Tumgik
#mengacuhkan
naufalhafizh · 6 months
Text
Tumblr media
gulita
#draft
kilau langit nampaknya kembali tak menyapa, pasca iring iringan kapas hitam pekat bergelombang; atau yang biasa disebut awan; mengerubungi teater cakrawala sedari senja. emasnya tak lagi timbul, kini sejauh mata menyorot, hanya pijar dan gulita. sekeliling menjelma waswas akan hadirnya badai yang penuh ketidakpastian.
#
seorang bujang kembali setelah peliknya hari. ditengah persembahan semesta akan maha dahsyatnya kemelut penghuni langit, seorang diri ia memacu sepeda motornya di jalan perumahan berstandar internasional itu. diterjangnya gerombolan angin dingin, dihari yang semakin malam, dimalam yang enggan jadi temaram.
entah sudah sekian jumlah apa masalah yang terus terjadi hari ini, atau bahkan perlu dikalkulasikan dengan periodik mingguan? entah sepegal apa bila peliknya menjadi sekarung batuan yang musti diantar ke rumah. ya, rumah. tempat semua layak untuk ditumpahkan tanpa intervensi dari entitas manapun, terkhususnya mereka yang menusuk seraya iba, bermuka dua diatas peningnya kepala ini, menjelma plasmodium bagi jiwa yang dikasihaninya, dimana pula tertawa riang atas bebasnya segala tanggungan.
#
merebahlah bujang itu, diratapinya segala masalah yang kian hari kian layak untuk ditangisi. dikerjakan? tentu saja. semua tak lain adalah implementasi prinsip hidupnya untuk tetap hidup dan menghidupi kebahagiaan orang lain, dimana dalam praktisnya, sang bujang seringkali lupa akan haknya untuk bersikap bodo amat.
masalah dilaluinya dengan proses, yang mana tentu ia tak sendiri. purnama yang cantik nan indah itu selalu menjadi alasan baginya untuk tetap berambisi. meskipun tak jarang, sang bujang tanpa rasa peduli mengacuhkan gerak geriknya. ajaibnya, purnama tetap ada dan hidup disetiap malam malam sang bujang, dengan atau tanpa sang purnama sadari.
kembali ke masalah, bujang nampaknya makin disulitkan dengan keadaan (sebenarnya karena teramat ceroboh sih), ia kehilangan "segala". nampaknya "segala" itu tidak perlu disebutkan, namun bagi sang bujang, itu adalah sumber dari banyak hal. ia kini hidup dalam bingung, "bagaimana kedepan hidupku akan berjalan?" ia sangat bingung, bahkan hingga saat ini. kadang terlihat betapa linglungnya, kesana kemari, terus mencari.
ia takut, takut akan selaksa masalah yang akan ia hadapi kedepan. ia merasa gagal. sekelumit ketidakpercayaan, cacian, hingga air mata, nyatanya telah terkicau dan jatuh dari dan untuk dirinya sendiri. ia menyangsikan keteledorannya, dimana setelah seminggu kebelakang ia nyatanya begitu tegar dan sistematis menyelesaikan masalah. semua motivasi penyemangat dalam dirinya sekejap menjadi nada sumbang yang terus menghujamnya.
soal bangkit, jangan ditanya. bujang pasti akan bangkit, namun terpentingnya, ia perlu waktu, dan pendengar bila memungkinkan.
##
untuk siapapun kamu, yang seperti bujang saat ini, tetaplah semangat menjalani hidup. berbahagialah, karena kamu adalah alasan bagi seseorang untuk bahagia.
###
hari ini, sang bujang mengaku tengah kacau, namun tak sekacau pola pikir pendukung pendudukan tepi barat.
3 notes · View notes
calonmanusia · 1 year
Text
Banyak manusia, bahkan diri ini sendiri, mengacuhkan 99 kebaikan karena 1 yang tak sesuai hati.
9 notes · View notes
worrding · 1 year
Text
Catatan soal cinta, sama seperti pertemuan dua hati pada umumnya, drama dan plot twist yang manis menjadi awal yang baik. Namun seperti cinta lainnya pula, kadang tak pernah berlangsung indah.
Kini terdengar begitu keras suara hujan yang disertai dengan angin keras kedalam kamar Laura. Alunan suara musik yang ia nyalakan setidaknya memberikan kehangatan, Laura mencoba berfikir semua baik baik saja walaupun pada kenyataannya semua tidak baik saja. Sudah 15 menit ia terhubung dengan Laut—kekasihnya lewat telepon, namun belum ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Laura, bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaan Laut pun ia urung.
Ingin rasanya Laura bisa terus terang pada Laut, merebut malamnya dari tidur-tidur tidak berkesudahan, bahasa dari jam sibuk yang terkapar di paginya. Di mata Laura ada begitu banyak rindu yang berserak menjadi debu, sedikit demi sedikit beranak pinak, tak mampu ia sapu. Terutama untuk hari ini, hari dimana seharusnya Laura dan Laut merayakan mensiversary hubungan keduanya, namun semuanya terhalang oleh kesibukan Laut yang belum kunjung usai dari beberapa hari yang lalu. Begitu banyak keresahan yang mendera pikiran Laura hingga emosinya kini sudah diujung tanduk.
“Ayolah, Ra. Jangan gini terus”
Dua menit berlalu.
“Laut, inget ngga hari ini hari apa?”
Hari apa memangnya, ya. Masa dia tidak punya kalender. Memangnya, ada yang spesial? Namun, Laut tau apa maksud Laura.
“Sayang. Aku minta maaf, hari ini banyak banget kerjaan. Ini baru ada waktu luang untuk nelfon kamu. Tadi ada sedikit problem waktu meeting, tapi untungnya ada Mas Eko yang bisa jadi pe-“
“Susah juga ya, untuk kamu nemuin aku di hari ini aja. Untuk sekedar merayakan kebersamaan kita aja kamu gak bisa lho, Laut”
Deg.
Potong Laura dengan ucapan lirihnya sebelum Laut menyelesaikan penjelasan. Manakala segala usaha telah dilakukan namun sepertinya Laura tak mau mengapresiasi, pikir Laut.
“Ra, aku dari jauh hari udah kasih tau kamu lho, hari ini ada urusan yang ngga bisa aku tinggal. Aku tau kok, hari ini mensive kita, Ra. Kok kamu gitu ngomongnya? Aku kurang apa lagi sih, Ra? Aku udah berusaha ngasih yang terbaik buat kamu”
“Kamu kurang waktu”
“Oke.”
Tidak ada sepatah kata lagi yang terucap dari mulut Laut, dan itu menjadi penutup dari telepon yang mereka lalukan selama hampir 20 menit. Melihat sikap kekasihnya, Laura tersenyum simpul, tidak menunjukan tanda-tanda bahagia, senyumnya nampak muram, Laura tersenyum kecewa.
Entah apa yang ada dipikiran Laura saat ini terhadap Laut. Sampai-sampai untuk kesempatan sekedar bertemu, Laut jarang berikan. Laura sering merajuk, mengeluh. Seharusnya masa-masa remaja di habiskan berdua saling mengayam warna di setiap harinya. Namun Laura tak mendapatkan itu semua dari Laut akhir-akhir ini. Berharap seminggu sekali bisa bertemu, namun kenyataanya dua minggu sekalipun jarang. Tepatnya hanya satu bulan sekali, itu katanya yang bisa Laut sanggupi. Namun sudah satu bulan ini pun, Laut masih tidak menemuinya.
Drrtttt…
Drrrtttt..
Notif untuk pesan masuk muncul di handphone Laura.
Tidak lama setelah Laut menutup telepon tadi, rupanya Laut kembali mengirim iMessage pada Laura.
“Ra, aku selalu berusaha untuk lakuin yang terbaik buat kita berdua dan untuk hubungan ini. Meskipun kamu gak tau apa yang aku lakuin di sini, tapi percaya sama aku, Ra. Aku juga rindu. Aku tau kamu capek, kamu muak buat denger alesan aku yang gak bisa temuin kamu. Tapi sejujurnya Ra, aku selalu usahain untuk ketemu.”
Tidak tahu Laura harus percaya akan apa-apa yang dikatakan Laut. Bagaimana seseorang yang tidak pernah cukup berbesar hati membagi waktu untuk kekasihnya, apa Laura akan percaya apa-apa yang dituliskan Laut jika dia terlalu sibuk berangan tentang apa-apa yang tidak pernah berani diwujudkan?
Sudah 3 jam sejak Laut mengirim pesan berisikan self defense-nya, jam menunjukan pukul 23.21, Laura dengan mata sembabnya masih berusaha untuk terpejam. Alih alih bisa mengacuhkan rasa sesak yang ia tahan sejak pagi hari tadi.
Namun tiba tiba handphone Laura berdering, menampilkan kontak seseorang yang menjadi alasan matanya sembab, Laut. Tidak ada niatan untuk menjawab, Laura menolak panggilan dari Laut dan kembali memejamkan mata, sampai akhirnya beberapa iMessage masuk dengan notif nyaring, membuat Laura mau tidak mau membacanya.
“Sayang, I apologize for what I did. Aku salah karna belum bisa bagi waktu dan selalu minta pengertian kamu. Padahal kamu pun perlu dimengerti. I’m so sorry. I’m sorry for being the reason of your tears. Rain blossoms flowers but sometimes it can shatter the petals too. I don’t want to be the rain, I just wan to be a drizzle, so you can feel my presence and enjoy it.. I love you, Laura. Happy mensiversary! Besok pagi aku jemput, call?”
Mulanya seperti ada ledakan yang tiba-tiba memborbardir rongga dadanya. Laura pikir ia terkena serangan jantung. Seketika hati Laura melebur. Sejujurnya, setiap perjumpaan keduanya, Laut selalu pandai membuat degub jantung Laura berdetak tak beraturan. Dan dalam setiap percakapan mereka didunia maya, Laut begitu pandai membuat bibir Laura melengking tersenyum lantas tertawa, seorang diri. Seperti saat ini.
“Laut, aku punya beberapa doa, yang aku jamin isi doanya adalah kumulasi hal-hal baik. Kamu bersedia mengamini kan?”
“Apa itu, sayang?”
“I hope we can be together all the time, I also hope that I can accompany you anytime and anywhere”
Laut terenyuh, matanya panas dan tenggorokannya sakit. Sebab ia menyadari bahwa seberapa berunting dirinya mempunyai Laura. Sesal menyelimuti rongga dada, bagaimana bisa ia menyia-nyiakan wanita sebaik Laura?
Lagi-lagi, Laut mencoba untuk menelfon Laura. Untungnya kali ini, gadis itu mengangkatnya.
“Sayang.. Laura. I really love you”
“Hm..”
Laura mengangguk, meskipun ia tau Laut tak akan melihatnya.
“Until now I can't stop loving you, because I know this is the energy of a bond of my adored for you. Apologize if this month a lot of unexpected things came to us dan kita sempat ribut itu pun awalnya dari aku”
“Iya, Laut”
“Tapi syukurnya aku atau kamu enggak menyerah sama hubungan ini dan aku berharap kamu enggak menyerah sama kita sedikitpun dan sebaliknya juga. I believe that we can get through difficult times together. Therefore, please increase your patience for us, okay?”
“Iya, Laut. Sayang. Maaf kalau aku masih punya banyak kekurangan sebagai cewek kamu, maaf banget kalau aku sering badmood ke kamu sampe bikin kamu badmood juga gara-gara aku”
“No, kamu udah perfect banget buat aku, Ra”
“Hehe.. Iya.”
“Laut, mau tidur?”
“Iya, tidur bareng. Besok aku jemput jam 8, ya?”
“Iya.”
Dan malam itu, Laura memejamkan matanya. Bukan untuk berusaha mengacuhkan rasa sesak yang sudah hilang beberapa menit lalu, kini ia tersenyum bahagia sebab esok hari, ia akan menemui pria kesayangannya.
Pada akhirnya, setiap hubungan mesti di nikmati setiap prosesnya. Bukan memikirkan tentang hasilnya. Dan bagi Laut, hubungan yang jarang bertemu tidak selalu berakhir sesak. Jika kalian tahu. Rasanya bertemu setelah sekian lama tak saling menatap, itu rasanya luar biasa. Dan rindu yang menggebu seakan-akan tumpah di setiap senyumnya. Dan itu hanya di rasakan dalam hubungan yang berjauhkan. Dan itu bagi keduanya merupakan hal yang menyenangkan. Laura percaya pada akhirnya, setiap orang diciptakan berpasang-pasangan, yang mencari akan menemukan dan yang menunggu akan didatangi.
7 notes · View notes
Text
Tumblr media
Aku masih belum memahami;
Kau bisa meninggalkanku semudah ini, sementara kau pernah menemaniku sedekat nadi.
Kau bisa melupakanku begitu cepat, sementara kau pernah memperjuangkanku dengan kuat.
Kau bisa membenciku sedemikian dalam, sementara kau pernah begitu mencintaiku dalam-dalam.
Ajari aku; caramu meniadakanku, caramu melupakanku, caramu menghapusku; sementara di tiap detikmu pernah tumbuh aku.
Aku masih belum mengerti;
Kau mampu melangkah tanpaku, sedang kau pernah begitu senang berjalan di sisiku.
Kau mampu mengacuhkan sapaku, sedang kau pernah begitu betah bercakap denganku
Kau mampu hidup tanpaku, sedang kau pernah begitu bahagia menjalani hari bersamaku.
Katakan…
Bagaimana cara untuk berjalan sendiri, berdiam diri, dan berbahagia meski kau tak lagi ada; sementara di detak jantungku masih selalu tumbuh kamu.
Tanpamu itu menyesakkan, sedang merelakanmu aku kesulitan.
Kepergianmu itu menyakitkan, sedang melupakanmu aku kepayahan.
Aku mencintaimu, selalu mencintaimu; meski bagimu aku hanyalah beban yang perlahan-lahan telah kau lepaskan.
- K -
3 notes · View notes
coklatjingga · 2 years
Text
Kayaknya aku mulai menikmati hidup tanpa medsos a.k.a instagram. Sekarang rasanya lebih tenang, saat tidak ada lagi kehidupan orang lain yang bisa kupantau lewat genggaman. Karena alih-alih tetap terhubung dengan teman, nyatanya melihat kabar teman di media sosial sering mengundang iri, dan tanya-tanya tak penting yang membandingkan diri. Dunia yang lapang jadi sesak saat pertanyaan 'kapan' bermunculan di depan layar.
Sudahlah, imanku belum sekuat itu untuk biasa-biasa saja dengan pencapaian orang lain. Naluri manusia yang ingin banyak hal ini masih bersarang dalam diriku.
Jadi, dibanding harus terus merutuki diri aku lebih baik menepi. Menyibukkan diri dengan perbaikan, belajar mengacuhkan kehidupan orang lain. Jangan sampai ajalku tiba tapi aku masih saja mengamati amal orang lain.
16 notes · View notes
rimabebas · 1 year
Text
Kamu benar-benar tuli ya.
Apa sengaja mengacuhkan panggilanku.
Sebenarnya aku yakin kamu dengar.
Tapi kamu enggan.
Aku yakin bahkan kamu masih ingin mendengar suaraku.
Tapi kamu terlalu yakin, bahwa semua panggilan hati ini hanyalah halusinasi.
4 notes · View notes
seikhlaslangit · 1 year
Text
Menjual Rasa Yang Tak berTuhan
“ aku akan tetap mempertahankan cadar ini, sekalipun nanti selepas menikah “ doaku pada akhir tahun 2020.
Dengan penuh kesadaran, aku memanjatkannya kepada sang pencipta. Sebagai sebuah bentuk ikatan antara aku dengan-Nya. tidak lama dari itu, Tuhan meminta bukti atas pengucapan janji yang pernah aku ucapkan kepada-Nya. namun ternyata, aku mengacuhkan janji itu dengan berlindung pada satu kata ; “Sunnah”. 
“ lalu,bagaimana dengan cadarmu ? ibuku bukan seseorang yang agamis. Beliau pasti akan menolak mu karena menggunakan cadar “ . tanyanya kepadaku dipertengahan percakapan sore itu.
Aku tertegun, sebagian rasa memilih untuk membenturkan ku kepada janji yang telah terucap dibeberapa bulan lalu. Namun, sebagiannya lagi ia memilih untuk berlindung pada kata “sunnah” dan mempertahankan sebuah rasa yang tak bertuhan.
“ aku memakai cadar ini dan memilih hukum yang sunnah “. Ucapku dengan penuh kesadaran dan mengacuhkan hati yang masih berusaha untuk mempertahankan sebuah janjinya kepada sang pencipta.
“ dengan arti, kamu bisa melepasnya ketika berhadapan dengan keluarga besarku ? dan menggunakannya kembali ketika sedang bersamaku ?" balasnya dengan dua kalimat tanya sekaligus.
“ iya “ balasku sembari menampilkan sebuah senyuman ringan tanpa sekalipun teringat kepada janji yang pernah terucapkan.
Seakan kembali diputar begitu saja oleh Tuhan akan kecurangan yang pernah aku lakukan kepada-Nya,membuatku tersenyum getir sembari menggerutuki diriku sendiri dengan segala kebodohannya,
“bagaimana bisa aku seberani itu dalam menggadaikan janji itu hanya sebuah rasa yang tak berTuhan ?”
“ dasar, manusia-manusia yang tak bermoral “ ucapku menimpali hal yang disampaikan oleh sebuah rasa penyesalan kepada hati yang telah mati.
Sejak saat itu, pandangan ku akan sebuah rasa mulai berubah. Tidak lagi ingin diperbudak olehnya hanya karena embel-embel “agar lebih bahagia”.
Aku tidak lagi merasa iri kepada kehidupan orang-orang yang telah menikah dengan segala kata bahagia yang ia pamerkan pada laman sosial media.
Akupun juga telah menghapus rasa ingin kepada mereka yang sedang berpacaran dengan segala rasa cinta yang menjalar disetiap ruas jiwannya.
Aku hanya ingin menemukan makna “bahagia” yang sesungguhnya, tanpa menggadaikan Tuhan, dan tanpa menjadi budak rasa yang gadungan.
Cadar ini, aku yang memilihnya sebagai salah satu bentuk ikhtiarku dalam menuju-Nya. sehingga, tidak akan pernah ku biarkan salah satu dari mereka yang akan menghentikan langkahku dalam memperjuangkannya.
Habib umar bin haffidz pernah berkata bahwa “ siapa yang hatinya telah yakin kepada Allah, maka hati itu akan digenggam oleh Allah. Dan jika Allah telah memegang hati hambanya, Ia tidak akan mungkin membuatnya kecewa “.
Sesuai dengan dawuh habib umar bin haffidz, aku bertekad untuk benar-benar menyerahkan seluruh hidupku hanya kepada-Nya. Dzat yang maha kasih lagi penyayang. Aku benar-benar berserah akan kemana Allah membawa nasibku, asalkan Ia tidak marah kepadaku, maka yang lain-lain aku tidak peduli.
Mulai sekarang,aku telah menjual rasa yang tak berTuhan ini kepada dunia. biarlah ia bertarung pada harga pasar beserta kesesaatan yang ada didalamnya. Karena aku sudah tidak ingin kembali mencintai segala sesuatu melebihi ketaatanku kepada sang pencipta. Maka, itulah hakikat tertinggi dalam kalimat asyhadu anlaa ilaaha illallah yang selama ini kita lafadzkan tanpa pernah mendalami maknanya.
Selamat berjuang dalam keyakinan, semoga Tuhan senantiasa menjaga rasamu agar tidak pernah pudar untuk selalu mencintai-Nya. mari kita jadikan Allah sebagai dzat yang utama dalam segala rasa dan berjanji untuk tidak pernah menggadaikan-Nya di dalam segala pesona yang ditawarkan oleh dunia.
01-Maret-2023 dalam tulisan yang ke-65 .. congratulation wa barakallahufiik diriku . terimakasih sudah selalu baik untuk diajak kerja sama :) . sehat-sehat yaa .. biar selalu bisa menulis dan menebar manfaat lainnya, hehehe :)
6 notes · View notes
kikyamci · 1 year
Text
Tumblr media
.
Seringkali kita harus belajar dari bayi dengan jiwanya yang bersih. Tak ada dendam apalagi iri.
.
Sesekali karena kelelahan seorang ibu mungkin pernah mengacuhkan bayinya atau bahkan memarahinya, tapi bayi itu tetap datang tersenyum dan memeluk ibunya. Matanya seolah berkata, "ibu, aku mencintaimu, aku membutuhkanmu".
.
Barangkali hadirnya bayi dikeluarga kita adalah cara Allah mengajarkan kita untuk kembali pada fitrah, jiwa yang suci. Melepaskan segala dendam dan iri yang mengikat hati sekian lamanya.
Bukankah terkisah seorang sahabat yang menjadi ahli surga bukan karena ibadah fardu nya? Harum namanya disurga karena setiap malam sebelum mata terpejam ia bersihkan hati dari dendam dan iri seharian itu. Masya Allah
.
Menjadi orangtua bukan hanya tentang mengajari dan mengenalkan bayinya pada dunia, melainkan orangtua yang sedang belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik.
.
@kikyamci
3 notes · View notes
mengukir-kisah · 2 years
Text
Pada rintikan hujan malam ini, aku melangitkan rasa itu. Untuknya, seseorang yang beberapa kali telah membuatku memikirkannya. Mari bersama-sama menjauh, untuk meminta dan memohon kepada Sang Maha Cinta agar apa yang kita rasa mendapatkan ridho dari-Nya.
Maaf, bila hari ini aku menyapamu dengan tidak sopan. Maaf, jika aku terkesan mengacuhkan. Sungguh, tak ada cara lain untuk menjaga perasaan ini.
Semoga Allah senantiasa menjaga dan menggerakkan hati-hati kita pada kebaikan.
Teruntuk MAA
3 notes · View notes
onilestari · 1 day
Text
Perempuan adalah mahluk penuh seni. Yang kerap kali dituntut menjadi lakon yang sudah digariskan oleh konsturksi. Dari dalam janin sampai tiba pada pilihan menjadi ibu atau hanya sekedar mengasihi diri sendiri tanpa batas. Begitu banyak tuntutan yang mengacuhkan pengalaman bilogis perempuan dikehidupan ini. Rupanya emansipasi akan terus dan terus diperjuangkan oleh tiap individu perempuan di bumi ini.
Terkadang nampak lucu sekali, sekenario menjadi perempuan sudah tersusun rapih. Pada usia remaja disuguhi dengan gelombang cinta dan diharuskan larut didalamny , mendekati dewasa saat perempuan sedang berusaha mencari titip pencapaian lalu disuguhi pertanyaan dan pilihan.
Kapan menikah? Sudah berusia loh! Nanti kenakan kerja, jadi gak pengin nikah-_-
Memang menikah adalah sebgaian dari penyempurnaan spiritual manusia, tapi konteks tersebut kerap kali disalahartikan hanya karena perempuan harus manut sekenario kehidupan sosial.
Lalu bagiamana dengan sejuta pengalaman lainnya , yang dirasakan perempuan tanpa perlu menampakan bagiamana dia menjadi diri sendiri sebenarnya?
Yakinlah, semakin kita dihimpit pada diskriminasi sosial, semakin kita akan terus bertanya. Siapa dan apa makna yang harus terjawab ketika kita berfikir untuk apa kita hidup?
Semoga kita tidak semakin gila
0 notes
melodihujan · 20 days
Text
The First Time We Meet
Tumblr media
Hari itu aku ingat hujan yang sedari pagi mengguyur Ibukota sangat awet sampai aku keluar dari kantor pun rintik hujan itu masih ada. Ingin rasanya segera sampai di apartement, menikmati guyuran hangat air shower lalu menikmati secangkir teh chammomile dan berakhir bergelung didalam selimut hangat. Namun, apa daya karena malam ini aku ada janji bertemu dengan sahabat - sahabatku semasa kuliah dulu. Aku mendesah kecil, saat melihat jalanan yang basah dan beberapa air yang terlihat menggenang. Di saat seperti ini, entah kenapa tadi pagi mobil kesayanganku mendadak mogok dan berakhir dengan taksi online yang mengantarkanku ke kantor.
Hari itu aku ingat saat aku pulang dari cafe tempatku dan sahabat - sahabatku bertemu, netraku bertabrakan dengan sosok pria jangkung dengan pakaian kemeja hitam yang lengannya sudah digulung keatas dan celana slim fit khas kantoran. Biasanya aku mengacuhkan pandanganku dari orang - orang yang berlalu - lalang di hadapanku. Namun, entah kenapa seperti ada magnet, mataku masih setia memperhatikan pria yang sedang menatap layar ponselnya itu. Harum woody floral musk khusus pria menusuk indra penciumanku. Entah berapa lama aku memperhatikan pria tersebut sampai suara berat dan serak menganggu kegiatanku itu.
"Excuse me? do we know each other?"
Hah? aku gelagapan mendengar pertanyaan pria yang sedang kuperhatikan itu tiba - tiba berbicara padaku.
"Eh, nope, sorry." Sahutku lalu melihat layar ponsel yang bergetar tanda telepon masuk dari driver kendaraan online yang kupesan. Aku buru - buru meninggalkan teras cafe dan berjalan menuju mobil Brio hitam yang sudah menunggu didepan pintu masuk.
Saat mobil yang aku tumpangi melaju, secara otomatis aku melihat ke teras cafe yang tengah menampilkan sosok pria jangkung tadi yang ternyata sedang mengamati mobil yang aku tumpangi ini dengan sorot yang tidak aku mengerti. Entah kenapa aku merasakan akan kembali bertemu dengan pria tersebut.
Dan ucapanku terbukti saat ini, detik ini netraku bertabrakan kembali dengan pria jangkung tersebut. Kali ini kami bertemu di acara seminar yang sedang aku ikuti. Aku penasaran, apakah ini sebuah kebetulan atau takdir? sepertinya kalau ketiga kalinya aku dan pria tersebut bertemu, aku akan menganggapnya itu takdir.
0 notes
miminnj · 2 months
Text
Berdamai dengan waktu
Tumblr media
Hai, kamu apa kabar?
Aku harap kamu dengan keadaan sehat dan senang. Mungkin banyak hal yang ingin aku sampaikan, tapi aku mengurungkan niatku. Sebab, aku tahu bahwa kamu sudah membuka lembaran baru.
Mas.
Aku sudah lebih baik sekarang, mungkin kamu sudah tahu, kan? Ku kira aku sudah mati rasa, tapi ternyata aku cuma belum bertemu dengan orang yang tepat saja. Dunia ini mengerikan untuk aku yang mencintai dengan penuh ketulusan. Sebagai seseorang yang pernah jadi bagian dari hidupku, kamu pasti tau banyak soal aku. Kamu tau kalau sebenarnya aku ini perempuan yang mudah bimbang kan?Hanya saja aku sering menyembunyikan.
Mas.
Aku sudah pulih dan baik-baik saja. Menjalin hubungan denganmu mengajarkan aku banyak hal tentang hidup. Ternyata tidak semua janji harus ditepati. Dulu kamu selalu bilang kalau sampai kapanpun, aku akan tetap menjadi tujuan. Aku mempercayaimu dengan keyakinan yang penuh. Aku tahu kamu lelaki yang baik, jadi tak mungkin kamu menyakitiku. Tapi kamu mematahkan seluruh kepercayaanku kepadamu.
Mas.
Kemarin aku mencoba mempertahankan hubungan kita dengan berbagai cara. Aku berusaha untuk menjadi perempuan yang kamu inginkan. Bahkan aku rela untuk tidak menjadi diriku sendiri, asalkan aku tetap bisa berdamping denganmu. Aku gagal memahami konsep cinta, karena ternyata kini aku hanya mencintai sendirian. Kamu sudah banyak berubah, bahkan aku tak lagi mengenalimu lagi. Kamu yang dulu berusaha membuatku bahagia. Sekarang kamu yang menjadi berusaha mengacuhkan diriku.
Mas.
Aku sama sekali tak marah ataupun benci. Aku menerima semua keputusanmu untuk keluar dari hidupku. Kamu berhak menentukan dengan siapa kamu melanjutkan hidupkan? Kamu jelas tahu apa yang terbaik untukmu. Dulu bertukar kabar denganmu adalah prioritas dalam hidupku. Kini tidak ada satupun cerita tentang hari-harimu yang akan kudengarkan darimu.
Mas.
Sekarang hiduplah dengan baik dan bahagia ya. Aku sudah melepaskanmu dengan keikhlasan. Mari melanjutkan hidup masing-masing dengan keadaan kita yang sudah menjadi asing. Aku harap perempuan yang menggantikanku bisa mencintaimu lebih baik daripada caraku mencintaimu. Terima kasih untuk semuanya, terima kasih sudah menjadi alasanku lebih kuat menghadapi dunia.
0 notes
septiteung · 3 months
Text
Serba Salah
Dear suami
Tolong beri tahu bagaimana cara menyampaikan perasaan dan unek-unek dengan benar
Karena,
Ketika menangis akan dikatakan cengeng ketika marah akan dikatakan tukang ribut ketika diam dianggap mengacuhkan suami dan disuruh bicara
Ketika bercerita dianggap selalu mengeluh dan tidak bersyukur
Lalu ketika mengungkapkan apa yang dirasa dianggap melawan.
Terus aku harus bagaimana?
0 notes
naufalhafizh · 4 months
Text
Tumblr media
lelucon
#draft
percaya tidak percaya, bahwasanya relung hati: yang konon adalah mahligai atas selaksa pucuk kata-rasa insan, nyatanya tak sekali dua kali remuk diterpa rasa itu sendiri.
aku tak menepikan kata, tentu saja. namun pada untaian aksara ini, semua nyatanya tak pernah terujar dalam bilik lisan siapapun. semua begitu lirih dan tersirat, hingga rasa kemudian menjadi variabel yang paling patut memerankan antagonis, bahkan dalam setiap lembarannya.
disini, kata tak bermain. tak ada ruang dialog yang paling layak untuk menjabarkan miskonsepsi kalbu, dimana bahkan monolog saja sulit dicerna dan dipahami. tapi ingat, hanya pada barisan diksi ini saja, ya. blog ini kupikir takkan relevan dengan konsep "yasudah lah, toh mereka kan teman-temannya".
bukan berarti pula, aku dan dia serentak diam membisu tanpa bicara. tidak, sekali-kali tidak. kata dengan lihai tetap menjaga langkahnya. tapi rasa.. rasa begitu idealis serta apatis. memaksa raga untuk murung, nalar untuk berdebat sejadi-jadinya, mahligai hati untuk menutup sorak sorai tawaku dengannya, dan kata, untuk berujar kasar dan memilukan hati kecilnya. semua dengan salah direncanakan oleh rasa, yang telah tergores sedikit sekali oleh pikiran tajam yang berinisial,
cemburu.
##
#
pertanyaanku sederhana, pantaskah aku menjelma cemburu dalam situasi yang konyol ini? yang bahkan nalar berkali-kali membantah argumen rasa dengan himpunan bukti serta fakta, "bahwa hal itu sungguh tidak ada yang salah!" namun lagi-lagi rasa mengacuhkan ujaran nalar yang telah berbusa menjelaskan teorema terbaik yang dimilikinya. bagi rasa, semua begitu salah, dan bagi tiap-tiap yang lain, rasa begitu salah.
bukan tanpa alasan, rasa menjelma irasional dan aneh seperti itu. karena suatu kala, melalui sorot yang difasilitasi oleh mata, rasa menyaksikan sesuatu yang diluar kebiasaan. mungkin bila kuberitahu apa yang dilihatnya, kalian semua hanya akan tertawa hingga lupa waktu.
dalam sorot tergambar jelas kebahagiaan. benar, kalian tidak salah baca. kebahagiaan. kebahagiaan sang rasa yang lain, yang pula menjadi dambaannya sungguh-sungguh sehidup semati. tapi, kalian tahu? rasa itu tidak sendiri. disana terdapat banyak sekali kepala-kepala bermandikan riang tawa dan bersembah guyuran rintik dari awan. benar kan kataku, tidak ada yang salah bagi kita yang membacanya. tapi bagi rasa, itu tidaklah semestinya. "ada yang salah", pikirnya, namun kenyataannya, ia sendiri tak mampu memberikan solusi atas kebimbangan itu.
seketika pemikiran-pemikiran itu datang secara berlebihan, datang dan menghantui batin sang rasa. seraya dari dalam mahligai, ia meledak tak karuan. nalar yang sedang memecahkan algoritma aplikasi edit foto langsung terguncang. rasa murka, melayangkan mosi tidak percaya kepada seluruh jagat organ tubuh. nalar berusaha menenangkan, memadamkan api yang kian menjadi-jadi itu. dan kata.. kata hanya mampu bergeming. kata begitu takut untuk berujar.
biar kuperjelas, bahwa pada hari itu, kesabaran rasa telah habis diserap oleh nalar. nalar telah bekerja begitu keras belakangan ini, memecahkan ribuan algoritma yang nyatanya telah memakan jatah energi sang rasa. maka terjadilah, emosi yang tak terbendung itu menggelegar dan dilandasi oleh suatu alasan yang sederhana.
dan kini, nyatanya semua itu hanyalah rengekan sebuah rasa yang terlalu melankolis memikirkan suatu hal yang bahkan hanya menjadi lelucon di sore hari.
"yang benar saja kau! mana mungkin kau akan cemburu melihat mereka yang bisa bersamanya hingga larut? kau iri melihat mereka bisa bersamanya dalam satu latar peristiwa? kau tak lain hanyalah ilalang yang dengki melihat kupu-kupumu terbang bersama kawanannya."
#
1 note · View note
proudtobeawifihunter · 5 months
Text
Malam ini, 24 Desember 2023
Kita sepakat untuk memulai garis waktu ini bersama, bahagia adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan saat kita melaluinya. Di pertengahan jalan kita terjebak disituasi yang sulit. Argumen mu untuk terus maju dan menerobos rintangan didepan dengan hasil perjalanan akan lebih cepat. Aku berkata lain dan menginginkan jalan memutar walaupun terpisah sebentar tetapi akan bertemu lagi diujung jalannya. Pertengkaran pun terjadi. Kamu yang tidak terima mendiamkan ku, dan aku yang tidak mengerti malah mengacuhkan bukan menenangkanmu. Aku tau maksudmu biarpun terjal tapi tetap bersama. Kamu tau maksudku?. Kesepakatan dicapai walaupun sebenarnya kita kalah oleh ke egoisan. Kita melangkah dengan pilihan masing-masing dan terus berjalan. Dari kejauhan aku bisa melihatmu, setelah melewati jalan itu kamu penuh luka tetapi terus berjalan dengan penuh keyakinan dan memang itu adalah jalan paling cepat untuk dilalui. Sedangkan aku walau letih terus berdatangan masih harus terus berjalan karena perjalananku lebih panjang. Di titik dimana kita berhasil melewati seluruh perjalanan ini, apakah ada arti dari pertemuan kita hingga sebelum keadaan sulit itu?
0 notes
dombanad · 5 months
Text
Pujian untuk diri sendiri (part1)
Dimulai dari aku sudah bisa mengacuhkan segala bentuk ke toxic an yang ada dalam keluargaku
Di mulai dr mamaku yang sangat tidak bisa mengontrol untuk tidak maen judi, ga bsa banget ngontrol dan ujung2nyaa bkin utang.. yang muter otak buat lunasi utang ya siapa lagi kalo bukan aku dan adek
Kemudian kakak pertama yang sama sekali ga bsa mempertanggung jawabkan pernikahannya. punya suami tukang selingkuh ngerusak mental dan semangat hidupnya. mulai apatis sm hidupnya sendiri tapi menyusahkan orang yang dirumah. dia ga bsa disuruh ngapa2in, padahal mama udah lumayan banyak bantuin dia dari mulai ngelakuin pekerjaan rumah yang seharusnya itu bagian dr dia
yakaleee nyuci baju sndri aja ga mau, mesti mamaku semua.
Terus punya abang taunya nipu, nyabu, nyuri, dll Sama sekali ga pernah mikirin orang dirumah, istri dan anaknya terlantar. untungnya kakak ipar lumayan berada jadi bsa dimodalin sm ortunya usaha untung menyambung hidup. ngarepi abang? mati berdiri yang ada
muak aku ngeliat ini semua seliweran depan mata.
0 notes