Tumgik
#Ramai-ramai Nyaleg
bantennewscoid-blog · 9 months
Text
Ramai- Ramai Rebut Kursi DPR, Ini Deretan Menteri dan Wamen yang Nyaleg 
JAKARTA – Pemilihan umum (Pemilu) 2024 tampaknya tak hanya diramaikan oleh kaum milenial yang maju sebagai calon legislatif (caleg). Sejumlah nama menteri dan wakil menteri (wamen) Kabinet Indonesia Maju juga berbondong-bondong memperebutkan kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Siapa saja para menteri dan wamen yang ikut mencaleg? Simak nama-namanya yang telah dilansir dari Suara.com (jaringan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hargo-news · 11 months
Text
Tak Ingin Nyaleg di Kabupaten Lagi, Yusuf Makuta: Saya Izin Pamit
Tak Ingin Nyaleg di Kabupaten Lagi, Yusuf Makuta: Saya Izin Pamit #LegislatorPanua #DPRDPohuwato #Reses
Hargo.co.id, GORONTALO – Ketua Fraksi Perjuangan Pembangunan Nasional (PPN) Yusuf Makuta, menggelar reses massa sidang ketiga tahun ke-4 di Desa Teratai, Kecamatan Marisa, Jumat (7/7/2023). Di hadiri tokoh masyarakat desa setempat, antusiasme yang tinggi dari masyarakat membuat reses Anggota DPRD Kabupaten Pohuwato daerah pemilihan (Dapil) I itu nampak ramai di banjiri warga. Dalam sambutannya,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Video
youtube
KODE KERAS! Menteri Jokowi Ramai-ramai Nyaleg, Apa Kata Dunia?
0 notes
kbanews · 1 year
Text
Relawan di Blitar Raya Ramai-ramai Nyaleg lewat Parpol Pengusung Anies Baswedan
BLITAR | KBA – Relawan Sobat Anies Kuning di bawah Ketua Umum Rike Panji P di Blitar Raya, Jawa Timur berbondong-bondong maju caleg lewat partai pengusung Anies Baswedan. Pencalegan ini sebagai bentuk komitmen mengantarkan Blitar dengan memenangkan Anies Baswedan di Bumi Bung Karno. Koordinator Dewan Pimpinan Nasional Sobat Anies Wilayah Jawa Timur Poppy Palupi mengatakan, Sobat Anies Jawa Timur…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
lightsplashman · 5 years
Text
Bang Fahri, Ngurusin Nikahan Emang Gak Bikin Mati, Paling Cuma Nyakitin Hati
Lagi-lagi Fahri Hamzah menunjukan contoh yang baik kepada generasi digital native. Untuk mempertahankan insight akun medsos tetap tinggi, jangan pernah gak ikutan ngebahas isu yang lagi rame. Meskipun akan menyakiti hati orang-orang.
 Lagi dan lagi gak ada habis-habisnya anggota DPR jalur indie kesayangan industri konten, Fahri Hamzah membuat jagat dunia maya heboh. Ya, saya sebut indie karena doi merupakan anggota DPR--bahkan menjadi salah satu ketua--yang tidak membawa label partai setelah dipecat dari PKS. Dan kesayangan industri konten karena berkat dirinya, saya bisa dapat bahan nulis.
Baru-baru ini si lord bung Fahri kembali ngetweet yang langsung mengundang reaksi beribu-ribu netizen. Mereka ramai-ramai menyerang kolom komentar politisi yang tidak kembali nyaleg di 2019 ini dengan fasihnya. Meskipun kita gatau, entah dari ribuan akun tersebut, apakah semuanya akun organik atau bukan.
Si empunya Garbi tersebut berujar bahwa tidak mungkin ada orang yang meninggal karena kecapean. Hal ini merujuk kepada pemberitaan tentang banyaknya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal di berbagai daerah. Sejauh ini angka yang dilaporkan oleh Komisi Pemilihan Umum mencapai 400 lebih. Bahkan kalau kita mau membandingkan dengan zaman Romusha dulu, gak ada tuh yang sampai mati. Apalagi jika beban kerja yang melanda petugas KPPS harus dibandingkan dengan proses bikin kondangan keluarga bung fahri, itumah gak ada apa-apanya.
Setelah membaca tweet ini, saya jadi paham sedikit maksud niat Wiranto membentuk Tim Pengkaji Ucapan Tokoh. Yaaa meskipun akan menentang semangat demokrasi--di mana semua orang berhak berpendapat--tapi kalau orang-orang kayak bung Fahri masih aja gak bisa menahan birahi kekuasaannya, orang-orang kayak kita yang akan ikut jengkel sendiri. Apalagi untuk kasus ini, orang-orang yang menjadi petugas KPPS langsung maupun keluarganya, pasti akan tersinggung.
Saya sendiri, ketika menjadi surveyor untuk hitung cepat pilpres kemarin--ya, hitung cepat yang sempet rame dan menjadi bahan meme baru untuk kita--melihat bagaimana para petugas KPPS mengalami stress yang cukup besar ketika hari coblosan.
Yang pertama, para petugas ini baru mempersiapkan Tempat Perhitungan Suara (TPS) layaknya bangung candi dan mahasiswa mau ujian, yaitu H-1, karena logistik yang memang baru datang. Kedua, soal suara, berapapun jumlahnya pasti akan sesitif di mata para saksi, sehingga dituntut untuk tidak ada kecacatan sedikitpun. Ketiga, di tempat saya bertugas, warung kelontong jaraknya sangat jauh, karena memang di daerah dusun pedalaman, sehingga untuk membeli rokok akan susah. Makin susah rileks deh para petugas KPSS ini.
Ini baru satu sampel TPS yang saya lihat. Yang bawa logistiknya masih bisa cukup dengan motor. Kita belum ngebahas TPS lain yang bawa logistiknya dengan cara digendong dan melewati rintangan seperti yang digambarkan di lagu Ninja Hatori. Kan ribet.
Pun semisal kecuarangan pemilu emang beneran terjadi, ya apa si bung fahri gak mikirin perasaan si petugas dan keluarga yang beneran sakit atau meninggal ya? Karena untuk saya yang kemarin golput, satu-satunya alasan yang sempat muncul dan sempat menggoyahkan hati saya untuk ikut nyoblos, ya ngeliat dengan mata kepala sendiri gimana capeknya jadi EO-nya pemilu. Banyak yang terlibat, capek, dan belom tentu hak-haknya dipenuhi. Kita gatau kan ini para petugas dikasih tolak angin buat menyokong daya tahan tubuhnya atau enggak.
Kita juga gatau kan para petugas ini dikasih uang lembur buat beli martabak untuk sekadar ngeganjel perut apa enggak. Dikira enak kali begadang tapi perut kosong. Udah syukur ada yang mau jadi petugas KPPS, lah kalo setelah melihat dan merasakan capek sampe segininya, gimana pemilu-pemilu selanjutnya? Apalagi ada tokoh yang bisa berkuasa di atas capeknya KPPS malah gak pro KPPS sama sekali. Emang mau nanti gak ada yang bersedia jadi KPPS lagi trus para caleg gambreng aja buat nentuin siapa yang masuk parlemen? Kan nanti melakukan hitung cepatnya lucu. Nanti rame lagi, hadeuuh~
Toh apa-apa yang terjadi inikan gara-gara bung fahri and the gank juga. Yang ngusulin pemilihan presiden dan pemilihan legislatif disatuin di satu waktu kan mereka juga. Jadi saya sendiri heran, kok ada anggota parlemen yang dengan beraninya membandingkan capeknya petugas KPPS dengan nikahan saudaranya?
Kan kita sama-sama tahu kalo di nikahan, para saksi cuma bilang “saahh!!”-nya sekali doang, gak tiap ada surat suara dihitung dan jumlahnya ratusan sesuai DPT. Lalu ngurusin kondangan kan juga gak nonstop banget. Yaaaa paling yang nonstop cuma rasa cemburu mantan ketika tahu kita lebih duluan nikah daripada dia.
Kemudian sebagai penutup dari tulisan ini, saya hendak untuk memberikan sebuah rekomendasi kepada bung Fahri tentang hal apa saja yang patut dibandingkan dengan capeknya petugas KPPS. Lagian, yekaleeee sebagai anggota parlemen ngebandingin capeknya petugas KPPS dengan ngurusin kondangan. Mbok yang apple to apple gitu lho. Misalnya dengan capeknya anggota parlemen gituuu.
Bukan maksud gimana-gimana, tapi kita tahukan gimana kinerja anggota DPR yang bung fahri pimpin selama lima tahun kemarin. Dimulai dari drama hujan interupsi dan “paluna euweuh” ketika sidang penentuan ketua DPR serta diakhiri dengan hanya terbitnya 26 undang-undang.
Jumlah terbit undang-undang yang menurut media--bukan saya lho bung fahri yang bilang, kalo gak percaya cek aja sendiri--sedikit itu pasti ada alasan tersendiri, yaitu mengejar kualitas. Hal ini ditandai dengan banyaknya anggota dewan yang tertidur ketika rapat.
Saya yakin, para anggota dewan pimpinan bung fahri ini terlalu capek memikirkan negara dengan mempersiapkan data-data di H-1 rapat. Ditambah, di saat yang bersamaan, harus mengakomodasi kepentingan dapil serta partainya yang berpotensi berlawanan. Belum lagi ada lobi-lobi politik sebelum rapat untuk mencari dukungan dari fraksi lain.
Sehingga ketika rapat berlangsung wajarlah mereka tertidur. Bukannya tidak terlibat aktif, bukan. Namun ini pertanda bahwa mereka percaya diri karena sudah menyerahkan sisanya kepada orang-orang yang masih melek ketika rapat, yaitu orang-orang yang sudah mereka kondisikan. Sehingga kinerja anggota dewan yang tertidur ini sudah terasa dari jauh-jauh hari, mereka yang tertidur melampaui mereka yang melek.
=============
Tulisan ini ditulis pada tanggal 9 Mei 2019
2 notes · View notes
ulfarodia · 5 years
Text
Reformasi: Tak Semudah Uninstall Aplikasi
Media sosial dan juga berita berbagai portal sampai sore ini saya lihat masih ramai berbincang soal topik uninstall. Padahal, ada hal yang lain...yang lebih substansial. Bukan soal uninstall, tapi soal hal yang lebih vital yang jika diabaikan boleh jadi kerugiannya fatal.
Reformasi, pernah dengar istilah itu?
Pasti jawabannya "iya" karena pertanyaan saya di atas adalah pertanyaan yang sangat lemah. Mayoritas akan menjawab "ya" "iya" atau semacamnya. Coba, siapa yang masih hidup setelah tahun 1998 dan tak pernah dengar istilah reformasi? Ada? Saya kira ada....tapi jumlahnya tidak lebih banyak dari mereka yang pernah dengar soal reformasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring/online, reformasi berarti perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Arti yang cukup jelas namun pada kenyataannya belum pernah ada hasil yang jelas. Paling-paling, yang ada hanya penjelasan panjang banyak poin-poin A-Z tetapi dikit sekali yang berbekas. Iya, saya sepakat jika reformasi dalam pelaksanaannya tidak semudah itu. Tahun 1998, ketika diserukan reformasi....salah satu tujuannya mengganti kepemimpinan nasional sudah tercapai. Berikutnya.....yang terjadi.... orang-orang yang menyerukan reformasi malah saling berebut 'kue-kue' yang ditinggalkan pucuk kepemimpinan nasional dan ya....kalau meminjam istilah di buku yang pernah saya baca dan di beberapa talk show yang saya simak...di antara gerbong reformasi ada penumpang gelap. Wajar, jika akhirnya reformasi dikatakan hanya berhenti pada narasi, tidak berlanjut pada implementasi.
Hari ini, kita boleh jadi hampir lupa untuk mengusahakan implementasi reformasi....kita sibuk membahas-melakukan uninstall aplikasi. Padahal, sudah ada klarifikasi. Dalam banyak hal, bangsa ini sungguh pemaaf.... kasus-kasus korupsi marak, mantan napi korupsi nyaleg, debat calon pemimpin berkisi-kisi, pengampunan pembakar hutan, dan hal lainnya sangat mudah kita maafkan...hmm bahkan mungkin juga sudah kita lupakan. Hari ini...ada salah satu petinggi start-up yang bercuit soal sesuatu yang nampaknya bertentangan....lantas berbondong-bondong menyerukan ajakan uninstall aplikasi, sampai lupa.... menyerukan install reformasi!.
Semoga, kamu yang juga membaca ini....tidak terjebak pada ajakan uninstall aplikasi. Jari-jari kita terlalu berharga untuk sekadar menekan "uninstall" di sebuah aplikasi....lantas beberapa hari kita install lagi. Baiknya, coba 'install' pada diri memori otak dan memori otot untuk melanjutkan mimpi reformasi.
_____
Ciawi, Februari 2019 | Ulfa R
7 notes · View notes
beritasumbarcom · 6 years
Text
Keputusan Yang Tidak Masuk Akal
BeritaSumbar.com -
BeritaSumbar.com,-Sepenggal syair lagu yang pernah di populerkan Obbie Messakh “Sungguh Aneh Tapi Nyata, Takkan Ku Lupa” mengingatkan kita akan kondisi kekinian bangsa ini.
Baru saja lembaga tertinggi dibidang hukum Mahkamah Agung (MA) mensahkan gugatan mantan napi korupsi bisa diikut sertakan pada pileg 2019.
What’s going on MA? It’s not beyond belief (tidak masuk akal) kok! bisa mantan korupsi dilegalkan bisa nyaleg. Ada pepatah terkenal : Fiat Justitia Fuat Caelum “sekalipun langit runtuh hukum harus ditegakkan” Tapi istilah ini tidak berlaku di negeri hukum ini.
Nah, UU No 7 Tahun 2017 melarang hal. UU pemilu ini khusus soal napi korupsi maju sebagai caleg ditafsirkan dengan ketentuan larangan mantan narapidana korupsi menjadi caleg
Sangat jelas terkait tafsir larangan mantan narapida korupsi menjadi caleg itu berasal dari Pasal 240 Ayat 1 huruf (g) UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017.
Negara dalam hal ini bagi saya gagal total dalam mengurus masalah korupsi. Tidak ada istilah “Say No to Corruption” Kalau model seperti ini masih berlaku, maka sampai kiamat pun Indonesia tidak akan jadi negara maju, don’t you dream!! Hal yang paling aneh dimana para koruptor kita saat diambil gambarnya malahan tersenyum tidak ada penyesalan atau kesedihan. Ini wong edan!
Boleh saya katakan “negara kita mundur satu abad” Bisa kita bayangkan kalau legislator yang duduk rata-rata mantan napi korupsi? Mau jadi apa bangsa ini. Apakah kita masih bermartabat?
Otomatis spirit korupsinya tetap ada. Apa beda pencuri dan pembunuh? Barangkali yang lebih cepat bertobat pembunuh ketimbang pencuri! Nanti Setya Novanto, Anas Urbaninggrum, Angelina Sondakh dan para koruptor lainnya di saat bebas bisa mencalonkan kembali.
Masih waraskah kita?
Negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Inggris, Kanada tidak ada yang maju di parlemen adalah mantan napi koruptor. Ini merupakan orang antara waras dan kurang waras. Belum lagi sebanyak 2357 ASN yang akan di nonaktifkan ramai-ramai akibat terlibat korupsi. Tapi persoalanya mereka belum di fired dipecat.
Kalau di luar bagi mereka yang melakukan tindak pidana korupsi dimiskinkan, hak politik dicabut seumur hidup, bahkan bukan hanya itu, adapula yang dihukum mati seperti di Cina, Taiwan, Korut dan Vietnam. Di Indonesia, di dalam penjara pun ada kasus suap?
Saya pastikan, ke depan 41 koruptor di DPRD Malang akan maju lagi, bisa jadi maling lapor maling dan maling tangkap maling agak susah.
Salah satu indikator negara maju tidak ada koruptor yang maju nyalegini Undang-undang yg salah atau manusianya! Tuhan tak pernah salah. Tapi, kitalah yang setiap saat salah dan khilaf. Berarti UU Tipikor 31 Tahun 1999, UU 20 Tahun 2001 dan juga UU Pemilu No 7 Tahun 2007 masih lemah?
Apa bisa undang-undang lawan UU, ini sangat konyol. Kalau begitu tidak usalah kita merevisi, merubah UU tak ada gunanya. Paling-paling mentok di gugat di MK maupun MA.
Bagaimana generasi berikut kalau petinggi sudah mempertontonkan hal yang paling aneh dan di luar nalar. Masih beradab dan bermartabatkah kita?
Oleh : Jerry Massie Peneliti IPI, Ketua DPP Gerakan Indonesia Anti Korupsi (GIAK)
Baca berita selengkapnya di sini.. from Berita Sumbar via BeritaSumbar.com
0 notes
malangtoday-blog · 6 years
Photo
Tumblr media
Ratna Sarumpaet Ditipu Hingga Rugi 50 Juta, Guru Besar UI: Rakus!
MALANGTODAY.NET – Baru-baru ini, nama Ratna Sarumpaet kembali ramai dibicarakan. Hal ini terkait dirinya yang masuk dalam daftar korban penipuan komplotan dengan modus pencairan dana raja-raja di Indonesia. Tersangka kasus hoax tersebut dikabarkan merugi hingga 50 juta rupiah. Umumnya, korban penipuan biasanya terjadi karena beberapa faktor, seperti kecerobohan, keserakahan, hingga faktor sugesti. Namun terlibatnya Ratna ditanggapi oleh Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala. Menurutnya, orang biasanya tertipu karena dua faktor, yaitu ceroboh dan serakah. Baca Juga: Masih Gatal, 7 Menteri Kabinet Jokowi Ini Ikutan Nyaleg Pemilu 2019 “Ceroboh itu karena dia tidak klarifikasi tidak mau check and recheck, mau cepat dan mau segera selesai. Faktor kedua yang greedy, rakus, ingin cepat kaya, ingin cepat dapat untung besar dengan cara yang mudah,” terangnya dilansir dari CNN Indonesia, Rabu (14/11/2018). Adrianus juga tidak terkejut jika Ratna menjadi korban dari penipuan ini. Hal ini karena penipuan seperti ini dapat mengelabui siapapun. Meski seseorang dikatakan telah memiliki status sosial dan tingkat pendidikan tinggi, namun hal itu bukan jaminan. Bahkan kerugian yang diterima bisa lebih besar. Baca Juga: Bela Imam Besar FPI, Dubes Arab Saudi: Rizieq Bukan Sosok Menakutkan! “Jangan lupa bahwa dewasa ini ada kelasnya. Untuk orang pinter kelas penipuannya bukan receh, tapi triliun. Maka yan nggak usah aktivis, profesor pun bisa terkelabui apalagi ditambah faktor malas bertanya dan greedy tadi,” tambah Adrianus. Sebelumnya, aparat kepolisian Polda Metro Jaya telah berhasil mengamankan empat tersangka berkaitan dengan kasus tersebut. saat melancarkan modusnya, mereka mengaku sebagai pegawai instansi daerah beserta kartu identitas yang mendukung status samarannya itu.
Penulis: Raka Iskandar Editor: Raka Iskandar
Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/ratna-sarumpaet-ditipu/
MalangTODAY
0 notes
perfectdragonpanda · 6 years
Text
Kapitra Ampera Unggah Foto Nomor Urut Nyaleg dari PDIP, Warganet Ramai Katakan ini
http://dlvr.it/Ql1jFj
0 notes
kepoinus · 6 years
Text
Dari Krisdayanti Hingga Ian Kasela Masuk Deretan Musisi Ikut Nyaleg
Dari Krisdayanti Hingga Ian Kasela Masuk Deretan Musisi Ikut Nyaleg
[ad_1]
JawaPos.com – Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 diramaikan lusinan artis dari berbagai kalangan. Mulai dari penyanyi, pemain sinetron, presenter, hingga pemain film. Mereka beramai-ramai mencalonkan diri sebagai wakil rakyat dari berbagai partai. Berikut JawaPos.com merangkum artis dari kalangan penyanyi yang bertaruh di ranah politik.
1. Krisdayanti
Sang diva pop Indonesia tak…
View On WordPress
0 notes
ayoeseksina-blog · 6 years
Text
Banyak Artis Nyaleg, Penggiat Sosmed Usul Buat Fraksi Baru
Ayoe Seksina Banyak Artis Nyaleg, Penggiat Sosmed Usul Buat Fraksi Baru Artikel Baru Nih Artikel Tentang Banyak Artis Nyaleg, Penggiat Sosmed Usul Buat Fraksi Baru Pencarian Artikel Tentang Berita Banyak Artis Nyaleg, Penggiat Sosmed Usul Buat Fraksi Baru Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Banyak Artis Nyaleg, Penggiat Sosmed Usul Buat Fraksi Baru Sejumlah partai politik (Parpol) yang ikut di kontestasi pemilihan legislatif (pileg) 2019 ramai menggaet artis http://www.unikbaca.com
0 notes
babelpos-blog · 6 years
Text
Musim Nyaleg, Pembuat SKCK Membluda
Musim Nyaleg, Pembuat SKCK Membluda
Babelpos.co  PANGKALPINANG– Mapolres Pangkalpinang beberapa hari terakhir ramai dikunjungi sejumlah masyarakat mengurus SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian). Dijelaskan oleh Kasat Intelkam Polres Pangkalpinang, Iptu Navy Pradana, Rabu (4/7/2018) kemarin ketika dikonfirmasi. Katanya, pembuatan SKCK hari-hari biasa hanya sekitar 20 orang sementara beberapa hari terakhir membludak sekitar…
View On WordPress
0 notes
bareizy · 6 years
Text
Serba-Serbi Tanggapan Kartu Kuning Zaadit buat Pak Presiden
Sudah beberapa hari sejak Pak Presiden BEM UI menyemprit Pak Presiden sambil mengangkat map kuning, eh salah, kartu kuning segede map. Tiba-tiba akhina Zaadit jadi terkenal. Follower Instagram yang asalnya cuma dua ribu jadi dua puluh lima ribu. Ini sudah cukup syarat supaya jadi influencer, awas saja habis ini ada endorse-endorse-an. Asem iq, gara-gara kartu kuning bisa mendadak terkenal.
 Ini memngingatkan aksi Walk Out Ananda Sukarlan tempo hari. Mas Ananda keluar ruangan ketika Anies Baswedan menyampaikan sambutan di acara bersangkutan. Aksi begitu yang sebenarnya biasa banget dalam proses berdemokrasi, ditanggapi ramai juga. Dan tidak lupa, boikot, e tapi salah sasaran dink ya hahahaha.
Sebenarnya permasalahan yang dikritik oke-oke saja sih, toh masalahnya memang betul kejadian. Pak Presiden yang dikritik yang woles saja, malah mau ngajak akhina Zaadit ke Asmat. Jarang-jarang lho anak fisika ke daerah terpencil. Tapi kalau lulusan teknik nuklir jadi Paguru di Asmat, malah saya tahu ada orangnya.
Dasar memang Netizen komentarnya kemana-mana. Mungkin benar kata Kepala Suku Mojok suatu saat, Sunan Kalijaga kalau dulu ada sosmed, ga jadi wali, soalnya kan punya jejak digital. Dosanya lengkap terdokumentasi, mau kasih dalil bisa diungkit masa lalunya hayolo. Ya begitu, yang dikomentari melenceng dari hal pokok yang disuarakan.
Zaadit Kader PKS
Ya terus kalau kader PKS ya kenapa? Itu lho redaktur Mojok paling aikonik foto Facebooknya ada bendera PKS, mau nyaleg pula. Zaadit juga bantahnya juga ngambang. Bilangnya, “tidak ada bukti kalau saya kader PKS.” Coba tegas, iya ya iya, ngga ya ngga. Jangan iya yang ngga-ngga.
Ini poin yang digeruduk warganet, bil khusus para kecebong. Sumbernya? Jejak digital donk. Makanya Dit, tiap enam bulan hapusin tuh twit aneh-aneh.
Twit yang dipakai bertanggal tahun 2014. Ini artinya Zaadit masih mahasiswa baru (maba) banget, normalnya ya maba ini masih pada polos. Makanya, identitas yang harusnya disembunyikan supaya “program gerilya” berjalan lancar malah diumbar. Namanya juga maba.
Kalau mau jujur, saya juga hampir ga pernah sepakat dengan PKS, apalagi sistem liqo yang ga jelas sanad ilmunya itu. Tapi toh harus diakui, apa yang disampaikan benar adanya. Kalau caranya mengkritik, ya nanti dulu lah.
Ada Mata Kuliah Nilai 0
Sumpah ini asli menjengkelkan. Konon… ini bahasa pejabat kampus kalau dikritik, ga tahu ya pejabat kampus mana. Apa yang dikritik, jawabannya, “saya lho sudah magister doktor, kamu sarjana saja belum,” atau “belajar dulu sana, IPKmu jelek kan?” Ya wis, mati kutu kalau IPK jelek, untungnya saya tiga koma… tapi belum lulus juga.
Jadi ya ga usah heran-heran amat kalau warganet merundung soal akademik. Lha kok warganet yang belum tahu tingkat pendidikannya apa, ini jajaran pejabat kampus lho yang jelas lewat sarjana-nya masih juga memakai argumentum ad hominem, alias menyerang pribadi seseorang. Tapi kampus mana, ga tahu saya.
Apalagi kok sampai disebar lewat Twitter, retweet-nya ribuan pula. Ini kan aib mahasiswa. Aib lho. Kok diumbar.
Mahasiswa paket lengkap memang susah saudara-saudara. Maksudnya mahasiswa yang kritis pada pemerintah iya, akademik bagus iya. Ngga segampang itu, apalagi kok kuliahnya fisika, jadi ketua BEM Universitas pula. Saya lho SMA masuk kelas IPA cuma sekali lulus ulangan fisika cobak.
Bakal diberi Paket Umroh
Agak gemes gimana gitu. Iya, Zaadit berani kasih map, eh, kartu kuning ke Presiden, banyak guru besar pula di depan. Tapi, tanpa mengurangi rasa hormat, ini kan “baru” kritik. Kenapa tidak sekalian yang sudah di Asmat sekalian? Sudah ke sana susah, dihantui malaria pula. Menurut saya, ini sudah jauh lebih berat dan lebih berani daripada mengacungkan map, eh, kartu kuning ke Presiden. Itu.
Tapi ya bebas sih. Lha yang punya duit yang punya biro umroh siapa.
Tidak Punya Adab Pada Tamu
Nah ini kudu agak serius, soalnya bersangkutan ngaji bab adab. Bahwa Pak Jokowi tamu, dan tiap tamu harus dihormati. Betul ini, apalagi kepala negara. Saya setuju sepenuhnya. Harusnya juga akhina Zaadit, yang ngaku ikut halaqah atawa liqo, paham hal ini. Ini kan makin menguatkan asumsi bahwa liqo cuma bahas doktrin-doktrin sahaja. Kan memalukan, adab yang harusnya ditaruh di depan malah ilang. Ga enak kalau ada yang nyletuk “aktivis halaqah cap uopooooo”.
Mungkin Pak Presbem terinspirasi pepatah lama dari Arab, “kalau mau terkenal, kencingi saja sumur zam-zam,” maksudnya lakukan hal yang sensasional dan beda supaya terkenal. Kartu kuning jelas buat Pak Jokowi tentu sensasional dan beda. Nyatanya hari ini masih juga dibahas, sampe njeleh.
Tapi yaaa… minimal isu-isu yang disampaikan terangkat lah ke masyarakat. Soal gizi buruk di Asmat utamanya, juga soal dwifungsi Polri jadi Plt Gubernur. Nice.
Masih banyak sih sebenarnya bahasan soal map, eh, kartu kuning ini. Tapi ada yang lebih urgen daripada analisa lini masa sosmed: revisian. Revisi skripsi saya sudah ditunggu PEMBIMBING UTAMA soalnya.
0 notes