Tumgik
zaenabarifah · 3 years
Text
Grab a snicker
You are not you when you are hungry. This one is common
You are not you when you are angry.
You’re not you when you’re upset.
And you’re not you either when you’re sad.
Emotions are only a natural thing.
Having it means you’re a complete normal human being.
But some times, it can get to you.
Feeling angry, upset, sad, or disappointed are only normal. It’s our brain’s reaction towards the things outside of ourselves.
But the idea of separating between you, and you.
That there are two selves inside you. One is the one who feels the emotion. And the second is the one who should handle, or manage that emotion.
When things make you angry, sad, or disappointed, you tend to express that negative emotions to other people.
“Why do we hurt the people that are beloved to us?”
Sometimes, one bad day can ruin a 5-years loving relationship. It’s one fight that causes deep painful memory that kept ringing on one’s head for years.
When people are upset, their tongue can slip just like that, then hurtful words slide one after another.
It’s the aftermath that hurts most. The guilt eating you up from inside.
“Why do we hurt the people that are beloved to us?”
The one who receives the hurtful words is deeply hurted. 
Even more the one who says it.
And just within’ minutes, a heated argument, can torn the hearts of people
But we are just mortals. We have bad days. We constantly have problems, day-to-day basis, one after another, and we have noisy head that keeps telling us this and that, and it’s impossible to be kind and considerate, and just, being in this “zen” state all the time.
Some days, maybe, we are just too fed up with what our coworkers keep saying, or we are doubting ourselves more, or we just can’t deal with the uncertainty of life as good as other days. 
Just because one seems fine, and smiling, and joking around, doesn’t mean they are fine, and that they have no problems and no worries. We just never knew what struggles, every other people is dealing with.
Nouman Ali Khan said, it’s natural for us to feel things. But shaitan plays with them. He uses our emotion to get to us. Either to ‘cause us hurt our parents, our spouses, etc. 
Having emotion is completely natural and neutral. But then shaitan uses it as a tool to take us down.
The idea of having two selves inside of us, one who feels the emotion, and the other one would be responsible to take care of it. To deal with it. To make the right reaction to it. Harmless reaction.
Whatever wave of emotion that hits you, or even just knocks on you, you gotta use that consciousness to make the right reaction.
Just watched a big think video, this one cool bearded dude, Robert Sapolsky said, three layers (kinda) of our brain, that are responsible for biological mechanism (hormones, heart beat, and stuff), feeling, and thinking. All three connected to one another.
The thing is that, when we got that impulse, that feeling, that emotion, of anger, it’s only natural. Some things can make us upset. But then our thinking part of the brain should play out. That conscious self. “Is this argument necessary?” “Will I regret this fight?” “Will I regret my temporary reaction towards my emotions in the future?” “I’m pretty sure if I let my anger controls me, this will ruin my relationship” etc.
But the thing is that, when we are in that upsetting situation, our consciousness is clouded. We can’t think about the future, about consequences. We are just so in the moment that we would spit anything even the ugliest and nastiest words that crosses our mind.
But how come we have the audacity to say those things to our parents? How come we have the ruthlessness to say those things to our spouses? (Even tho I have none, lol). 
Well thus the saying goes, you are not you when you are angry.
We become someone else we know we should not be.
But broken glasses cannot return to it’s first intact state. Something has changed. Might be small, or big.
You can stick the broken pieces together with a glue, and you might even still can drink from it, but it is different. It has a crack on it now. Big or small, a crack is still a crack. Then it became more fragile.
Well the love of parents to its child is something that is, eternal, some people say. It’s like the highest rank of love in general (excluding the love of God, prophets, religion, etc). But you get the point.
Now imagine having to bear all that emotional torment with someone that is not your family. 
I really can’t get the rationale behind someone hating on someone so bad when they were so close practically like stamps, just years before. Well maybe ‘cause I’ve never experienced betrayal, or stuff like that.
We will never be able to be kind all the time to all people. Because we’re no angels. And falling short actually teaches us a lesson also. But above all, it ends up to: a practice, every. single. damned. day, to be more conscious, of the actions that we choose to take, of reactions that we choose to make, of cold and hurtful words that we choose to keep to ourselves. 
Because in whatever situation that we’re in, whether we’re confused, worry, sad, or any state, life is still life. It won’t pause until our storm of emotion passes. We have to learn to manage it. And it’s not going to be easy, ‘cause nothing is easy. But you try, and that’s your part of job.
Bottom line, eat snickers. But don’t eat too much, you’ll get fat. And added sugar is not healthy. I wish to write more.
2 notes · View notes
zaenabarifah · 3 years
Text
Indecisiveness wastes your time
The very first realization you have to make is the realization of your being
Look down to your two hands and count the fingers
Ten fingers with each hand consisting of, tulang, daging, jaringan lemak (?), blood vessel (dengan O2 yang terus bersirkulasi di sana), sistem saraf, dan lainnya yang kamu nggak tahu
Kamu bisa merasakan panas, sakit, dan sensasi sentuhan lainnya. Kamu bisa meraba dan mengenali benda dengan kedua telapak tangan kamu
Bagaimana tekstur telapak tangan, punggung tangan, dan kulit tangan kamu yang berbeda
Padahal semua itu berasal dari satu hal yang sama, a drop of semen
Kemudian kamu lihat sistem-sistem yang ada di dalam tubuh kamu, sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem reproduksi, sistem ekskresi, penglihatan, pendengaran, kesadaran, emosi, dan segala sesuatu yang ada di dalam diri kamu
Semua berasal dari satu biji semen
Bagaimana bisa, kan?
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Qur’an Fussilat (41): 53)
Kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)? 
Maka adakah kamu perhatikan, tentang (benih manusia) yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, ataukah Kami penciptanya?  Kami telah menentukan kematian masing-masing kamu dan Kami tidak lemah, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (di dunia) dan membangkitkan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan sungguh, kamu telah tahu penciptaan yang pertama, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan? Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami hancurkan sampai lumat; maka kamu akan heran tercengang, (sambil berkata), “Sungguh, kami benar-benar menderita kerugian, bahkan kami tidak mendapat hasil apa pun.”
Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?
Maka pernahkah kamu memperhatikan tentang api yang kamu nyalakan (dengan kayu)? Kamukah yang menumbuhkan kayu itu ataukah Kami yang menumbuhkan? Kami menjadikannya (api itu) untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir.  Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.
Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui, dan (ini) sesungguhnya Al-Qur'an yang sangat mulia, dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam.
Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur'an), dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya).
Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan, dan kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat,
maka mengapa jika kamu memang tidak dikuasai (oleh Allah), kamu tidak mengembalikannya (nyawa itu) jika kamu orang yang benar?
(Qur’an Al Waqi’ah (56): 57-87)
Dan shaitan akan membisikkan keraguan ke dalam pikiranmu, dan ia akan berusaha dengan segala yang ia punya untuk menyesatkanmu
Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.” (Qur’an Al Hijr (15): 39-40)
Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Qur’an Fatir (35): 5)
It’s all crystal clear. And you have to do something about it. You have to.
Allah has created you
And He gives you the ability to think, so you can find Him, so you can find the reality of this life
You were created to worship Him
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Qur’an Az Zariyat (51): 56)
And then you will be returned to Him, and you’re gonna be asked
Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. (Qur’an ‘Abasa (80) : 33-37)
The epitome of your existence is that, ketika kamu dihadapkan pada Tuhanmu. Dan saat itulah saat terpenting dalam hidup kamu. Saat itulah kehidupan yang sebenarnya.
Dan shaitan ingin kamu ragu terhadapnya. Shaitan ingin kamu lalai tentangnya. Shaitan ingin kamu berpaling darinya. Ia telah bersumpah untuk menyesatkan kamu.
Dan pada hari itu shaitan akan menyangkal. 
Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih. (Qur’an Ibrahim (14): 22)
Semua sudah jelas, terlalu jelas.
Maka, hidupkanlah sisa hidupmu dengan bertumpu pada semua ini. Pada perkataan Tuhanmu.
Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Sayangnya Allah pada kamu melebihi sayangnya ibumu padamu, melebihi sayangnya kamu pada dirimu sendiri. Sayangnya Allah pada kamu itu, gak bisa terpikirkan saking besar dan luasnya.
Dia ingin kamu selamat, dunia dan akhirat. Oleh karenanya lah Al-Qur’an diturunkan, agar jalan hidupmu menjadi jelas, akan apa yang harus kamu lakukan, apa yang harus kamu prioritaskan, dan apa yang harus kamu tinggalkan.
Dan kamu akan menemukan kebimbangan, keraguan, kelupaan, kedengkian, kemalasan, dan segala perasaan lainnya.
Tapi, pada setiap emosi-emosi itu, realita tetaplah realita. Bahwa kehidupan tetap berjalan, bahwa siang tetap berganti malam dan hari berganti hari. Bahwa usia semakin bertambah. Bahwa Tuhanmu lah yang menciptakanmu, menciptakan bumi, dan langit. Bahwa kematian akan mendatangimu, kapan pun. Bahwa kebangkitanmu adalah kepastian. Bahwa pada-Nya kamu akan dihadapkan, dan pada-Nya kamu akan dimintai keterangan, akan hidupmu.
Waktu yang kamu habiskan, untuk refleksi, untuk membaca, melihat video, untuk menangis, untuk menulis, untuk membuat jurnal- terlalu banyak yang habis untuk mengulang-ulang pekerjaan yang kamu sudah tahu hasilnya. Semua upaya yang kamu lakukan, tidak merubah realita.
Hidup ini ya tetap hidup. Tuhan kamu ya tetap Tuhan. Waktu kamu ya tetap akan dipertanggung jawabkan.
Habis waktumu untuk meragu, untuk mencari dan menemukan kembali. Habis waktu, yang sebenarnya bisa kamu manfaatkan untuk hal yang lebih penting.
Realitanya sudah jelas. Dan shaitan ingin kamu habiskan waktumu berputar-putar di lingkaran yang sama. Jadi, berhenti.
Lakukan apa yang kamu tahu harus kamu lakukan. Jika keraguan datang pada kamu, ingat bahwa itulah shaitan yang ingin membelokkan kamu. Dan hanya pada Tuhan-mulah kamu mencari perlindungan dan pertolongan
Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan. (Qur’an An Nahl (16): 99)
Kamu pun takkan bisa melindungi dirimu sendiri. Tapi dengan Tuhan-mu, shaitan takkan bisa menyesatkanmu
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; (Qur’an Al Baqarah (2): 2)
Dari sampul ke sampul, buku ini hanya mengujarkan yang benar. Dan kamu pun tidak akan bisa menyangkalnya, karena, ya memang itulah kebenarannya
Dan manusia akan menyesatkanmu, melalui ide dan perkataan mereka. Jangan biarkan diri kamu tersesat.
Kamu tahu, inilah realita hidup. Dan kemudian kamu lihat kehidupan orang kebanyakan, dengan keluarga mereka, pekerjaan, kesenangan, merias diri, menikmati liburan, menikmati makanan, mengejar karir, bekerja keras untuk meningkatkan “taraf hidup”. Dan semua ini membuatmu mempertanyakan hidup.
Tapi kenapa? Kenapa kamu masih mempertanyakan hidup?
Padahal semua sudah jelas, hakikat inti, dari hidup, hidupmu, dan kehidupan secara luas.
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (Qur’an Al Hadid (57): 20)
Kalau semua sudah jelas, sekarang bukan saatnya untuk bertanya, bukan saatnya untuk mencari, bukan momennya untuk “Ah masa sih”
Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (Qur’an Al ‘Asr (103): 1-3)
That should be your focus. That one thing. Only one thing. 
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
And it goes back to the purpose of your creation, your existence
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Qur’an Az Zariyat (51): 56)
That’s why you’re here
And then you will be returned to Him. And it goes back to that one thing
It’s clear, as crystal. 
Dan jika kamu mengingkarinya, eternal suffering is your home.
Hidupmu sangat, sangat singkat. Sekarang usia sudah masuk kelas 20. Orang tuamu sudah di 50. Kamu pun akan sama. Nenekmu di kelas 80? Kamu pun akan sama (Atau tidak juga). Kamu akan mati. Itu akhirmu.
Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari. (Qur’an An Nazi’at (79): 46)
Dan jika kamu ingkar terhadap Tuhanmu, hanya kamu sendirilah yang akan menyesali perbuatanmu itu
Ia hanya ingin kebaikan untukmu, sudah, itu saja.
Sudah ya, begitu. Jadi, jangan habiskan waktu buat meragu. Pertanyaan dan kebingunganmu sejak tahun 2019 terjawab sudah. Sekarang bukan saatnya untuk mencari, sekarang saatnya kembali. Kembali pada Tuhanmu, kembali pada realita. Sekarang saatnya untuk menerima, bahwa bagaimana pun perasaan kamu, kenyataan tetaplah kenyataan. Menyangkalnya hanya akan mencelakakan. Dan akan membawamu pada penyesalan. 
Pada titik ini, kamu harus mengambil keputusan. Keputusan untuk menerima kenyataan. Untuk dengan sebenarnya menjadi muslim. To submit yourself and your will to your Lord, your One Creator.
Dan kamu akan dihadapkan pada kebimbangan, kedengkian, kemalasan, kelalaian, dan godaan-godaan lainnya. Expect that. 
Tapi Tuhanmu Maha Penyayang. Dan Ia sebaik-baik Penolong. Dan Ia tahuuu kamu, Pengetahuan-Nya atas kamu begitu halus. Kembali, kembali, dan kembali lagi pada-Nya
Jadi, apalagi yang kamu tunggu?
Hari ini dan seterusnya, berupayalah. Untuk memberikan nyawa pada inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin
Dan kamu tidak pernah perlu untuk menjelaskan diri kamu pada orang lain. Karena hanya pada Tuhanmu lah kewajibanmu untuk berbuat kebajikan. Dan Ia Tahu, Ia Tahu, Ia Tahu kamu, dan Ia Tahu segala sesuatu tentangmu.
And May Allah firm your heart upon His religion. Amen.
0 notes