Tumgik
yukiswann · 8 months
Text
Kompor Gas Akhirnya menyala
Malam ini, aku sangat ingin menikmati secangkir coklat milo. Sudah bertengger di lemari, sejak kudapat dari temannya teman hahaha.
Kuhidupkan kompor gas, kuletakkan 'ceret' di atasnya. Kutunggu, sambil aku nonton drakor "Hospital Playlist".
Hampir setengah jam, kenapa ceretku gak bunyi? Biasanya alarm tanda sudah matang berbunyi.
Kulihat. Hem, mengulah lagi. Aku gaktau salah dimana . Tapi harus otak atik tabung gas terus.
Baiklah, kucoba sekali lg. Tidak bisa juga. Aku tutup pintu, pasrah. Sudah tidak bisa. Aku mau tidur saja.
Tapi ternyata, aku tidak benar² menyerah. Keinginan minum coklat milo ini bergerilya, hahaha. Kucoba lg memperbaikinya. Berulang, lagi, terus dan sampai aku ngomong dalam hati. " aku menyerah, kalau kali ini benar² tidak bisa."
Tadaaaa...
Kompor nyala.
Pertama, aku tidak benar² menyerah. Kedua, aku sungguh tidak tahan dan mau tidur saja. Tapi...akhirnya api bisa menyala.
Apa aku tidak benar² menyerah ? Pikirku. Biasanya, aku bisa melihat pertolongan Tuhan nyata saat aku bergumul. Kenapa sekarang tidak? Apa aku tidak menyerah? Api kompor itu menyala saat aku di titik lelah. Apa aku sedang tidak lelah?
0 notes
yukiswann · 4 years
Text
Sudahlah
Jangan sampai beberapa purnama terlewati, tapi aku masih dikejar bayang2. Jangan. Tolong. Berapa lama lagi hai hati? Berapa lama lagi kau pulih? Luka tidak kunjung sembuh memang jika ditutup terus, harus ada waktunya buka perban. Baru sembuh. Jangan genggam hatiku hai fergusso, kembalikan dan lepaskan. Aku sudah beranjak tua. Jangan bilang sampai putih rambutku, itu namanya kejam. Tolong.
2 notes · View notes
yukiswann · 5 years
Text
Membenci
Karena kita tak mungkin hidup sendiri, kita tak bisa menghindar dari interaksi. Dan dalam interaksi itu berbagai hal bisa terjadi. Tak jarang, kita mendapati hal-hal yang tak menyenangkan seperti: kata-kata yang melukai hati, tindakan yang miskin empati, atau ketidakpekaan yang rasanya bikin kita ingin bunuh diri.
Hal-hal itu terasa tidak ideal. Tak sesuai ekspektasi. Dan tentu saja, mengganggu pikiran dan membuat kita merasa tidak nyaman.
Sebab itu, kita merasa berhak untuk marah. Atau, karena kita tak mau terlihat menyebalkan, diam-diam kita membenci.
Kita pikir, kebencian kita pada seseroang yang sudah melukai perasaan kita, adalah semacam hukuman yang setimpal. Kita pikir, dengan membenci, kita bisa lupa akan hati yang telah atau sedang terluka. Dan karena itu kita terus melakukannya, masa demi masa.
Padahal, ketika kita membenci seseorang, siapakah sebenarnya yang dirugikan? Orang yang kita benci, yang bahkan mungkin tak tahu bahwa ia sedang dibenci? Atau, justru diri kita sendiri, yang menghabiskan menit demi menit untuk mengorek berbagai kekurangannya, membakar banyak energi untuk menemukan kesalahan-kesalahannya, sambil terus membungkus diri dalam aura negatif?
Ini barangkali terdengar klise, naif, sekaligus tidak adil. Tapi, kita memang perlu terbiasa untuk memaafkan. 
Memaafkan orang yang sudah menyakiti hati kita, barangkali seperti mencabut anak panah yang menancap di paha. Perih, sakit, bahkan sampai bikin kita menangis dan menjerit. Tetapi, bagaimanapun, cuma itu cara untuk benar-benar pulih.
2 Januari 2019
1K notes · View notes
yukiswann · 5 years
Photo
Tumblr media
2K notes · View notes
yukiswann · 5 years
Text
Saat aku dalam posisi seperti ini, dan karaktermu yang begitupun harus kuterima..jujur aku meragu. Mengapa aku yang dulu yakin kini meragu? Sebelumnya seolah aku bisa terima. Ternyata tidak. Maaf aku tidak bisa mengekspresikan maksud dengan lugas dan baik. Tapi sungguh, jika itu adalah hal yang harus kuterima..kurasa aku tidak bisa. Aku takut semakin memaksakan diri. Aku takut semakin buruk. Bagaimana? Maukah kau sungguh mengajakku berdoa? Ber do a. Bercakap" dengan Tuhan bersama". Aku tidak butuh kata se ma ngat. Aku butuh mendengarmu ber do a untukku.
0 notes
yukiswann · 5 years
Text
“Yang paling kuat mengingat, biasanya adalah dia yang merasa paling kehilangan.”
— (via mbeeer)
981 notes · View notes
yukiswann · 5 years
Text
Aku menangis. Iya malam ini air matanya deras. Udah kesekian kali.
Tuhan, tolong. Boleh?
0 notes
yukiswann · 5 years
Text
“Wanita itu bimbang. Dia diam di antara dua pilihan. Menyerah lalu pergi, atau bertahan dan berpikir seberapa kuat lagi ia mampu berdiri.”
— (via mbeeer)
2K notes · View notes
yukiswann · 5 years
Text
27 07 2019
Semakin aku menapaki jalan ke depan, itu artinya aku semakin meninggalkan hari kemarin. Semakin jauh.
Ajariku rela meninggalkan hari yang telah berlalu ya Tuhan. Anugerahiku ketaatan melangkah bersama Tuhan. Pulihkan hatiku Tuhan. Akupun layak untuk sebuah kebahagiaan.
0 notes
yukiswann · 5 years
Photo
Tumblr media
4K notes · View notes
yukiswann · 5 years
Text
Tumblr media Tumblr media
Aku lelah mengasihimu ma. Maaf.
0 notes
yukiswann · 5 years
Photo
Tumblr media
3K notes · View notes
yukiswann · 5 years
Text
13 Juli 2019
Aku gatau jalan ke depan seperti apa jelasnya. Tapi iman berkata, ada Tuhan yang setia menjagaku. Ada Tuhan yang setia menghiburku, ada Tuhan yang memegang erat tanganku.
Kecewa, iya pasti. Tapi satu hal lagi, Allahku tidak mengecewakan.
"Diam , dan ketahuilah bahwa Akulah Allah."
Baiklah, ku akan berdiam. Ku akan tenang. Sebab kutau pasti jalan yang kulalui kini, itupun ada dalam pandangan-Mu. Jika aku semakin mendekati kehendakMu, terpujilah Engkau ya Allahku. Jika aku menjauhi kehendakMu, raih daku dan dekatkanlah ya Allah.
0 notes
yukiswann · 5 years
Text
“Sungguh, keputusan paling sulit adalah mencoba jatuh cinta lagi— selain kepadamu.”
— (via mbeeer)
441 notes · View notes
yukiswann · 5 years
Text
Aku masih sering meragu. Halo sahabat, apa masih ada namaku terucap dalam doamu? Masih pernahkah terlintas potretku dalam bayangmu?
Apa hanya aku yang berjuang menghapus jejak ? Jika kau ingat padaku, doakan aku bisa beranjak pergi.
4 Juni 2019
0 notes
yukiswann · 5 years
Text
Bernafas
Di tengah kepedihan , sakit sekujur tubuh, setidaknya senyum masih bisa tergambar di wajahku. Sakit, sungguh. Badanku sakit. Belum lagi aku jadi takut, takut ini badan ga sehat2. Padahal udah mau pergi berkelana kemana-mana.
Tubuh yang sakit ditambah jiwa yang hampir punah. Lengkap.
Rumah emang selalu jadi tempatku menguras tenaga. Kekuatan rohku berangsur2 melemah. Semakin lama di sini, hilang sudah nafas jiwaku.
Ah, lemah. Mengapa aku begitu lemah?
0 notes
yukiswann · 5 years
Text
Aku sedih, aku cukup berjuang memahami anda. Sekarang aku kesal dengan diri sendiri yang sangat memaksakan diri. Anda tau yang anda lakukan kejam? Anda tau kalau kata-kata Anda hanya bahasa kosong di pikiranku? Tapi aku tetap berjuang. Tuhan..aku sedih.
0 notes