada di posisi seperti kami sekarang. Semoga kisah kami sedikit membantu kelak
Sementara beberapa orang di desa masih beranggapan jika beli rumah itu berawal dari nabung, punya cukup uang beli tanah. Setelah itu tanah tersebut di jadikan lahan produktif (bercocok tanam). Setelah cukup uang baru mulai bangun rumah dengan bertahap. Kadang banyak orang desa takut untuk berhutang atau bahkan berurusan dengan bank sehingga mereka lebih memilih bersabar untuk membangun rumah.
Bandung, 29 Jan 2020
Akbar Wicaksono
Tumblr media
1 note · View note
about656days · 4 years
Quote
Doaku, semoga semua sehat, saat pertama kali masuk rumah kita sendiri
0 notes
about656days · 4 years
Text
Menimbang Sikap
Ternyata semua muara perasaan hanya ada dalam diri kita sendiri. Kadang kita jengkel ketika ada orang yang menyebarkan kabar gembira tentangnya, merasa kita tidak pernah sebahagia itu. Penjual telur gulung yang hanya jualan diatas gerobak miliknya di pinggir jalan melihat orang yang bekerja dengan setelan kemeja dengan kekaguman akan terhormat dan enaknya pekerjaan mereka. Padahal secara pendapatan, secara waktu kerja, dan berkah mungkin si penjual telur gulungnya lah yg jauh lebih diatasnya.
Andai ya setiap orang bisa saling bertukar jiwa, setiap akan menjudge orang bisa merasakan dulu yang akan di judge, pasti akan banyak orang yang bersyukur lagi. Pada akhirnya kebahagiaan akan menyesuaikan porsinya dengan yang akan merasakannya. Setiap orang punya porsi dan bentuk masing-masing.
Kita tidak akan pernah bisa melawan sikap orang terhadap dunia, terhadap kita. Justru yang harus kita lawan adalah sikap kita sendiri, lawan agar kita bisa mengendalikannya. Kita bisa meningkatkan kualitas diri tanpa mengganggu kualitas orang lain kok. Ya, dengan kita bisa mengatur sikap akan semua hal yang kita lihat, dengar, bahkan rasakan.
Sayangnya tak semudah yang di katakan, kita pasti akan terus belajar dari setiap sikap yang kita terima.
Perjalanan ke Bandung
Akbar W
13 Jan 2020
0 notes
about656days · 4 years
Text
"Yang lebih kaya banyak, yang lebih taqwa banyak, yang lebih dibawah kita banyak, ternyata kita tidak sendiri di dunia ini"
0 notes
about656days · 4 years
Text
“Fenomena” Mental Illness
Beberapa tahun terakhir, beberapa orang banyak memperbincangkan tentang topik ini. Bagaikan sebuah fenomena, hal ini terus diperbincangkan baik di lingkungan nyata maupun di sosial media. Awalnya, banyak yang menganggapnya tak begitu penting untuk dipikirkan tapi lambat laun karena soundingnya yang lumayan keras, maka sekarang banyak yg menganggap hal ini penting bahkan darurat. 
Masih ingat dulu artis Marshanda yang meng-upload video luapan kemarahannya karena bullying yang mengakibatkan dia tertekan dan tidak bisa mengontrol emosi. Dulu mungkin hal itu jadi heboh - menganggap seorang Marshanda tidak waras atau gila. tapi kalau marshanda mengungkapkannya sekarang mungkin beda ceritanya. 
Sekarang, banyak orang yang menjadi aware terhadap kesehatan jiwa *katanya. Sekarang banyak yang entah sekedar mengaku atau memang sudah membuktikan bahwa dia bipolar / anxiety /  mental disorder lainnya. Mereka tak segan membagikan pengalaman mentalnya ke sosial media dan mengakibatkan mental illness jadi “hype”. Sekelas kunto aji juga mengangkat hal tersebut sebagai topik utama di album musiknya.
Baru-baru ini, salah dua teman kuliah saya juga mengungkapkan bahwa dia ada masalah di mentalnya yang membuatnya sampai berfikiran untuk mengakhiri hidup ( suicide) . Saya jadi bertanya, seberat apa beban yang ditanggungnya kasihan sekali sampai tidak bisa ada harapan lain. Bukannya Allah membagikan cobaan sesuai dengan kemampuan hambanya ? Saya pun punya masalah besar, bisa dibilang tahun lalu lah segala masalah itu datang. Bukan dari diri saya, tapi dari keluarga yang membuat semuanya terpukul. Berat sekali sampai saya berfikiran apakah azab Allah telah menimpa keluarga saya. Belum selesai satu masalah muncul masalah lain yang takaran beratnya lebih hebat. Saat ini, hampir selesai yang kedua, yang ketiga sudah membuat saya sangat was-was berat. Apakah saya sanggup ? Apakah seluruh keluarga saya sanggup ?
Mungkin, saya masih lebih beruntung dibandingkan dengan teman kuliah saya tersebut. Karena masalah itu tidak sampai membuat saya ingin suicide. Namun, selalu ada kekhawatiran saat satu masalah mulai reda. Saya takut akan ada masalah baru lagi, dan beberapa kali saya harus menghela nafassss panjaaang saat teringat hal itu. Susah ? Sedih ? Sangat. Namun berusaha untuk ikhlas adalah kuncinya.
Allah menciptakan manusia di bumi untuk mengikuti apa yang Dia skenariokan. Kita hanya hamba yang tugasnya menyembah-Nya dan bertebaran di bumi sesuai petunjuk-Nya. Selalu ada konsekuensi saat kita melangkah baik benar maupun salah. Dari kecil, sampai saya menikah sempat terbesit pikiran Ya Allah hidup saya mulus banget selalu berhasil, nggak ada kendala berarti padahal saya punya banyak dosa. Apakah kesulitan dan dosa saya akan dibalas di akhirat semua ? saya setakut itu dulu. 
Dan mungkin Allah kasih jawaban itu sekarang. Kontan, saya diberikan masalah yang bertubi tubi. Saya ikhlas, mungkin ini wujud Allah membalas semua kesalahan saya di dunia sembari memberanikan diri berharap saat saya kembali hanya sisa kebaikan di sisi Allah. Waktu yang tersisa ini, semoga segala masalah tepat dan cepat Allah ganti dengan keimanan yang terus meningkat, kenikmatan ibadah bersama suami, anak dan keluarga, kemampuan untuk bisa terus mengumpulkan pahala sebagai bekal. InsyaAllah saya ikhlas. Setidaknya saya berusaha, saat masalah datang lagi semoga bukan dari saya akar masalahnya.
Dan buat teman teman yang saya nggak tahu seberat apa masalah kalian, saya harap tetap ingat Allah. Bahwa manusia dilihat dari bagaimana dia berakhir, pemikiran suicide sangat dibenci oleh Allah, apakah kita akan kembali dengan cara tersebut ? Ingat sebanyak apapun masalahnya, saat kita tak kuat menahannya, kembalikan masalah itu kepada Allah, pemilik segala kunci perkara di dunia ini. Mungkin saat kita pasrah “maka tangan Allah yang akan menyelesaikannya”
Semoga kita semua diberikan ke-ikhlasan untuk melalui masalah demi masalah di dunia ini. Fokus pada apa yang jadi harapan harus lebih besar dibandingkan apa yang jadi masalah.
0 notes
about656days · 4 years
Text
Kerja Ikhlas
Beberapa kali sempat mempertanyakan, kenapa ya ada orang yang kerja terus melayani customer mau kapanpun dilayani? Jujur ada temen ex satu kantor dulu kerjanya kayagitu. Buat beberapa orang mungkin beranggapan males lah kerja kayagitu, capek.
Nggak sempet nanya kenapa dia bisa seperti itu lebih tepatnya sih nggak enak mau tanya. Tapi yg bisa di simpulkan adalah dia kerja dengan ikhlas, dia kerja dengan kebahagiaan, dia merasa memiliki pekerjaan itu. Karena ada banyak orang yang bekerja seadanya "ah yang penting beres" "yaudahlah ya kerja keras nggak di hargain ngapain juga bagus-bagus", banyak yg bilang kayagitu.
Tp seiring berjalannya waktu kita semua akan menyadari bahwa kerja ikhlas kita itu yg akan membayar semuanya Allah. Banyak guru honorer yg dibayar kan jauh dari UMK di kotanya, mereka ikhlas mendidik anak-anak meskipun gaji yang didapatkan tidak sesuai dengan yg mereka harapkan. Mereka akan ditambah oleh Allah dengan ketenangan mungkin, dengan istri yang bertambah shalihah mungkin, dengan anak yg shalih mungkin. Sesuai janji Allah yang akan membalas kebaikan walaupun seberat biji dzarrah.
Kita kadang tidak meyakini saja apa yg Allah ridhoi maka Allah akan beri nikmat berlebih. Bekerja dengan ikhlas, dengan kegembiraan tanpa mengeluh, di niatkan ibadah karena Allah pasti akan ada balasannya. Apapun pekerjaannya, apapun balasannya. Bisa jadi pendapatan kita yang hanya 500 ribu perbulan ternyata sebenarnya 1 juta perbulan. 500 ribu lainnya Allah kasih dalam bentuk lain.
Ternyata memang kita yang terlalu sempit memaknai apa itu rezeki apa itu gaji. Semoga tulisan ini bisa jadi pengingat untuk melakukan segala hal di landasi keikhlasan dan di niatkan ibadah kepada Allah. Percaya saja semuanya pasti seimbang, cuma kita bisa jadi tidak menyadarinya saja.
Bandung, 4 Januari 2020
Akbar Wicaksono
0 notes
about656days · 4 years
Text
Selamat Hari Ibu
Hari ini banyak banget feed yg nulis selamat hari ibu dengan memajang foto ibunya. Senang sekali lihatnya. Buat aku sendiri seorang anak laki-laki, ibu adalah pendidikan dasar terbaik yg pernah aku terima. Gimana enggak, tiap jam 5 pagi di teriakin buat shalat subuh, habis itu suruh bantu nyiapin jualan ibu di SD tempat aku belajar entah suruh kasih sayur di tahu isi, motongin daun pinggiran arem-arem sampe nyusun jualan snack nya ibu.
Gedek emang, tiap pagi disuruh gitu. Belum lagi tiap habis shalat jumat di suruh nyetrika, nggak tanggung-tanggung baju satu rumah suruh di setrikain. Padahal tiap jumat tuh saatnya anak-anak main tamiya di lintasan temen yg satu jam nya bayar 500 perak. Mulai terasa bebas itu saat udah masuk SMA, waktu udah mulai kos ibu jadi jarang nyuruh-nyuruh soalnya cm hari minggu aja dirumah. Tiap berangkat selalu di bawain susu kental manis frisian flag sama roti roma kelapa. Udah wajib pokoknya.
Kuliah nambah lagi, tiap beberapa hari selalu sms nanyain kabar, nanyain lagi ngapain. Tiap pulang di masakin yg enak-enak, selalu di bawain bekal kalo mau berangkat ke Semarang. Kalo pulang ke rumah kadang suruh ke pasar beli daun pisang buat bikin arem-arem pesanan, beli pisang dll.
Waktu udah nikah pun masih sama, masih sering nanyain lagi ngapain, masih suka ngebawain jajan kalo pas mau balik Bandung. Ah Ibu emang nggak pernah berubah. Ibu yg selalu ngingetin buat beliin baju istri, buat nemenin istri waktu lahiran.
Alhamdulillahnya aku bisa full nemenin istri lahiran Salman. Itu momen yg paling bikin kita ngerti perjuangan ibu. Mau ngelahirin mesti nahan rasa yg nggak tau nyebutinnya rasa apa itu, yg jelas pasti nggak nyaman banget. Ngeluarin Salman mesti pakai muntah, pake ngerobek jalan lahir, mesti di klem didalam vagina selama 24jam. Fiuuuh
Nggak sampe di situ aja, masih muda yg ilmu nya masih belum banyak dan habis lahiran cm berdua di rumah sakit. Salman nangis terus, bingung kita. Untungnya kuliah di keperawatan dan pernah ngalamin praktik di ruang perinatologi jadi nggak awam-awam banget lah, ada momen Salman pipis atau pup gitu lupa yg pasti mesti di ganti popoknya. Dan dengan ketidakberdayaan istri habis lahiran aku mengganti popoknya. Seneng bercampur marah sih. Marahnya kita di tinggalin berdua aja dan senengnya kita bisa ngelewatin itu semua.
Banyak hal yg emang kita kira nggak mampu tapi ternyata kita mampu. Ngelihat yg awal nya asi nggak keluar bisa keluar banyak, aqiqah yg emang banyak biaya ternyata Allah mudahkan, yg bahkan dengan LDM nya kita selama setahun ini, dan mulai membagi bisnis dan mengurus anak ternyata kita mampu. Ternyata kita terlalu takut.
Aku sampai saat ini selalu mencoba hadir dalam keluarga, meskipun dengan LDM. Kalau memang tidak ada kerjaan ataupun kegiatan mendesak setiap malam pasti jadi saat intens ngobrol dengan istri. Karena komunikasi dalam rumah tangga itu penting, penting banget. Jadi sedih saat Salman sakit, seperti saat sekarang ini. Istri harus sendirian mengurus Salman yang sedang rewel, harus periksain Salman tanpa aku temenin. Semoga surga untukmu.
Aku tidak bisa pulang antar Salman periksa ke dokter, tidak bisa bantu gantian jaga Salman demi sebuah kerjaan. Tp aku percaya disaat aku bantu orang lain sembuh dari sakitnya, bisa berjalan dengan normal lagi, bisa bergerak tangannya dengan bebas maka Allahpun juga akan bantu keluargaku. Allah akan sembuhkan Salman, Allah akan kuatkan istriku.
Selamat hari Ibu !!!
Bandung, 22 Des 2019
Akbar Wicaksono
0 notes
about656days · 5 years
Text
Kamu Terlalu Serius
Beberapa hari yang lalu teman berkunjung ke rumah. Seperti biasa ketika kita sama-sama pulang ke kampung maka agenda kita sesama bapak adalah temu bayi kita masing-masing. Saling belajar dalam hidup menjadi keluarga ataupun orang tua.
Tibalah saat obrolan menjelang maghrib, saat dimana hanya para bapak yang bercakap karena ibu masing-masing menyusui bayi kami. "Koe ki terlalu serius Bar" katanya. Sebelum dia mengatakan itu memang beberapa kali aku kadang merasa hidupku terlalu serius, bahkan mungkin bercanda ku hanya aku dan istriku yg bisa menikmati. Dia bercerita bahwa ia pernah ditegur oleh temannya karena hal yang sama, terlalu serius. Kata yang temanku sampaikan seringkali masih aku fikirkan, apa benar aku terlalu serius? Kenapa aku terlalu serius?
Aku selama ini hidup dengan target dan hidup dengan aturan dan keteraturan. Tak jarang hal itu semua memang kadang membuatku stress karena setiap hari hidup dengan pola yang sama, aku mengatur pengeluaran mingguan, investasi, sampai berapa persen dari pendapatan yg bisa aku tabung, dll. Mungkin efek dari itu semua yang membuatku dilihat terlalu serius.
Kadang omongan orang lain memang bisa menyelamatkan kita, entah dari depresi berlebih ataupun dari kejenuhan dengan pola. Tapi coba kalau sekarang dibalik, aku lihat temanku dari sudut pandangku, apakah dia terlalu banyak bercanda?
Mungkin bukan aku yang terlalu serius, tapi aku dengan temanku yang memang sudah berbeda cara pandang. Setiap orang berevolusi. Aku dengan perjalananku mengubah ku menjadi seorang perencana, merencanakan untuk memiliki rumah tanpa riba, merencanakan cara asuh dan pendidikan anak dan lain sebagainya. Dan aku menikmatinya.
Hanya saja aku belum bisa belajar mengcopy karakter lawan bicaraku, melebur bersama, aku masih menjadi minyak dalam air. Memang dunia ini tempat belajar, adakalanya kita belajar dengan orang yang suka bercanda untuk menutupi keresahan hidup, belajar dengan orang yang terlalu serius untuk mencapai tujuan. Semuanya baik, tinggal bagaimana kita menempatkannya.
Akbar Wicaksono
5 Dec 2019
0 notes
about656days · 5 years
Text
Writing is Healing ?
Saat ini, era dimana akses begitu transparan. Cerita hidup seseorang bisa dengan mudah diketahui orang lain, baik berupa hal remeh temeh sampai rahasia yang super rahasia. Yang saya tahu dulu, cuma ada dunia dan akhirat. Dunia ya ini yg kita jalani, akhirat adalah kehidupan yg akan datang. Tapi sekarang, duniapun bercabang, ada dunia maya dan ada dunia nyata. Sayangnya, beberapa orang menjadikan dunia maya adalah sesuatu yang sangat penting untuk diurus. Sampai sampai, mengesampingkan dunia nyata yang seharusnya kalau kita serius sangat banyak yang harus diselesaikan. Untuk urusan update status saja, orang rela berjam jam mengumpulkan konten, oke kalau kontennya keren, memotivasi dan memberi energi positif untuk pembacanya. Tapi tidak sedikit yang update status hanya menampilkan kesenangan pribadinya, memunculkan betapa bahagia hidupnya, mengekspose perkembangan anaknya dari hari ke hari yang kadang membuat orang lain merasa insecure. Contoh : teman kita ada yang blm dikarunai anak, tapi kita selalu menampilkan kehebatan anak kita setiap saat, apakah ada kemungkinan teman kita akan sedih melihat itu? Tentu saja mungkin. Apa kita harus menghilangkan rasa empati kita demi sebuah eksistensi di dunia maya? Atau hal itu dilakukan sebagai healing karena kita tak mendapatkan kebahagiaan itu di dunia nyata ? Hmm... Mari berpikir sejenak, anak sudah bangun. Saatnya kembali ke dunia nyata 😋 Bersambung . . . . . Wonosobo, 25/11/2019 Dika Fitria Septiyani #menikah #menikahisahabat #bijakbersosialmedia #writingishealing #empati
0 notes
about656days · 5 years
Text
Transformasi
Ternyata kehidupan tidak bisa ditebak, kita tidak akan pernah tahu arah langkah akan kemana menuntun. Memang kuasa Allah begitu luar biasa, kalau kita flashback kebelakang kita akan merasa takjub dengan semua yang sudah kita lewati. Bahkan sebaik apapun kita merencanakan semua perjalanan hidup kita, Allah akan dengan mudah memodifikasinya. Menjadi lebih indah dengan membelokkan arah atau mengikuti semua rencana yang telah kita rencanakan.
Transformasi dari aku lulus kuliah 2015 pertengahan adalah transisi dimana saat yang aku anggap akhir dari pembelajaran di sebuah kelas berubah menjadi kehidupan penuh tanggung jawab, awal mula bertanggung jawab dengan hidup. Mulai bertemu banyak orang, banyak profesi, banyak karakter, semua itu sedikit merubah cara pandang ku dalam melihat dunia.
Setelah 8 bulan hidup di ibukota, pertengahan 2016 aku di pindah tugaskan ke Bandung, kota dimana aku tak pernah membayangkan sekalipun untuk hidup disana. Kota ini yang secara garis besar merubah arah hidup ku. Mulai dari Daarut Tauhid, Masjid Al Lathiif dengan Pemuda Hijrahnya, Masjid Salman dengan aktivitasnya, sampai Masjid Cipaganti dengan Tarbiyah Sunnah nya. Beberapa tempat tersebut yang menjadi tempat bertumbuh dengan kelebihannya masing-masing.
Melihat dunia dengan cara yang sudah berbeda semenjak aku lulus dari perkuliahan ternyata banyak merubah arah. Mengajak sahabat menikah adalah beban terberat yang pernah aku alami, tapi hal tersebut justru melesatkan kedewasaanku. Aku harus menunda pernikahan karena lain banyak hal yang harus aku selesaikan dengan keluarga. Sabar dan ikhlas yang paling aku bisa ambil pelajaran dari jeda sampai pernikahan tiba.
Tidak sampai disitu, tanggung jawab satu persatu datang. Ternyata Allah selalu memberi beban kepada kita ketika kita sudah merasa beban itu ringan untuk kita, ya tujuannya tak lain agar kita selalu terupgrade. Mulai dari tanggung jawab sebagai suami, sebagai menantu dan kakak ipar, di tambah lagi tanggung jawab menjadi seorang bapak.
Dari semua itu akhirnya semua hal yang mungkin belum aku rasakan dan beberapa masih di pertanyakan terjawab semua. Ternyata seperti ini tanggung jawab ketika sudah jadi suami, ternyata menjadi seorang bapak seperti ini. Tanggung jawabnya nggak main-main, tanggung jawab yg kelak akan dipertanyakan nanti di akhirat.
Menyenangkan sekali melihat transformasi diri, membuat kita lebih lagi untuk bersyukur. Nggak nyangka rasanya. Entahlah Allah akan kasih tanggung jawab apa lagi nanti kedepan, tinggal ngejalani aja sambil minta Allah bimbing dan tuntun agar berada dalam koridorNya.
Akbar Wicaksono
21-11-19
#menikah #transformasi #bandung #responsibility #tanggungjawab #arahlangkah
0 notes
about656days · 5 years
Text
Bertiga
656days - Begitu banyak nikmat yang sudah kami dapatkan, nggak selalu mulus tapi banyak syukurnya. Menikmati masa bertiga, walaupun harus terpisah jarak Bandung-Wonosobo. Awalnya sulit, banyak pertanyaan kenapa kami harus terpisah jarak padahal memungkinakan untuk bersama ? kenapa setelah ada anak malah bikin kita berjauhan ? Banyak realita yang akhirnya harus dihadapi walau tiap malam selalu banyak pertanyaan sejenis itu.
Hari demi hari terlewati, hampir genap setahun kami berjarak, sempat ada moment saya marah dan meluapkan segala rasa tak terima akan keadaan ini. Namun, setelah itu malah jawaban dan hikmahnya satu persatu ditunjukkan oleh Allah. Ya... jawaban nya malah saya dapat setelah saya berpasrah. mencoba memahami keputusan suami dan berusaha ikhlas berjuang disini yang pastinya tak mudah.
Dari peristiwa itu saya sadar, manusia memang tinggi ekspektasi. Saat dihadapkan realita pilihannya 2 - menggugat atau menerima. Awalnya saya memilih menggugat, lalu menerimanya. Karena saya ingat, Ridho Suami sekarang Ridho Allah juga. saya mencoba yakin, bahwa rencana suami saya sejalan dengan rencana Allah. Walaupun kita tak akan tau kota mana yang akhirnya akan kami tinggali, namun proses ini adalah proses terbaik untuk kami
Banyak pelajaran, banyak nikmat, banyak kebahagiaan.
Terimakasih suamiku, telah mengajarkan makna hidup yang sebenarnya. Mengajari bagaimana menghargai sebuah proses dan bagaimana cara ter istimewa buat menikmati hasilnya nanti
Mimpi kita masih banyak, semoga kita cepat bersama - dan bangun mimpi kita bertiga, berempat, dst.
Wonosobo, 21 November 2019 19.09 PM
Dika Fitria Septiyani
0 notes
about656days · 5 years
Text
Budiman seat 28
Tulisan ini di tulis saat perjalanan Wonosobo Bandung, duduk di kursi nomor 28 bus Budiman. Saat jarak melaju ditengah rintik hujan seolah mengingatkan sejauh apapun kita hidup akan selalu ada cara Allah untuk membuat kita bertahan bahkan jadi lesatan jauh melangkah.
About 656 days ini adalah media kami untuk berkisah tentang beberapa kejadian yang memang tak bisa di rekam oleh gadget secanggih apapun, lalu kami tuangkan disini. Perjalanan hidup diawal pernikahan kami yang akan selalu membuat kami belajar setelah 656 hari pernikahan kami.
Pernikahan kami terjadi saat kami sama-sama berusia 23 tahun, beberapa teman kerja masih heran dengan pernikahan yang menurut mereka terlalu dini. Kalau di lihat memang ini terlalu cepat untukku sampai di tahap pernikahan. Dulu sempat nyeletuk kalau pengen nikah muda, mau nikahin sahabat sendiri, dan masyaaAllah Allah ijabahkan celetukan doa saat itu. Sampai saat ini aku percaya bahwa ketika kita siap menikah maka Allah akan menjalankan skema Nya, Allah akan membuat diri kita merasa benar-benar siap untuk menanggung tanggung jawab yang begitu besar.
Sampai saat aku dipertemukan lagi, di tumbuhkan rasa ingin untuk menikahi sahabatku, Allah mudahkan semua, Alhamdulillah. Eh iya, baru kemarin menghadiri saudara yg nikah, liat bahagia sekali, gaun nya bagus banget, semua keluarga terlihat bahagia sekali. Memang ya bahagia bisa di tularkan dari hal yg memang diawali dan bertujuan untuk kebaikan. Tapi disisi lain mendengar ada seorang istri yg di kembalikan ke orang tuanya karena satu lain hal. Sedih. Memang pernikahan itu harus banyak kesiapan hati nya, harus bisa mengatur hati, sikap, dan hidup. Jangan lihat pernikahan layaknya dalam film yang selalu bahagia, tanpa ujian, dan happy ending. Pernikahan sesungguhnya adalah pembelajaran seumur hidup, tempat mengasuh dan mengasah hati, harus didasari iman dan ilmu agar selalu bisa menumbuh melewati ujian yg sudah di siapkan Allah. Ah semoga kita bisa selalu belajar, menjadikan keluarga kita keluarga terbaik menurut versi kita masing-masing.
Akbar Wicaksono
18 November 2019
1 note · View note