Tumgik
#doa akhir dan awal tahun latin indonesia
punteuet · 7 months
Text
Doa Awal Tahun Dan Akhir Tahun
Ahmadalfajri.com – Doa Awal Tahun Dan Akhir Tahun Membaca doa awal dan akhir tahun merupakan salah satu bentuk sunnah Nabi Muhammad SAW. Beliau menganjurkan kepada umatnya untuk membaca doa awal tahun agar senantiasa mendapatkan berkah dan perlindungan dari Allah SWT. Membaca doa awal tahun adalah salah satu bentuk ibadah dan penghambaan diri kepada Allah SWT. Selain itu, membaca doa awal…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
0 notes
narasabda · 5 years
Text
September: Banyak Bahagia, Sedikit Muak
Beginilah saya merangkum bulan September kemarin. Seperti yang tertera di judul, jagad raya seolah meyakinkan bahwa terlena dalam satu kondisi bukanlah hal baik. Ada kalanya sedih terobati. Ada saatnya tenang dirampas dan berganti kekacauan. Itulah mengapa saya masih percaya jika bumi itu bundar.
Sedikit kebahagiaan pada bulan September terjadi tepat di hari pertamanya. Setelah cukup lama mengurung diri dalam rumah, membatasi intensitas kehidupan bersosial, adalah pasir pantai serta birunya laut yang akhirnya mampu meruntuhkan semuanya. Berawal dari sebuah ajakkan terkait project audio-visual dengan tajuk gameshow yang kebetulan saja membutuhkan seorang Camera Person (Camper). Soal teknik pengambilan gambar adalah hal belakangan, yang terpenting adalah mencari siapa yang bisa mengisi pos tersebut.
Lokasinya tidak terlalu jauh dari kota. Berjarak hanya selama menghabiskan satu batang rokok melalui jalur laut, kami tiba dengan selamat di pulau kecil yang cukup ramai di akhir pekan. Masih ada bekas-bekas api unggun di sana sejak kami tiba. Bukti bahwa hal seru telah terjadi semalaman. Beberapa sampah plastik menemani sisa api unggun; gelas plastik dengan sedikit air di dasarnya, bungkus mie instan, juga tissue magic ada di situ.
Kami tiba sekitaran pukul tujuh pagi. Saat matahari belum terlalu menusuk tulang tapi cukup untuk merubah warna kulitmu jika rebahan tepat di bawahnya. Apalagi jika tanpa sunblock. Apalagi jika kamu terlelap tidur. Intinya, saat kami tiba adalah waktu yang tepat untuk mengambil gambar. Beberapa orang di antara kami tidak terlalu menyukai matahari yang menyengat sehingga kami harus bekerja seefisien mungkin.
Pekerjaan kami baru benar-benar selesai ketika pukul 10.30. Sedikit lebih cepat dari yang dijadwalkan. Setelah makan, sedikit bercerita perihal proses kerjaan tadi, mengemas kembali barang-barang, kami kembali pulang. Tak ada gambar yang sempat saya potret selama di pulau. Saya rasa itu cukup menggambarkan bagaimana fokusnya saya ketika bekerja. Hmm. Namun, beberapa momen sempat saya abadikan dalam gambar ketika perjalanan pulang, untuk mengingatkan saya nantinya kalau awal bulan memang tempatnya bahagia berkumpul.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
***
Dalam sebuah usaha yang mencoba menghalau pudarnya beberapa ingatan, saya mengabadikan beberapa momen lain dengan sekelompok orang yang menyebut diri mereka Secret Santa. Sebuah kelompok yang dibentuk pada pertengahan bulan puasa lalu. Saya ada di dalamnya setelah diajak bergabung dengan teman sekampus. Tiap orang dari kami memiliki beberapa wishlist buku-buku dengan limit harga yang telah ditetapkan secara konsensus. Pada satu hari, kami semua berkumpul dan bergiliran menjelaskan mengapa buku itu kami masukkan ke dalam wishlist. Tiap orang punya alasan uniknya masing-masing. Kumpulan wishlist tersebut kemudian akan dibagikan (oleh moderator) secara random. Tidak ada yang mendapati dirinya sendiri. Tidak ada yang mengetahui siapa Santa-nya.
Kemudian Santa tiba pada 3 September 2019. Kami berkumpul dengan buku-buku yang telah terbungkus rapi, siap diberikan kepada sang pengharap. Bagi saya, saat itu adalah siang paling bahagia di September kala itu. Bahkan mengalahkan edisi Camper jalan-jalan ke pulau. Selain rasa penasaran yang membungkus kebahagiaan, kelompok ini juga mengingatkan saya akan pentingnya memberi tanpa perlu diketahui.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Dopes, Icha, dan Sukma. Beberapa ingatan tentang pertemuan awal saya dengan mereka telah samar. Kami sejurusan hanya saja waktu masuknya yang berbeda. Mereka karib yang belakangan makin akrab dengan saya. Mendeskripsikan mereka satu persatu bisa saya lakukan kapan saja, tapi untuk kali ini mari kita bahas hal lain. Sesuai wishlistnya, Dopes mendapatkan Hippie karya Paulo Coelho dengan secarik notes bertuliskan Bismillahirahmanirrahim dalam tulisan arab. Sangat kontradiktif. Sang Santa bisa menuliskan apa saja di notes tersebut, hanya saja menuliskan doa pembuka dalam ajaran islam di atas buku berjudul Hippie tentu saja mempunyai maksud tertentu. Selanjutnya Icha yang menuliskan wishlist dengan isi yang lumayan banyak. Satu-satunya orang yang membuat saya berharap tidak mendapatkan namanya. Icha sengaja menuliskan banyak buku dengan harapan memudahkan Santa-nya di kemudian hari. Mengingat beberapa buku tersebut terbilang susah untuk didapatkan karena Icha berpesan agar bukunya dalam terjemahan bahasa inggris. Butuh usaha ekstra agar bisa menemukannya. Untung saja bukan dalam bahasa latin. Berbeda dengan Sukma. Sukma hanya berharap dua bukunya dapat terkabul. Sayang saja buku masterpiece Anak Semua Bangsa yang merupakan salah satu pelengkap dalam seri Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer sulit didapatkan. Dari notes yang tertempel pada bungkusan paket milik Sukma terjelaskan bahwa Anak Semua Bangsa terpaksa harus berganti menjadi Laut Bercerita yang menurut Santa-nya sedikit mendekati dari substansi Anak Semua Bangsa.
Tumblr media Tumblr media
Pasangan yang terpaksa harus “ditinggal beasiswa”; Wira yang meninggalkan serta Lau yang harus menanti. Sebenarnya sama-sama saling menanti, mereka berdua sepakat memilih bertahan dengan jarak Turki – Indonesia yang kita ketahui tidak bisa ditempuh hanya dengan full tangki mobil Avanza. Beruntungnya voice call dan video call saat ini sangat gampang untuk dilakukan. Hitung-hitung mengirit rindu. Semangat kalian! Dua buku Wira persis seperti apa yang diinginkannya. Melihat dua buku Wira tentang kiat-kiat menghadapi Revolusi Industri 4.0 serta novel fiksi satir akan totalitarian Uni Soviet pada masa Perang Dunia II seperti melihat kencan buta antara karyawan startup unicorn dengan pemimpin gerakan buruh tani pada era kemerdekaan. Saya berharap semoga saja hal baik akan terjadi selepas Wira membaca keduanya. Entah membangun UMKM di Turki atau menggulingkan pemerintahan Erdoğan, siapa yang tahu. Sedangkan Lau sendiri menduduki posisi kedua dengan list terbanyak dibawah Icha. Novel We Were Liars dari E. Lockhart menempati posisi teratas dalam skala prioritas yang diinginkannya. Kini buku itu ada di tangannya. Lau sempat bercerita bahwa novel tersebut sebelumnya telah ditamatkan olehnya sendiri. Hanya saja dia menginginkan fisiknya. Sangking berkesannya novel itu bagi Lau, preloved pun tak apa katanya.
Tumblr media
Fiqri menyukai Hip Hop seperti Pramoedya menyukai bakar sampah. Itulah mengapa Flip Da Skrip: Kumpulan Catatan Rap Nerd Selama Satu Dekade menjadi satu-satunya buku yang diinginkan Fiqri. Tak ada buku lain di bawahnya. Jelas skala prioritasnya seperti apa. Harapannya agar Sang Santa mati-matian mendapatkan buku tersebut.  Selain itu, penerbit Elevation Books menghadiahi Fiqri sebuah buku tambahan yaitu New Dawn Fades: Panduan Mendengarkan Musik Awal Milenium. Betapa bahagianya Fiqri siang itu.
Tumblr media
Kami turut sedih kala kelingking kanan moderator kami cedera saat mengikuti aksi #ReformasiDikorupsi di kota kami. Jasanya memoderatori merupakan tupoksi yang tidak semua orang bisa lakukan. Mencatat serta merahasiakan semua wishlist, membungkus tiap buku-buku, juga menjadi corong informasi saat dibutuhkan merupakan serentetan alasan mengapa kami wajib menghadiahkan satu buku sesuai kemauannya. Tetaplah ceria, Gun. Seperti pesan notes dalam bukumu yang kami tuliskan.
Tumblr media
Seorang lagi dari kami tidak sempat menghadiri pertemuan hari itu. Alasan keluarga memang selalu nomor satu dari segalanya. Sebagai usaha untuk tetap membagi kebahagiaan kami dengan Cece, beberapa orang berinisiatif untuk melakukan video call dengannya. Terakhir, untuk buku yang saya dapatkan akan saya rangkum dalam tulisan yang bebeda. Kebahagiaan saya tidak bisa saya gabungkan kali ini. Dia harus memiliki ruang cerita tersendiri ­
***
Bulan September masih saja mengajak bahagia hingga pada pertengahannya. Bukan berasal dari diri saya sendiri. Sama seperti kebahagiaan-kebahagiaan sebelumnya, hal serupa selalu berbentuk ajakkan dari kawan-kawan sekitar. Tak ada yang benar-benar murni dari dalam diri. Saya malah sempat meniatkan untuk menjadikan September menjadi bulan paling kelam dalam tahun ini. September lebih cocok menjadi Black September ketimbang September Ceria. Namun, niat tersebut diurungkan bukan dari saya. Mencoba melombai takdir memang tidak pernah berakhir baik.
Pada pertengahan bulan September seseorang menawarkan lagi sedikit kebahagiaan. Saya tidak bisa menyebutnya sebagai kawan, tapi bukan juga dari pihak yang berlawanan. Seseorang yang pernah cukup dekat dengan saya kemudian merenggang setahun kemarin. Kami pernah sering menulusuri kota. Tak banyak perjalanan kami yang berakhir bahagia. Sering kali diam menjadi penghujung dari sesi jalan-jalan kami.
Kami sering menyisihkan uang jajan demi menonton konser musik bersama. Walau selera musik kami berbeda namun beberapa band mampu mewadahi irisan dari selera kami berdua. Kami pernah saling berbagi bacaan. Kemudian menceritakan tentang tokoh-tokohnya, alur ceritanya, serta mengkontekskannya dengan hidup sekarang. Begitu pun dengan film. Kami mendatangi bioskop bersama lalu menonton dengan saksama tak peduli hari kerja maupun akhir pekan yang mempengaruhi harga tiket masuk. Banyak hal yang telah kami lalui berdua. Banyak pula mimpi dan harapan yang telah kami bangun bersama. Mungkin, keputusan untuk mengakhiri kedekatan kami adalah satu-satunya penyesalan yang bisa saya rayakan.
Semuanya akan berbeda ketika tak lagi bersama. Pada beberapa kondisi, saya mampu melakukannya sendiri. Tapi pada titik tertentu kita akan mencari teman jalan masing-masing. Kita akan mencari teman nonton film dan konser masing-masing. Kita akan mencari teman berbagi bacaan masing-masing. Yang tentu semuanya akan berbeda jauh dari sebelumnya; respon baliknya, dialog, pikiran, bahkan hingga rasa. Semuanya. Di saat yang sama pula kamu akan membatasi diri dengan tidak mengunjungi beberapa tempat yang pernah dikunjungi bersama. Menahan diri untuk tidak mendatangi bioskop serta konser dengan ketakutan akan bertemu dengannya. Menatap lalu menutup rapat-rapat buku yang pernah dibagi bersama dengan harapan ceritamu dengannya akan ikut tersimpan di rak paling usangmu.
Lama tak bertemu dan bertegur sapa akhirnya berhenti kami lakukan. Puncaknya berada pada pertengahan bulan September. Dia yang kini mulai dihantam oleh lari paksa rutinitas kota mengajak rekreasi dengan melihat dan mendengar cucuran air dalam jumlah yang banyak. Hal yang tidak pernah kami lakukan sebelumnya. Menurutnya, cara tersebut mampu membuatnya tenang, selain dengan tidur. Beban hidup tiap orang berbeda-beda, itulah masing-masing punya atau butuh caranya sendiri untuk membuatnya tenang.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Setelahnya, kedekatan kami makin membaik. Kami mulai lagi saling menghubungi dan bertemu. Saling bercerita perihal hidup masing-masing pasca lama tak saling menahu. Saling mengajak ke tempat baru juga mencoba makanan baru. Dan jujur, saya sedikit dibahagiakan oleh itu. Mungkin juga dia merasakan hal serupa.
***
Kamu tiba di bagian akhir. Bagian di mana tak ada lagi bahagia. Tak ada lagi foto-foto menarik. Perlu saya akui, September mengaturnya dengan sangat baik. Di sisa-sisa akhirnya, kekacauan mulai terjadi dalam skala nasional. Hal yang telah saya diskusikan sejak lama dengan kawan saya bahwa hidup dan nyawa kita hanya dihargai eceran oleh negara. Isu rasial yang berdampak aksi besar-besaran di Papua hanya direspon dengan mengirim pasukan untuk menjaga aset tambang emas. Serta produk hukum abal-abal serta hanya menguntungkan para oligarki menjadi beberapa penyebab kelamnya akhir bulan kali ini.
Saya tipikal orang yang gampang geram dengan tingkah negara. Di sisi lain tak tahu harus berbuat apa. Ketimbang mengoceh di media sosial saya lebih memilih berdiskusi dengan kawan-kawan yang merasakan hal serupa dengan maksud menjaga sisa-sisa kewarasan. Untungnya, kemuakkan kami tersalurkan melalui seruan aksi yang juga dilakukan di kota kami.
Ratusan orang berkumpul di titik aksi selama beberapa hari. Represi besar-besaran yang dilakukan oleh aparat mengakibatkan kamu atau mungkin temanmu harus terpaksa menanggung sakit selama beberapa hari ke depan. Belum lagi inkonsistensi beberapa pihak nampaknya mempengaruhi gerakan massa saat itu. Kamu akan sedih dibuatnya saat melihat kejadian tersebut. Satu lagi momentum penting yang terlewatkan.
Sementara itu, orang tua saya makin sering menanyakan toga warna apa yang biasa digunakan oleh kampus saya. Sebuah pertanyaan sarkas yang mungkin tidak bermaksud seperti itu jika melihat raut wajah keduanya. Hanya raut wajah polos yang bertanya seperti seorang mahasiswa baru yang bertanya pada seniornya.
Ayah saya makin sering memberikan wejangan serta petuah-petuah hidup yang sebenarnya bukan pada waktu yang tepat. Saya tahu saya salah. Saya sadar saya lama mengerjakan tugas akhir. Saya ingkar dengan janji akan selesai pada bulan September. Pada akhirnya saya menyesali tiap kebahagian pada bulan ini yang membuat saya cukup jauh terlena. Saya kembali berfikir untuk menunda datangnya bahagia, mencoba menolak beberapa tawaran yang sebetulnya tidak terlalu saya butuhkan, kembali menuliskan skala prioritas yang lebih bisa membahagian kedua orang tua saya untuk sementara.
Saya tahu Oktober mulai memasuki penghujungnya.
Namun, semoga harapan tak mengenal ujung!
0 notes