Tumgik
Text
Keluarlah dari kamar, lihat dunia.
Tapi aku lebih suka berdiam diri dalam kamar melihat dunia.
0 notes
Text
"Selamat berbahagia, semoga kau dengannya abadi sampai akhirat kelak"
Seusai mengucapkan kalimat itu, dadanya terasa sangat sesak. Sungguh ia berharap ucapan tersebut tidak didengar malaikat apalagi diaminkan. Jauh dari lubuk hatinya, ia ingin mereka tidak bahagia. Kemunafikan macam apa yang baru saja dilakukannya. Ia berpura-pura memberi do'a yang tulus kemudian berlanjut dengan sumpah serapah diakhirnya, sumpah serapah yang tersimpan rapi jauh di dalam palung hati terdalam. Mungkin ia lupa, kadang Tuhan mengabulkan do'a dari hati yang paling tersiksa.
"Terimakasih, aku minta maaf untuk masa lalu kita yang begitu panjang. Semoga kamu mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik dari aku. " Lelaki itu menjawab dengan senyum yang masih sama. Wajahnya sangat sumringah. Di samping lelaki itu seorang perempuan cantik berdiri dan ikut memberi senyum yang tulus. Tangan mereka saling bergandengan, seakan mereka tidak ingin melepaskan satu sama lain.
....
Next
0 notes
Photo
Tumblr media
73K notes · View notes
Photo
Tumblr media
Sore itu, aku menunggu kereta dan kabar darimu. Langit sudah mulai gelap dan awan berselimut hitam hampir menyeluruh. Aku duduk lesu dibangku tunggu dengan kaki berselonjor menginjak lantai peron, dan mata yang gelisah melihat layar smartphone. Tak ada pesan untuk sekedar bertanya kabar, “Hi, apa kamu baik-baik saja? Bagaimana menyenangkankah hari ini? Jangan lupa makan, nanti kamu sakit. Kalo sakit novelmu nanti gak jadi-jadi.”
Aku pernah begitu bahagia karena hal-hal kecil darimu yang menurut orang-orang itu tak perlu. Seperti sapa hangat di pagi hari. “Semangat ya kerjanya. Jangan lupa sarapan.” Atau ucapan selamat penghantar tidur. “Selamat tidur, mimpi indah ya…”
Waktu cepat sekali berubah. Kau tiba-tiba menjadi sosok yang begitu dingin, cuek dan tidak peka sama sekali. Kau menjadi tak perduli. Sebenarnya aku tetap bisa berjalan mandiri tanpa hal-hal kecil itu, tapi aku lajur candu dan merasa kehilangan setelah semua sapa hangat itu lenyap.
Lalu sore itu, dengan gelisah dan harap yang menikam hatiku. Aku menunggu dengan hati renyut. Berharap kau mengirimku pesan singkat, beberapa kata.
“Sudah dimana? Hati-hati ya…”
0 notes
Photo
Tumblr media
"Di, aku menerimamu lengkap dengan seluruh masa lalumu, termasuk nama, wajah serta kenangannya yang tak bisa kau lupakan." Ucap Naii, pada suatu senja yang kering. Langit sore itu masih panas menyala. Debu berdebaran dimana-mana. Dan teduh hanya bisa kau temui di pinggir pantai sembari merentangkan kedua tangan menantang angin. Naii memejamkan mata. Menelusuri setiap inci ingatan bersama Ardiansyah. "Ingin sekali aku berhenti Di, tapi hati memaksa untuk terus bertahan. Berkali-kali aku menyerah, tapi aku bukan pengecut. Meskipun kadang aku takut." Ucap Naii lagi berbisik pada hatinya. Berbicara pada nama yang tak hadir disisinya. Sore itu langit masih panas menyala, seperti hatinya yang tengah membara. "Di, pernahkah kamu begitu mencintai tapi kamu terluka? Tapi kamu tak menemukan cara untuk pergi selain bertahan dengan perasaanmu yang rela ditikam setiap waktu. Bukankah cinta memang pengorbanan? katanya cinta memiliki dua sisi terkejam dalam hidup. Sisi bahagia yang melambungkan kita ke surga lalu sisi sedih yang meretakkan hati. Cinta akan selalu seperti itu bukan? Detik lalu bahagia detik kemudian bertemu derita. Akh, kamu pasti sudah merasakannya. Atau sedang merasakannya. Berapa tahun lagi waktu yang kau butuhkan untuk terus berpura-pura bahwa cintamu sesungguhnya masih tertinggal di masa lalu. Lalu aku apa Di? Hemmm begini saja Di. Aku menerimamu lengkap dengan nama, kenangan dan masalalumu. Mencintai berarti menerima. Bila saatnya telah tiba kau akan memilih. Aku telah mengikhlaskan tiap keping hatiku terluka... " Naii membuka mata. Ia melihat ombak bergulung-gulung menerjang karang. "Badai pasti berlalu sayang.... "
0 notes
Text
Ada banyak kata yang tak bisa diucapkan. Ada banyak kesedihan yang tak bisa dijelaskan. Ada kerinduan yang memilih untuk diperam dalam dada. Ada rasa yang dibiarkan mengalir tanpa mencari Ada penantian yang tak kunjung di datangi Apa kamu baik-baik saja?
0 notes
Text
Sejak hari itu, semua tak pernah sama lagi.
0 notes
Text
Penggalan cerita
"Di, apakah kamu menyadari perasaan kamu sendiri, yang masih saja tentangnya?" Naii membuka obrolan setelah bisu tiba-tiba menjerat keduanya. Ardi duduk tertunduk menatap jus alpukat yang sedari tadi belum disentuhnya. Ia masih diam. "Apa kamu juga menyadari akhir-akhir ini hubungan kita seperti ruang hampa udara, kita melayang dan tak tahu arah menuju muara, kita sepasang keterpaksaan." Naii mengucapkannya dengan suara yang sangat lirih dan pelan. Ada kesedihan yang mendalam dalam setiap penekanan kalimatnya. Ardi mengangkat wajahnya, ia melihat Naii sedang memburu matanya melesatkan tatapan penuh tanda tanya. "Kamu ini ngomongin soal apa sih? aku merasa tak ada yang berubah, tentang Dia, itu hanya masa lalu..." jawab Ardi menggantungkan ucapannya. Naii mengaduk-aduk jus mangganya yang sudah setengah. "Di, aku hanya percaya bahwa sehebat apapun luka yang dia torehkan kepadamu, sebenarnya dihatimu masih saja soal dia, sebenarnya kamu masih saja menunggunya, kadang kamu meminta waktu dapat berulang kembali. Bukankah kamu merasa hanya dia yang mengerti kamu, yang sudah tahu seluruhnya dirimu hidupmu dan diam-diam kamu masih mendo'akannya. Tidak ada yang salah Di dengan perasaan kamu, hanya saja apa kamu tidak kembali mencoba memperbaiki?" Naii merasa menang sekarang. Ia menguasai topik obrolan. Ardi menatap Naii lekat-lekat. Ada perasaan entah yang menyeruak dalam dadanya. Ardi menyayangi keduanya dalam konteks yang berbeda. Dia hanya masalalu yang tak perlu diingat, tapi sekerasa apapun melupakan Dia tetap saja memenuhi setiap sel neourun otaknya. Sedangkan Naii perempuan yang kini hadir dalam hidupnya. Cintanya tak bisa diragukan, kesetiannnya pun kesabaran yang seluas samudra. Hanya saja Ardi terlalu takut melukai. "Kamu sok tahu, sudahlah jangan ungkit-ungkit lagi" "Di, kamu jangan menghukum dirimu sendiri. Sampai kapan?" Ardi tertunduk lesu. Kini benaknya dipenuhi perempuan itu. Senyumnya, cara bicaranya, lembut perhatiannya, ketabahannya menghadapi sikap dirinya menimbulkan semacam rindu. Tapi luka, ah sudahlah... Bersambung
0 notes
Text
Kita
Kita sepasang hati yang pernah terlunta, mencari nama Saling menemukan, meski masih saja ketakutan Dalam dirimu masih ada bayang-bayang silam kenangan dan sepercik harapan Dalam diriku entah - hanya kau saja seluruhnya Apa yang harus kita temukan? Do'a-do'a telah dilangitkan, senantiasa jalan itu terang Namun, sekeras apapun kita menggenggam Kita terlunta lagi
0 notes
Text
Hari sudah tua Aku ingin pulang Mari kuantar Katamu Dalam pelukan malam Kutunjuk bintang terang kau hanya diam mungkin tersenyum Aku bercerita tanpa jeda apa rupa malam tanpa bintang atau rembulan atau lampu-lampu itu di jalan Hitam Dan kini aku malam tanpa rupa-rupa warna Apa kabar hati?
0 notes
Text
Dan rindu masih menjadi rasa yang paling purba. Ketika kau tak lagi membawa kabar berita. Ada air mata yang lumer di wajahku. Telah kusediakan rasa sabar yang luas, seluruh ruang hati untuk kau tinggali. Biarkan aku terluka oleh bisu tiba-tiba. Rindu membara membakar dada namun namamu masih ada selalu ada.
0 notes
Text
Aku berhenti membaca, ketika tiba-tiba aku merasa hatiku tercerabut dari kebahagiaan yang baru saja kurengguk. Aku mendapatkan kemerdekaan hari ini, membaca sepuas hati dan mempercayai kembali bahwa hatiku tidak pernah mati rasa. Kemudian aku berhenti membaca tepat dihalaman 284 buku eleven Minutes karya Paulo Coelho dan catatan harian yang ditulis Maria sangat aku setujui. Aku menghayati setiap rasa tulisannya dengan seluruh pikiran dan hati, hingga kurasakan debarnya, perihnya juga nikmatnya. Seketika semua rasa-rasa itu menjadi realita ketika sebuah pengakuan dari seseorang menyulut sumbu yang selama ini padam.
Catatan harian Maria : Pada suatu hari, seorang perempuan melihat burung itu dan langsung jatuh hati padanya. Mulutnya menganga penuh kekaguman saat memandangi burung itu terbang membelah langit, jantungnya berdegup kencang, matanya berbinar-binar penuh harap. Dia meminta burung itu membawanya terbang, dan keduanya menari dengan serasi di angkasa. Dia sungguh mengagumi dan memuja burung itu.
Sempat terlintas di benak perempuan itu : mungkin burung itu ingin berkelana ke puncak-puncak gunung yang Jauh! Seketika hatinya risau dan cemas, khawatir hatinya tak mungkin jatuh cinta ke burung lain. Dan dia merasa sungguh iri, mengapa dia tak bisa terbang bebas sebagaimana burung pujaannya itu Dan dia merasa sangat kesepian - Paulo coelho hlmn 284.
Barangkali ada yang kemudian bergejolak dalam perasaan. Kepercayaan yang kembali runtuh dan mengembalikan semua persepsi kepada kesadaran semula. Cinta hanyalah sebuah omong kosong. Atau cinta pula bukan hal yang sulit dipadamkan. Bara api yang selalu menyala sepanjang hidup manusia. Tiba-tiba aku mual dengan cinta dan selera bacaku lenyap sudah oleh perasaan asing ini. Apa aku sedang cemburu? Membayangkan dua manusia bertatap mata setelah bertahun-tahun memendam rindu? Jarak telah memisahkan keduanya. Dan melupakan bukan pekerjaan mudah. Kerja otak mereka tak pernah berhasil untuk itu. Aku membayangkan mereka saling memberi senyum. Hati keduanya berdebar. Bahkan mendengar kabar salah satu dari mereka akan berkunjungpun telah melemaskan seluruh persendian. Lalu bunga cinta yang lama layu itu seolah mekar kembali sebab pertemuan menjelma hujan deras yang mengguyur hati kering kerontang oleh rindu. Walau pertemuan tak lama. Keduanya kembali saling memikirkan. Kadang kenangan demi kenangan berebut datang berlarian mengajak otak berpikir keras untuk mengingat. Semua terbayang jelas. “Bisakah kita bertemu kembali esok lusa?” Sementara aku berada diantara kisah mereka? Menuliskannya terasa seluruh hati menjadi remuk.
0 notes
Photo
Tumblr media
Barangkali kau tak akan percaya Aku masih menghitung Pertemuan keberapa kita
Duabelas pertemuan yang tergesa-gesa
Dua bulan dalam tiga jam saja Aku selalu mengingat caramu melirik jam tangan Dan berkata “sudah malam, mari pulang”
Kebekuan yang sempat kembali hangat Kemudian kembali pada tempatnya Seusai obrolan singkat kita tentang masa depan Dan hati yang selalu retak
Di perjalanan pulang, aku telah berjanji untuk “ikhlas mencintaimu dengan segala keragu-raguanmu”
Aku hanya percaya hukum alam Tak ada yang sia-sia, setidaknya kita telah berjuang untuk bersama.
0 notes
Text
Suatu sore, Kelak.
Setiap matahari pulang. Aku selalu ingin menemuimu. Aku akan mengajakmu melihat dunia dalam balutan jingga. Cakrawala bertahtakan mega. Senja kata para pujangga. Aku ingin memilih pantai untuk melihat ombak berwarna emas dan debur yang mesra mencumbu pantai. Kadang angin berhembus kencang mengacak rambutmu. Aku akan merapihkannya, Meski berkali-kali kau memintaku untuk mengabaikannya. Katamu "Sudah, jangan hiraukan angin, bersandarlah saja di bahuku, rasakan aroma laut yang wangi dan pandangi si cantik matahari, keindahan ini hanya sesaat saja."
Kau tahu? dari semua keindahan sore itu. Kemudian aku lebih tertarik pada matamu. Aku akan mencari jawaban disana.
"Apa cintamu hanya sesaat seperti senja ini?”
Kau tersenyum. Selalu, senyum yang membuatku percaya bahwa cinta itu ada.
"Senja ini memang sesaat, tapi senja tak pernah berhenti. Esok lusa setahun dua tahun dan ribuan tahun kemudian senja selalu ada. selalu datang, dan selalu menawarkan keindahan. kau tahu? aku ingin mencintaimu seperti senja. aku tidak berjanji untuk selalu membuatmu bahagia, tapi setelah siang membakar panas tubuhmu, setelah badai memporak-porandakan hidupmu, dan barangkali akupun demikian. tapi aku akan selalu berusaha menghadirkan keindahan untukmu, selama aku bisa."
Aku tersenyum. Meletakan kembali kepalaku pada bahumu yang bidang. Kau menarik jemariku, menelusupkan jarimu diantara sela jari-jariku yang kosong,  mengenggamnya erat, sangat erat. Kau telah menggenapinya.
“Sayang, aku tak perlu datang ke tempat yang indah menurut orang-orang untuk melihat senja. Dimanapun aku melihatnya asalkan kau menemaniku semua sudah cukup indah. Tetaplah bersamaku.”
Sore itu. Matahari hampir tenggelam di garis horizon bumi. Gelap turun menggantikan cahaya yang kemilau. Kita masih berdua memastikan matahari pulang dengan sempurna. Sebelum kemudian kau berbisik lembut di telingaku. “Setelah ini, mari kita pulang. Kita harus ingat pada sang pencipta. Adzan sudah memanggil. Besok lusa kita mencari senja lagi,”
Sederhana.
0 notes
Photo
Tumblr media
jika ada yang membuat aku lebih sabar menunggu itu adalah
kamu
menit-menit kadang menyiksa
menit-menit kadang mencipta kesal, marah dan ingin melipat jarak
menemukan matamu
“Tolong katakan padaku, bagaimana caramu mencintaiku?”
menit-menit kadang mengembalikan emosiku, resah jiwaku dalam  do’a yang tak putus-putus. Barangkali kau  terlalu sibuk dengan banyak hal.
pantaskah aku menuntut?
maka setiap kali menunggumu, ku bunuh iblis yang merasuki hatiku satu persatu
kuingin hatiku lebih bersih dari awan putih di tengah terik matahari
lalu mendung
dan aku menjelma hujan tanpa kau tahu
aku rela mengarungi badai hatiku sendirian
asalkan kau tak pernah merasa kugenggam erat sehingga sulit bergerak
sebab mencintaimu bagiku adalah belajar mengalahkan ego, dan mengendalikan sifat kekanak-kanakanku.
suatu hari,
jika kau temukan aku begitu berbeda
kesal, manja dan kekanak-kanakkan. semoga kau bersabar
sebab saat itu barangkali aku sedang kalah.
aku ingin mecintaimu dengan sabar
0 notes
Text
Perihal cinta
Jika bahagia jangan terlalu bahagia, jika bersedih jangan tenggelam terlalu dalam. Sebab yang kekal adalah perubahan. Selalu kuatkan hati untuk menerima dan menyikapi perubahan dengan bijak. Akan selalu tiba waktunya, yang menyenangkan menjadi membosankan. Yang perhatian perlahan memudar, yang terlihat baik berubah menyeramkan. Setiap dari kita akan sampai pada masa lelah dan ingin diperlakukan sebaliknya. Terkadang kita juga berpikir hal-hal kecil tak perlu dilakukan lagi. Biarkan semua berubah. Yang tak boleh berubah adalah keteguhan hati dalam proses menerima setiap perubahan, juga cinta yang selalu mekar dalam hati. #jumat
0 notes
Text
Merindukanmu
aku harus menjelma pohon jati
yang bertahan hidup
di titik nadir paling mematikan 
ketika matahari membakar seluruh tubuhnya
dan hujan tak pula kunjung datang
Meranggaslah sayang
gugurkan daun-daunmu
langit memang biru
tapi terik matahari akan membuatmu dehidrasi
mati-mati kau akan mati
ikhlaskan daun-daunmu
demi bertahan dalam kemarau
ini pasti berlalu
dan hujan akan turun
daun-daunmu akan hijau kembali
rindu yang telah diuji waktu 
0 notes