Tumgik
Photo
Tumblr media
418 notes · View notes
Text
"Pernah sedih?" Ia menatap gadis itu tanpa ekspresi. Siapa yang tidak pernah, gumamnya pada diri sendiri. Tak diacuhkannya pertanyaan itu, dia hanya kembali menunduk, menoleh ke arah yang lain. Sang gadis menggigit bibir bawahnya, merasa kecewa dan sakit hati telah ditolak seperti tadi. Namun, tanpa peduli, ia hanya lanjut berbicara. "Aneh, ya," kata si gadis lagi. Lelaki itu tidak bereaksi seperti benda mati. "Aneh banget, its just weird of how emotions works. Kamu tau-tau sedih, tau-tau sakit, tau-tau pengen mati, dan enggak ada yang tau." Si lelaki tidak tertarik menyimak. Tapi ia mendengarkan, ingin tau apa maksud dari ucapan gadis ini. "Orang yang kamu lihat selalu senyum pagi-pagi bisa jadi orang yang kalau mau tidur harus nangis dulu. Orang yang kamu lihat ketawa keras-keras bisa jadi orang yang pengen teriak sekencang-kencangnya. Orang yang kamu lihat selalu ngalah dan gapernah ngungkit-ngungkit bisa jadi orang yang paling sakit diantara semua. Orang yang kamu lihat selalu bahagia bisa jadi orang yang selalu nangis tanpa suara dibalik pintu." Si lelaki tetap terdiam. Melihat bahwa ceritanya tadi tidak juga mendapat reaksi, ia segera mempercepat pada inti ucapannya. "Jadi aku belajar, untuk enggak egois. Untuk hargain siapa yang udah sama aku selama ini. Bisa jadi malah, mereka lebih parah dari aku tapi aku enggak pernah tau. Dengan mengabaikan mereka, aku menghancurkan mereka." Si lelaki tetap tidak bersuara. "Kamu pasti tau kan rasanya pengen mati gimana," kata si gadis perlahan. "Aku enggak mau ada orang yang ngerasain lagi." "Aku enggak mau kamu ngerasain juga." Si gadis mengangkat wajahnya kaget, menatap lekat-lekat lelaki disebelahnya yang baru saja bersuara. "Bisa jadi, orang yang enggak pernah respon kamu itu orang yang takut kalau mereka ngelakuin sesuatu yang salah dan bikin kamu enggak balik lagi," kata lelaki itu perlahan, masih tidak mau melirik gadis di sebelahnya. "Jadi, mendingan enggak bereaksi sekalian." Sang gadis terdiam mendengarnya. "Makasih," katanya pelan, dengan suara bergetar. "Maaf."
1 note · View note
Photo
Tumblr media
0 notes
Photo
Tumblr media
0 notes
Photo
Tumblr media
0 notes
Text
Kutanyakan pada waktu, Berhenti sebentar saja, dapatkah kamu? Dua detik atau satu, mungkin tak berarti bagimu, Tapi dengan begitu, ia takkan pergi dariku.
Aku meminta padamu wahai waktu, Sekali saja aku ingin kau membeku. Agar aku tak perlu membuat tangisan pilu Ketika ia mengambil langkah pergi meninggalkanku.
Tapi ah, Apa dayaku?
Aku tak bisa menghentikannya, Aku tak bisa merubah keputusannya. Aku pun tau pada akhirnya, Tidak akan ada lagi kata “kita”.
Dari awal aku sudah melihatnya, Tidak ada harapan untuk kita berdua. Aku terus berharap dengan bodohnya, Agar takdir dapat berubah begitu saja.
Tapi takdir tak mau mendengar ringisan hatiku, Tak mau peduli dengan goresan perasaanku, Karena ia tetap menjauhkanku darimu, Kapan tibanya waktu itu, aku tinggal menunggu.
Oleh karena itu, waktu, Aku ingin kau membeku, Hanya untuk dia dan aku, Sebelum takdir datang mengutuk.
Waktu, Kumohon padamu.
0 notes
Text
Baru kali ini aku menyadari kau tak pernah disana. Kau tak pernah benar-benar berada di sisiku, kau tak pernah benar-benar tersenyum padaku, matamu tak pernah benar-benar menatapku. Selama ini, aku tertipu. Terjebak dalam dunia ilusi yang dibuat sendiri olehku. Terperangkap dalam kisah manis yang ternyata hanya angan-anganku tentangmu. Karena kau tak pernah berada disana. Kau tak pernah benar-benar berada disana. Pada diriku, sesuatu yang lain mengganggumu, yang menarikmu mendekat padaku seperti gaya gravitasi bumi. Itu hal yang tak pernah kusadari. Namun aku mengerti. Dan sekarang aku pun mengerti kenapa kamu tidak mau menemuiku lagi. Perih rasanya merindukanmu, tapi hati ini tidak ingin dikecewakan untuk kesekian kali. Karena kau tak pernah benar-benar berada disana, kan? Kau tak pernah benar-benar berada di sampingku. Saat bersamaku, kau terbayang dia. Bagimu, senyumku adalah senyumnya, tawaku adalah tawanya. Kau adalah miliknya, dan aku hanya sekedar bayangan penggantinya yang entah datang darimana. Itukah aku untukmu? Ini tidak adil bagiku. Namun aku tak bisa melepasmu. Aku terlanjur jatuh untukmu, dan walaupun kau berada disampingku, aku tetap merasa sendiri. Karena kau tau, mungkin aku akan berhenti merasa sendiri ketika kau jatuh bersamaku. Namun kau jatuh untuknya. Dan aku, hanya bayangannya. Jika kau bimbang harus memilih satu, dengarkan apa yang akan kukatakan padamu: Pergilah. Pergilah dan jangan kembali. Pergilah dan berbahagialah bersamanya. Jangan kembali. Jangan.
0 notes