Tumgik
vembberl · 4 months
Text
ada hati yang di genggam oleh seorang bajingan
hati lemah milik kekasihnya
sekarang sudah hancur sebab terlalu erat di genggam
11:19/22.01 24
0 notes
vembberl · 6 months
Text
Hi, perempuan pencemburu!
Yang tidak pernah mengerti perasaannya sendiri.
Apakah harimu kau lalui dengan mudah?
Sudahkah menyerah?
12:28/91123
0 notes
vembberl · 3 years
Photo
Tumblr media
12.27– terimakasih atas semua hal yang kamu perjuangkan dan korbankan untuk aku. dari melawan egomu sendiri hingga akhirnya mengalah demi membahagiakanku~ sayang kamu banyak-banyak. ❤️❤️❤️ https://www.instagram.com/p/CJWoDpOnxrLIDl0jdURccb_hSQ8RL3PgyAvYz80/?igshid=yeoddsrtcfr1
1 note · View note
vembberl · 4 years
Text
melihat kembang api
pelangi di malam hari
menggenggam erat lengan seseorang
merebahkan kepalamu di pundak
duduk bersebelahan dengan banyak tawa
jujur, aku iri
0 notes
vembberl · 4 years
Text
Bagaimana jika aku katakan kalau aku sudah mengenalmu bahkan sebelum kamu lahir? Tidak masuk akal memang, tapi itu kenyataannya.
Mungkin banyak yang tidak percaya dengan apa yang akan aku ceritakan ini. Tapi ku harap kamu akan percaya.
Dulu, jauh sebelum kamu lahir. Kita pernah ada di suatu waktu yang sama. Di atas sana, aku melihatmu. Sosok peri kecil yang sangat cantik dan ceria. Hatiku terpikat. Tidak ada hari yang aku lewati tanpa memandangmu. Tak terpungkiri, kamu telah mengalihkan duniaku waktu itu. Lalu, tiba saat kamu harus turun ke bumi. Bumi yang penuh dengan manusia. Menjelmalah kamu menjadi sosok bayi yang akhirnya aku tahu bayi itu di beri nama oleh ibunya; Nilam. Dari atas sini aku selalu memerhatikanmu. Sambil ditiap hariku di isi rengekanku pada Tuhan untuk segera menurunkan ku ke bumi juga. Dan di tempat yang dekat denganmu tentunya. Tapi Tuhan enggan mengabulkan permintaanku. Lama sekali aku menunggu. 2 tahun berselang akhirnya Tuhan menurunkanku ke bumi. Sayangnya aku berada di belahan bumi yg jauh dari tempatmu berada. Sampai di usiaku yg ke-20 tahun aku benar-benar sudah lupa denganmu. Ingatan tentangmu sudah tertumpuk jauh di bawah sana.
Lalu kamu tau apa yg lucu? Di usiaku yg ke-20 tahun ini pula aku mengenal kamu. Nilam. Entah kenapa bagiku nama mu sangat tidak asing saat itu. Makin hari rasa nyaman dan sayang itu terus tumbuh. Tak terasa sudah 1 tahun kita menjalin hubungan. Suatu hari kamu bercerita tentang kehidupan masa kecil mu, lalu memperlihatkanku beberapa fotomu di masa lalu. Ada yg aneh, ketika aku melihat foto mu saat masih bayi. Sedikit demi sedikit kepingan ingatan itu muncul. Ingatan tentang peri kecilku yg benar benar aku dambakan dahulu.
Iya itu kamu. Semuanya menjadi sangat jelas sekarang. Hal yang sedari awal membuatku merasa tidak asing saat mengetahui namamu pertama kali. Dalam hati aku menari kegirangan. Berterimakasih aku kepada Tuhan.
Dan benarlah, jika hal-hal tidak berjalan sesuai dengan yang kamu inginkan, percayalah rencana Tuhan itu lebih baik dan indah.
Dan mulai detik ini. Sudah kuputuskan. Aku akan menjagamu selalu. Sampai kapanpun. Terimakasih sudah hadir di hidupku.
Tertanda; Gilang
0 notes
vembberl · 4 years
Text
Selamat Pagi, kepada aku yang enggan peduli pada tangisku sendiri. Sedihku adalah sedih paling kecil di dunia ini. Lukaku adalah luka tersamar yang pernah ada. Menentang sebuah hal aku sangat cupu. Menendang tembok pada hatiku saja aku tidak mampu. Terkurung, memeluk lutut seorang diri aku. Bahagia masih menjadi hal yang semu.
Kepada seseorang yang bersedia mendengarkan keluh ku. Terimakasih sebab sudah memberi bahagia. Mau merengkuh sedihku dan sejenak melupakan sedihmu yang lebih besar. Terimakasih telah bersedia pening memikirkan bahagiaku. Maaf jika sudah membebani pundakmu. Maaf karena tidak bisa seleluasa itu bertemu denganmu, menghabiskan waktu. Dan percayalah, tidak ada orang lain yang ingin aku peluk selain kamu.
Semoga kita tidak saling lelah bersabar dan menunggu.
—n.v
0 notes
vembberl · 4 years
Text
Ternyata menjadi kuat itu tidak cukup. Ternyata menjadi peduli juga masih belum cukup. Ternyata menjadi baik juga masih belum cukup. Ternyata menjadi berbakti juga masih belum cukup. Belum cukup untuk bisa di dengar. Belum cukup untuk bisa bebas merasakan seisi dunia. Belum cukup untuk memuaskan hatimu, memenuhi duniamu. Ku rasa perasaanku itu tidak penting, sebab tidak pernah kau tanyakan. Bahagiaku, sedihku itu apa? Kau tidak ingin tahu. Tapi, dengan senyum sumringahmu kau paksa aku untuk tahu kau sedang bahagia. Dengan diam dan tangismu kau ingin aku tahu kau sedang terluka dan kecewa. Aku apa di dalam duniamu? Ada di bagian sebelah mana? Semua hanya tentang perasaan dan maumu. Tidak pernah aku, tidak pernah sedikitpun. 😊
0 notes
vembberl · 4 years
Text
AHHHHKANGEEEEN!
0 notes
vembberl · 4 years
Text
egois gak sih? ketika kamu ada pada moment menyayangi seseorang hingga takut kehilangan. namun, disisi lain takut akan membuatnya kecewa dan merasa duka. kamu ingin dia bahagia, jika bisa kamu lah alasannya. tapi kamu yakin dengan pasti bahwa kamu juga berpotensi melukai hati. dan kamu tetap mau mempertahankan diri untuk tetap disisi. egois ya? iya! 💔
0 notes
vembberl · 4 years
Text
KANGEN lv bayangin dia udah sampe kepengen NANGISS!
0 notes
vembberl · 5 years
Text
Tentang Dia
Aku pernah sekali waktu memperhatikan seseorang. Kenapa bisa? Dari ratusan teman yang ada, aku juga bingung kenapa harus dia. Dia suka membagikan beberapa hal yang dia suka, sama seperti yang lain. Tapi kenapa? Hanya pada moment miliknya lah jariku gatal sekali ingin mengomentari. Tidak pernah ragu sama sekali. Interaksi kita hanyalah sebatas saling memuji. Lalu terlalu gemas aku, sebab selalu melihatnya bernyanyi, memetik senar gitar memainkan lagu-lagu yang dia sukai. Memangnya kenapa? Masih ada banyak yang bisa melakukan hal serupa. Kenapa aku terhipnotis hanya pada dia? Mana aku tahu! Mintalah aku padanya untuk mau memainkan sebuah lagu yang aku sukai. Ku kira itu tidak akan mungkin terjadi. Dia tidak akan mau melakukannya. Namun dengan tiba-tiba disebutlah namaku pada moment yang dia bagi. Dalam gelap, mungkin hanya aku dan dia saja yang tahu. Namun itu sangat cukup untuk membuatku merasa tersanjung. Aku menyimpannya. Benar-benar menyimpannya.
Kita pernah ada pada tengah malam di tempat yang jelas berbeda. Berdebat perihal rindu yang sebenarnya tidak perlu. Pertama kalinya aku tahu dan merasa dia memang sosok yang menyenangkan. Lalu mintalah dia kepadaku, untuk dirangkaikan kata perihal seseorang yang mengagumi diam-diam. Ahh, ku pikir dia memang sedang mengagumi seorang perempuan. Sebab dia pernah memainkan lagu yang aku minta. Maka aku setuju merangkai kan kata untuknya. Setelah selesai ku kirimkan rangkai kata itu padanya. Dia tidak pernah datang lagi menghubungi. Meski sebenarnya gemas aku menunggunya. Aku diam saja. Ku jalani hariku seperti biasa.
Pada suatu pagi yang tak pernah aku duga sebelumnya. Tepat dua minggu dari berhentinya dia mengabari. Satu video masuk di kotak pesanku. Dari dia. Benar-benar dari dia. Dinyanyikannya sebuah lagu dengan lirik yang aku kenali. Aku terkejut. Tentu saja. Malah aku kira aku mimpi. Aku lari ke kamar mandi mencuci muka, lalu kembali ke kamar. Aku lihat room chatnya sekali lagi. Videonya masih ada. Aku tidak bermimpi. Aku kegilaan sudah senyum-senyum sendiri pagi-pagi. Dia bertanya apa lagunya bagus. Tentu saja ku jawab bagus.
Bertanya dia padaku akhirnya. Aku masih ingat kalimat itu sampai sekarang. “Nil, would you be mine?” Tentu saja ku kira dia pasti bercanda. Namun tidak. Lalu ku tanyai kenapa se tiba-tiba ini. Di jawabnya “Sebenarnya tidak tiba-tiba juga. Aku juga bingung awalnya harus mendekatimu atau tidak. Aku takut juga responmu tidak akan baik. Tapi akhirnya aku putuskan untuk menghubungimu lagi.”
Apa aku senang? Tentu saja iya. Sebab aku juga menunggunya. Siapa yang tidak senang ketika apa yang di tunggu itu tiba. Di tambah lagi bonus bisa memiliki bagian atas perasaan yang dia punya. Dia menarik perhatian sejak pertama kali datang. Hingga ku ijinkannya masuk melengkapi dunia yang aku simpan. Aku senang berkesempatan memilikinya, mengetahui tentang kesehariannya, mendengar suaranya yang sudah menjadi favorit ku sejak awal. Yang mana ketika aku mendengarnya terus menerus dadaku rasanya mau meledak sebab deg-deg an. Ingin ku sampaikan kepadanya setiap hari. Terimakasih atas berbedanya dia dalam mendekati. Hingga di hati memiliki kesan tersendiri. Tidak tercampur dengan yang lain. Hingga terpenuhi sisa ruang yang ada, hanya dengan namanya.
Mengenai dia selanjutnya akan aku rahasiakan. Sebab takutnya kalau kamu tahu semua, nanti kamu ikutan sayang. Hehe
Dia yang aku tulis : Gilang S. Asy’ari
—Nil
0 notes
vembberl · 5 years
Text
Dia Nikku.
Barangkali angin sudah meniadakan cintanya kepadaku. Semoga. Dia mengingat semua hal tentangku dengan baik. Ingatannya luar biasa. Aku mengakui. Dulu menyapanya sangat mudah. Aku bisa ceritakan apapun. Kapanpun aku terluka, dia ada. Dia menerima semua sampah dariku dan rela terkubur di tumpukannya. Andai kepadanya aku jatuh cinta. Nyatanya olehku dia selalu terluka. Lagi dan lagi.
Kepadanya aku ingin berujar maaf. Namun baginya itu tidak perlu. Sebanyak apapun maaf dariku tidak akan mengobati luka barang setitik pun. Beberapa waktu aku melihatnya terluka. Aku juga mau dia bahagia. Semoga di hapuslah aku yang kejam ini dari hatinya. Hingga kepadaku dia tidak lagi peduli. Tidak lagi mengulurkan tangan ketika aku terjatuh. Akan ada masa sejahat itu dia kepadaku nanti.
“Aku mencintaimu. Kepadamu aku peduli. Pada setiap dukamu aku tidak pernah lari.” —Nikku
Aku percaya. Jika dia bilang aku satu-satunya yang berharga. Kehilanganku adalah ketakutan terbesarnya. Hingga aku hargai setiap usahanya untuk meluluhkan aku. Kebaikannya luar biasa. Lalu mengapa aku tidak cinta? Mengapa kepada orang seperti dia aku takut untuk terjatuh?
Kepadaku muncul lah pertanyaan. Pernahkah aku mencintainya? Aku pernah beberapa waktu memikirkan dia. Ingin sekali tahu bagaimana kabarnya. Apakah luka yang karena ku sudah lepas dari dinding-dinding hatinya. Dan jika aku memintanya untuk aku miliki seutuhnya apa dia langsung mau dan bersedia. Entah bagaimana dia bisa mendengar, dia memberiku sebuah kabar. Kepadaku dia bilang dia jatuh cinta pada seseorang. Aku membuang semua hal yang sempat aku pikirkan. Kepada dia semua itu tidak pernah aku sampaikan. Dan kepadanya aku kembali biasa saja.
Setiap pesan darinya muncul di panel notifikasi. Pipiku serasa terbakar. Aku benci menerima kenyataan bahwa ternyata bukan hanya aku perempuan yang dia cinta. Apa aku cemburu? Anggap saja iya. Sumpah mati, aku tidak ingin menggodanya kembali. Aku tidak akan memohonnya untuk tinggal bersamaku. Sebab aku tahu diri, aku hanya menyakiti. Sedang perempuan itu sudah terbukti menyumbang bahagia pada relung hatinya yang sepi. Singkat waktu dia kembali selalu ada. Dari hanya mencuri waktu mengabariku saat malam-malam. Hingga tidak lagi peduli di omel-omel sebab ingin bebas mengabariku kapan pun dia mau.
Telah pergi perempuan itu dari hidupnya. Apa aku senang? Harusnya iya. Kembali dia bilang bahwa padaku dia tidak pernah lupa. Dia tetap cinta. Apa aku percaya? Tidak sepenuhnya. Jika memang demikian. Dia tidak akan pernah merasa berdebar ketika perempuan itu tersenyum dan erat memeluknya. Dia tidak akan pernah merasa khawatir ketika perempuan itu mencemburuinya. Tidak akan pernah sama sekali. Andai saja, jika sesuai harapanku dan dia hanya menungguku tanpa lagi jatuh pada perempuan yang lain. Kepadanya mungkin aku akan bersedia jatuh. Jatuh tanpa lagi peduli akan hal apapun di bumi.
Disinilah kami tiba. Dia yang suka rela aku sakiti. Sekali lagi harus terluka oleh aku. Apa aku sama sekali tidak menyesali? Tentu saja menyesal. Jika bisa aku mau merengkuhnya dengan semua cinta yang aku punya. Namun aku tidak pernah bisa. Aku benci aku yang tidak bisa mencintai seseorang yang benar-benar sudah mengaku mencintai. Yang semakin ku coba dekati, dadaku malah tidak bergetar sama sekali. Kejujuran ini terlalu menjengkelkan. Sebab sebenarnya dia adalah seorang teman terbaik. Pendengar yang baik. Dan aku benci kehilangan seorang teman. Genggaman tanganku tidak lagi menahannya. Dia sekarang bebas jatuh cinta kepada siapa saja. Aku harus benar-benar hilang dari dunianya. Bahkan jika bisa ketika mendengar nama ku dia akan berkata. “ha? maaf siapa ya?” haha
Seorang yang kejam dalam egoisnya berperasaan. 💔
—n.v
0 notes
vembberl · 5 years
Text
Bagaimana Rasanya?
terlelaplah kamu di peluk mimpi-mimpi dan semoga termanjakan tidur mu malam ini.
sebagaimana aku adalah perempuan yang saat ini mencintai. selalu berpengharapan baik atas semua rencana-rencana yang kamu miliki. ikut merasa cemas atas semua ketakutan-ketakutan yang kamu rasakan. aku merindumu itu kebenaran. tetatapi nyamanmu lah yang aku ingin selalu bisa kau dapatkan. ketahuilah, bagiku jarak tidak terasa kejam. dia menjaga, memberi kamu juga aku waktu untuk leluasa berbahagia. menghabiskannya untuk semua kewajiban juga hal-hal yang kita suka. aku tidak khawatir, sebab aku tahu kamu hebat dalam menjalani hidupmu. sebelum aku tidur aku lihat foto-fotomu, lalu berdoa semoga dilimpahkan Allah bahagia hingga memenuhi rongga-rongga di dada. memutar semua yang ada suaramu, menikmati debar juga senyum mengembang milikku sendiri. seaneh ini mencintai. well, bagaimana rasanya dicintai seaneh ini olehku??
Tues, July 30 /00.27
—n.v
0 notes
vembberl · 5 years
Text
Di pelukmu; inginku tenggelamkam sedalam-dalamnya aku juga rindu.
0 notes
vembberl · 5 years
Text
Tak Inginkan Judul Apapun
Jika aku tidak keliru, seperti kepadaku rasanya kamu menyimpan sedikit ragu.
Entah kenapa aku merasa sedikit terluka. Kekanakan memang!
Sejujurnya tidak ada pengharapan atas perasaan yang berlebihan. Takutmu adalah sebuah kewajaran.
Kamu hanya manusia, aku pun sama.
Bagiku kamu selamanya akan tetaplah seorang kamu, dirimu sendiri.
Tidak akan ada kurang yang mengecewakan, sebab selalu ada lebihmu yang mencukupi.
Baik, terlupakanlah langit-langit kelabu pada hatiku.
Berpegang aku pada semesta, sekiranya dia berusaha mengukuh kan hatimu setiap waktu.
Aku menunggu, kapan pun kau siap dan mau.
Ku usahan selalu, untukmu tersedialah aku.
—n.v
0 notes
vembberl · 5 years
Text
Arriety; Seluruh Dan Selalu
Arriety, perempuan cantik itu aku tidak tahu sudah ada dimana. Sedang melakukan apa. Hari ini aku berusia 22 tahun, sudah sangat sehat sebab operasiku sukses berjalan. Aku masih tetap tinggal dirumah yang sama. Rumah yang membawaku lebih mengenal Arriety. Meski beberapa tahun belakangan ini, sempat aku lupakan dia. Sebab hadirnya orang baru di hidupku. Aku menikah 2 tahun yang lalu. Ya, aku tidak bisa lari dari perjodohan mama. Baik, aku tidak ada niatan untuk meceritakan pernihakanku dengan perempuan lain. Aku hanya akan menceritakan Arriety.
Apa aku masih mengharapkan diri bisa berjumpa lagi dengannya? Ahh, tentu saja masih. Aku selalu mendoakannya baik-baik saja. Aku ingat, pada tengah malam kepergian keluarganya yang diam-diam. Aku mengejarnya. Hingga tepian sungai. Arriety melihatku. Dia naik sebentar menghampiriku lalu diikatkannya pita merah miliknya pada pergelangan tanganku. Kami berciuman. Ciuman pertamaku, tak pernah aku ceritakan ini pada siapapun. Aku melepasnya pergi dengan pengharapan yang baik, juga debar jantung yang nyaris membuatku pingsan.
Jika saja pembawaannya lebih ceria, Arriety akan menjadi sosok perempuan yang menyenangkan. Dia mungil dan cantik. Meski jarang keluar rumah, pengetahuannya tak kalah luas dengan pengetahuanku. Dia patuh pada ibu dan ayahnya. Selama denganku, tak pernah ada sikapnya yang menyakiti. Dia baik hati. Satu kalimat yang pernah membuatku seperti orang dungu yang pernah di ucapkan oleh nya. Dia bukan dari bumi ini. Aku sempat percaya kalau dia peri. Nyatanya bukan. Arriety, perempuan pita merah yang telah menarik perhatian di hari pertama kepindahanku, menarikku bagai magnet. Yang membuatku berani melakukan hal-hal yang sebelumnya tak pernah aku lakukan. Kepadanya ku ucapkan terimakasih. Seluruhnya terkenang pada benakku, selamanya.
Sampai hari ini aku sehat, bahagia. Mungkin ada campur tangan doa Arriety yang menyertai. Semoga, dia bahagia juga.
Aku akhiri tulisanku sampai disini. Terimakasihku pada setiap diri kalian yang berkenan membaca.
—X, 1987
2 notes · View notes
vembberl · 5 years
Text
Arriety; Bukan Dari Bumi Ini
“Arriety, lihatlah langit hari ini. Begitu biru.” Arriety hanya tersenyum. Kami menghabiskan waktu bersama beberapa minggu ini. Bercerita mengenai apa saja. Arriety bilang dia bukan dari bumi ini. “Apa kau berasal dari langit?” Tanyaku hari ini. “Haha, bisa jadi.” Jawabnya singkat. “Tapi langit masih bagian dari bumi ini, Arriety.” Dia menatapku. “Iya, tapi aku tetap berbeda dari kamu, aku seperti bukan bagian dari bumi ini.” “Kenapa kamu berpikir seperti itu?” Dia mengambil nafas panjang. “Ayah bilang keluarga kami adalah salah satu yang berhasil bertahan sejauh ini. Banyak dari kami yang memercayai manusia lalu kami pun musnah. Di tipu, di manfaatkan, di bunuh. Golongan kami memang lemah, tidak sekuat kalian. Sebab itu awalnya aku ragu untuk mengenalmu. Tapi kamu baik, kamu menolong ibuku. Dan bahkan kamu ingin menjadi temanku.” Dia berhenti, masih ditatapnya langit biru yang hampir menjadi merah. “Arriety..” “Umm ya??” “Apa kamu bisa sihir?” Arriety menatapku sekali lagi, lalu terbahak. “Tidak, tidak ada yang seperti itu.” “Lalu apa yang membedakanmu dari aku?” Dia menolehku, lalu bangun. Sekarang posisinya duduk tepat di sebelah ku. “Rasa aman.” Aku diam, tidak mengerti apa maksudnya. “Kami tidak memiliki apa-apa, bahkan untuk tinggal dirumah ini kami harus sembunyi-sembunyi. Ayah juga harus berhati-hati saat mencari segala kebutuhan untuk kami semua. Meminjam dengan diam-diam di tempat-tempat yang jauh, gula, kopi, teh. Kami tidak punya cukup uang untuk membeli banyak-banyak. Ayahku tidak sudi bekerja pada manusia. Ayahku bilang, kita bukan lagi manusia. Sebab sudah hilangnya rasa aman bagi keluarga semacam kami. Ahh iya ku ingin mengabarkan kepadamu. Kami akan segera pindah, sebab karenaku keberadaan kami sudah banyak di ketahui.” Aku menyusulnya mengambil posisi duduk, bengong mendengar semua cerita Arriety. “Kau jangan bingung, aku bohong soal aku yang bukan dari bumi ini. Aku hanya miskin dan ayahku buron, itu saja tidak lebih. Aku doakan dengan sungguh untuk operasimu supaya lancar dan kau sepenuhnya sehat.” Bisik Arriety ditutup dengan mengecup pipiku. Dan Arriety bangkit, berjalan meninggalkan aku. Semakin jauh hingga hilang dari pandangan.
Itulah hari terakhir aku mengobrol dengannya. Perempuan tegar itu. Dari keluarga aneh itu. Yang takut pada sesama manusia nya. Hingga sampai-sampai mengatai bahwa dirinya bukan dari bumi ini.
2 notes · View notes