Tumgik
#Maju Cagub Banten
tangerangraya · 18 days
Text
Merasa Dapat Panggilan, Airin Rela Tinggalkan Kursi DPR Demi Maju Jadi Cagub Banten
Banten – Politisi Partai Golkar, Airin Rachmi Diany akui siap mundur dari kursi DPR RI di Senayan. Hal tersebut dilakukannya agar dapat maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Banten nanti. Diketahui, mantan Walikota Tangerang Selatan itu berhasil mengamankan satu kursi DPR RI dari dapil Banten III. Airin memperoleh 302.878 suara pada Pileg 2024 kemarin. Jumlah itu merupakan perolehan suara terbanyak…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 2 months
Text
Kader Gerindra Sebut Andra Soni Layak Jadi Cagub Banten
SERANG – Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerindra Banten dinilai layak maju sebagai bakal calon Gubernur Banten pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024. Hal itu disampaikan kader Gerindra yang juga calon anggota legislatif (Caleg) DPRD Banten terpilih daerah pemilihan (dapil) Kota Serang, Encop Sofia kepada awak media, Kamis (21/3/2024). “Kita omongin (Pilkada) provinsi, saya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
Amien Rais : Cagub Jabar dari Partai Pendukung Penista Agama Insha Allah Tak Akan Menang
Amien Rais : Cagub Jabar dari Partai Pendukung Penista Agama Insha Allah Tak Akan Menang
Calon Gubernur Jawa Barat (Jabar) dari parpol pendukung penista agama tidak akan menang. Pernnyataan keras itu keluar dari Ketua Majelis Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais saat menghadiri acara silaturahmi dengan pengurus Muhammadiyah Jawa Barat.
“Calon gubernur yang nantinya diusung parpol pendukung penista agama, Insya Allah tidak akan menang,” ujar Amien Rais beberapa waktu lalu.
Menurutnya, apa yang dikatakannya itu sudah terbukti di Provinsi Banten. “Sudah terbukti di Banten,” katanya.
Soal lainnya, dia juga mendorong pengurus Muhammadiyah untuk terus berhati-hati dengan berita hoax dan ancaman-ancaman Islamofobia. Selain dihadiri pengurus Muhammadiyah se-Jawa Barat, acara itu juga dihadiri Wagub Jabar, Deddy Mizwar.
baca juga: Perppu Ormas Terbit, Kata Tjahjo: UU Sudah Tak Memadai Lagi
baca juga: Aneh, Sebagai Partai Koalisi Pemerintah, PAN Tak Pernah Diajak “Diskusi” Soal Perppu Ormas
Amien bahkan sempat memberikan dukungan kepada Deddy Mizwar untuk maju menjadi calon gubernur pada Pilgub Jabar 2018.
sumber : eramuslim Sumber : Source link
0 notes
rumahinjectssh · 7 years
Text
Terlibat Dugaan Korupsi Dan Banyak Masalah, Sandiaga Uno Mengapa Dicalonkan ?? - FROM RUMAHINJECT
🙏 RUMAHINJECT 🙏
Pilgub DKI yang memasuki putaran ke 2 dan tentunya tambah panas mengakibatkan berbagai search atau pencarian pencarian brutal dari berbagai pihak, seperti kembali lagi atau flash back pada pernyataan awal, mengapa gerindra mengusung Sandiaga Uno, yang ternyata pada awal pencalonannya sempat diragukan oleh partai gerindra, karena mereka setuju, bahwa Sandiaga Uno terlibat banyak masalah, simak penjelasannya.
Partai Gerindra diminta berpikir ulang mengusung Sandiaga Uno sebagai calon gubernur DKI Jakarta. [ads-post] Sebab, sosok Sandiaga Uno dianggap memiliki banyak masalah. Sebut saja dugaan kasus korupsi, kasus penipuan hingga kasus pelecehan terhadap seorang artis dangdut. "Sebaiknya, Gerindra berpikir ulang sebelum telanjur," ujar Ketua Umum Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (KATAR), Sugiyanto dalam pernyataannya, Selasa(30/8/2016). Menurut Sugiyanto apabila seorang kandidat kepala daerah bermasalah maka akan sangat rentan menjadi bulan-bulanan lawan politik. “Jika calon banyak masalah ini akan sangat rawan dan bisa menjadi serangan dari kubu lawan. Tentu ini akan mematikan langkah bagi cagub itu sendiri,” kata Sugiyanto. Sementara itu Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman meminta agar penegak hukum untuk kembali memeriksa bakal calon Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno dalam dugaan kasus korupsi pembangunan Depo Minyak Pertamina di Banten, yang merugikan negara US$6,4 juta. “Penegak hukum harus berani dan kasus ini harus tetap jalan. Jangan dipetieskan,” kata Boy biasa disapa. Boy pun menilai, semua orang yang dianggap tahu dalam kasus itu harus dimintai keterangan. Penegak hukum jangan tebang pilih. Dan kasus itu harus transparan. Apalagi, Sandiaga akan maju di Pilkada DKI. “Ini harus dibuka ke publik, agar jelas bagaimana kasusnya. Jangan sampai jika terpilih, justru akan menjadi beban bagi dirinya apalagi bagi rakyat Jakarta,” tandasnya.[trib]
eng ©Rumahinjectssh - This Post Is From Rumahinjectssh - Do Not Remove 
from Berita Menarik UntukMu http://rumahinjectssh.blogspot.com/2017/02/terlibat-dugaan-korupsi-dan-banyak.html
0 notes
radarbanten · 7 years
Text
Komitmen Cagub-Cawagub dalam Perlindungan Anak Diuji
Komitmen Cagub-Cawagub dalam Perlindungan Anak Diuji
SERANG – Kasus kekerasan pada anak masih menjadi masalah serius yang terjadi Provinsi Banten. Lantaran itu, kandidat calon gubernur-calon wakil gubernur (cagub-cawagub) yang maju di Pilgub Banten harus berkomitmen menjadikannya sebagai prioritas program. Soal ini, akan menjadi materi debat kandidat putaran ketiga yang akan digelar Kamis (9/2).
Berdasarkan catatan Lembaga Perlindungan Anak (LPA)…
View On WordPress
0 notes
tangerangraya · 18 days
Text
Maju Pilgub Banten, Arief R Wismansyah Terbuka Akan Posisi sebagai Cagub atau Wacagub
Banten – Mantan Walikota Tangerang, Arief R Wismansyah, menyatakan siap maju dalam Pilgub Banten. Ia mempunyai rencana menggunakan Partai Demokrat sebagai kendaraan politiknya. Mantan Walikota Tangerang, Arief Wismansyah menyampaikan, dalam Pilgub Banten 2024 dirinya terbuka akan posisi pencalonan sebagai Gubernur atau Wakil Gubernur Banten. “Intinya adalah untuk ikut berkontribusi untuk…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
tangerangraya · 2 months
Text
Layak Jadi Cagub Banten, Kader Gerindra: Andra Soni Sosok yang Paham Soal
Politik – Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerindra Banten dinilai layak maju sebagai bakal calon Gubernur Banten pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024. Hal itu disampaikan kader Gerindra yang juga calon anggota legislatif (Caleg) DPRD Banten terpilih daerah pemilihan (dapil) Kota Serang, Encop Sofia kepada awak media, Kamis (21/3/2024). “Kita omongin (Pilkada) provinsi, saya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
tangerangraya · 2 years
Text
Klaim Dapat Amanah Partai Golkar Maju Jadi Cagub Banten, Airin: Doakan Saya Tetap Amanah
Klaim Dapat Amanah Partai Golkar Maju Jadi Cagub Banten, Airin: Doakan Saya Tetap Amanah
TANGERANGRAYA.NET, Banten – Mantan Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany akhirnya buka suara terkait pemilihan gubernur (pilgub) Banten 2024. Fungsionaris DPP Partai Golkar ini menyatakan kesiapannya untuk mencalonkan diri pada pilgub Banten mendatang. Bahkan Airin mengklaim telah mengantongi restu dari Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto. Pernyataan kesiapan Airin ini terkuak saat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
tangerangraya · 2 years
Text
Punya Track Record Sebagai Legislator, Ketua DPC Gerindra Tangsel: Jika Benar Pak Desmond Maju Cagub, Harus Yakin Menang
Punya Track Record Sebagai Legislator, Ketua DPC Gerindra Tangsel: Jika Benar Pak Desmond Maju Cagub, Harus Yakin Menang
TANGERANGRAYA.NET, Tangsel – Ketua DPC Partai Gerindra Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Li Claudia Chandra mengakui apabila memang Pak Desmond J. Mahesa jadi maju sebagai kandidat calon Gubernur pada tahun 2024, harus yakin bisa menang. Li Claudia mengatakan Track record Pak Desmond yang menduduki sebagai anggota dewan dari dapil Banten II juga sudah menjadi modal ketika ingin maju sebagai…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
Amien Rais: Cagub Jabar dari Partai "Ahoker" Insha Allah Tak Akan Menang
Amien Rais: Cagub Jabar dari Partai "Ahoker" Insha Allah Tak Akan Menang
Harianpublik.com ~ Calon Gubernur Jawa Barat (Jabar) dari parpol pendukung penista agama tidak akan menang. Pernnyataan keras itu keluar dari Ketua Majelis Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais saat menghadiri acara silaturahmi dengan pengurus Muhammadiyah Jawa Barat.
“Calon gubernur yang nantinya diusung parpol pendukung penista agama, Insya Allah tidak akan menang,” ujar Amien Rais beberapa waktu lalu.
Menurutnya, apa yang dikatakannya itu sudah terbukti di Provinsi Banten. “Sudah terbukti di Banten,” katanya.
Soal lainnya, dia juga mendorong pengurus Muhammadiyah untuk terus berhati-hati dengan berita hoax dan ancaman-ancaman Islamofobia. Selain dihadiri pengurus Muhammadiyah se-Jawa Barat, acara itu juga dihadiri Wagub Jabar, Deddy Mizwar.
Amien bahkan sempat memberikan dukungan kepada Deddy Mizwar untuk maju menjadi calon gubernur pada Pilgub Jabar 2018.
ADA BERITA UNIK DAN MENARIK SCROLL KE BAWAH www.REPUBLIK.in
Sumber Berita : Tribunnews.com
Sumber : Source link
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
Kata Amien Rais, Cagub Jabar dari Parpol Pendukung Penista Agama, Tidak Bisa Menang
Kata Amien Rais, Cagub Jabar dari Parpol Pendukung Penista Agama, Tidak Bisa Menang
Kata Amien Rais, Cagub Jabar dari Parpol Pendukung Penista Agama, Tidak Bisa Menang
Harianpublik.com – Calon Gubernur Jawa Barat (Jabar) dari parpol pendukung penista agama tidak akan menang. Pernnyataan keras itu keluar dari Ketua Majelis Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais saat menghadiri acara silaturahmi dengan pengurus Muhammadiyah Jawa Barat.
“Calon gubernur yang nantinya diusung parpol pendukung penista agama, Insya Allah tidak akan menang,” ujar Amien Rais beberapa waktu lalu.
Menurutnya, apa yang dikatakannya itu sudah terbukti di Provinsi Banten. “Sudah terbukti di Banten,” katanya.
Soal lainnya, dia juga mendorong pengurus Muhammadiyah untuk terus berhati-hati dengan berita hoax dan ancaman-ancaman Islamofobia. Selain dihadiri pengurus Muhammadiyah se-Jawa Barat, acara itu juga dihadiri Wagub Jabar, Deddy Mizwar.
Amien bahkan sempat memberikan dukungan kepada Deddy Mizwar untuk maju menjadi calon gubernur pada Pilgub Jabar 2018. [opinibangsa.id / tsc]
Sumber : Source link
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Ahok Effect
Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Ahok Effect
Oleh Hersubeno Arief*
Harianpublik.com – Dalam sebulan terakhir kesibukan Walikota Bandung Ridwan Kamil (RK) meningkat tajam. Selain aktivitas kesehariannya mengurus warga kota kembang, setiap akhir pekan RK melakukan safari ke berbagai kota/kabupaten di Jawa Barat.
Selain bertemu para tokoh, kyai, alim ulama, kegiatan utama RK adalah meresmikan tim relawan Baraya Ridwan Kamil (Barka). Baraya,  saudara atau kerabat dalam bahasa Sunda ini akan menjadi tulang punggung tim sukses RK yang maju ke Pilgub Jabar 2018. Kira-kira tugas mereka sama seperti Teman Ahok. Bedanya sudah ada partai yang menyatakan kesediaannya mendukung RK. Sejak mendeklarasikan diri sebagai Cagub Jabar sebulan lalu (17/3) RK langsung tancap gas. Berkejaran dengan waktu, karena Pilkada Jabar 2018 akan digelar pada bulan Juni. Artinya tinggal 14 bulan lagi waktu yang tersisa. Bukan waktu yang panjang. Modal awal dukungan dari Partai Nasdem membuat dia sangat pede. Apalagi ada survei yang menyatakan tingkat popularitas dan elektabilitasnya paling tinggi dibandingkan dengan kandidat potensial lainnya seperti  Wagub Deddy Mizwar maupun mantan Wagub Dede Yusuf.
Bagaimana kira-kira nasib pencalonan RK. Bisakah dia mewujudkan niatnya menjadi orang No 1 di Jabar?  Mari kita telaah fakta-fakta berikut. Entah secara kebetulan atau tidak, perjalanan karir RK rada mirip-mirip Ahok. Mereka diketahui juga berteman cukup baik. Pertama, kandidat non partai. Kedua, meninggalkan partai pendukung. Ketiga, pandai memanfaatkan sosial media. Keempat,  dideklarasikan pertama kali oleh Partai Nasdem. Kandidat non partai
RK maju dalam Pilkada Kota Bandung 2014 dengan diusung oleh  PKS dan Gerindra. Ketika itu PKS baru saja memenangkan Pilkada Jabar dan mesin politiknya masih panas. Hanya saja mereka tidak punya figur yang kuat, lalu muncullah nama RK seorang arsitek perencanaan kota. Perpaduan antara figur muda, mesin politik PKS yang kuat dan keinginan warga Bandung mencari  figur baru, membuat RK memenangkan kursi  Bandung 1.
Jangan lupa faktor  Ahmad Heryawan (Kang Aher) dan Prabowo Subianto memberi andil yang sangat kuat dalam kemenangan RK. Kang   Aher baru saja terpilih menjadi Gubernur Jabar untuk periode kedua. Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra adalah salah satu kandidat terkuat Pilpres 2104.
Perpaduan Islam dan nasionalis yang sangat pas dan kuat. Keduanya menjadi endorser yang sempurna bagi RK.
Sampai di sini yang perlu dicatat, RK dan Ahok sama-sama tokoh non partai yang diusung sebagai kandidat. Hanya bedanya RK tidak menjadi kader PKS ataupun Gerindra. Sementara Ahok menjadi kader Gerindra.
Meninggalkan partai pendukung
Tak lama setelah terpilih sudah terlihat gelagat RK mulai meninggalkan partai pendukungnya. Dalam berbagai kesempatan RK selalu mencoba menegaskan bahwa dirinya adalah figur independen. Kesannya dia ingin menghapus jejak dan bayang-bayang PKS dan Gerindra. Tidak seperti Ahok, RK tidak perlu keluar dari partai karena memang tidak pernah secara resmi menjadi anggota. Sementara Ahok memutuskan keluar dari Gerindra ketika berbeda sikap dalam soal sistem pilkada langsung menjadi kembali ke DPRD. Renggangnya RK dengan pendukungnya terutama PKS,  sesungguhnya sudah terasa pada saat kampanye. RK dinilai banyak tidak memenuhi komitmennya dan bermain sendiri. Hanya saja anggota PKS adalah tipe kader yang loyal kepada apapun keputusan partai.
Jadi walaupun kecewa dengan RK mereka tetap bekerja keras dan ikhlas mensukseskan pencalonan RK yang dipasangkan dengan Ketua DPD PKS Kota Bandung Oded M Danial. Mereka secara militan melakukan kampanye door to door, direct selling bahkan dengan modal dari kantong sendiri.
Pandai memanfaatkan media sosial.
Setelah dilantik figur RK yang muda dan pandai memanfaatkan media sosial menjadi udara segar bagi Kota Bandung. Seperti Ahok, RK juga rajin meng-upload berbagai kegiatannya di youtube dan berinteraksi dengan warga melalui berbagai platform medsos antara lain twitter. Dalam bahasa anak muda Bandung, aing pisan, gua banget.
RK menjadi bintang baru di dunia maya dan digadang-gadang akan menjadi pemimpin masa depan Jabar, bahkan Indonesia. Didukung oleh Nasdem
Persamaan lain antara Ahok dengan RK adalah Nasdem yang menjadi partai pertama mendukungnya. Bedanya dengan Ahok,  Nasdem mendukung tanpa syarat. Sementara pada RK, Nasdem mengajukan tiga syarat. Pertama, RK harus menjadikan Jabar sebagai benteng Pancasila. Kedua, tidak menjadi anggota parpol. Ketiga, mendukung pencalonan Jokowi sebagai Capres 2019. Ketiga syarat itu diterima secara mutlak oleh RK. Entah apa kalkulasi politiknya, tetapi langkah RK bisa dipastikan telah menjadi blunder besar, apalagi bila dikaitkan dengan Ahok Effect dan hasil Pilkada 2017. Ahok Effect memberi dampak negatif bagi partai-partai pendukungnya. Meminjam istilah yang dikenalkan oleh Presiden Bush untuk membuat batas demarkasi dan menakut-nakuti musuhnya dalam Perang Irak, you are either with us or with enemy. Tinggal pilih mau bareng gua, atau bareng musuh!
Sejumlah survei menyebutkan, walau tetap diperingkat atas, tapi suara PDIP jauh menurun. Partai-partai Islam seperti PPP dan PKB porak poranda. Masih untung bagi PKB yang punya basis pendukung di Jatim. Itupun sudah rontok sebagian. Sebaliknya dua sejoli Gerindra dan PKS menjadi partai yang perkasa dan mendulang simpati publik yang tinggi.
Dengan dampak Ahok Effect yang sangat merusak, agaknya pilihan waras bagi partai-partai Islam menghindar jauh-jauh dari RK, bila mereka tak mau terpuruk lebih dalam. Yang paling mungkin bergabung dengan Nasdem adalah PDIP.
Bila PDIP bergabung dengan Nasdem dan kemungkinan ditambah Hanura, maka lengkap sudah posisi RK with enemy. Formasi ini akan dengan mudah mengingatkan publik Jabar dengan partai pendukung Ahok di Jakarta. Jadi siapapun lawan RK akan dengan mudah mengkapitalisasi memori pemilih di Jabar yang mempunyai sentimen negatif yang kuat terhadap Ahok.
Luka PDIP yang menganga
Bagi PDIP,  Jabar adalah medan yang berat. Luka mereka masih menganga akibat kekalahan dalam Pilkada 2013. Luka PDIP makin menganga lebar setelah mereka kalah di dua pilkada penting, Banten dan Jakarta. Ibarat pasukan tempur, mereka adalah pasukan yang kalah dalam dua medan pertempuran besar.
Pasukan yang kalah dan terluka itu masih harus berjuang keras mengatasi luka parah, baik secara fisik maupun psikis. Belum lagi bila bicara soal amunisi dan logistik untuk pertempuran. Semuanya terkuras. Yang cukup menyedihkan pasukan inilah yang paling berpeluang besar direkrut oleh RK.
Agak sulit membayangkan dan bisa dikatakan sebagai hil yang mustahal, Gerindra dan PKS akan mendukung RK. Gerindra sudah pasti sangat membenci syarat ketiga, berupa dukungan kepada Jokowi dalam pencapresan 2019. Bagaimanapun kekalahan pada Pilpres 2014, tidak membuat Prabowo surut. Mentalitasnya sebagai pasukan komando menjadikan dia ulet, tahan banting dan tak kenal menyerah.
Mentalitas pasukan komando yang memilih “lebih baik mati dalam pertempuran, daripada gagal dalam menjalankan tugas,” pasti sangat dijiwai oleh Prabowo. Lagi pula toh dia belum mati. Dia hanya kalah dalam satu medan tempur (Pilpres 2014) dan menang dalam medan tempur lainnya (Pilkada DKI 2017).
Prabowo pasti menginginkan memenangkan kembali berbagai pertempuran lain (Pilkada serentak 2018), sebelum kembali maju dalam perang pamungkas Pilpres 2019. Persaingan Prabowo-Jokowi pada 2019 akan menjadi medan Perang Kurusetra, ketika pasukan Pandawa berhadapan dengan Astina/Kurawa.
PKS juga hampir dipastikan tidak akan mendukung RK. Hubungan yang kurang harmonis dan sikap RK yang “tidak tahu berterima kasih” bakal menjadi ganjalan besar. Lagi pula salah satu syarat yang diajukan Nasdem adalah menjadikan Jabar sebagai Benteng Pancasila.
Syarat apa pula ini? Apakah selama Kang Aher menjadi Gubernur, Jawa Barat menjadi daerah yang anti Pancasila?. Anti NKRI? Tidak Bhineka? Atau  Jabar menjadi daerah yang memberlakukan syariat Islam? Semua itu mengingatkan PKS dan umat Islam pada hantu yang diciptakan oleh para Ahoker untuk menstigma dan sekaligus menakut-nakuti pemilih yang akan mendukung Anies-Sandi.
Selama hampir dua periode menjabat, Aher menjadikan Jawa Barat sebagai wilayah yang maju dengan se-abreg penghargaan. Bulan ini saja Provinsi Jabar mendapat penghargaan dari Depdagri sebagai provinsi dengan kinerja terbaik.
Stigma buruk yang coba disematkan melalui syarat Benteng Pancasila tadi pasti sangat menyakitkan Kang Aher sebagai pribadi maupun PKS sebagai partai. Kang Aher adalah gubernur yang sangat dibanggakan oleh PKS dan umat Islam Jabar.
Oleh warga Sunda, dia juga digadang-gadang sebagai calon pemimpin nasional. Maklum sebagai etnis kedua terbesar setelah Jawa, peran etnis Sunda dikancah nasional, relatif minim. Jadi mereka butuh tokoh yang menjadi representasinya. Saat ini Kang Aher adalah pilihan yang bisa menyatukan berbagai kepentingan di kalangan etnis Sunda.
Yang paling masuk akal bagi PKS adalah mendorong Wagub Deddy Mizwar (Kang Demiz) untuk maju, dipasangkan dengan kader mereka. Bila PKS yang meng-endorse rasanya Gerindra juga akan langsung mengamini. Kang Demiz adalah sosok calon yang memenuhi semua syarat. Sebagai seniman kaliber kakap, dia punya level pergaulan nasional dan mempunyai teman dari berbagai golongan, lintas agama, lintas partai.
Bagi umat Islam Indonesia dan Jabar khususnya, Kang Demiz juga akan selalu dikenang dengan pidatonya yang menggetarkan sukma ketika ber-orasi di depan Mujahidin asal Jabar yang akan berangkat ke Jakarta mengikuti Aksi Bela Islam (ABI). Dia berani tampil membela, menafikan kedekatannya dengan Ahok dan Jokowi ketika Islam dinistakan.
Dengan konstelasi seperti itu akan berat bagi RK untuk melangkah. Ahok effect akan memberi dampak perlawanan yang sulit dikalkulasikan. Jangan lupa pada waktu ABI III Jabar melalui para santri dari Ciamis telah memberi kontribusi yang luar biasa terhadap kebangkitan semangat umat Islam seluruh Indonesia.
Dengan aksi long march-nya mereka menerobos barikade dan represi petugas kepolisian. Aksi santri yang sebagian berusia remaja, bahkan ada yang anak-anak itu memberi inspirasi dan energi yang menggerakkan gelombang jutaan manusia, berbondong-bondong mengubah lapangan Monas dan sekitarnya menjadi lautan putih. Mereka pasti tidak akan tinggal diam.
Jalan kaki dari Ciamis-Jakarta sepanjang 370 km saja hanya soal kecil bagi mereka, apalagi cuma long march dari Ciamis-Bandung. Itu mah sudah jadi menu sarapan pagi.
Bagi RK Pilgub Jabar akan menjadi medan pertempuran berat. Jabar bukanlah Bandung. Dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia dengan wilayah yang juga luas, Jabar adalah lautan, samudera dengan gelombang yang ganas.
PKS-Gerindra kapal yang lengkap dengan awak plus logistiknya yang mengantarkannya menjadi orang nomor satu di Bandung, ditinggalkan begitu saja. Dia melompat ke kapal lain yang tengah diamuk gelombang pasang.
Bila tidak pandai-pandai meniti gelombang, kapal akan tenggelam dan dia ikut tenggelam bersamanya. Kecuali bila dia bisa menyiapkan sekoci penyelamat.
Orang bijak mengajarkan kepada kita sebuah petuah “If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together.” RK tampaknya ingin pergi cepat  meninggalkan jabatan sebagai Walikota Bandung yang baru akan berakhir pada September 2019,  mengejar jabatan gubernur yang lebih menggiurkan. Karena itu dia memutuskan untuk pergi seorang diri.
*Konsultan Media dan Politik
Sumber : Source link
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
Ridwan Kamil Tertular Derita Ahok Effect di Pilgub Jabar?
Ridwan Kamil Tertular Derita Ahok Effect di Pilgub Jabar?
Oleh : Hersubeno Arief *
DALAM sebulan terakhir kesibukan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (RK) meningkat tajam. Selain aktivitas kesehariannya mengurus warga kota kembang, setiap akhir pekan RK melakukan safari ke berbagai kota/kabupaten di Jawa Barat (Jabar). Selain bertemu para tokoh, kyai, alim ulama, kegiatan utama RK adalah meresmikan tim relawan Baraya Ridwan Kamil (Barka).
Baraya, saudara atau kerabat dalam bahasa Sunda ini akan menjadi tulang punggung tim sukses RK yang maju ke Pilgub Jabar 2018. Kira-kira tugas mereka sama seperti Teman Ahok. Bedanya sudah ada partai yang menyatakan kesediaannya mendukung RK.
Sejak mendeklarasikan diri sebagai Cagub Jabar sebulan lalu (19/3), RK langsung tancap gas. Berkejaran dengan waktu, karena Pilkada Jabar 2018 akan digelar pada bulan Juni. Artinya tinggal 14 bulan lagi waktu yang tersisa. Bukan waktu yang panjang.
Modal awal dukungan dari Partai Nasdem membuat dia sangat pede. Apalagi ada survei yang menyatakan tingkat popularitas dan elektabilitasnya paling tinggi dibandingkan dengan kandidat potensial lainnya seperti Wagub Deddy Mizwar maupun mantan Wagub Dede Yusuf.
Bagaimana kira-kira nasib pencalonan RK? Bisakah dia mewujudkan niatnya menjadi orang No 1 di Jabar? Mari kita telaah fakta-fakta berikut.
Entah secara kebetulan atau tidak, perjalanan karier RK rada mirip-mirip Ahok. Mereka diketahui juga berteman cukup baik. Pertama, kandidat non partai. Kedua, meninggalkan partai pendukung. Ketiga, pandai memanfaatkan media sosial (medsos). Keempat, dideklarasikan pertama kali oleh Partai Nasdem.
Kandidat non partai. RK maju dalam Pilkada Kota Bandung 2013 dengan diusung oleh PKS dan Gerindra. Ketika itu PKS baru saja memenangkan Pilkada Jabar dan mesin politiknya masih panas. Hanya saja mereka tidak punya figur yang kuat, lalu muncullah nama RK, seorang arsitek perencanaan kota. Perpaduan antara figur muda, mesin politik PKS yang kuat dan keinginan warga Bandung mencari figur baru, membuat RK memenangkan kursi Bandung 1.
Jangan lupa faktor Ahmad Heryawan (Kang Aher) dan Prabowo Subianto member andil yang sangat kuat dalam kemenangan RK. Kang Aher baru saja terpilih menjadi Gubernur Jabar untuk periode kedua. Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, adalah salah satu kandidat terkuat Pilpres 2104. Perpaduan Islam dan nasionalis yang sangat pas dan kuat. Keduanya menjadi endorser yang sempurna bagi RK.
Sampai di sini yang perlu dicatat, RK dan Ahok sama-sama tokoh non partai yang diusung sebagai kandidat. Hanya bedanya RK tidak menjadi kader PKS ataupun Gerindra. Sementara Ahok menjadi kader Gerindra.
Meninggalkan partai pendukung. Tak lama setelah terpilih sudah terlihat gelagat RK mulai meninggalkan partai pendukungnya. Dalam berbagai kesempatan RK selalu mencoba menegaskan bahwa dirinya adalah figur independen. Kesannya dia ingin menghapus jejak dan bayang-bayang PKS dan Gerindra. Tidak seperti Ahok, RK tidak perlu keluar dari partai, karena memang tidak pernah secara resmi menjadi anggota. Sementara Ahok memutuskan keluar dari Gerindra ketika berbeda sikap dalam soal sistem pilkada langsung menjadi kembali ke DPRD.
Renggangnya RK dengan pendukungnya terutama PKS, sesungguhnya sudah terasa pada saat kampanye. RK dinilai banyak tidak memenuhi komitmennya dan bermain sendiri. Hanya saja anggota PKS adalah tipe kader yang loyal kepada apapun keputusan partai. Jadi walaupun kecewa dengan RK mereka tetap bekerja keras dan ikhlas menyukseskan pencalonan RK yang dipasangkan dengan Ketua DPD PKS Kota Bandung Oded M Danial. Mereka secara militan melakukan kampanye door to door, direct selling,  bahkan dengan modal dari kantong sendiri.
Pandai memanfaatkan medsos.Setelah dilantik figur RK yang muda dan pandai memanfaatkan medsos menjadi udara segar bagi Kota Bandung. Seperti Ahok, RK juga rajin meng-upload berbagai kegiatannya di youtube dan berinteraksi dengan warga melalui berbagai platform medsos antara lain twitter. Dalam bahasa anak muda Bandung, aing pisan, gua banget. RK menjadi bintang baru di dunia maya dan digadang-gadang akan menjadi pemimpin masa depan Jabar, bahkan Indonesia.
Didukung oleh Nasdem. Persamaan lain antara Ahok dengan RK adalah Nasdem yang menjadi partai pertama mendukungnya. Bedanya dengan Ahok, Nasdem mendukung tanpa syarat. Sementara pada RK, Nasdem mengajukan tiga syarat. Pertama, RK harus menjadikan Jabar sebagai benteng Pancasila. Kedua, tidak menjadi anggota parpol. 
Ketiga, mendukung pencalonan Jokowi sebagai Capres 2019. Ketiga syarat itu diterima secara mutlak oleh RK. Entah apa kalkulasi politiknya, tetapi langkah RK bisa dipastikan telah menjadi blunder besar, apalagi bila dikaitkan dengan Ahok Effect dan hasil Pilkada 2017.
Ahok Effect memberi dampak negatif bagi partai-partai pendukungnya. Meminjam istilah yang dikenalkan oleh Presiden Bush untuk membuat batas demarkasi dan menakut-nakuti musuhnya dalam Perang Irak:  you are either with us or with enemy. Tinggal pilih mau bareng gua, atau bareng musuh!
Sejumlah survei menyebutkan, walau tetap di peringkat atas, tapi suara PDI-P jauh menurun. Partai-partai Islam seperti PPP dan PKB porak poranda. Masih untung bagi PKB yang punya basis pendukung di Jatim. Itupun sudah rontok sebagian. Sebaliknya dua sejoli Gerindra dan PKS menjadi partai yang perkasa dan mendulang simpati publik yang tinggi.
Dengan dampak Ahok Effect yang sangat merusak, agaknya pilihan waras bagi partai-partai Islam menghindar jauh-jauh dari RK, bila mereka tak mau terpuruk lebih dalam. Yang paling mungkin bergabung dengan Nasdem adalah PDI-P.
Bila PDI-P bergabung dengan Nasdem dan kemungkinan ditambah Hanura, maka lengkap sudah posisi RK with enemy. Formasi ini akan dengan mudah mengingatkan publik Jabar dengan partai pendukung Ahok di Jakarta. Jadi siapapun lawan RK akan dengan mudah mengkapitalisasi memori pemilih di Jabar yang mempunyai sentimen negatif yang kuat terhadap Ahok.
Luka PDI-P yang Menganga
Bagi PDI-P, Jabar adalah medan yang berat. Luka mereka masih menganga akibat kekalahan dalam Pilkada 2013. Luka PDI-P makin menganga lebar setelah mereka kalah di dua pilkada penting, Banten dan Jakarta. Ibarat pasukan tempur, mereka adalah pasukan yang kalah dalam dua medan pertempuran besar. 
Pasukan yang kalah dan terluka itu masih harus berjuang keras mengatasi luka parah, baik secara fisik maupun psikis. Belum lagi bila bicara soal amunisi dan logistik untuk pertempuran. Semuanya terkuras. Yang cukup menyedihkan pasukan inilah yang paling berpeluang besar direkrut oleh RK.
Agak sulit membayangkan dan bisa dikatakan sebagai hil yang mustahal, Gerindra dan PKS akan mendukung RK. Gerindra sudah pasti sangat membenci syarat ketiga, berupa dukungan kepada Jokowi dalam pencapresan 2019. Bagaimanapun kekalahan pada Pilpres 2014, tidak membuat Prabowo surut. Mentalitasnya sebagai pasukan komando menjadikan dia ulet, tahan banting dan tak kenal menyerah.
Mentalitas pasukan komando yang memilih “lebih baik mati dalam pertempuran, daripada gagal dalam menjalankan tugas,” pasti sangat dijiwai oleh Prabowo. Lagi pula toh dia belum mati. Dia hanya kalah dalam satu medan tempur (Pilpres 2014) dan menang dalam medan tempur lainnya (Pilkada DKI 2017).
Prabowo pasti menginginkan memenangkan kembali berbagai pertempuran lain (Pilkada serentak 2018), sebelum kembali maju dalam perang pamungkas Pilpres 2019. Persaingan Prabowo-Jokowi pada 2019 akan menjadi medan Perang Kurusetra, ketika pasukan Pandawa berhadapan dengan Astina/Kurawa.
PKS juga hampir dipastikan tidak akan mendukung RK. Hubungan yang kurang harmonis dan sikap RK yang “tidak tahu berterima kasih” bakal menjadi ganjalan besar. Lagi pula salah satu syarat yang diajukan Nasdem adalah menjadikan Jabar sebagai Benteng Pancasila.
Syarat apa pula ini? Apakah selama Kang Aher menjadi gubernur, Jabar  menjadi daerah yang anti Pancasila?. Anti KRI? Tidak Bhineka? Atau Jabar menjadi daerah yang memberlakukan syariat Islam? Semua itu mengingatkan PKS dan umat Islam pada hantu yang diciptakan oleh para Ahoker untuk menstigma dan sekaligus menakut-nakuti pemilih yang akan mendukung Anies-Sandi.
Selama hampir dua periode menjabat, Aher menjadikan Jabar sebagai wilayah yang maju dengan seabreg penghargaan. Bulan ini saja Provinsi Jabar mendapat penghargaan dari Depdagri sebagai provinsi dengan kinerja terbaik.
Stigma buruk yang coba disematkan melalui syarat Benteng Pancasila tadi pasti sangat menyakitkan Kang Aher sebagai pribadi maupun PKS sebagai partai. Kang Aher adalah gubernur yang sangat dibanggakan oleh PKS dan umat Islam Jabar.
Oleh warga Sunda, dia juga digadang-gadang sebagai calon pemimpin nasional. Maklum sebagai etnis kedua terbesar setelah Jawa, peran etnis Sunda di kancah nasional relatif minim. Jadi mereka butuh tokoh yang menjadi representasinya. Saat ini Kang Aher adalah pilihan yang bisa menyatukan berbagai kepentingan di kalangan etnis Sunda.
Yang paling masuk akal bagi PKS adalah mendorong Wagub Deddy Mizwar (Kang Demiz) untuk maju, dipasangkan dengan kader mereka. Bila PKS yang mengendorse rasanya Gerindra juga akan langsung mengamini. Kang Demiz adalah sosok calon yang memenuhi semua syarat. Sebagai seniman kaliber kakap, dia punya level pergaulan nasional dan mempunyai teman dari berbagai golongan, lintas agama, lintas partai.
Bagi umat Islam Indonesia dan Jabar khususnya, Kang Demiz juga akan selalu dikenang dengan pidatonya yang menggetarkan sukma ketika berorasi di depan Mujahidin asal Jabar yang akan berangkat ke Jakarta mengikuti Aksi Bela Islam (ABI). Dia berani tampil membela, menafikan kedekatannya dengan Ahok dan Jokowi ketika Islam dinistakan.
Dengan konstelasi seperti itu akan berat bagi RK untuk melangkah. Ahok Effect akan memberi dampak perlawanan yang sulit dikalkulasikan. Jangan lupa pada waktu ABI III Jabar melalui para santri dari Ciamis telah memberi kontribusi yang luar biasa terhadap kebangkitan semangat umat Islam seluruh Indonesia.
Dengan aksi long march-nya mereka menerobos barikade dan represi petugas kepolisian. Aksi santri yang sebagian berusia remaja, bahkan ada yang anak-anak itu memberi inspirasi dan energi yang menggerakkan gelombang jutaan manusia, berbondong-bondong mengubah lapangan Monas dan sekitarnya menjadi lautan putih. Mereka pasti tidak akan tinggal diam.
Jalan kaki dari Ciamis-Jakarta sepanjang 370 Km saja hanya soal kecil bagi mereka, apalagi cuma long march dari Ciamis-Bandung. Itu mah sudah jadi menu sarapan pagi.
Bagi RK Pilgub Jabar akan menjadi medan pertempuran berat. Jabar bukanlah Bandung. Dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia dengan wilayah yang juga luas, Jabar adalah lautan, samudera dengan gelombang yang ganas. PKS-Gerindra kapal yang lengkap dengan awak plus logistiknya yang mengantarkannya menjadi orang nomor satu di Bandung, ditinggalkan begitu saja. Dia melompat ke kapal lainyang tengah diamuk gelombang pasang. Bila tidak pandai-pandai meniti gelombang, kapal akan tenggelam dan dia ikut tenggelam bersamanya. Kecuali bila dia bisa menyiapkan sekoci penyelamat.
Orang bijak mengajarkan kepada kita sebuah petuah “If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together.” RK tampaknya ingin pergi cepat meninggalkan jabatan sebagai Wali Kota Bandung yang baru akan berakhir pada September 2018, mengejar jabatan gubernur yang lebih menggiurkan. Karena itu dia memutuskan untuk pergi seorang diri.
(*) Penulis adalah Konsultan Media dan Politik
Sumber : Source link
0 notes