Tumgik
#jean hajar
mousesketches · 6 months
Text
Tumblr media
consequence
32 notes · View notes
joshuaalbert · 1 year
Link
The members of Nova Squadron spend the night out at a bar after exams.
9 notes · View notes
autisticburnham · 6 months
Text
Jean Hajar last remaining member of Nova Squadron living a mortal life
21 notes · View notes
rumahbelajar · 9 months
Text
Eksistensi Kelembagaan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia dan Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak Bangsa
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak. Dalam pengertian taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian itu, agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.
Proses pendidikan itu sendiri tak memandang usia yang bermakna bahwa proses pembelajaran itu berlangsung seumur hidup. Pendidikan dapat dijalani oleh seorang bayi, anak-anak, remaja, bahkan orang tua sekalipun. Selain itu, secara hakikat pendidikan dapat dilakukan dimana saja. Maka, dalam mengampu pendidikan tak mengharuskan seseorang untuk belajar di sekolah. Namun, mengikuti sistem pendidikan di Indonesia terdapat beberapa jenjang pendidikan yang diklasifikasikan berdasarkan usia seseorang. Salah satu jalur dari jenjang pendidikan yang kita temui saat ini adalah lembaga pendidikan pada anak usia dini. 
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini didasarkan pada beberapa landasan, yaitu: landasan yuridis, landasan filosofis, landasan religius, serta landasan keilmuan secara teoritis maupun empiris.
Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan, pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Walaupun tidak dikatakan sebagai jenjang pendidikan namun pendidikan anak usia dini memiliki kedudukan yang sama dengan jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
Sujiono (dalam Supriyono. Iskandar, H. Sucahyono., 2015: 2) menjelaskan menurut pandangan ontologis bahwa anak sebagai makhluk individu yang mempunyai aspek biologis yaitu adanya perkembangan secara fisik yang terus menerus berubah dari waktu ke waktu, aspek psikologis yang dibuktikan dengan adanya perasaan-perasaan tertentu yang terbentuk karena situasi-situasi yang dihadapinya (senang, susah, marah, kecewa, dihargai), sosiologis yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan akan bertemu teman bermain, dan antropologis bahwa anak hidup berdasarkan budaya darimana dia berasal. 
Secara epistemologis, Jean Piaget menyatakan anak dalam memahami dunianya, secara aktif menggunakan skema atau kerangka referensi. Sebuah skema adalah konsep atau kerangka yang sudah ada di dalam pemikiran individu dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Informasi-informasi tersebut akan terus berkembang membentuk logika berpikir dan pengetahuan anak (Mutiah, 2010: 45).
Kemudian, menurut pandangan Islam, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Tholabul ilmi faridhotun ala kulli muslim” (HR Muslim). Sejalan dengan hadits hasan ini, ada sebuah Kaul Ulama (perkataan ulama) yang berbunyi “Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi”, tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat. 
Terakhir, landasan dalam sudut pandang keilmuan mengacu kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Tyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan.
Landasan-landasan ini termasuk yang menjadi dasar terkait pentingnya pendidikan anak usia dini. Lalu, sejak kapan pendidikan anak usia dini hadir di Indonesia? Kehadiran pendidikan anak usia dini di Indonesia dimulai sebelum kemerdekaan. Pada masa ini setidaknya dapat ditelusuri melalui dua periode, yaitu pada masa pergerakan nasional pada penjajahan Belanda (1908-1941) dan masa penjajahan Jepang (1942-1945).
Periode pertama ditandai dengan Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Sekolah untuk   anak-anak yang mengadopsi dari Frobel School di Indonesia. Pergerakan Pemuda Budi Utomo  merupakan awal kebangkitan nasional yang kemudian mendirikan Bustanul Athfal pada tahun 1919 oleh Persatuan Wanita Aisyiyah di Yogyakarta. Pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Lare yang kemudian berkembang menjadi Taman Indria.
Periode kedua yakni saat masa penjajahan Jepang, kala itu pendidikan anak usia dini terus berlanjut namun semakin berkurang dari segi kuantitasnya. Pada saat itu pemerintah jepang tidak mengawasi secara formal penyelenggaraan PAUD, namun pemerintah jepang hanya melengkapi kegiatan kelas dengan nyanyian jepang.
Periode berikutnya adalah periode setelah kemerdekaan. Periode ini setidaknya terbagi menjadi 6 periode, yaitu periode 1945-1965; 1965-1998; 1998-2003; 2003-2009; dan periode 2010-sekarang.
Periode 1945-1965 ditandai dengan berdirinya Yayasan Pendidikan Lanjutan Wanita. Yayasan tersebut mendirikan Sekolah Pendidikan Guru TK Nasional di Jakarta dan merupakan gerakan nasionalis dalam melawan kembalinya Belanda. Di era ini pemerintah dan swasta mulai nnembangun banyak TK. Pada tahun 1950, melalui UU No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah keberadaan TK resmi diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. 
Periode 1965-1998 ditandai dengan diperkenalkannya silabus kurikulum baru tahun 1968 yang menggantikan kurikulum versi 1964 (Kurikulum Gaya Baru). Pada akhir periode ini terdapat upaya lebih luas dalam pengadaan pendidik PAUD oleh perguruan tinggi ‘terjadi pada tahun 1993/1994-1996/1997 peningkatan kualifikasi guru prasekolah dari SPG ke D-2 PGTK yang penyelenggaraanya dimulai dari IKIP Jakarta, IKIP Medan, IKIP Yogyakarta, dan kemudian IKIP Bandung.
Periode 1998-2003 ditandai dengan otonomi pendidikan, yang berpengaruh terhadap tata kelola penanganan PAUD di pusat maupun di daerah-daerah. Pada periode ini pemerintah mulai mendukung berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal dalam bentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sejenis dalam bentuk pengintegrasian layanan PAUD dengan Posyandu.
Periode 2003-2009 ditandai dengan keluarnya Undang­-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan jawaban atas tuntutan reformasi dalam semua aspek kehidupan. Melalui UU ini untuk pertama kali PAUD diatur secara khusus dalam sebuah undang-undang, yaitu pada pasal 1 butir 14 tentang pengertian PAUD; pasal 28 yang secara khusus mengatur tentang PAUD; dan pasal-pasal terkait lainnya.
Periode 2010-sekarang ditandai dengan kebijakan penggabungan pembinaan PAUD formal dan PAUD nonformal di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) melalui Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2010.
Pada perjalanan sejarah pembinaan PAUD di Indonesia, akhirnya terjadi kristalisasi bentuk bentuk satuan PAUD dengan berbagai karakteristiknya yang meliputi TK (termasuk Taman Kanak-kanak Bustanul Athfal/TK-BA), RA, KB, TPA, Satuan PAUD Sejenis, serta PAUD berbasis keluarga dan/atau lingkungan.
Perkembangan PAUD di Indonesia hingga sampai di titik ini tidak terlepas dari perkembangan PAUD di dunia internasional. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2021/2022 diketahui jumlah sekolah TK di Indonesia sebanyak 91367 sekolah. Melihat perkembangan PAUD di Indonesia menunjukkan semakin besarnya pemahaman pemerintah dan masyarakat terkait pentingnya pendidikan anak usia dini khususnya dalam kelembagaan pendidikan anak usia dini. Dimana pendidikan anak usia dini juga memiliki pengaruh terhadap pendidikan anak bangsa.
Salah satu peran pendidikan anak usia dini terhadap pendidikan anak bangsa adalah sebagai gerbang awal sebelum seorang anak memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada pendidikan anak usia dini, seorang anak mulai mengenal proses belajar itu sendiri, dimana pembelajaran yang diterapkan adalah konsep belajar sambil bermain (learning by playing), belajar sambil berbuat (learning by doing), dan belajar melalui stimulasi (learning by stimulating). Sehingga, saat seorang anak memasuki jenjang selanjutnya, ia akan merasa lebih siap dan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Daftar Pustaka
Silabus.Web.Id. Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan dan Pengajaran. Diakses pada 15 Agustus 2023, dari https://www.silabus.web.id/pemikiran-ki-hajar-dewantara-tentang-pendidikan-dan-pengajaran/
Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 20, Tambahan Lembaran RI Nomor 4301. Sekretariat Negara. Jakarta.
Supriyono. Iskandar, H. Sucahyono. (2015). KEDUDUKAN DAN STRUKTUR KELEMBAGAAN PAUD DAN DIKMAS. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2
Isnaeni, R. F. Maemonah. (2020). Epistimologi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini dalam Pandangan Jean Piaget. 3 (20). 82
Choironi, M. (2021).  Utlubul Ilma Minal Mahdi ilal Lahdi, Hadis atau Bukan?. Diakses pada 14 Agustus 2023, dari https://islami.co/utlubul-ilma-minal-mahdi-ilal-lahdi-hadis-atau-bukan/
Abdulhak, Ishak. LANDASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. Bandung: Direktori UPI
Silabus.Web.Id. Sejarah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Diakses pada 15 Agustus 2023, dari https://www.silabus.web.id/sejarah-paud-pendidikan-anak-usia-dini/#:~:text=dengan%20istilah%20PAUD.-,Pelopor%20PAUD%20Dunia,mendirikan%20lembaga%20yang%20bernama%20Kindergarten.
Konten: UTS Mahasiswa: Khadijah Adilah Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan Dosen Pengampu: Dr. Desi Rahmawati, M.Pd Universitas: Pascasarjana UNJ
1 note · View note
emiratesviisa · 1 year
Text
Fun things to do in Dubai on the UAE National Day long weekend
Tumblr media
The UAE National Day is a reason for celebration. December 2, which is a celebration of the historical events that happened on the day the seven emirates unified under one name and one identity for a better future, is one of the most important days on the calendar for the country. Locals and visitors alike are delighted by the special day and anxious to celebrate the nation. Over the lengthy National Day weekend, you can fully engage in the national festivities and embrace the spirit of unity. On your emirates visa for Egypt citizens enjoy the fun things to do in Dubai. 
Watch eye-catching fireworks
Tumblr media
Fireworks are necessary since a celebration wouldn't be complete without some light and color without them. In addition to the Burj Khalifa, Dubai Festival City, JBR, La Mer, and Al Seef all have fireworks displays over the UAE National Day Long Weekend. The Hazza Bin Zayed Stadium, Madinat Zayed, Abu Dhabi Corniche, and Zayed Heritage Festival are popular destinations for city dwellers.
The Barasti World Cup Fan Zone offers live soccer coverage.
Due to the World Cup in Qatar, the UAE National Day weekend will be jam-packed with soccer matches. Why not watch the Round of 16 games in the Barasti World Cup Fanzone, which is free for the public to enter? Check out the live BBQ stations, food counters, and the many discounts that will be offered for beer and other alcoholic beverages when you get hungry at halftime. So let's get going for emirates visa for Egypt passport holders.
Take part in the celebrations at Blue Waters.
Tumblr media
At the well-known location, Blue Waters will celebrate UAE National Day with conventional Emirati entertainment. Additionally, there will be skilled henna artists on hand, making it a tranquil place to stroll and take in the ambiance.
Kayak across the mangroves in Abu Dhabi.
Spending a peaceful morning canoeing through wetlands is an absolute joy. Kayaking through the Jubail Mangroves allows adventurers to get a closer look at nature's charm and the emirate's natural splendor. It might be one of the most disregarded things to do in Abu Dhabi. You won't be grabbing a paddle, are you? To reenergize your body and spirit, take a stroll along the boardwalks in the winter and seek a turtle or heron lounging amid the lake's reeds.
Explore Expo City.
Tumblr media
Expo 2020 was a momentous occasion that demonstrated to the world the limitless promise of the future. It arrived with the characteristic UAE flair and mind-blowing infrastructure, as well as opportunities for innovation and spectacular entertainment. Expo City, the location, has subsequently undergone renovations and will keep this mindset. Everybody can find something to do here, thus there are activities going on all the time.
Visit the Louvre in Abu Dhabi.
The Louvre Abu Dhabi, one of the first universal museums in the area, debuted in November 2017 and was created by Pritzker Prize–winning architect Jean Nouvel. The museum has a huge collection of rare antiques and works of art from all around the world, making it a great place to become inspired. Consider taking the kids to the children's museum or contemplate admiring Jackson Pollock's amazing abstract creations.
Explore Hatta on an amazing hike.
Tumblr media
Go on a good trek in a beautiful location to get the "Hollywood" Hatta experience and surpass your daily step goal. Use this long weekend in Dubai to upload a selfie with the "Hatta Hol-Lowood" sign to Instagram if you haven't already. Exploring the breathtaking Hajar Mountains on foot or by bicycle will give you a natural high. To accommodate persons with varied skill sets and skills, there are numerous paths. Leg day is prepared to begin.
Adventure at Global Village
Winter has here with the official opening of Global Village! The greatest international exhibition in the area is back this year with exciting performances, fun activities, and representations of cultures from around the globe.
Conclusion:
There is cause to celebrate the UAE National Day. One of the most significant days on the calendar for the nation is December 2, which commemorates the historical events that took place on the day the seven emirates united under one name and one identity for a better future. Both locals and tourists are excited about the special day and eager to honor the country. You are welcome to participate fully in the national celebrations and uphold the spirit of unity over the lengthy National Day weekend. You can also take part in this celebration after you apply emirates visa for Egypt nationals.
1 note · View note
reveriescope · 1 year
Text
Dari 'Anak-Anak' Kalantor
Sebagai tindak lanjut dari Kalantor: Danger in Your Eyes
---
Megatruh masuk ke dalam kamar Micah usai kepulangan Kalantara membungkam mereka. Canggung dirasa memenuhi udara di sekitar, sehingga dua anak muda sepantaran itu diam seribu bahasa.
Namun diamnya Mega dan Micah agaknya bukan ide bagus. Dari arah luar kamar terdengar suara Viktor, kekasih si empunya rumah, kesakitan. Mesra yang selalu menyertai Kalantara dan Viktor hingga menguar ke seisi rumah kini sirna. Mega paham betul perasaan itu.
"He's raped," gumam Mega sambil meremas ujung atasannya.
Micah menatap Mega sambil mengerjapkan mata. Pemuda itu sadar betul Mega tidak bertingkah sebagaimana biasanya. Perempuan itu resah, tampak jelas dari caranya mondar-mandir di ruangan tertutup itu.
"Mega, lo butuh air?" tanya Micah hati-hati.
Mega mengangguk lalu mengangkat ibu jari kemudian ia gigit jarinya. "Thanks in advance," gumam Mega.
Micah memastikan agar Mega duduk terlebih dulu sebelum ia meninggalkan kamarnya. Begitu Micah membuka pintu, sosok Lintang menghadangnya.
"Kenapa? Itu suara apa?"
Hendak membuka mulut, namun Micah urung. Sambil mengayunkan tangan ke dalam ruang kamarnya, ia meminta Lintang Kemukus masuk. Mega yang duduk di tepi kasur sambil menggigit kukunya agaknya tidak menyadari kedatangan Lintang.
"Lo temenin cewek lo dulu, gue balik lagi ASAP." Micah lalu mendekatkan mulutnya pada telinga Lintang lalu berbisik, "Lo jangan bahas pemerkosaan di kamar sebelah di depan Mega. Dia mendadak… begitu."
Lintang bergeming sejenak sebelum mengangguk. Ia menepuk pundak Micah sebelum masuk ke dalam kamar, bergabung dengan Mega.
"Cewekku, you're okay?" tanya Lintang sebelum mengambil tempat berlutut di depan Mega.
Saat tatapan mereka bersirobok, Mega buru-buru mengalihkan pandangan. Lintang mengulas senyum tipis sebelum mengangkat sebelah tangannya ke lutut Mega. Diusapnya tempurung lutut Mega yang tertutup celana jeans.
"Mau ke markas?" Lintang menawarkan diri.
"Ngapain?" Sambil bertanya balik, Mega memiringkan kepala.
"Sparing. Ngajak lo ke kelab bukan ide bagus, you'd end up kill them all. Better lo ngehajar gue," usul Lintang.
Senyum tipis diulas seorang Megatruh. Perempuan itu menyilangkan tangan di depan dadanya. "Habis dihajar secara harfiah, lo harus mau dihajar dengan konotasi lain," ujar Mega.
"Maaf menginterupsi, tapi markas barusan diminta steril," kata Micah yang barusan menutup pintu kamarnya.
Pemuda yang baru saja kembali itu menyerahkan segelas air kepada Mega. Setelah menggumamkan terima kasih, Mega menelan beberapa teguk.
Micah mendudukkan diri di tepi kasur, sebelah Mega. Sempat ia curi pandang sekilas pada Lintang. Setelah bertukar pandang dengan Micah, Lintang kembali memaku tatapannya pada Mega.
Micah mengamati kedua rekannya itu dalam diam. Cara Lintang memperlakukan Mega cukup wajar, namun gestur kecil yang ditangkap mata Micah menunjukkan jelas keduanya berbagi sesuatu.
Pemandangan Micah duduk di tepi ranjang bersama Mega juga agaknya tidak mengganggu Lintang. Padahal bukan rahasia apabila Mega sempat beberapa kali mengajaknya tidur bersama. Meski sekadar bercanda.
"Ngomong-ngomong, gue mau tidur. Terserah kalian masih mau di sini atau gimana." Micah mendadak merebahkan diri di belakang punggung Mega.
"Lo bisa tidur sementara denger gaduh di sebelah?" Mega menoleh ke arah Micah.
"Mending dibawa tidur. Karena besok pagi kita pasti diminta kumpul sama Pak Bos," ujar Micah seraya menyelipkan tubuhnya di bawah selimut. "Lo berdua masih mau saling hajar?"
Setelah bertukar tatap, Mega dan Lintang sama-sama naik ke atas ranjang.
"Gue di tengah," kata Lintang.
Jika sudah menyinggung misi yang gagal malam ini, mereka bertiga tidak bisa berkutik. Pasalnya, besok akan jadi hari yang panjang.
0 notes
filmjunky-99 · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
s t a r t r e k t h e n e x t g e n e r a t i o n created by gene roddenberry The First Duty [s5ep19]
19 notes · View notes
cartoonfangirl1218 · 3 years
Text
Give them what they want ch. 7
After that disastrous choice of drowning her sorrows in alchohol, Jordan decided to take the time off in general to sleep off her hangover and avoid people.
That left with nothing to do but schoolwork. Frankly compared to all the social pressures, it was a perfect solution. At least there was a right and a wrong and no big failure if she said the incorrect answer.
After the breeze of paperwork, she went to the more creative side of art class.
The assignment was to do a drawing filled with symbolism and an essay explaining the choices. She called up and transported Calix for her model.
He had a cream white cape draped over his right shoulder in the style of old Roman emperors, clutching a book to his chest and holding out a candle and laurel in the other.
"And I have to be nude while holding this because...?" Calix questioned, fidgeting after an hour of standing still.
"Nudity is the transparency of the soul. Duh." Jordan snapped "Stop moving your head, I'm trying to draw your hair."
"Can I sit at least?" Calix complained, shaking a leg.
"Yes you can sit." She rolled her eyes.
Calix sighed as he plopped down to sit cross legged.
Jordan was happy that any feelings she had for Calix had disappeared. Foolish, ridiculous romantic feeling from the stupid needy part of her that agreed with the Aurodonian statement that she need love to be happy. No, what she needed was to not be alone.
Calix was still one of her closest friends, annoying, fun and loyal, nothing more. Hot too...but he was with Morrían Le freakin Fey.
Even her name sounded enchanting and slightly exotic, it was disgusting.
"Hmm Calix do you think I should just use my middle name instead? Jordan is so boring." She murmured as she traced the outline of a strand of hair that stuck to his forehead.
"Desiree? I guess if you wanted to. Say do most genies have a name that sounds like they're strippers? I mean Genie, Eden, I hear Karma is popular..."
And there was the man that so loved to irritate her. Usually on Tuesdays.
"Is that your perverted way of saying that I shouldn't?" Jordan flung an eraser at him.
"Watch where you throw that." Calix deftly caught it before it hit his thigh. "A name is a name. I think you're fine, you're entertaining enough to make up for it."
Jordan smiled, when the door opened.
"So I was thinking you could pose, OH MY WOW!" Mal cried with Ben by her side.
Calix made no move to hide himself, almost preening at their reactions.
"Sorry" Ben squeaked ducking his head, looking frantically at another direction while Mal opened her mouth, closed it, and babbled.
"I guess...I just,.. so sorry, we thought. I hope we aren't interrupting? This is for art right?"
If the situation hadn't been so awkward considering that the king of Auradon was witnessing it and that Mal thought they were about to do unspeakable things, Jordan would have laughed at how shocked the bad fairy looked.
One doesn't usually see naked boys in Auradon Prep after all.
"Well it's not like it's for math and she has to measure my.." Calix almost finished his sentence. Jordan flung a couple of paintbrushes at him.
"What is with the abuse!" He cried
She turned to the blushing couple, "It's for art, we'll be done soon."
"We'll find another place it's fine." Ben said. Then the two ran off, slamming the door behind.
Jordan turned to Calix who was failing at keeping his laughter in.
"Measure! Measuring you!"
"I was joking. I mean who would be so insecure to have to measure their body parts?"
"Only you would be so immodest enough to suggest that." Jordan cried.
"I'm as modest as you are a lady. And we both know you ain't no lady." Calix joked.
"I'll make you mute." Jordan half-heartedly threatened.
"I'll make you fall in love with an ass." Calix shot back.
"Ooo an ass, how Shakespearean." Jordan blew a kiss at him.
She paused, "Speaking of love, have you've told Morrían?"
Calix rolled his eyes at her and made a "Do you even know me?" face.
Love was not a word used lightly in Auradon. Once you said it, you sealed your fate to be committed forever until your wedding day. If you made it through that. You are set for your future children, grandchildren, respective kingdoms, family reunions, anniversaries on and on...
Calix, the quarter-siren/sorcerer seducer of many who've fallen for his song, would never use that word to describe a relationship. Too risky. He only reserved that word for his parents, and for Metsovone platters.
"We are at the stage of mutual like where we have enjoyable afternoons, nights and morning afters together where we do a variety of activities depending on our moods and wants. Ending with satisfaction for both parties. Is that you want to hear?"
"Mm hmm,” Jordan murmured, casually turning her attention back to her drawing.
She wasn't jealous that he was in happy mutual relationship. She wasn't annoyed that it wasn't with her. She was merely irked that she had everything Morrían and yet, she didn't have any of the perks.
She had looked up Morrían herself just to see if she was as special and as hot as Aziz and Calix claimed.
Fine, Morrían was pretty. Wavy, waist-length black hair, violet eyes, gleaming white skin that reminded Jordan of polished crystal. Most posts showed her A+ grades, her at parties, some intellectual magic debate.
She was witty, she was smart, she knew of some of the world based on her many vacation photos in various parts of Auradon.
So?
If Morrían, who could be close enough to be her equal in beauty, personality, and magic contests, was so sought after as a girlfriend. why wasn't she! Sought after in a genuine romantic relationship with actual feelings.
She drew a line that went off course across Calix's face, and realized she should probably stop obsesssing over what Morrían had that she didn't.
"I'm done. I'll do the finishing touches later." She announced, erasing the offending line.
"Sweet Aphrodite, finally!" Calix cried, hurriedly shoving his jeans up his legs.
Jordan smiled at how awkwardly he dressed, balancing uneasily from one foot to the other.
"Wanna go to Nonstop to hang out?" Calix asked as he put on his shirt.
"Sure, I'll meet you there." Jordan packed up her sketch pad and left.
"Jord? Did you hear? Zahrat and Samir found out it's going to be a girl." Aziz called excitedly, hurrying to her side in the hallway.
"She called me this morning. They're already arguing over baby names. She wants Hajar, he wants "the most ridiculous girl name in the world." She quoted
"What is it?" Aziz asked, almost dropping his French book.
"She didn't tell me, just that it was "the most ridiculous, horrible girl name in the world."
"Well with an argument like that, she must be right." Aziz joked, "Where are you going?"
"Nonstop." Jordan replied, and before he could ask, "You can come too."
"Great, their hamburgers are delicious." Aziz moaned
Nonstop was located in the backstreets of Auradon City, near the recess of the infamous woods where Beast fought the wolves to save Belle. No mortal dared to go.
Nonstop, it was own by Circe (as most fae clubs were) and had a special, illegal invisibility spell protecting the exterior from curious eyes.
It was fae-only. A haven for magical creatures to show their true forms, use their powers and have fun and relax and not pretend to be mortals and do menial labor. There was at least one in every state in Auradon. The more popular ones were in Agrabah, near the shores of Atlantica, Neverland, by the tavern of Snuggly Duckling. But Nonstop was where most of the fae student population in Auradon Prep resided to relax.
Aziz was an expection since Jordan basically threatened everyone who came near them, that he was allowed to be in without harm.
Calix led them through the backway so they could eat in Circe's office. It was lavish, Roman-inspired room with lounges, and drapes and Greek statues. A small platform raised the mahogany desk facing the door.
"So we could eat here, and you can study." Calix suggested looking at the schoolbooks the two had brought, "Orrrr.."
"Hey, Alexandria is here!" Aziz poked his head out of the office door to look at the club.
"Orrr we could hang out with the peoples." Calix smirked as Aziz went off to flirt with Attina's daughter.
Jordan rolled her eyes, and took a fresh breath of air as she entered the pulsating club room. Club room #3 to be precise. Nonstop had five different rooms. The main one was about the size of Beast's ballroom and looked like Moulin Rogue and Great Gatsby had exploded together into one mega party. Two others were simpler dance floors with a bar, booths, and couches arranged in the front of the room and by fireplaces.
Another was a more sophiscated, simple parlor room for taking and poetry readings. The fifth one was the outside area with rock gardens, and an outside cafe. Each place had pools in the center just for the mermaid/merman patrons.
"So Alexandria, how is it down there?" Aziz asked with a wink.
"Horrible as usual." Alexandria signed, letting a light brown lock fall on her eye, "The tourists make a mess everywhere! It may be a museum for Aunt Ariel's story and home, but people live there."
Jordan went to talk to Jonathan Thatch, Milo and Kida's son. He had a lot of his mother's appearance with dark skin and white streaks in his tan, blonde hair but he was most defiantly his dad's son. He could talk about anthropology for days.
"Kuzco's empire was amazing!" He enthused, "The had invented astrology and mathematics without the help of modern sciences and how they did it is just fascinating. You see, they based it on the solar and lunar calendars.."
Jordan amiably smiled as Jonathan babbled on until Calix caught his attention, "Calix, what would you say is the one architectural wonder Dad and I should check out while we visit Greece?"
With his attention diverted, Jordan got caught up in a family reunion story Philocetes II, Madora and Herksper were telling.
"And then Uncle Hermes and Uncle Loki decided to team up against Aunt Freya and Aunt Aphrodite!" Phil cried "They replaced all their makeup and clothes with hydra skins and Minator drool. Damn, you should never prank a beauty goddess, never!"
After the story was finished, she and Madora went up to the stage and danced and sang to Madora's mother's famous song, "Won't say I'm in love."
"I wish I could move my hips like that." Madora sighed as she flopped onto one of the couches by the fireplace.
"You were a fine belly dancer for a demigod." Jordan shrugged, "I have more of an advantage after all since I can make my body do whatever I want." She took off her hand, and three extra arms sprouted from her sides in a demonstration. "Belly dancing is hardly a problem."
"Don't you show it. Do it again." Herksper, (Or Herkie as most Auradon Prep students called him since they found his name so hard to do.) suggested with a shining, white smile.
"Oh why not?" Jordan smiled and went to center stage. The bright lights hit her, warming her body all over in a way the her attempted alcohol binge never did. She moved her hips in time to the haunting wail of the snake charmer's Pipe.
She closed her eyes, letting herself go with the motion, but when she opened them, she was struck with a new feeling.
The audience was staring at her every move, they looked entranced and under her power. Gazing at her lovingly. She winked at one, and he stepped backwards in shock.
A surge of confidence went through her. She was in control of the audience's reaction. It was wonderful. They were watching her, only her. They weren't thinking of themselves, just focused on what she was going to do.
She licked her lips, and thought of a song she had heard long ago. Her mom had this huge idea to make an album, back when bands were a thing. But she had gotten bored after three days and abandoned the project. Typical. Nothing was too exciting for long for a genie.
No one had heard the song, but now they would.
She didn't usually sing in public. No big fear, she just felt her talent laid elsewhere. But now, she had them in her hand, and they were going to pay attention to her every word.
"Tell me all your wishes, I'm here to make them true. No need to rub a lamp because I'll take care of you."
She smiled as seductively as she could while dancing across the stage. Each move slow and deliberated, leaving the audience waiting for the next step.
She never felt so exhilarated before. She had total control of how they saw her. They saw her as sexy, beautiful, unattainable, and she was going to milk that feeling for as long as it was worth.
"My new resolution is to trust you. My business to love you until you've had it. I'm not going to miss out on the good stuff. The grass would be so much greener with us on it."
She poofed off the stage to the round of couches where Jonathan, Calix, Madora, Alexandria, Herksper, Phil, and Aziz stared at her in amazement.
"You deserve this." Madora handed her a bottle of sparkling cider.
"Aww I deserve a lot of things, finally someone had the bright idea of actually giving it to me." Jordan smiled.
Calix lightly smacked her on the temple, "Seriously though. That was one great act. Usually you need my help.."
"Shut up." Jordan rolled her eyes at him, "I'll get the next round of drinks, what do you want, guys?" She asked.
"Water" Jonathan, Aziz and Alexandria called.
"Gin on the rocks" Calix requested.
"Wine." Hercules' children asked for.
Jordan strutted to the bar happily, basking in the glances men and women were throwing her way.
"I am pretty. I'm so pretty." Jordan hummed "And witty, and giddy and gay. And I pity anyone who isn't me today."
While she waited for the bartender to get to her orders, a pixie girl and Bacchae sat on her right side.
"So genie girl?" The Bacchae leaned to rest his head on her shoulder, "Wanna get on the grass?"
"Get off me." Jordan shoved him.
"But-but you said you would take care of us." The Bacchae whined with a leer.
"It was a song." Jordan replied, grabbing Calix's order.
"You're still a genie. It's what you do." The pixie girl said, grabbing her shoulder with sharp nails."I know how it works. So where is your lamp?"
"You're right, I am a genie. Not an idiot. I'm not telling you." Jordan poured the glass of gin over the pixie's head.
"Your business is to love us till we had it." The pixie girl mocked, shaking her head like a wet dog.
"Yet I don't trust you." Jordan huffed, taking the rest of the drinks and leaving.
The Bacchae cackled as she stalked off. "Fae these days, don't know what their job is."
Jordan closed her eyes, and tried to push away the thoughts of being tied down away. Once she reached the others, slammed the tray of drinks at the table.
"You'll have to get your gin, Calix. While you're at it, kick out the Bacchae and pixie I poured it on." She pointed at the duo.
Calix got up from his seat, "I can't kick out every person that hits on you, that you don't like." He turned to look at her direction, "I mean it's just- why is he staring at his crotch?"
"Why is the pixie playing with- EWW THIS IS A PUBLIC PLACE!" Alexandria cried
Herksper covered his eyes, "I think I just saw inside of him."
"Alright, I'm kicking them out! They will be banned." Calix lowered his eyes.
"Don't let them touch you." Jonathan grimaced.
"I don't WANT them to touch me, so your warning is a bit unecessary." Calix said before going to talk to the two.
"So that happened." Madora shuddered.
"They can't be our age." Aziz stuck out his tongue in disgust.
"They could be. Shape shifters and fae with disguise spells." Vidia's son, Kyro flew over, eavesdropping on the conversation.
"Like her in mortal clubs." Aziz cocked his head toward Jordan.
"What?' Kyro grinned mischievously, sitting next to her. Most fairies change to their natural fairy size in the club, but some chose to stay mortal size for the sake of not getting squashed.
"I'll explain" Jordan threw a annoyed glare at her adoptive brother, "Biological I'm 17. I act 17, look 17. But if people counted by human years, I'm 21. So when I go to mortal club, and they ask my age I NATURALLY assume they want my mortal age."
They all looked at her dubiously.
"Okay, I know what I'm doing. But you go along with it." Jordan added with a side eyed to Aziz.
"Adult clubs are fun. They have good finger food." Aziz shrugged
"They think you're 21?" Kyro snickered
Jordan shifted her body. Taller, bustier, angular features, she intoned deeply "Believe me now?"
"I can see it." Kyro nodded his head in approval. With that confirmation she changed back to her normal form.
"What are adult clubs like anyway?" Phil asked intrigued
"Basically a bunch of them sit around having tea and crumpets while discussing politics, philosophy and books." Aziz answered.
"And recite poems in their original languages or do opera." Jordan put in.
"Pretentious asses." Kyro snorted
"How's your twin?" Alexandria changed the subject.
"Avari is going out with Azul." He answered, flicking his long black bangs off his eyes.
"Rani's son?" Calix returned to the conversation.
"It's weird, I know." Kyro said
The conversation drifted away from that to new topics until it was 3 in the afternoon.
"We better go." Alexandria muttered, frowning at her watch.
Calix let her and Aziz go out through Circe's office and headed back to party.
Thankfully Aziz's dorm room was empty so she could take one bed while Aziz jumped onto his, and covered his eyes with his textbook.
"I feel super productive." He murmured sarcastically
"How much work?" She asked
"Too much." Aziz threw the book to the floor. "I'll do it after dinner."
Jordan rolled over to her side, "I want to sleep already."
"Do it. No one has seen you at all because you've been studying all weekend."
"I can't." She complained
"The Bacchae and the pixie?" Aziz asked softly
"I think too much. It's nothing." Jordan sighed, "Go do your work. Wake me up when your roommate comes."
Aziz sighed much too overdramatically in her opinion as he got up to sit on the bed she was on, and pushed her onto her stomach.
He started to do back tracings on her. Dammit, he knew she loved tickle massages. She found it so soothing and always made her fall asleep. She would willingly stay still forever if there was someone giving her one.
"Aziz, please, I'm fine. You don't have to help me go to sleep." Jordan murmured
"Let me. Think of it as you're helping me procrastinate in doing a half-hearted job on my French homework." Aziz told her
"When you put it that way..." Jordan closed her eyes.
Author's Note: Another chapter done, I hope you enjoyed. It's a nice breather chapter, isn't it? Go thank screamingeternally for that. She was the one who reminded me that not every chapter has to be full of angst.
Anyway the song, is "Good Stuff" by Shakira.
The little hummed tune was "I feel pretty" from West Side Story.
I'm sure, everyone can guess what musical inspired my club name choice ;)
I put a lot of Descendants characters of Disney people I like. Attina, Milo, Rani, etc. That was fun.
And if anyone is wondering or if a name nerd like me, Avari was inspired by Avarice. As Vidia had been inspired by Invidia.
Kyro inspired by Kyto, the dragon Vidia fell in love with in the books.
1 note · View note
utisp · 6 years
Text
Rinjani #2
30 April 2017 pagi, saya terbangun dari tidur (yang rasanya seperti baru sedetik) dan langsung mandi dengan bantuan headlamp (karena lampu kamar mandinya ternyata mati). Saya memakai outfit untuk trekking hari pertama : kaos Tabalong Runner dan celana Eiger, topi, dan sepatu trekking SNTA yang menemani sejak naik Semeru. Kemudian saya kembali packing dengan memisahkan barang yang akan saya bawa untuk pendakian dari barang yang akan dititipkan di basecamp seperti baju ganti untuk perjalanan pulang ke Tanjung, celana jeans, dompet, dll.
Setelah semua selesai sarapan, kami menaikkan barang-barang ke mobil pick up, dan kami menaiki 2 mobil pick up lainnya. Kami menuju Desa Sembalun yang merupakan titik awal pendakian kami. Perjalanan dari homestay di Senaru ke Sembalun memakan waktu sekitar 45 menit dan sepanjang jalan, kami bisa melihat puncak Rinjani dari kejauhan (seperti pada foto di post sebelumnya). Sepuluh menit pertama, saya masih excited, mengambil foto dan berkenalan dengan teman-teman Malaysia. Kemudian seperti biasa, saya merasa mual. Sama seperti sebelum naik Semeru dulu. Saya panik dan gugup luar biasa. Naik gunung lagi. Capek-capekan lagi. Sakit-sakit badan lagi. Suhu ekstrim lagi. Belum lagi insiden malam sebelumnya.
Tumblr media
My hiking buddies!
Kemudian saya melihat puncak lagi. Saya pasti bisa.
Setibanya di Sembalun, kami mendaftar di pos. Saya cukup takjub dengan jumlah pendaki yang hendak naik hari itu. Ramai bukan main, dan didominasi turis asing. April-Juni memang waktu di mana jumlah pendaki Rinjani mencapai puncaknya karena cuaca yang baik dan pendakian baru dibuka setelah ditutup untuk konservasi (biasanya Januari-Maret).
Tumblr media
Where it all began
Sebelum memulai perjalanan, saya mengecek perlengkapan sekali lagi dan saya baru sadar ternyata headlamp saya mati. Saya adalah tipikal yang perlu persiapan yang lama jika ingin melakukan sesuatu, dan kejadian seperti ini bikin kesal luar biasa. Untungnya ada warung di dekat pintu gerbang pendakian yang menjual headlamp alakadarnya. Murah dan terlihat tidak meyakinkan, tapi setidaknya cukup untuk pendakian kali ini saja.
Pendakian pun dimulai! Langkah pertama diambil, dan pemandangan pertama setelah melewati gerbang Geopark Rinjani didominasi oleh perkebunan warga yang dilanjutkan dengan sabana yang luas. Rumput dan semak sejauh mata memandang. Lanskap ini sangat berbeda dari pemandangan awal pendakian di Semeru, yang sepanjang jalurnya dipayungi pohon-pohon tinggi dan rimbun. Perbedaan yang demikian berpengaruh besar, ternyata, karena tanpa pohon yang rindang, sinar matahari yang terik langsung jatuh di atas kepala.
Tumblr media
Baru jalan, masih ada tenaga untuk foto
Energi saya terkuras dengan cepat, dan baru sebentar nafas saya sudah habis. Baru satu jam berjalan, mata saya sudah berkunang-kunang dan pundak saya sakit membawa beban yang berat. Lemah amat sih! Pikir saya. Saya tertinggal rombongan, ditemani oleh guide kami, Bang Awan. Beberapa kali dia menawari untuk membawakan tas, tapi saya menolak. Saya heran kenapa saya selemah itu. Saya berburuk sangka sama diri sendiri. Jangan-jangan ini psikis. Mungkin karena mood yang tidak karuan saat memulai perjalanan karena kejadian kecelakaan bis dan headlamp yang tiba-tiba rusak. Makanya saya terus memaksakan diri untuk lanjut. Tetapi semakin saya memaksakan diri, tenaga saya semakin habis. Sampai di titik saya bahkan tidak bisa bangun. Saya diminta untuk lepas carrier dan kemudian Mas Ali menggendong carrier saya di bagian depan. Lagi-lagi saya merepotkan orang. Padahal ini baru awal. Saya setengah menangis memanggil-manggil Mas Ali, “Jangan dibawain Mas.. Plis jangan” (a bit dramatic but believe me that’s what I said. With tears).
Setelah berguling di tanah dan memejamkan mata cukup lama, akhirnya saya lanjut jalan lagi ditemani Bang Awan sampai akhirnya kami sampai di Pos 1. Rombongan sudah sampai di sana cukup lama. Sebagian sedang shalat, dan yang lainnya bersiap makan siang. Begitu melihat Mas Ali seperti biasa saya menghujaninya dengan permintaan maaf, dan itu tidak sedikitpun mengurangi rasa bersalah saya.
Tiba-tiba Bang Agung menghampiri.
“Ti, tasnya sampe atas dibawain aja ya pakai porter. Ini kebetulan ketemu tadi di jalan dan mau morterin.”
Saya awalnya ragu. Apa saya mau menyerah secepat ini. Tapi kemudian saya teringat betapa beratnya melihat teman seperjalanan harus menganggung akibatnya jika saya keras kepala, seperti waktu naik Semeru dulu, dan seperti beberapa saat sebelumnya saat melihat Mas Ali membawa carrier saya. Dan saya pikir, lebih baik saya dibantu di awal perjalanan ini daripada kelelahan dan tidak bisa summit attack. Akhirnya saya mengiyakan dan Bang Agung memperkenalkan saya dengan abang porter yang katanya akan jadi “pacar” saya sampai akhir pendakian. Namanya Bang Rendi. Asli Sembalun.
Singkat cerita, mulai dari pos 1, carrier saya dibawa oleh Bang Rendi. Saya cuma membawa backpack berisi makanan, air, dan sebagian obat-obatan penting. Saya baru ingat, kalau kami lupa beli oxican, yang sebenarnya akan sangat membantu di kondisi seperti sebelumnya. Seorang teman Malaysia bilang, saya kekurangan asupan oksigen ke otak, sehingga cepat lelah dan pandangan gelap. Jadi, perjalanan selanjutnya akan saya tempuh perlahan. Yang penting sampai.
Sedikit tentang Bang Rendi. Dia ini orangnya pendiam di awal, religius (suka ngasih kultum tiba-tiba selama perjalanan), dan sangat hafal medan. Tapi dia tidak pernah mau menjawab setiap ditanya “Masih jauh ngga Bang” karena tidak ingin membuat mental saya drop. “Mba jalan aja, tenang aja, pelan-pelan. Pasti sampai kok.”
Pernah di suatu titik antara pos 2 dan 3, dia tiba-tiba meminta saya istirahat. Kemudian dia minta izin untuk pergi sebentar.
“Mba tunggu di sini ya. Aku mau ke mata air di bawah sebentar.”
Selincah kera, tiba-tiba dia menuruni tebing dan menyusup ke balik batu-batu besar. Setelah sekitar 10 menit, dia kembali naik dengan membawa sebotol air.
“Kata orang kalau minum air dari sana, bakalan kuat. Ini minum, terus cuci muka pakai air ini. Insya Allah..” Kata Bang Rendi sambil kemudian membacakan doa-doa ke botol air.
Saya nurut saja. Tapi entah karena sugesti, saya merasa jauuuh lebih baik. Keren Bang Rendi ini pokoknya.
Tumblr media
Kilometer di papan ini tidak representatif terhadap kondisi aktual yang rasanya seperti 1000 km. 
Banyak orang bilang, trek Rinjani itu berat karena panjang. Sebenarnya tidak terlalu banyak medan ekstrim, tetapi memang jarak tempuhnya sangat jauh. Tetapi bayangan itu runtuh ketika saya bertemu Bukit Penyesalan. 
Tumblr media
Belum ketemu Bukit Penyesalan mah masih bisa senyum
Sebelumnya beberapa teman yang sudah pernah ke Rinjani memang mewanti-wanti saya tentang Bukit Penyesalan ini. Ini adalah trek sebelum tiba di Plawangan Sembalun, tempat camp pertama. Dari namanya, saya sudah tahu trek ini akan menyiksa. Kata orang, beneran bikin nyesel naik Rinjani. Naik lelah, turun sayang. Intinya, hajar. Tapi toh, ini trek terakhir sebelum tiba di tempat camp, jadi mungkin pendek saja, pikir saya. TERNYATA. PANJANG DAN TIDAK KUNJUNG SELESAI. Berjam-jam saya harus melewati medan yang --------- intinya bikin babak belur. Pantas namanya Bukit Penyesalan dan aliasnya juga banyak. Bukit Penyiksaan. Bukit Penderitaan. Bukit Pembataian.
Beda jenjang trek ini tinggi, saya harus menggunakan seluruh anggota badan saya untuk naik. Saya tidak bisa membayangkan naik trek itu dengan kondisi tidak fit dan membawa carrier. Alhamdulillah ada Bang Rendi. Saya lihat teman-teman saya yang lain, semua tidak bisa berkata-kata. Bahkan Mas Ali yang biasanya tidak pernah berhenti menjadi sedikit-sedikit parkir. Bang Andrew sempat break down karena lututnya menyerah. Untung Bang Rendi jago memberikan pertolongan pertama pada lutut yang “kena”. The best lah pokoknya Bang Rendi. Porter paket lengkap.
Dibanding Bukit Penyesalan, saya lebih suka kalau trek ini diberi nama Bukit PHP. Setiap melihat ke atas, kita pasti bisa melihat ujungnya, dan itu membuat kita berpikir kalau tujuan kita sudah dekat. Setelah sampai atas, ternyata masih ada bukit lagi. Dan berulang. Terus menerus seperti itu.
Setelah sekian jam, sekian bungkus Madurasa, dan sekitar tujuh bukit, akhirnya kami sampai di Plawangan Sembalun. Saya tiba tepat sebelum gelap. Dan ternyata masih ada sebagian rombongan yang masih dalam perjalanan. Tenaga saya sudah habis. Dan ingin segera masuk tenda. Ternyata kami harus menyusuri punggungan Plawangan Sembalun sampai ujung untuk menemukan tenda kami. Plawangan Sembalun malam itu ramai sekali dipenuhi tenda-tenda pendaki. Di punggungan gunung yang sesempit itu, ratusan orang mendirikan tenda. Pemandangan seperti itu baru saya lihat karena waktu naik Semeru area camp sepi mengingat kami naik di tengah musim penghujan.
Singkat cerita, dengan sedikit tenaga yang tersisa, saya berganti pakaian bersih dan makan malam, kemudian langsung istirahat untuk persiapan summit tengah malamnya.
Lanjut nanti, ah. Flu berat..
Ditulis di Tanjung, 18 Februari 2018
6 notes · View notes
pixiedane · 6 years
Note
Could you do Sito Jaxa / Wesley Crusher? I always thought that something happened between them,and that Jaxa's death was a contributing factor to Wesley leaving Starfleet.
I like it. I definitely wish we saw something of Wesley in between “The First Duty” and “Journey’s End” because the transformation is significant. Which does make sense, Wes goes through a lot in TFD, of course he’d be depressed about it. But because it plays (to me) as depression, I really dislike how he leaves. And especially how everyone just goes along with it. Because it’s his destiny to live on a higher plane of being or some nonsense. 
I’d never considered that Starfleet, and specifically Picard/the Enterprise, getting Jaxa killed could have an impact on Wesley but even if they are just friends/former teammates it absolutely should! So thank you for making his disillusionment more painful and therefore better! Because not only does Starfleet send Sito to her doom, they give up on her. Missing, presumed dead. Plus I bet it feels like Nova Squadron is cursed (now I want to write a story from the pov of Jean Hajar, the last member standing – in the universe where Nick Locarno gets lost in the DQ). 
So Nova Squadron spend all their time together. Especially before and after the accident. The Kolvoord Starburst operation took a lot of planning and training and I’m sure there were a lot of late late nights, some stressed out and exhausted, some celebratory and giddy, and that would lead to hook ups. I could ship Wes with all of them. Wes/Nick I’m like 90% certain happened. Wes/Jean makes my above pov story even sadder. Wes/Josh is a TRAGEDY that really needs to be written down. Wes/Jaxa is maybe actually the most happy option? Because what if, as I certainly prefer to believe, she’s not dead, and Traveling!Wes can go get her. 
So Happy AU: Wes leaves Starfleet to hang out with the Traveler and through deep meditation on his broken heart realizes he can’t move on because her presence remains. He can sense her in the space time continuum. Traveler tells him to let it go Yoda style, but Wesley completely ignores him Skywalker style. He delves deeper and discovers where she is. Traveler is like, fine, tell Starfleet. Wes rolls his eyes because Starfleet is why she’s in this mess but contacts Picard. Picard believes Wesley, but he has to bring the intel to Command and Command says Hmmm, too dangerous for one lost ensign we’ve already decided is dead. Wesley says he’s never going to listen to Picard preach about Starfleet ever again and plots his own rescue because he is actually all powerful. Picard is concerned and secretly proud. 
Wesley jets over to Cardassian space and plucks his girlfriend out of prison and then they both go to the Delta Quadrant to pick up Nick. But they don’t rescue Voyager because the Traveler shows up and is like, Wesley, you are destroying the timeline, please stop. And Wes is like, I kinda want to destroy everything but you said please so, fine. [insert Janeway #unimpressed face]
Traveler returns to his higher plane of existence and makes plans to steal Wesley’s kid as a baby so he can mold her from birth (Yoda style) because this ‘waiting for him to make his own decision about it’ was a disaster. Wes, Jaxa, and Nick return to the AQ, find Jean, and become space pirates. 
Send me a ship and I’ll give you my (brutally) honest opinion on it and/or write a scenario 
15 notes · View notes
hcdahlem · 4 years
Photo
Tumblr media
Le Figaro Madame a choisi dix romans de la rentrée dans sa sélection. Retrouvez aussi les livres de Hajar Bali, Jean Echenoz, Régis Jauffret, Constance Debré, Gary Shteyngart, Delia Owens, Fabrice Humbert, Kerry Hudson, Louise May, Joseph Incardona et dans mon guide de la rentrée 2020. #edition #hcdahlem #roman #LitteratureFrancaise #unLivreunePage. #livre #lecture #books #blog #littérature #bloglittéraire #lire #livresaddict #lectrices #lecteurs #litteratureetrangere #bouquiner #livresque #rentreelitteraire https://collectiondelivres.wordpress.com https://www.instagram.com/p/B7Lj8CJKI6N/?igshid=znm918o8r1zh
0 notes
joshuaalbert · 2 years
Text
guys don’t crucify me for this one but I think maybe wesley wasn’t that bad actually
7 notes · View notes
Text
Dubai Hot Air Balloon A Unique Desert Tour
Tumblr media
Dubai is currently among the leading tourist destinations in the world. It is one of the Emirates in the United Arab Emirates located in the heart of the Arabian Desert. Dubai is also home to a magnificent desert landscape with scenery that you will thoroughly enjoy by going on a Dubai hot air balloon.
A Dubai hot air balloon tour especially in Dubai is an exciting and unique experience. The tranquil atmosphere at 4000 feet in the air will be a great experience while the view with an endless ocean of sand dunes will be unlike any that you have ever seen.
History of Hot Air Balloon
The French Montgolfier Brothers were the first to launch an unmanned Hot air balloon in September 1783.
A tethered flight with humans on board was performed in October the same year by Jean Francois Pilarte de Rozier making a hot air balloon the first human carrying aircraft ever made.
Hot air balloons with a heat source on board were developed in the 1950s by Ed Yost and the first successful hot air balloon flight was made in 1960. This formed the foundation of modern hot air balloons.
How does a Hot Air Balloon Work?
A hot air balloon consist of an envelope and wicker basket as a carrier for passengers. The balloon becomes buoyant and floats in the air when heated air is enclosed within the envelope.
The hot air inside the balloon is produced by a burner and makes the air inside the balloon lighter than the air outside the balloon. This makes the aircraft buoyant hence enabling it to rise up and float in the air.
The envelope used for the hot air balloons is made of nylon but the fabric near the burner is made of fire resistant material such as Nomex.
Sites on the Dubai Hot air Balloon Tour
●        The Sunrise
The tour starts early in the morning to give you the chance to see the sun rising above the golden desert sunset horizon. At 4,000 feet up in the air, this will definitely be one breathtaking experience.
●        The Desert
The tour takes place at Margham desert with an endless sea of sand and wildlife. Some of the animals you will get to see roaming around the desert habitat includes the Arabian Oryx and camels.
●        Sand Dunes
You will have the chance to see rising mounds of sand dunes which will be an interesting sight to see from the air. Make sure to bring your camera for some exceptional photos.
●        The Hajar Mountains
The Hajar Mountains are the highest mountain ranges in the Arabian Peninsula. You will get an exotic view these rugged mountains overlooking the desert horizon.
The Dubai Hot air Balloon Experience
●        The Dubai hot air balloon tour starts at 4:30 am with pick up from Dubai. You will proceed to the boarding location at Margham Desert along Dubai-Al Ain Road
●        On arrival, you will board the hot air balloon which has a capacity of up to 20 passengers. A certified pilot will guide you through the ride.
●        The hot air balloon will take you up to 4,000 feet in the air. This will be an exciting airborne adventure with an exotic view. You will get to watch the sunrise over the desert horizon.
●        You will also get to see Dubai’s desert landscape with an endless sea of sand dunes and wildlife such as the Arabian Oryx, gazelles and camels in their natural habitat.
●        After a one hour hot air balloon flight, you will land and continue the tour by going on an exciting desert drive to a private desert conservation reserve. You will also get to ride on vintage 1950s land rovers during the drive.
●        Once you arrive, you will be served with a tantalizing gourmet breakfast. This will be composed of hand smoked salmon, bread, caviar, fresh fruits and refreshments.
●        After breakfast, there will be an entertaining Falconry show where you will get to marvel as expert Falconers put on an exciting spectacle with these amazing hunting birds.
●        The Dubai hot air balloon tour comes to an end around 10:00 am with a transfer back to the hotel.
Dubai Hot Air Balloon tour booking
You can book your Dubai Hot air Balloon tour with Arabia Horizons Tours.  The tour involves a hot air balloon flight with gourmet breakfast and falconry.
Transfers are available for Dubai residents but can also be made for Jebel Ali, Al Maha, Hatta, Sharjah, Ajman, Fujairah and Abu Dhabi at an additional cost.
For more information on booking Dubai hot air balloon tour.
Dubai hot air balloon exceptions
For safety purposes, the hotel air balloon tour is unable to accommodate these visitors;
●        Children who are less than 5 years old
●        Ladies who are more 3 months pregnant
●        Visitors who are more than 70 years of age
●        Visitors with serious heart and medical problems
●        Visitors with serious knee and backbone problems
●        Visitors suffering from chronic back injuries or neck pain
●        Visitors with height phobia
●        Visitors with disabilities including mental and physical disabilities
Why go on a Dubai Hot Air Balloon tour?
There are numerous reasons why you should go on the Dubai Hot Air Balloon Tour;
●        The experience
The Dubai Hot Air Balloon tour is a unique experience. Getting to watch the desert scenery, the wildlife and the sunrise from 4000 feet in the air will be an experience you will not soon forget.
●        The Land Rover ride
The tour includes a desert ride in vintage 1950s Land Rovers that will be an added experience to the tour. This ride through the desert will be equally as fun.
●        Falconry
This is another great inclusion in the tour package that is an absolute delight. You will get to see the expert hunting birds in their element.
●        The photographs
The photos from the hot air balloon will be amazing and will be a great addition to your travel portfolio, travel blog or social media page.
With Arabia Horizons tours, you will get to have an exceptional Dubai Hot Air Balloon tour that you will always remember. Book a tour with us during your visit to Dubai and have one amazing experience.
0 notes
Text
LELAKI SOLAT TANPA JEANS, WANITA TANPA TELEKUNG
Kaksher terbuka blog Imam Muda Ashraf tempohari. Satu bacaan yang bagus sebenarnya. Yang alasan -alasan diberi, memang selalu kita dengar. Kaksher share kat sini. Sebab kaksher nak korang baca sama.
[ Saya berkunjung ke Jakarta. Kebetulan disapa sekumpulan cewek ala-ala Bunga Citra Lestari. Berpakaian dengan mini skirtnya. Rambut curl. Ada yang hanya berbaju tali gantung. Dengan High heel nya. Seolah-olah saya sedang menyaksikan Drama Sinetron Bawang Merah Bawang Putih.
“Permisi Mas…di mana tempatnya Musalla orang solat?” Tanya salah seorang cewek kepada saya. Mungkin barangkali mereka sangkakan saya ini orang Indonesia. Mahu sahaja saya beritahu saya ini bukan Ashraff Sinclair. Tapi cuma Asyraf imam kampung.
“Oh..kapannya di sebelah sana..belakang parkir kereta” Saya menjawab berbahasa indonesia yang terkeluar dari skema Dewan Bahasa Dan Pustaka Indonesia. Mereka tertawa kecil dengan jawapan saya. Bersama saya teman seorang mahasiswa di salah sebuah Universitas di Jakarta. Dia memberitahu saya bahawa, budaya orang di Indonesia berbeza dengan di Malaysia. Tidak menjadi suatu mustahil apabila seorang wanita yang tidak menutup aurat masuk ke Surau dan memakai telekung yang disediakan lalu mengerjakan solat. Malah majoritinya tanpa segan silu. Walaupun ada pertanyaan di benak hati saya, namun saya melihat ianya dari sudut positif. MEREKA TIDAK TINGGALKAN SOLAT!!..
Saya berkunjung di Brunei. Dalam satu Program perkhemahan bersama remaja. Apabila tiba waktu solat, saya dijemput mengimamkan solat. Dibelakang saya ramai remaja lelaki dan perempuan. Yang lelaki memakai jubah kebanyakkannya. Saya sangat kagum. Namun selesai salam dan berpisah untuk ke ruang makan, kebanyakkan si lelaki menanggalkan Jubah mereka dan mengenakan seluar pendek. Walaupun tidak semua. Namun ianya satu lagi persoalan kepada saya. Walaupun begitu saya masih mengambil yang positif. Dalam persoalan ibadah, MEREKA MEMENTINGKAN SUNNAH!!..
Saya berkunjung Ke Time Square Kuala Lumpur. Tanah Airku. Ketika melalui surau di tingkat 8, ada sekelompok remaja lelaki dan perempuan sedang menunggu rakan mereka di luar surau. Saya yang sedang memakai kasut mula bertegur sapa. Saya bertanya kepada mereka, kenapa mereka tidak solat sekali dengan rakan-rakan yang lain. Agak menkjubkan jawapan mereka. Si lelaki mengatakan ia berseluar jeans. Kotor berpeluh. Di dalam Surau tiada kain pelikat katanya. Yang si perempuan pula berkata. Saya tidak membawa telekung.Lagipun telekung di dalam surau tu dah terlalu kuning lusuh warnanya.
Sekali lagi berbagai persoalan yang timbul di benak saya. Saya masih mengambil yang postitif…MEREKA MEMENTINGKAN KEBERSIHAN UNTUK BERTEMU ALLAH!!…
Islam itu mudah dan ia tidak menyukarkan umatnya. Malah ianya meraikan semua golongan bangsa dan warna kulit. Budaya sesuatu bangsa itu terbentuk hasil daripada sudut pandang nilai yang sama.
Kehidupan masakini berbeza dengan suatu ketika dahulu. Perubahan zaman dengan corak kehidupan yang lebih pantas dan memerlukan pergerakan yang lebih luas membuatkan beberapa isu budaya yang perlu diubah. Masyarakat terutamanya wanita yang dilihat kini lebih banyak berurusan dengan situasi kerja dan urusan harian membuatkan beberapa kesukaran terjadi akibat keterikatan dengan budaya masa lampau.
Pemakaian telekung adalah satu struktur budaya keagamaan yang dibentuk dalam komuniti masyarakat Islam di Nusantara. Ianya terbukti suatu yang amat baik jika dilihat dari aspek kesempurnaan ibadah. Para ulama Melayu dahulu amat teliti dalam memastikan kesempurnaan ibadah umat ketika itu. Pemilihan bentuk telekung yang longgar, lebar dan mudah disarung menjadikannya sesuai untuk semua generasi umur dan bentuk  badan. Ini bersesuaian dengan arahan Allah SWT di dalam al-Quran yang menghendaki kita memakai pakaian yang baik ketika mendirikan solat. Di dalam surah al-A’raaf ayat 31 yang bermaksud :
“Hai anak Adam, pakailah perhiasanmu(pakaian) yang indah di setiap kali kamu ( memasuki ) masjid, makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih lebihan.”
Menurut Syeikh Khatib al-Syarbini dalam kitabnya Mughni Muhtaj telah menguatkan pendapat daripada Ibn Abbas RA mengatakan bahawa maksud memakai pakaian yang indah setiap kali memasuki masjid ini adalah merujuk kepada pakaian ketika sembahyang.
Ibnu Hazm pula memahami maksud ‘perhiasan’ disini adalah menutup aurat
Manakala Imam Ibn Kathir, telah memetik riwayat Imam Muslim mengatakan bahawa ayat ini merupakan bantahan atas tindakan orang-orang musyrik yang dengan sengaja mengerjakan tawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang. Ianya juga menunjukkan memberi pengertian lain iaitu disunnahkan menghias diri ketika hendak menunaikan sembahyang lebih-lebih lagi pada hari Jumaat dan Hari Raya. Juga disunnahkan memakai wangi-wangian kerana ia juga termasuk daripada perhiasan.
Malah boleh juga kita mengenakan pakaian yang berjenama asalkan tidak mendatangkan rasa takabbur. Ini sepertimana yang diberitahu oleh Qatadah yang meriwayatkan dari Muhammad Ibnu Sirin bahawa sahabat Nabi SAW Tamim ad-Dari pernah membeli sebuah rida’ ( selendang atau serban) dengan harga seribu, lalu ia mengerjakan sembahyang dengan mengenakannya.
Ulama Melayu dahulu amat bijak dalam membentuk budaya corak berpakaian yang baik kepada umat Islam di Nusantara. Mereka juga telah memilih warna putih sebagai warna rasmi kepada telekung. Ini juga bersesuaian dengan kehendak sunnah yang amat disukai oleh Baginda Nabi SAW dalam memilih warna pakaian yang terbaik. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Imam Ahmad dari Ibnu Abbas di dalam hadis marfu’, Rasulullah SAW bersabda :
“Pakailah pakaian kalian yang berwarna putih. Kerana sesunggunya ia adalah sebaik-baik pakaian kalian. Dan kafanilah orang-orang yang mati dikalangan kalian dengannya.”
Pembentukan budaya pemakaian telekung ini membuatkan Umat Islam di Nusantara agak janggal untuk memilih pakaian yang berlawanan dengan adat budaya yang telah dibentuk sejak sekian lama.
Budaya yang baik pada asalnya ini sedikit sebanyak mula mendatangkan kesan yang agak negatif kepada wanita Islam masakini yang bergerak aktif dalah kehidupan seharian. Ini kerana pemahaman budaya tersebut telah disalah ertikan oleh wanita kini tanpa melihat dari aspek imu Islam yang sebenar.
Disebabkan itulah muncul pelbagai alasan yang tidak munasabah apabila tibanya waktu solat. Ada sebahagian wanita yang mengabaikan solat apabila berada di luar rumah contohnya di pusat membeli belah, tempat kerja dan sebagainya  dengan beralasan tidak membawa telekung. Ada juga yang memberi alasan telekung yang disediakan di masjid mahupun surau itu agak kotor dan tidak sesuai.
Sedangkan pemakaian telekung itu bukanlah syarat sahnya solat seseorang wanita. Bagaimana keadaan wanita yang berada di luar daripada Negara Nusantara. Mereka tidak pernah mengenal erti telekung. Disebabkan itulah ramai dikalangan wanita Nusantara merasa pelik dengan pakaian wanita Muslimah di Negara barat. Muslimah di China, India mahupun Timur Tengah.
Sebenarnya syarat dalam pakaian sembahyang adalah cukup dengan menutup aurat dan hendaklah pakaian itu bersih dari sebarang najis. Bukanlah telekung berwarna putih itu menjadi syarat sahnya sembahyang.
Andainya seorang wanita itu berpakaian baju kurung atau pakaian yang menepati syarat aurat, walaupun ianya berwarna warni, maka tetap sah solat mereka. Menurut Jumhur Ulama yang diwajibkan wanita dalam solat adalah memakai baju dan tudung kepala. Maka Ibnu Munzir berpendapat, “Jika kain yang dipakai cukup luas lalu ia menutupi kepalanya dengan kelebihan kain itu, maka ianya dibolehkan.
Aurat wanita ketika sembahyang sama sahaja seperti aurat wanita di luar sembahyang. Sepertimana batasan aurat wanita yang digunapakai oleh masyarakat di Malaysia dengan merujuk kepada pandangan Mazhab Syafie iaitu seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan. Berasaskan kepada pandangan ini, tidak semestinya telekung sahaja yang boleh dijadikan pakaian sembahyang. Baju kurung, jubah, blaus juga boleh dijadikan pakaian sembahyang walaupun ianya bukan berwarna putih.
Manakala bagi lelaki pula, kebersihan, kecantikan dan wangi-wangian menjadikan sembahyang mereka lebih baik pada zahirnya disisi Allah SWT. Ini kerana situasi menghadapi Pencipa Yang Maha Agung itu memerlukan lebih berketerampilan berbanding berhadapan manusia lainnya.
Namun, berpakaian yang elok itu tidaklah semestinya mewajibkan kepada mereka berkain pelekat, berjubah, baju melayu dan sebagainya. Ada juga yang meninggalkan sembahyang kerana beranggapan pakaiannya kotor dengan peluh. Kotor dengan minyak kereta kerana bekerja sebagai mekanik. Kotor dengan lumpur kerana baru pulang dari kebun dan sebagainya.
Sedangkan, syarat sah solat ialah pakaian tersebut hendaklah bebas dari sebarang najis. Kotor tidak bermaksud ianya bernajis. Jadinya disini, seorang yang dalam keadaan berpeluh sesudah bersukan boleh menunaikan solat tanpa menukar pakaiannya.
Di dalam kitab Fathul Bari karangan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani telah mengambil riwayat dari Ibnu Hibban mengatakan bahawa Muawiyah bin Abu Sufyan bahawasanya ia bertanya kepada saudara perempuannya ( Ummu Habibah), “Apakah Rasulullah pernah solat memakai pakaian yang digunakan ketika berhubungan dengan isterinya?” Ummu Habibah menjawab, “Ya, apabila Baginda tidak melihat sebarang kotoran di pakaian tersebut.
Hadis ini menerangkan kepada kita bahawa, selagi pakaian yang dipakai itu tidak jelas padanya najis yang boleh merosakkan solat, maka sah solat yang kita kerjakan dengan berpakaian biasa. Malah remaja lelaki yang berpakaian serba fesyen terkini, samada berseluar jeans, baju yang pelbagai bentuk warna juga boleh mengerjakan sembahyang tanpa merasakan janggal. Kerana Islam tidak pernah menyusahkan untuk melakukan sembahyang.
Ini bukan kempen ‘Tak pakai tudung takpa janji hati baik’. Ini juga bukan kempen menghapuskan pakaian yang indah ketika solat. Namun ini adalah kempen untukmemudahkan solat kepada setiap manusia.
Islam itu mudah. Ianya sesuai dalam kehidupan seharian umat. Allah lebih mengetahui perihal keadaan hamba-hambaNya. Islam tidak hanya meraikan kelompok manusia yang sentiasa berada dalam kelapangan. Ia juga meraikan umat yang sibuk dan penuh dengan tugasan harian. Sembahyanglah anda walau di mana anda berada.
#kaksherbercerita
0 notes
doktersri-blog · 6 years
Text
Menyerupai Suatu Kaum : Hadits, Konteks Budaya, dan Tahun 2018
Hanya dengan satu hadits ini :
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Daud dan Ahmad), banyak ustaz yang lantang mengharamkan hampir semua aspek kehidupan kita saat ini. Bagaimana cara kita memahami hadits ini dalam tinjauan ilmu hadits, sejarah, politik dan budaya?
Berbeda dengan imajinasi pihak tertentu, dari mulai Prof Samuel Huntington sampai Emak-emak yang hobi main medsos, yang membayangkan terjadinya benturan budaya, sesungguhnya peradaban manusia dibangun lewat perjumpaan dan percampuran berbagai budaya di dunia ini. Dari mulai bahasa, pakaian, makanan, karya seni, teknologi sampai olahraga terdapat titik-titik kesamaan yang kemudian bila dilacak ke belakang kita akan kesukaran menentukan identitas asli tradisi tersebut.
Ambil contoh, memakan dengan sumpit. Kawan bule saya keheranan saya tidak bisa menggunakan sumpit padahal sudah 20 tahun lebih tinggal di Australia. Ganti saya yang keheranan ketika sumpit dihubungkan dengan tradisi Australia. Bukannya ini berasal dari Cina? Kawan bule saya dengan santai bilang: “Aslinya sih begitu, tetapi semua anak Ausie tahu cara pakai sumpit.”
Saya beri satu contoh umum lagi, sebelum kita masuki contoh yang kontroversial. Sepak bola modern berasal dari Inggris. Paling tidak itu kata kawan saya yang penggemar berat Arsenal. Tapi ternyata olahraga ini punya sejarah panjang dari mulai permainan cuju di Cina, sampai permainan epyskiros di Yunani.
Nabi Muhammad Bukan Patriarkis
Dan kini setiap menyebut sepak bola, dunia tidak lagi mengingat pemain Inggris, Cina atau Yunani, tetapi Messi dari Argentina dan Ronaldo dari Portugal (keduanya bermain di Liga Spanyol). Dan saya menduga baik Messi maupun Ronaldo juga tidak keberatan makan dengan sumpit.
Nah, bisakah hanya gara-gara makan dengan sumpit atau menjadi penggemar bola, Anda kemudian dianggap bagian dari mereka? “Mereka” itu siapa? Itu saja tidak jelas karena untuk sampai kepada “mereka”, perjalanan sumpit dan sepak bola itu panjang melintasi benua dan samudera. Tapi bukankah sebagai orang Jawa, Sunda, Bugis atau Ambon Anda tetap tidak merasa kehilangan kejawaan, kesundaan, kebugisan atau keambonan Anda hanya karena makan mie pangsit dengan sumpit atau mengoleksi berbagai atribut Real Madrid atau Barca?
Lantas apa maksud hadits di atas? Saya dulu pernah menjelaskan soal politik identitas. Saya kutip sebagian:
Pada masa Nabi Muhammad hidup lima belas abad yang lampau, identitas keislaman menjadi sesuatu yang sangat penting. Tapi bagaimana membedakan antara Muslim dengan non-Muslim saat itu? Bukankah mereka sama-sama orang Arab yang punya tradisi yang sama, bahasa yang sama bahkan juga berpakaian yang sama? Untuk komunitas yang baru berkembang, loyalitas ditentukan oleh identitas pembeda.
Pernah pada suatu waktu, orang kafir menyatakan masuk Islam di pagi hari, dan kemudian duduk berkumpul bersama-sama komunitas membicarakan strategi dakwah, tapi di sore hari orang itu menyatakan dia kembali kafir lagi. Maka, murkalah Nabi. Tindakan itu dianggap sebuah pengkhianatan terhadap loyalitas komunal. Di sini muncullah hukuman mati terhadap orang murtad, yang di abad modern ini mirip dengan hukuman terhadap pengkhianat dan pembocor rahasia negara.
Mulailah Nabi Muhammad melakukan konsolidasi internal: loyalitas dibentengi dengan identitas khusus. Nabi melakukan politik identitas: umat Islam dilarang menyerupai kaum Yahudi, Nasrani, Musyrik bahkan Majusi. Maka, keluarlah aturan pembeda identitas dari soal kumis-jenggot, sepatu-sendal, dan warna pakaian. Pesannya simpel: berbedalah dengan mereka. Jangan menyerupai mereka, karena barang siapa yang menyerupai mereka, maka kalian sudah sama dengan mereka.
Puasa, Sepakbola, dan Perdamaian Dunia
Inilah konteks hadits di atas: politik identitas dari Nabi untuk komunitas Islam saat itu. Nah, para ustaz jaman now yang gemar mengutip hadits tasyabuh ini sebenarnya juga hendak mengukuhkan identitas keislaman kita bahwa kita berbeda dengan “mereka”. Namun para ustaz lupa bahwa kita tidak lagi hidup di komunitas terbatas seperti perkampungan Madinah 15 abad lalu.
Kita sekarang sudah menjadi citizen of the world (warga dunia). Kondisi sudah berubah, identitas keislaman tidak akan tergerus oleh pembeda yang berupa asesoris semata. Identitas keislaman saat ini adalah akhlak yang mulia.
Secara sanad, hadits di atas juga tidak diriwayatkan oleh dua kitab utama, Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Para ulama hadits juga berbeda menentukan derajat hadits itu. Ada yang mensahihkan, ada yang memandang hadits itu hasan, bahkan ada pula yang mendhaifkannya. Bagi yang mengkritik perawi hadits di atas, mereka misalnya menemukan persoalan pada Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban.
Ahmad bin Hanbal mengatakan hadits yg diriwayatkan perawi ini munkar. Abu Dawud mengatakan tidak mengapa dengannya. An-Nasa’i mengatakan dha’if. Ibnu Hajar menyimpulkan bahwa yang bersangkutan itu jujur, tapi sering keliru, dianggap bermazhab Qadariyyah, dan berubah hapalannya di akhir usianya.
Mengapa para ustaz tidak menjelaskan perbedaan status sanad hadits ini dan juga konteks kemunculannya? Saya berbaik sangka para ustaz tidak punya kesempatan yang cukup untuk menjelaskannya di video youtube mereka yang viral itu. Wa Allahu a’lam.
Saya ingin sekali lagi menunjukkan betapa pentingnya memahami hadits sesuai konteksnya. Misalnya ada riwayat:
“Berbedalah kalian dengan Yahudi, karena mereka salat tidak pakai sandal dan sepatu” (HR Abu Daud).
Guru saya, Prof Dr KH Ali Mustafa Ya’qub, pernah menjelaskan bahwa kondisi masjid di zaman Nabi itu tidak pakai lantai. Hanya beralaskan tanah atau pasir. Maka, kita paham konteksnya. Bayangkan kalau hadits ini sekarang kita pakai apa adanya dan kita masuk masjid dengan sandal dan sepatu. Kita akan diteriakin bahkan mungkin dianggap penista Islam. Itulah gunanya memahami konteks hadits.
Yang dulunya diwajibkan, malah bisa dilarang, ketika konteksnya berubah. Abu Yusuf, murid utama Imam Abu Hanifah, dengan cerdas mengeluarkan kaidah: “Jika suatu nash muncul dilatarbelakangi sebuah tradisi, dan kemudian tradisi itu berubah, maka pemahaman kita terhadap nash itu juga berubah.”
Di samping itu, tidak benar kalau Rasulullah selalu hendak berbeda dengan kaum non-Muslim. Misalnya HR Bukhari-Muslim ini:
“Nabi SAW tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya, “Apa ini?” Mereka menjawab : ”Sebuah hari yang baik, ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka, beliau Rasulullah menjawab : ”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.”
Surat edaran larangan merayakan Tahun Baru 2018
Saya sudah jelaskan bahwa cara berpakaian orang Arab baik Muslim maupun non-Muslim saat itu serupa, maka penanda yang tampak seperti tampak di wajah itu menjadi penting bagi identitas keislaman pada saat itu seperti riwayat ini:
“Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR Muslim).
Tapi bagaimana dengan model sisiran? Ternyata Nabi tidak menyelisihi non-Muslim. Kenapa? Karena rambut tertutup sorban sehingga apa pun model sisiran rambut tidak akan menjadi penanda identitas. Perhatikan riwayat ini:
“Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah dahulunya menyisir rambut beliau ke arah depan hingga kening, sedangkan orang-orang musyrik menyisir rambutnya ke bagian kiri-kanan kepala mereka, sementara itu Ahlul Kitab menyisir rambut mereka ke kening. Rupanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih suka bila bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dalam perkara yang tidak ada perintahnya. Namun kemudian hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyisiri rambutnya ke arah kanan-kiri kepala beliau”. (HR Bukhari)
Nah, kalau kita memahami teks riwayat di atas secara apa adanya, apa kita berani mengatakan bahwa Rasulullah serupa dengan non-Muslim dan telah menjadi bagian dari mereka hanya karena model sisirannya sama? Yang heboh nanti sobat saya, Kang Maman Suherman, yang plontos itu. Dia akan bingung mau nyisir model apa biar gak dianggap kafir!
Begitu juga soal jenggot dan kumis, kini tidak lagi menjadi satu-satunya pembeda antara identitas Muslim dengan non-Muslim. Banyak selebriti yang sekarang memelihara jenggot dan tidak berkumis, begitu juga para tokoh non-Muslim yang juga seperti itu. Apa mereka menjadi Muslim atau kita yang menjadi kafir gegara punya jenggot?
Sekarang bagaimana dengan perayaan tahun baru? Bagaimana dengan perayaan Valentine? Bagaimana dengan ucapan selamat hari ibu, selamat ulang tahun, selamat atas wisuda, selamat atas promosi jabatan? Bagaimana kalau kita pakai celana jeans, atau dasi dan jas?
Untuk perempuan, tahukah Anda sejarah bra? Zaman Rasul gak ada muslimah yang pakai bra, itu tradisi Eropa abad ke-18. Bolehkah Anda sekarang pakai bra? Untuk yang lelaki, bagaimana kalau kita pakai topi cowboy atau topi ulang tahun, atau topi santa?
Saya sudah jelaskan konteks hadits tasyabuh dan dikaitkan dengan hadits lain serta pemahaman kita akan interaksi berbagai budaya di dunia. Kembali ke contoh awal di tulisan saya ini, apa Anda lantas merasa jadi kafir hanya karena makan dengan sumpit dan menonton atau ikut bermain sepak bola?
Dalam tradisi hukum Islam dikenal kaidah al-‘adah muhakkamah. Tradisi yang tidak bertentangan langsung dengan pokok-pokok akidah itu bisa diakui dan diakomodir dalam praktik maupun ekspresi keislaman kita. Kaidah ini membuat Islam bisa menerima berbagai budaya tanpa harus kehilangan identitas keislaman kita. Itu pula yang dilakukan Walisongo saat mengakomodir budaya dan tradisi Nusantara.
Saya tidak ingin memberi fatwa boleh atau tidaknya merayakan ini dan itu, boleh tidaknya memakai ini dan itu. Anda putuskan sendiri saja. Semoga penjelasan saya ini cukup menjadi bahan pertimbangan Anda. Hidup ini pilihan. Selamat memilih, dan Selamat Tahun Baru 2018!
- Nadisyah hosen (via geotimes.co.id)
#srirz
Tumblr media
0 notes
riya-kn · 6 years
Link
 Menyerupai Suatu Kaum: Hadits, Konteks Budaya, dan Tahun Baru 2018  Hanya dengan satu hadits ini, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Daud dan Ahmad), banyak ustaz yang lantang mengharamkan hampir semua aspek kehidupan kita saat ini. Bagaimana cara kita memahami hadits ini dalam tinjauan ilmu hadits, sejarah, politik dan budaya? Berbeda dengan imajinasi pihak tertentu, dari mulai Prof Samuel Huntington sampai Emak-emak yang hobi main medsos, yang membayangkan terjadinya benturan budaya, sesungguhnya peradaban manusia dibangun lewat perjumpaan dan percampuran berbagai budaya di dunia ini. Dari mulai bahasa, pakaian, makanan, karya seni, teknologi sampai olahraga terdapat titik-titik kesamaan yang kemudian bila dilacak ke belakang kita akan kesukaran menentukan identitas asli tradisi tersebut. Ambil contoh, memakan dengan sumpit. Kawan bule saya keheranan saya tidak bisa menggunakan sumpit padahal sudah 20 tahun lebih tinggal di Australia. Ganti saya yang keheranan ketika sumpit dihubungkan dengan tradisi Australia. Bukannya ini berasal dari Cina? Kawan bule saya dengan santai bilang: “Aslinya sih begitu, tetapi semua anak Ausie tahu cara pakai sumpit.” Saya beri satu contoh umum lagi, sebelum kita masuki contoh yang kontroversial. Sepak bola modern berasal dari Inggris. Paling tidak itu kata kawan saya yang penggemar berat Arsenal. Tapi ternyata olahraga ini punya sejarah panjang dari mulai permainan cuju di Cina, sampai permainan epyskiros di Yunani.  Tak Ada Paksaan dalam Agama. Titik! Read more Dan kini setiap menyebut sepak bola, dunia tidak lagi mengingat pemain Inggris, Cina atau Yunani, tetapi Messi dari Argentina dan Ronaldo dari Portugal (keduanya bermain di Liga Spanyol). Dan saya menduga baik Messi maupun Ronaldo juga tidak keberatan makan dengan sumpit. Nah, bisakah hanya gara-gara makan dengan sumpit atau menjadi penggemar bola, Anda kemudian dianggap bagian dari mereka? “Mereka” itu siapa? Itu saja tidak jelas karena untuk sampai kepada “mereka”, perjalanan sumpit dan sepak bola itu panjang melintasi benua dan samudera. Tapi bukankah sebagai orang Jawa, Sunda, Bugis atau Ambon Anda tetap tidak merasa kehilangan kejawaan, kesundaan, kebugisan atau keambonan Anda hanya karena makan mie pangsit dengan sumpit atau mengoleksi berbagai atribut Real Madrid atau  Barca? Lantas apa maksud hadits di atas? Saya dulu pernah menjelaskan soal politik identitas. Saya kutip sebagian: Pada masa Nabi Muhammad hidup lima belas abad yang lampau, identitas keislaman menjadi sesuatu yang sangat penting. Tapi bagaimana membedakan antara Muslim dengan non-Muslim saat itu? Bukankah mereka sama-sama orang Arab yang punya tradisi yang sama, bahasa yang sama bahkan juga berpakaian yang sama? Untuk komunitas yang baru berkembang, loyalitas ditentukan oleh identitas pembeda. Pernah pada suatu waktu, orang kafir menyatakan masuk Islam di pagi hari, dan kemudian duduk berkumpul bersama-sama komunitas membicarakan strategi dakwah, tapi di sore hari orang itu menyatakan dia kembali kafir lagi. Maka, murkalah Nabi. Tindakan itu dianggap sebuah pengkhianatan terhadap loyalitas komunal. Di sini muncullah hukuman mati terhadap orang murtad, yang di abad modern ini mirip dengan hukuman terhadap pengkhianat dan pembocor rahasia negara. Mulailah Nabi Muhammad melakukan konsolidasi internal: loyalitas dibentengi dengan identitas khusus. Nabi melakukan politik identitas: umat Islam dilarang menyerupai kaum Yahudi, Nasrani, Musyrik bahkan Majusi. Maka, keluarlah aturan pembeda identitas dari soal kumis-jenggot, sepatu-sendal, dan warna pakaian. Pesannya simpel: berbedalah dengan mereka. Jangan menyerupai mereka, karena barang siapa yang menyerupai mereka, maka kalian sudah sama dengan mereka.  Malu Aku Padamu, Duhai Sayyidul Wujud! Read more Inilah konteks hadits di atas: politik identitas dari Nabi untuk komunitas Islam saat itu. Nah, para ustaz jaman now yang gemar mengutip hadits tasyabuh ini sebenarnya juga hendak mengukuhkan identitas keislaman kita bahwa kita berbeda dengan “mereka”. Namun para ustaz lupa bahwa kita tidak lagi hidup di komunitas terbatas seperti perkampungan Madinah 15 abad lalu. Kita sekarang sudah menjadi citizen of the world (warga dunia). Kondisi sudah berubah, identitas keislaman tidak akan tergerus oleh pembeda yang berupa asesoris semata. Identitas keislaman saat ini adalah akhlak yang mulia. Secara sanad, hadits di atas juga tidak diriwayatkan oleh dua kitab utama, Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Para ulama hadits juga berbeda menentukan derajat hadits itu. Ada yang mensahihkan, ada yang memandang hadits itu hasan, bahkan ada pula yang mendhaifkannya. Bagi yang mengkritik perawi hadits di atas, mereka misalnya menemukan persoalan pada Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban. Ahmad bin Hanbal mengatakan hadits yg diriwayatkan perawi ini munkar. Abu Dawud mengatakan tidak mengapa dengannya. An-Nasa’i mengatakan dha’if. Ibnu Hajar menyimpulkan bahwa yang bersangkutan itu jujur, tapi sering keliru, dianggap bermazhab Qadariyyah, dan berubah hapalannya di akhir usianya. Mengapa para ustaz tidak menjelaskan perbedaan status sanad hadits ini dan juga konteks kemunculannya? Saya berbaik sangka para ustaz tidak punya kesempatan yang cukup untuk menjelaskannya di video youtube mereka yang viral itu.  Wa Allahu a’lam. Saya ingin sekali lagi menunjukkan betapa pentingnya memahami hadits sesuai konteksnya. Misalnya ada riwayat: “Berbedalah kalian dengan Yahudi, karena mereka salat tidak pakai sandal dan sepatu” (HR Abu Daud). Guru saya, Prof Dr KH Ali Mustafa Ya’qub, pernah menjelaskan bahwa kondisi masjid di zaman Nabi itu tidak pakai lantai. Hanya beralaskan tanah atau pasir. Maka, kita paham konteksnya. Bayangkan kalau hadits ini sekarang kita pakai apa adanya dan kita masuk masjid dengan sandal dan sepatu. Kita akan diteriakinbahkan mungkin dianggap penista Islam. Itulah gunanya memahami konteks hadits. Yang dulunya diwajibkan, malah bisa dilarang, ketika konteksnya berubah. Abu Yusuf, murid utama Imam Abu Hanifah, dengan cerdas mengeluarkan kaidah: “Jika suatu nash muncul dilatarbelakangi sebuah tradisi, dan kemudian tradisi itu berubah, maka pemahaman kita terhadap nash itu juga berubah.” Di samping itu, tidak benar kalau Rasulullah selalu hendak berbeda dengan kaum non-Muslim. Misalnya HR Bukhari-Muslim ini: “Nabi SAW tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya, “Apa ini?” Mereka menjawab : ”Sebuah hari yang baik, ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka, beliau Rasulullah menjawab : ”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.” Surat edaran larangan merayakan Tahun Baru 2018 Saya sudah jelaskan bahwa cara berpakaian orang Arab baik Muslim maupun non-Muslim saat itu serupa, maka penanda yang tampak seperti tampak di wajah itu menjadi penting bagi identitas keislaman pada saat itu seperti riwayat ini: “Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR Muslim). Tapi bagaimana dengan model sisiran? Ternyata Nabi tidak menyelisihi non-Muslim. Kenapa? Karena rambut tertutup sorban sehingga apa pun model sisiran rambut tidak akan menjadi penanda identitas. Perhatikan riwayat ini: “Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah dahulunya menyisir rambut beliau ke arah depan hingga kening, sedangkan orang-orang musyrik menyisir rambutnya ke bagian kiri-kanan kepala mereka, sementara itu Ahlul Kitab menyisir rambut mereka ke kening. Rupanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih suka bila bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dalam perkara yang tidak ada perintahnya. Namun kemudian hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyisiri rambutnya ke arah kanan-kiri kepala beliau”. (HR Bukhari) Nah, kalau kita memahami teks riwayat di atas secara apa adanya, apa kita berani mengatakan bahwa Rasulullah serupa dengan non-Muslim dan telah menjadi bagian dari mereka hanya karena model sisirannya sama? Yang heboh nanti sobat saya, Kang Maman Suherman, yang plontos itu. Dia akan bingung mau nyisir model apa biar gak dianggap kafir!  Begitu juga soal jenggot dan kumis, kini tidak lagi menjadi satu-satunya pembeda antara identitas Muslim dengan non-Muslim. Banyak selebriti yang sekarang memelihara jenggot dan tidak berkumis, begitu juga para tokoh non-Muslim yang juga seperti itu. Apa mereka menjadi Muslim atau kita yang menjadi kafir gegara punya jenggot? Sekarang bagaimana dengan perayaan tahun baru? Bagaimana dengan perayaan Valentine? Bagaimana dengan ucapan selamat hari ibu, selamat ulang tahun, selamat atas wisuda, selamat atas promosi jabatan? Bagaimana kalau kita pakai celana jeans, atau dasi dan jas? Untuk perempuan, tahukah Anda sejarah bra? Zaman Rasul gak ada muslimah yang pakai bra, itu tradisi Eropa abad ke-18. Bolehkah Anda sekarang pakai bra? Untuk yang lelaki, bagaimana kalau kita pakai topi cowboy atau topi ulang tahun, atau topi santa? Saya sudah jelaskan konteks hadits tasyabuh dan dikaitkan dengan hadits lain serta pemahaman kita akan interaksi berbagai budaya di dunia. Kembali ke contoh awal di tulisan saya ini, apa Anda lantas merasa jadi kafir hanya karena makan dengan sumpit dan menonton atau ikut bermain sepak bola? Dalam tradisi hukum Islam dikenal kaidah al-‘adah muhakkamah. Tradisi yang tidak bertentangan langsung dengan pokok-pokok akidah itu bisa diakui dan diakomodir dalam praktik maupun ekspresi keislaman kita. Kaidah ini membuat Islam bisa menerima berbagai budaya tanpa harus kehilangan identitas keislaman kita. Itu pula yang dilakukan Walisongo saat mengakomodir budaya dan tradisi Nusantara. Saya tidak ingin memberi fatwa boleh atau tidaknya merayakan ini dan itu, boleh tidaknya memakai ini dan itu. Anda putuskan sendiri saja. Semoga penjelasan saya ini cukup menjadi bahan pertimbangan Anda. Hidup ini pilihan. Selamat memilih, dan Selamat Tahun Baru 2018!
0 notes