Tumgik
#Acara meeting
riyansetia · 1 year
Text
NASI KOTAK HEBOH, Call 0853-1944-8594, Nasi box Ayam Bakar Bekakak Madu Sambal Mercon
Tumblr media
0 notes
razaasetiasinergi1 · 1 year
Text
Tumblr media
0 notes
ilhamsejahtera · 2 years
Text
Tumblr media
Nasi box Terdekat, Call 0853-1944-8594, Nasi box Ayam Bakar Bekakak Madu Sambal Mercon
0 notes
daffasetiaa · 2 years
Text
Tumblr media
0 notes
southpauz · 8 days
Text
Tumblr media
Acara meets the first Acara
896 notes · View notes
saudaratourtravel · 2 years
Text
Tumblr media
KLIK https://WA.me/0878-3930-1999,  Sewa Ruang Acara Jogja di Jakarta, Sewa Ruang Event Jogja Di Jakarta, Sewa Ruangan Acara Jogja Di Jakarta, Ruang Sewa Birthday Jogja DI Jakarta, Sewa Ruang Untuk Event Jogja di Jakarta
Kami menyediakan atau sewa tempat untuk acara penting seperti Rapat, Gathering, Reunian, Pernikahan, Pengajian, dan Acara – acara penting lainnya.
Saudara Tour and Travel
WA : 0878-3930-1999 atau KLIK https://WA.me/0878-3930-1999
Alamat: Jl Imogiri Barat Km. 4 no. 44 Jogja
#sewaruanganacara #ruangsewabirthday #sewaruanguntukevent #sewaruangdigedung #sewaruanghotel #penyewaanruangseminar #sewaruangrapat #sewaruangmeetingterdekat #ruangsewadihotel #sewaruanganjogja
0 notes
transpublikid · 2 years
Text
Kapolresta Deli Serdang Beserta Ulama serta Tokoh agama Kab. Deli Serdang Ikuti ZM Acara Kirab Merah Putih
Kapolresta Deli Serdang Beserta Ulama serta Tokoh agama Kab. Deli Serdang Ikuti ZM Acara Kirab Merah Putih
DELI SERDANG | TRANSPUBLIK.co.id – Kombes Pol Irsan Sinuhaji, SIK, MH selaku Kapolresta Deli Serdang, bersama para Pejabat Utama (PJU) Polresta Deli Serdang serta para Tokoh Ulama dan Tokoh Agama mengikuti zoom meeting (zm) acara kirab Merah Putih di Aula Tribrata Polresta Deli Serdang, Minggu (28/8/2022) pagi. Pada kegiatan kali ini Kapolresta Deli Serdang Kombes Pol Irsan Sinuhaji, SIK, MH,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Polda Banten Ikuti Zoom Meeting Acara Kirab Merah Putih
Polda Banten Ikuti Zoom Meeting Acara Kirab Merah Putih
RELASIPUBLIK.OR.ID, SERANG || Kapolda Banten bersama para Pejabat Utama (PJU) Polda Banten mengikuti zoom meeting acara kirab Merah Putih di Ruang Vicon Polda Banten pada Minggu (28/08) sekitar pukul 07.00 Wib. Pada kegiatan kali ini Kapolda Banten Irjen Pol Prof Drs Rudy Heriyanto didampingi Ketua Forum Inspirasi Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Banten KH. AM. Romly dan Ketua Umum Pengurus Besar…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
borobudurnews · 2 years
Text
G20 Culture Ministers Meeting Di Borobudur Diharapkan Para Delegasi Kunjungi Desa Wisata
G20 Culture Ministers Meeting Di Borobudur Diharapkan Para Delegasi Kunjungi Desa Wisata
BNews–MAGELANG-– Pertemuan forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (G20) akan berlangsung di Borobudur Magelang. Tepatnya pada tanggal 12-13 September 2022 mendatang. Oleh karena itu Rapat koordinasi(Rakor) Pengawalan dan Pengamanan Acara G20 Culture Ministers Meeting digelar. Yakni di Ruang Bina Karya, Setda Kabupaten Magelang pada Kamis (18/8/2022). Dalam…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rubahlicik · 3 months
Text
Poketrip, Pokemon Indonesia Journey
Masi amaze aja dengan giveaway pas comday kemarin. Dari 900an partisipan se-Indonesia, aink terpilih jadi salah satu dari empat orang beruntung yang dapet tiket pp ke Bali dan uang saku.
Uang saku tentu untuk biaya makan, penginapan dan transportasi ke bandara. Sekitar dua minggu sebelum hari h, aink uda searching penginapan murah denpasar dekat venue. Agak panik juga ngeliat hotel terdekat harganya bisa 200-300 permalam. Mana aink rencananya nginep dua hari kan yah. Acara tgl2-3 Maret, aink berangkat tgl 2 pagi pulang tgl 4 siang.
Begitu pencarian hotel diperluas, aink dapet yang semalemnya cuma 45rb. Murah anjay!, aink liat foto fotonya juga not bad lah. Toh disewa cuma buat tidur-mandi doang. Seharian pasti di luar hotel. Ga banyak mikir aink langsung booking, padahal harusnya liat review dulu. Bego emang
Tapi gpp, bad decisions make great story. I'll get to that later.
Berangkat abis shubuh dari shelter Arnes yang di baltos, nyampe bandara stg 7. Trus cetak boarding pass, berangkat dari bandara kertajati sekitar jam 9. Nyampe Bali menjelang dhuhur.
Tumblr media
Panas bos. Aink mulai maklum kenapa disini bule banyak yang berpakaian minim. Aink naik gojek ke hotel yang jaraknya sekitar 13km dari bandara.
Sampai hotel jam2, cekin, taro barang goler bentar dan bersih bersih, trus langsung jalan ke venue. Iya, aink jalan karena uda menjelang sore dan ga begitu panas. Sekitar 2kiloan kalo jalan kaki karena tinggal lurus. Tapi kalo naik motor mesti muter-muter. Parah bet kayak di cimahi.
Asli, kalo ga panas dan ga terlalu jauh mending jalan aja.
Tumblr media
Begitu sampai venue, langsung ke meja pendaftaran buat dapetin kartu pikachu batik dan pikachu visor. Trus jalan jalan ke area merchandise dan booth. Hunting stiker gratisan wkwkwk.
Tumblr media
Ingin hati sepik sama bule dan warga jepun buat nambah temen main di game, apa daya aink datang dalam kondisi batuk dan sakit tenggorokan. Jadi yaaa, skip skip.
Aink cuma kenalan sama beberapa orang dari komunitas lokal, trus ketemuan sama temen sesama Player dari bandung dan bogor yang nyusul lewat kereta. Sama mereka berdua, aink nginep di hotel yang sama. Beda kamar, mereka bareng di kamar double bed.
Di booth pokemon go, aink dikenalin sama perwakilan pokemon go Indonesia. Dia itu yang komunikasi sama aink sejak aink dinyatakan sebagai pemenang giveaway. Berasa artis karena diliatin banyak orang dan dikenal sebagai orang hoki se-Indonesia raya.
Aink tuh sebetulnya bawa baju batik, karena ada meet and greet sama pikachu yang pake baju batik. Biar samaan cerita nya. Tapi pas liat antriannya uda males banget.
Tumblr media Tumblr media
Dah lah, aink foto sama charizard aja. Sama foto foto objek pokemon yang lain.
Menjelang sore, temen yang trainer bandung ngajakin ke mall living World. Ternyata event Indonesia Journey ini diadain di dua lokasi. Yang di mall ada registrasi pokemon run, booth pokemon TCG dan pokemon go juga. Jadilah aink kesana dibonceng naik motor.
Mallnya terlihat biasa aja dari luar, tapi pas masuk terasa estetik banget. Kalo liat mall bandung tuh suasananya agak kaku, tapi di living World tuh bawaannya santai banget. Bahkan diijinin bawa piaraan asal dipakein diaper..
Aink suka mall ini, mushola nya juga enakeun. Cuman karena jalan depan mallnya kecil, jadinya tiap ada kendaraan keluar masuk mall bakal nyumbat arus dan bikin macet..
Pulang dari mall, aink diajakin nongkrong di caffe sama komunitas trainer lokal. Tapi aink uda tepar, jadi aink pulang duluan. Apalagi temen dari bandung, sebut saja opik ngajakin ikut funrun besok. Katanya ada 3 org yang berhalangan, jadi minta tolong digantiin lari ampe finish biar dapet medali.
Well, aink mesti ngumpulin tenaga. Jadi aja aink pulang duluan ke hotel. Pas pulang, aink ga mandi, cuma ganti baju trus tidur.
Besoknya paginya, aink jadi joki funrun sama opik. Trainer dari bogor, sebut saja berto, ga ikut funrun. Tapi ikut keluar dari hotel dan jalan jalan sendiri..
Aink nyampe venue sekitar jam 6an dan situasi masih gelap. Tapi ternyata larinya uda mulai. Buset, rajin amat. Mungkin karena 5k dan ngincer sebelum panas, jadi dimulai pagi banget.
Pas lari, aink liat ada 5 bodyguard item badannya kekar, ngelilingin dua orang cewe. Aink sama opik mikirnya pasti itu artis. Tapi entah siapa. Ternyata,
Tumblr media
Aink ga kenal🤣
Hari kedua fokus main pokemon go. Nyari shiny pikachu batik dan pokemon legendaris dengan latar Bali.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Aink pulang sebelum jkt48 naik panggung. Uda lemes dan ada niat pengen jalan-jalan besoknya. Toh aink ga begitu suka girlband, jadi langsung jalan balik.
Berikut hasil rampasan aink dari Bali. Beberapa stiker aink dapet dobel karena ikut challenge dua kali wkwkwk.
Tumblr media
Seperti malam kemarin, aink mutusin tidur cepet setelah nebeng mandi di masjid terdekat. Berto pulang malam itu juga jam 8an, sedangkan opik nginep lagi di hotel. Tengah malem, opik sempet dua kali ngetok pintu kamar aink. Tidur aink jadi agak terganggu, tapi ga separah opik yang hampir ga bisa tidur sama sekali.
7 notes · View notes
asrisgratitudejournal · 3 months
Text
Menulis
Waow sudah lama sekali saya nggak update karena kehidupan sangat dinamis.
Mau rekap dan bersyukur dulu saja kepada Allah SWT karena diberi kesibukan yang sungguh membuat pusing dan stres, tapi minimal jadi nggak galau apa itu makna kehidupan kalau lagi galau banget gini:
Weekend kemarin Sabtu nggak ngapa-ngapain beres kelas SMA16. Kayanya lanjut nonton apa ya? Lupa juga. Karaokean DAY6 apa yah. Terus jalan ke center sorean ba’da Ashar buat beli saos ABC, kelengkeng, ke Waterstones beli giftcard Kak Kaca, beli kopi dan sabun, dan ditutup dengan jajan YiFang.
Minggu setelah kelas 16 ada call sama angkatan GEA 11! Bahas UKT mahal banget, belajar banyak sih tentang… well, mostly pertanyaan yang keluar tapi betulan jadi banyak banget pertanyaan yang muncul (yang bisa dicari jawabannya) seperti:
kenapa kita ganti sistem jadi UKT dari yang dulu pas jaman kita kuliah uang pangkal aja di depan terus semesteran Rp 5 juta/semester
kenapa LPDP gaada buat S1, cuma buat S2 dan S3 doang
apakah sistem loan untuk kuliah seperti di UK dan US itu adalah yang paling bagus
gimana Jerman dan Perancis bisa ngegratisin SPP kuliah S1 atau minimal murah banget lah ya, jawabannya ternyata adalah tax money.
Kami semua (yang dateng 4-5 orang dari 87 orang, wow gaada 5% bahkan) gaada yang tahu jawabannya karena bukan expertise kita, but that’s what discussion are for kan. Tetap sangat senang karena sudah menyempatkan diri untuk hadir.
Di awal-awal sebelum mulai diskusi juga Adis sempat nanyain si Repsol udah produce natural hydrogen, jadi sempat membuatku baca lagi artikel-artikel natural hydrogen itu occurrence-nya gimana.
Habis dari diskusi, ke ulang tahun Kak Kaca, untungnya tetangga, masih sama-sama di Castle Mill kami. I had so much fun bertemu Rashid, Najlaa, makan nasi kuning juga. My heart was full lah pokoknya. Dari situ ke city, ketemu Deva bentar, terus lanjut jjs (jalan-jalan sore) ke Christchurch Meadow. Dilanjut ngopi (decaf) dan makan cake sambil baca di Endorphin. Ku tertarik banget sama koleksi-nya Endorphin kemarin baca salah satu bukunya studentnya Hawkings tapi sangat pusing dan gangerti akhirnya ku berhenti setelah chapter 1.Habis itu pulang! Di rumah dilanjut meeting prep untuk acara buka bersama nanti tanggal 23 Maret.
3. The whole week before: Jumat ke Royal Holloway! Sangat senang juga karena sangat produktif. Diskusi banyak sama Alex dan berhasil pinjam InfraRed Thermometer! Ku juga berhasil nge-vacuum seal 11 tubes, WHICH WERE A LOT, tapi karena skill-nya sudah ke-build dan confidence-nya juga sudah ada, itu semua selesai dalam 2 jam saja including packing.
4. Kamis di lab sampai malem karena nyiapin sampel: dari nyuci carius tubes, ngeringin tubes, masukin sample ke tubes, packing. Mayan efektif sih dan CAPEK.
5. Senin-Rabu lupa ngapain aja tapi kayanya nyiapin buat sealing di Jumat juga. Dan juga ngerjain manuscript gak ya(?) Lupa-lupa inget. Ku gak sabar menyelesaikan semua 24hour opening supaya bisa langsung fokus nulis ke manuscript ke 2.
Oh inget deng dikit! Senin-nya tuh aku mulai kerja baru sore karena paginya ngopi dulu sama Deva di Westgate wkwkw, terus dilanjut lunch makan Ji sama Mbak Shofi (dia mau apply PhD), Iris, dan Mbak Jessica. Seru banget ngobrolnya.
6. Minggu kemarinnya lagi: Sabtu ke London! Ulang tahunnya Shivanky. Kukasih dia hadiah giftcard Waterstones juga (wkwkw sangat tidak creative ya Noni ini). Ku beli di Waterstones yang depan Trafalgar Square. Ku senang banget ketemu sama teman-temannya Shiv (yang adalah super smart ambitious typical Oxford graduates lah ya) dan kami ngomongin banyak hal. We talked in Tate Modern, took some nice pictures over the Millenium Bridge, then lanjut makan Jollibee di Leicester Square. Itu Jollibee perdana aku HUHU SANGAT ENAK.
7. Hari Minggu-nya nggak ngapa-ngapain cuma siang getting susu di Sainsbury’s Jericho. Terus malamnya formal dinner KE-TIGA DI MINGGU ITU! Di Exeter sama Deva dan Aji. Sangat seru juga sih karena pertama kali mengajak Deva formal’s and we did talk about a lot of things.
8. Week yang sebelum itu ngapain yah. OH. LAGI DEMOTIVATED BANGET KERJA. Itu tuh habis dapet kiriman comments dari Alex dan tinggal kurapikan aja sebetulnya. Jumatnya ngerjain Lumex kayanya sama Joost, terus lanjut lunch Comptoir Libanais sama Bu Yani. Kamisnya, pagi, aku ke Nizami Ganjavi buat cari-cari buku belajar baca Korea, terus siangnya lanjut ke Westgate Library (LANJUT BELAJAR BAHASA KOREA), dan lanjut ngobrol di G&D depan Christchurch sama Hanif. Habis itu ada formal dinner Graduate High Table. Ku ga banyak ngobrol sama siapa-siapa, mostly Mas Felix aja di samping. Rabu di RUMAH SEHARIAN. Selasa WFH juga cuma sorean ke Lung Wah Cong beliin Deva kecap ABC dan ke Black Sheep. Senin juga WFH dan sorean ke Cohen Quad lanjut ke Exeter buat formal Subject Family Dinner. FIUH.
9. Weekend sebelumnya lagi: Sabtu jalan jauh ke Cowley setelah random di Westgate dan Sasi’s. Minggunya pengajian ku ngisi tausiyah tapi payah karena kurang prep but it is okay.
UDAH DEH. Balik lagi ke post terakhir yang gabisa kerja ituu. WOWWW. Itu literally di atas adalah rekapan selama 3 minggu. Sangat banyak hal yang terjadi sesungguhnya. AND I MET SO MANY PEOPLE??? Harus disyukuri dan SEMANGAT NONI sedikit lagi perjalanannya!!! Fighting!
19:27 04/03/2024 office room dept
2 notes · View notes
riyansetia · 1 year
Text
NASI KOTAK HEBOH, Call 0853-1944-8594, Nasi box Ayam Bakar Bekakak Madu Sambal Mercon
Tumblr media
0 notes
razaasetiasinergi1 · 1 year
Text
Tumblr media
0 notes
ilhamsejahtera · 2 years
Text
Tumblr media
Nasi box Terdekat, Call 0853-1944-8594, Nasi box Ayam Bakar Bekakak Madu Sambal Mercon
0 notes
daffasetiaa · 2 years
Text
Tumblr media
0 notes
putriutamidewi · 1 year
Text
MISI RAHASIA ANDINI
"Aku antar sampai sini ya, Ma. Nanti kalau 15 menit acara mau selesai, langsung telpon aku. Ini aku pergi dulu ke tempat temen kantor cabang. Kebetulan diajak meet up di cafe dekat sini."
"Oke, Paa. Aku sama adek masuk kedalam dulu ya. Hati-hati dijalan Paa!" Andini mencium punggung tangan suaminya, lalu melambaikan tangannya seiring mobil berputar balik.
Andini berjalan 10 langkah ke arah gedung bertingkat 3 yang bertuliskan Jurusan Desain UTC.  Malam itu gedung tempat kuliahnya dulu terlihat lebih menawan. Danau sebelah kampus, dihiasi lampu LED kecil bak resto yang menawarkan intimate dinner. Ada kapal kano kecil yang bisa dipakai untuk menyusuri danau jurusan itu. Seketika memori semasa kuliah terekam ulang. Dulu Andini dan teman sekelompoknya pernah membuat kapal kano berukuran 1x3 meter menggunakan metode modelisasi manual. Benar-benar manual menggunakan tangan. Setiap mengerjakan tugas kapal itu, teman Andini memutar lagu Dewa19. Ya pada tahun 2000 an itu grup Dewa19 memang lagi hits banget.
"ANDINI! HEY Andini Tyas Utari!" Teriak seorang wanita bertubuh gempal, rambut panjang terurai rapi, matanya bersinar indah, meski bukan body goals kebanyakan orang, entah mengapa wanita itu terlihat cantik dan menarik, ia berlari sambil menggendong anak, kurang lebih anaknya sepantaran dengan anak Andini.
"Farah!! Ya Ampun, tambah cantik aja! Ayo masuk bareng!"
"Hayu, Udah lama ya nggak ketemu! Aku penasaran sama kabarmu."
Memasuki selasar gedung yang bertulisan "Temu Alumni Angkatan 2005" mereka disambut oleh panitia yang merupakan mahasiswa baru di tahun 2018. Mereka dipersilahkan untuk duduk di meja bundar dengan 1 kursi yang sudah terisi teman angkatan Andini. Ia sontak berdiri ketika Farah dan Andini menghampiri.
"Farah, Andini! Sini duduk sini, Gimana kabarnya? eh ya ampun tau gitu anakku aku ajak kesini juga," Sapa Nia.
"Baik Ni, kamu apa kabar?" Balas Farah
"Alhamdulillah, baik juga. Eh kamu di Yogya kan Din? berarti nginep ya nanti?" Tanya Nia pada Andini
"Iya, nih Ni. Aku nginep di rumah mertua." Jawab Andini
"Oiya, Lupa. Kamu kan dulu jadian sama mas jurusan sebelah gara-gara proyek kompetisi bareng jurusan sebelah! Masnya asli sini kan ya"
"Hahahah, iyaa. Masih inget aja kamu Ni"
"Kamu gimana sekarang Ni? Kesibukannya apa?" tanya Farah
"Aku sekarang lagi running bisnis online Fa. Agak jauh sama bidang jurusan kita. Dan kamu tau faktanya setelah kita lulus itu kupikir bakalan semakin mudah ya hidup. Ternyata enggak. Kita masih perlu belajar lagi. Kupikir kalau aku lulus aku bisa langsung menjadi desainer produk. Tapi  pada kenyataannya setelah aku apply dan kerja di perusahaan manufaktur aku nggak enjoy menjalaninya. Dan coba deh gais, kalo kalian amati. Berapa persen alumni dari angkatan kita yang menjadi desainer produk? 2% ? Sebagian besar pada switch career. Untuk saat ini aku ibu rumah tangga, Running bisnis baju piyama, sama ngurus anak dan suami. Jangan kira kerja dari rumah malah tambah enak! justru nggak habis-habis masalahnya. Yang paling bikin aku bahagia adalah, aku masih ada pemasukan yang lumayan disamping nafkah suami. Kalo kamu gimana Fa, Ndin sekarang?
"Aku sekarang masih kerja di Pt. P,Ni. Ya masih sama, Cuman naik satu tingkat jadi senior desainer aja. Anakku tak titipin ke daycare dekat kantor, jadi ya gitu. Pinter-pinter gimana delegasi aja. Ini masih mending sudah bisa dititipin. Dulu waktu dia masih bayi aku kudu ambil cuti, sama minta mamaku buat tinggal sama aku dulu buat bantu. Susah jadi single mother,Ni"
"Kalo kamu Ndin?" tanya Nia
"Aku fulltime ibu rumah tangga, Ni. Suamiku sebelum nikah udah bilang, kalau aku harus resign. Katanya dia ga mau aku kerja, dia punya prinsip suami harus memuliakan istri, mencukupi kebutuhannya, sampai tidak memperbolehkan istrinya untuk bekerja biar dirumah saja mengurus anak dan rumah." terang Andini
"Waaaaa, so sweet" respon Farah dan Nia kompak.
"Hebat kamu Ndin. Kamu bisa legowo dan rela melepas pekerjaan demi keluarga. Kalau kamu nggak resign waktu itu mana mungkin aku bisa gantikan posisimu di kantor. Ni, Andin ini sempet satu kantor sama aku dulu. Dia karyawan ideal. Kerjaannya bagus dan rapi, sering dapat promosi naik pangkat. Terus dia bukan karyawan yang dibenci karyawan lain, justru semua pengen deket sama Andini karena dia ga pelit ilmu. Cuman aku benar-benar kaget sewaktu acara syukuran di kantor, Andini pamitan resign. Jujur Ndin, kamu nyesel ga ambil keputusan ini." tanya Farah
Andini tersenyum, belum sempat menjawab, perhatian mereka bertiga teralihkan ke suara MC yang membuka acara.Suasana menjadi riuh. Tak lama kemudian acara dibuka dengan suara alunan musik dari band mahasiswa.
Sepanjang acara dibuka, pikiran Andini berkecamuk. Sesekali ia melihat anaknya dan anak Farah bermain di spot playground yang disediakan dan didampingi panitia. Pikirannya terngiang pertanyaan Farah. Apa dia benar-benar bahagia dengan keputusan menuruti suaminya?
***
Tangis bayi pecah, Andini tebangun kaget. Anaknya haus. Kemudian ia bergegas menggendong anaknya sembari menyambar dispenser susu di dapur.
“Jam 8 baru bangun kamu?” bentak ibu mertua Andini Andini gelagapan, belum sempat menjawab ia disambar lagi. “Kamu ini ya! Udah bangun siang, nggak kerja, cuman ngurus anak aja masih nggak becus! suamimu pergi ke kantor cabang juga nggak tau kan? ya iya lah masih ngebo” Anak andini menyedot botol susu dengan lahap, dan andini masih kaget atas perkataan ibu mertuanya. “Maaf ya bu, Andini lagi capek. Karena tau ada kemungkinan kesiangan, baju dan perlengkapan mas buat dibawa ke kantor juga sudah tak siapin dari malem, bu. Andini engga lalai kan sama suami? Lalu soal enggak kerja, ini atas permintaan mas. Apa mas nggak nyampein ke Ibu?”
“Ada apa ini pagi-pagi ribut?” tanya Ayah mertua Andini. Semuanya terdiam. Ibu mertua Andini melengos dan pergi keluar rumah sambil menyambar keranjang belanja. “Ada apa nak, coba sini cerita,” pinta Ayah mertua Andini dengan lembut. Keduanya duduk di meja dapur, kemudian Andini menceritakan apa yang terjadi. “Ya, dulu memang ibu mertuamu dulu adalah seorang wanita karir. Suamimu waktu kecil kami titipkan ke tempat neneknya. Kami terlalu sibuk bekerja sehingga tiba masa ia TK, dia dibully karena diasuh nenek. Dia dibully katanya dibuang orangtuanya. Waktu itu hanya dia saja yang setiap acara sekolah selalu didampingi nenek. Ketidakhadiran kami malah menciptakan luka untuk anak. Dari situ aku meminta agar ibu mertuamu berhenti bekerja dan mengurus rumah secara penuh. Tentu terjadi pertengkaran yang hebat. Aku tegaskan lagi kepadanya, Apa guna karir gemilang namun seharusnya bertanggung jawab atas anak, malah menjadi lalai. Mungkin ini alasan Masmu melarangmu untuk berhenti bekerja selepas menikah, Nak”
Ibu mertua tiba-tiba masuk kedalam dengan wajah masam. Ia mengambil dompet yang tertinggal di meja dapur. Ternyata ia mendengar semua perkataan suaminya.
“Menyesal aku mas nuruti kamu dulu! Kalau aku tidak menuruti katamu, aku udah naik pangkat jadi wakil direktur!”
Tangis bayi pecah lagi, Anak Andini kegerahan. Sudah waktunya dia dimandikan. Andini pamit ke belakang, untuk memandikan anaknya. Sembari memandikan anaknya, ia merenung. Apa iya berhenti bekerja adalah keputusan yang terbaik? Farah temanku juga menyayangkanku resign, ia ibu bekerja juga sambil mengurus anaknya, mana kerjanya di industri manufaktur tempat kerjaku dulu. Kalau aku tidak resign mungkin aku juga di posisinya sekarang.. Nia juga, dia running bisnis online sambil mengurus anak juga. Sejujurnya aku lebih iri pada Nia. Mana tadi pedes dan nyakitin banget omongan ibu mertua.
***
“Mas, Aku tadi diceritain sama bapak. Bapak cerita kalo kamu dulu dibully waktu TK. Gara-gara dititipin ke Nenek. Itu beneran, Mas?”
Suami Andini memutar setir, dan mengambil jalan putar bali. Jalan yang seharusnya dia belok. Malah terlewat. Kali ini mobil menuju jalan tol Surabaya - Solo.
“Ya, itu juga salah satu alasanku Ma jadi punya prinsip ini. Aku nggak ngebolehin kamu bekerja karena takut anak kita mengalami masa yang buruk seperti aku dulu. Lagian ya Ma, Menurutku “Harta Termahal” keluarga adalah anak. Dan masa depan keluarga adalah masa depan anak. Ini mutlak. Terus kalo ada tanggapan, Istri berpendidikan tinggi apa nggak sayang dirumah aja? So, what …. ?? Justru karena istri yang pintar itulah, yang akan mencerdaskan anak. Masa istri pintar malah untuk membangun usaha orang lain, sementara anak kita dididik dan disayangi oleh orang yang bukan orang tuanya. Itu pilihan yang bodoh, Ma ! Bagiku apakah istri bekerja atau tidak bukanlah pilihan yang sulit. Konsekuensinya sudah sangat jelas. Istri jangan bekerja, jika sudah (akan) hamil, sampai anak tamat SMP atau SMA. Karena uang dan kecukupan finansial bisa  menyusul, tapi masa atau usia emas anak, tidak bisa diulang dan juga tidak bisa ditunda.”
Andini tidak membalas omongan suaminya. Dia sibuk membenarkan posisi duduk anaknya yang sedari tadi banyak tingkah. Sesekali ia melihat jendela mobil. Lampu merah menyala, di seberang ada cafe yang terlihat dipenuhi kawula muda menghadap laptop masing-masing Jaman sekarang, teknologi semakin maju. Pasti ada pekerjaan yang fleksibel baik secara pengerjaan maupun tenggat waktunya. Pendapatanku hanya dari suami, sangat jauh bila dibandingkan sewaktu aku bekerja dulu. Bukannya aku merasa kurang, namun.. Jujur saja, aku merasa tidak bervalue saat ini, Aku perlu mengupgrade diri. Mungkin banyak yang berkata bahwa aku dibayar pahala. Namun entah mengapa aku juga merasa butuh reward berupa materi, Aku ingin bisa seperti Nia Ataupun Farah. Aku harus mencoba bekerja tanpa melalaikan kewajibanku mengurus anak, batin Andini.
Lampu hijau menyala, mobil melintasi zebra cross perlahan. Anak Andini menangis, diraihnya lah sebotol susu yang tinggal seperempat, kemudian ia minumkan ke anaknya,”Bismillahirrahmanirrahim.” Dia pandangi wajah anaknya, yang dia namai Naila Malika Putri yang berarti perempuan yang sukses menjadi ratu. Dengan harapan semoga anaknya menjadi seorang anak perempuan yang sukses sebagaimana seorang ratu diharapkan dia memberi manfaat kepada masyarakat yang banyak. Dan tentunya seperti karakter pemimpin pada umumnya, diperlukan pribadi yang tegas, dan sigap mengambil keputusan. Tidak seperti Andini yang selalu penurut, banyak bimbangnya dan susah mengambil keputusan sendiri. Andini tidak ingin anaknya seperti dia. 
***
“Berangkat dulu ya, Ma. Ada client minta ketemu lebih pagi di kantor. Baik-baik ya Ma. Pamit dulu” “Hati-hati ya,” Andini mencium punggung tangan suaminya.
“Adik, masih tidur?”
“Masih, pules banget.”
“Hati-hati di rumah yaa, kalau ada apa-apa langsung telpon. Berangkat dulu Ma.”
Kesempatan, batin Andini.Ia melihat mobil suaminya menjauh dari pandangannya. Andini bergegas masuk kedalam. Dia langsung meraih vacuum cleaner, ember serta alat pel. Ia mengerjakan segala pekerjaan bersih-bersih rumah dengan cepat. Cepat sekali.
Rumah yang hanya terdengar suara vacuum cleaner terpecah oleh suara tangisan bayi. Saatnya memandikan anakku. “Haloo, adek sudah bangun? Mandi dulu yuk sama mama.” Andini menggendong anaknya menggunakan selendang, lalu bergegas menyiapkan air dan bak mandi untuk anaknya. 
Seperti rutinitas bayi pada umumnya, bangun, mandi, makan, main sebentar, mengantuk dan tidur lagi.
Andini mencuri waktu ketika anaknya tidur. Dia membuka laptop dan lekas meriset pekerjaan apa yang fleksibel serta yang sedang on-demand. Dia juga mengumpulkan portofolio terbaru selepas resign. Barangkali masih bisa terpakai untuk melamar kerja. Kali ini dia membuka akun media sosialnya. Dia memilih jenis platform ini karena persebaran informasi lebih cepat disini.
Matanya berhenti pada suatu konten video yang lewat di beranda akunnya. “Dibuka Program Affiliasi Sefi. Marketplace terbesar abad ini. Cukup copy-paste-share link ini anda akan mendapatkan komisi setiap penjualan dari klik link Anda. Chuan dari rumah, mudah bukan? Gabung sekarang!”
Ini iklan heboh banget. 
Andini mencoba menghubungi Customer Service terkait.
“Halo, selamat siang. Saya tertarik untuk ikut program afiliasi di toko kakak. Boleh minta tolong teknisnya kak?”
“Halo, selamat siang. Sebelumnya dengan ibu siapa ini?”
“Andini ya kak”
“Baik, ibu Andini untuk bergabung menjadi affiliator di toko kami melalui marketplace Sefi cukup mudah. Ibu bisa buat akun di marketplace Sefi dulu. Lalu silahkan isi formulir untuk mendaftar sebagai affiliator. Kemudian ibu tinggal copy-paste  link produk kami ke semua sosial media ibu. Atau ibu bisa buat konten di TicTaec lalu untuk link produknya bisa pakai link Tictaec Shop dari kami. Cukup jelas ibu?”
“Cukup jelas kak, Lalu bagaimana dengan pembagian komisinya kak?”
“Baik untuk pembagian komisi, kami hanya bisa mengikuti sistem dari marketplace ya kak, nanti akan diinfokan lagi. Sudah jelas ibu? Kalau sudah kami akhiri sesinya.”
“Sudah kak, Terimakasih”
Belum sempat meraih laptop lagi, Heningnya rumah terpecah dengan tangis anak Andini. Anaknya terbangun. Lagi-lagi Andini terdistraksi. Kalo gini caranya gimana orang-orang bisa membagi waktu ya.. Sulit aku harus bekerja sambil momong anak, batin Andini
***
tek tek tek tek tek. Dari luar terdengar suara pagar di ketuk-ketuk.
“Paket,” suara lantang kurir yang dinanti menyapa.
“Iyaaa, Sebentar pak.”
“Ibu Andini, Bener ya bu ini paketnya.”
“Iyaa, bener. Makasih banyak pak.”
Produk sample sudah datang, saatnya Andini membuat konten promosi. Produk sampelnya berupa baju anak. Ya Andini mencoba menjadi affiliator produk baju anak. Seperti biasa Andini mencuri waktu dikala anaknya tidur. Bermodalkan ilmu mata kuliah photografi, Andini lekas memulai membuat konten promosi. Dia tata alas foto, ada beberapa aksesoris seperti bunga kering, pinus, kenari kening, dan beberapa properti foto lainnya. Lalu ia letakkan produknya dengan komposisi yang cantik. Semuanya di tata sedemikian rupa di dekat kaca kamarnya. Kebetulan matahari sedang bersahabat. Cerah. Dan hasil foto serta video mentah produknya cukup bagus.
Hanya perlu sedikit keterampilan editing foto dan video melalui handphonenya. Dan jadilah sebuah konten promosi yang aesthetic. Andini menghasilkan 5 konten video dan foto sekali take. Dan seperti biasanya belum sempat memencet tombol post dan tag link produk, susana heningnya rumah terpecah dengan suara tangis anaknya. Anaknya bangun. Kini fokus Andin kembali ke mode ibu rumah tangga.
Begitulah keseharian Andini dalam mencuri waktu, dan tibalah waktu ia rekap bulanan. Astaga, satu bulan ngonten. fyp ada 3, tapi total pemasukan 17 ribu aja? Ternyata menjadi affiliator cukup susah. Aku rindu pekerjaanku yang dulu.
Andini membuka folder lain. Ia temukan portofolio yang sudah dikumpulkan bulan lalu. Apa aku coba apply pekerjaan yang setipe kayak dulu ya?
Andini mencari-cari di platform pencari pekerjaan. Lalu dari sekian lowongan kerja yang tersedia. Tidak ada yang menurutnya cocok. Mungkin Andini akan melanjutkan esok harinya.
***
Masih berlanjut dengan aktivitas yang sama, Andini mencari-cari pekerjaan yang sekiranya tidak jauh dengan pekerjaannya dulu di industri manufaktur. Hari ini dia menemukan lowongan pekerjaan remote sebagai konsultan desain produk. COCOK! Tak pikir panjang hari itu ia memasukkan portofolio dan mengisi formulir pendaftaran onlinenya.
Untuk Apply pekerjaan ini dia tidak berharap banyak. Andini terlihat mau menyerah. Kantung matanya menggembung dan sedikit menghitam. Nampaknya dia benar-benar lelah. Mungkin kali ini adalah terakhir kalinya dia apply pekerjaan. Mengurus rumah, mengurus anak yang masih 14 bulan, serta mengerjakan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan tidaklah mudah. 
Aku butuh untuk mendelegasikan pekerjaan lain, mungkin.. menyewa suster? tapi jelas sangat beresiko ketahuan sama suamiku. Bagaimana kalau di cafe yang ada penitipan anaknya? hmmm tapi kalau suami mendadak pulang lebih cepat dan mendapati tidak ada orang dirumah? Kalau aku alasan sekali mungkin diterima, bagaimana jika 4x mendapati rumah kosong? Aduh, pusing! susah!
***
Suara vacuum cleaner berhenti, lampu rumah juga ikut mati, kini rumahnya hening kembali, anaknya tidur, tv mati dan ternyata ia dapati kabar ada pemadaman bergilir. Heningnya rumah, terpecah oleh suara dering handphonenya. 
“Assalamualaikum, maaf ini dengan siapa?”
“Selamat siang ibu Andini, saya HR dari CV.X mengabarkan kalau ibu lolos tahap seleksi administrasi untuk posisi  konsultan desain produk di perusahaan kami. Apakah ibu berkenan untuk melakukan sesi wawancara besok pukul 10.00 secara virtual?”
“Ah, iya. Bisa pak.”
“Baik untuk detailnya kami kirimkan lewat email saja ya ibu.”
“Baik”
“Ada yang ingin ditanyakan dulu ibu? kalau tidak ada saya akhiri.”
“Cukup pak, insyaAllah sudah jelas.”
“Baik saya akhiri ya bu, sampai jumpa di sesi interview besok.”
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Andini mengucap syukur dengan sangat tulus. Kini dia fokus untuk mempersiapkan interview besok pagi.
Ia menyiapkan plan A dan B. Plan A, dia akan menyiapkan interview di rumah. jikapun anaknya bangun ia akan meminta keringanan untuk interview dengan menggendong anaknya. 
Plan B, jika listrik rumah mati, dan sinyal handphone tidak begitu baik, Andini akan pergi ke cafe yang ada penitipan anaknya. Kalaupun suaminya pulang lebih awal, ia tinggal bilang saja bosen di rumah sendiri.
Dan tibalah hari interview. Listrik rumah mati (lagi). Plan B dijalankan. Ia bergegas membawa anaknya ke tempat cafe yang ada penitipan anaknya. 
Andini tiba di cafe 20 menit sebelum interview dimulai. Ia amati bagian playground dan penitipan anak. Sebenarnya ini bukan cafe biasa. Cafe playground dan workspace serta perpustakaan. Cafe ini sangat untuk dikunjungi keluarga. Andini mengamati betul-betul apakah ada yang berbahaya di sekitaran maupun didalam playground. Ada seluncuran kecil, dan tidak terlalu tinggi. Disebelah seluncuran ada replika rumah pohon mini.
“Permisi bu, ada yang bisa saya bantu?”
“Maaf kak, ini kalau saya titipkan di playground akan ada yang menjaga nggak ya?”
“Kebetulan staff kami sudah ada yang datang bu. Jadi bisa di titipkan yaa.”
“Ibu tinggal saya pandu untuk prosedur selanjutnya.”
Andini kemudian mengikuti arahan pegawai cafe tersebut.
***
Selama interview, semua berjalan lancar. Dan Andini tiba dirumah sebelum suaminya pulang ke rumah. Hari itu tergolong lancar, anaknya pun tidak rewel. Sekarang tinggal menunggu kabar apakah akan diterima atau tidaknya.
***
Satu minggu berlalu, dia belum mendapati kabar apapun. Hari ini Andini beraktifitas seperti biasa. Mengurus rumah dan anak. Kali ini pekerjaan rumah selesai, dan anak Andini tidak tidur siang di jam biasanya. Sewaktu ia bermain bersama anaknya di ruang tengah, Handphone miliknya berbunyi. 
“Halo, Selamat siang.”
“Selamat siang ibu Andini, Saya HR dr CV.X bu. Mau mengabarkan kalau ibu di terima sebagai konsultan desainer produk. Untuk kontrak kerja sudah kami emailkan ya bu. Boleh di cek dulu, apabila ada yang ingin ditanyakan terkait kontrak silahkan kontak via whatsapp ya bu.”
“Baik, Pak. Akan saya cek terlebih dahulu. Terimakasih banyak pak.”
Andini menyambar anaknya lalu mengangkat tinggi-tinggi. Andini kegirangan. Sangat kegirangan. Akhirnya setelah penantian lama. Besok sudah mulai bekerja. Aku harus mengatur jadwalku bagaimana membaginya nanti.
*** Pada jam 9.00 sampai jam 15.00 adalah waktu bekerja Andini. Namun pekerjaannya tidak harus standby penuh depan laptop. Cukup fleksibel, Andini hanya perlu memberikan saran atas desain yang masuk. Serta melayani konsultasi terkait produk yang akan launching. Rata-rata clientnya adalah seorang business owner di UMKM. CV.X sendiri adalah lembaga konsultan khusus desain produk, dan clientnya sudah merambah di pasar global.
Pukul 10.00 ada client yang meminta untuk konsultasi secara virtual. Mengharuskan untuk video call. Saat itu rumah sedang kondusif, hanya bertahan 5 menit sejak konsultasi virtual berlangsung, anak Andini menangis. 
“Mohon maaf, pak. Anak saya bangun, boleh sesi ini saya mengajak anak saya? Namun mohon maaf saya bisanya off-cam.”
“Silahkan ibu. Tidak masalah ya.”
Sesi berlangsung dengan lancar. Andini tersenyum puas sambil menutup laptopnya. Mungkin karena clientnya suportif  dengan working mom, Barangkali ini adalah sesuatu yang diinginkan Andini sejak lama.
Satu bulan berlalu dan saldo rekening Andini bertambah. Gaji sudah dibayar. 
***
3 Bulan berlalu. Pekerjaan Andini lancar. Namun bukan hidup namanya kalo lancar terus nggak ada batu sandungan. Handphone Andini nyala-menyala beruntun di tengah malam. Notif email sambar menyambar. Hari ini dia merestart handphonenya dan lupa mematikan segala notifikasi. Bunyi dan getar bisa disenyapkan, namun notifikasi dengan sinyal lampu LED tetap menyala-nyala sebagai tanda. Disini masalah baru dimulai.
“Ada apa sih Ma, tumben rame notif hp nya.”
“Ngga tau ni Pa, Udah lanjut tidur aja”
Suami Andini menatap curiga. Kok tumben, biasanya nggak pernah notifikasi handphonenya seramai ini, batin Suami Andini.
Pukul 03.00, Suami Andini bangun lalu berjalan mengendap-endap menuju ruang kerja. Diambilah laptop Andini. Dia terkejut, karena laptopnya di password. Tidak kurang akal. Dia membuka akses laptopnya dengan berbagai cara. Dan terbukalah halaman desktop. Dia meluncur ke browser dan dibukalah email Andini. Langsung terbuka, barangkali karena Andini tidak menghapus jejaknya di browser, jadi email langsung terbuka. Barangkali suami Andini sampai bertindak demikian karena memiliki asumsi bahwa istrinya berselingkuh selama ia bekerja. 
Suami Andini menghela nafas panjang, Ia dapati banyak email invoice serta banyak email yang seperti sedang melakukan konsultasi. Suami Andini meskipun kaget bukan kepalang, namun ia lebih tenang karena asumsinya salah. Namun ia masih berwajah masam, karena mendapati istrinya melanggar janji sewaktu sebelum menikah dulu. 
Apa nafkah yang aku berikan kurang, sampai dia bekerja tanpa sepengetahuanku? Kenapa sampai harus diam-diam bekerja? Aku paling tidak suka kalau ada yang disembunyikan. Dia maunya apa sih! Apa dia nggak peka? aku sudah bekerja banting tulang, memuliakan dia, mencukupi kebutuhannya, apa masih kurang?
Keesokan harinya, seperti aktifitas biasa. Andini menyiapkan sarapan. Dibalik pintu dapur, Suami Andini berwajah masam dan bergegas mengambil bekalnya. Andini memasak sambil bersenandung, Namun pandangannya teralihkan ke meja makan. Ia dapati muka suaminya masam, serta sangat tergesa mengambil bekal yang sudah disiapkan.
“Loh, Pa. Kok buru-buru dan gak sarapan?”
“Enggak”
Suami Andini bergegas mengikuti suaminya, meraih tangannya. Namun Suami Andini menghempaskan tangan Andini. Jari telunjuknya menunjuk muka Andini.
“Jangan kira aku nggak tau, apa yang kamu lakuin di belakang ya! Kenapa kamu melanggar kesepakatan pernikahan kita? Jawab Ndin! Apa nafkah dari aku kurang sampai kamu harus bekerja sembunyi-sembunyi? Kamu istri yang nggak patuh!”
“Mas.. Mass!”
Belum sempat menjelaskan, suami Andini berlalu dan membanting pintu mobil di garasi. Saking kerasnya pertengkaran ini dan suara bantingan pintu mobil, anak Andini terbangun. Satu kata untuk situasi pagi itu. Chaos.
***
Waktu sudah menjelang sore. Suami Andini memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. Dia tega meninggalkan anak dan istrinya. Nampaknya ia masih kesal, barangkali ia merasa terkhianati. Dia memutuskan untuk menginap di masjid. Masjid itu cukup ramai biasanya, hari ini agak sepi. Diambilah air wudhu, kemudian dia menuju masjid bersiap untuk menanti shalat maghrib. Ketika masuk kedalam ia disapa oleh penjaga masjid yang sedang mempersiapkan peralatan untuk kajian. 
“Mas? Sendirian? Udah lama ya nggak mampir kesini. Gimana kabar?”
“Iya, Alhamdulillah baik Mas. Mau ku bantu?”
“Tidak usah mas, Duduk aja ya Mas, Monggo.”
“Ada kajian apa ini Mas”
“Ini Mas kajian buat akhwat, Pesertanya ibu-ibu. Bahas ini sih mas, muslimah berkarir surga. Misi ya mas mau naruh barang dulu.”
Penjaga masjid itu izin lewat di sampingnya sambil membawa sekotak kabel mikrofon. Dia dan suami Andini terlihat cukup akrab, barangkali karena dahulu suami Andini memang sering ke masjid itu.
Sementara itu,dibalik pembatas diam-diam suami Andini menyimak.  
“Ibu-ibu, disini siapa yang mengalami perasaan stuck tidak berkembang, iri teman-teman lainnya bisa bekerja dan mengurus anak, Ingin kembali ke masa lajang lagi buat berkarir, Pengen balik lagi ke masa masa masih punya penghasilan sendiri, lalu karena sekarang sudah menjadi ibu rumah tangga secara penuh bukannya bahagia tapi malah merasakan kemunduran?”
Jama’ah terdiam.
“Ibu-ibu, itulah yang dinamakan post power syndrome. Gejala yang ibu-ibu alami terjadi pada seseorang dimana penderitanya berada dalam bayang-bayang masa lalunya yang berupa kebesaran, kesuksesan, kekuasaan, kehebatan, keberhasilan, prestasi atau pencapaian besarnya saat dulu. Hingga menyebabkan penderita terjebak pada masa lalu dan sulit menerima dan atau beradaptasi dengan kondisi realita saat ini yang sedang dijalankan.”
Ustadzah melanjutkan.
“Biasanya, Mulai timbul itu keinginan untuk kembali menjadi wanita karir. Ibu-ibu, suaminya diajak ke kajian nggak ni? Apa cuman nganter aja? Besok lagi dibawa ke kajian juga ya. Kalau sekarang ini boleh di rekam terus sampai rumah nanti tunjukin ke suaminya.”
Ustadzah melanjutkan kembali setelah menenggak air mineral.
“Ibu-ibu, Dalam ilmu psikologi itu nyata ya bu. Dan tidak masalah jika seorang ibu juga bekerja. Pada dasarnya setiap individu, termasuk seorang ibu, butuh perasaan berharga dan berdaya. Meskipun banyak yang mengatakan kalau surga ditelapak kakinya, segala pengorbanan menjadi ibu rumah tangga akan dibalas pahala, dalam kenyataannya setiap individu itu butuh keberdayaan secara moral maupun material.”
“Upgrade diri, menjadi berdaya, adalah dua hal yang diinginkan ibu-ibu sekarang ini kan? Gapapa bu, komunikasikan ke suaminya. Memenuhi kewajiban sebagai seorang istri dan ibu, itu baik, tapi jangan lupa untuk mengupayakan diri sendiri.”
Dibalik pembatas jamaah, suami Andini termenung. Apa ini ya yang dirasakan Andini. Dulu sebelum aku menikahinya, dia adalah seorang wanita karir yang tergolong sukses. Apa iya gara-gara prinsip yang aku miliki, malah menjadikannya beban? Dan dia takut buat ngomong sama aku, makanya dia diam-diam bekerja sendiri, batin suami Andini.
“Allahuakbar, Allahuakbar….”
Suara adzan berkumandang, menandakan waktu shalat maghrib sudah tiba, Jamaah mulai masuk masjid satu persatu.
***
Usai shalat maghrib, suami Andini bersujud kembali dengan durasi yang lebih lama. Seolah ia sedang memohon petunjuk dengan sungguh. Selesainya, ia masih belum berubah pikiran kembali kerumah. Ia masih duduk disitu sambil termenung.
Tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh penjaga masjid.
“Nunggu Isya sekalian mas?”
“Hehehe Iya.”
“Muram terus mas, ini minum dulu teh anget. Sisa pengajian tadi masih banyak. Minum dulu ya mas. Tak liat kok lagi suntuk.”
“Iya ni mas, masalah rumah.”
“Istri sama anak? ditinggal sendiri? Ada masalah apa mas kalo boleh tau?”
“Jadi gini mas…”
Suami Andini menceritakan masalahnya dengan Andini. 
***
Di lain tempat, Andini dirumah sedang menangis. Karena mendapati suaminya tak kunjung pulang. Ditambah dia masih kepikiran tentang perkataan suaminya tadi pagi.
Di Atas kasur, bersama dengan anaknya dia mencoba untuk lebih tenang sambil menidurkan anaknya. Namun tampaknya tidak bisa.
Akhirnya Andini memberanikan diri untuk mengirim pesan.
Pa, Dimana? Nggak pulang? Pulang ya Pa, Aku perlu bicara  buat jelasin alasan kenapa aku kerja diam-diam. Andini yang salah, Pulang ya Pa..
***
“O, jadi gitu Mas. Wah ya jalan satu-satunya coba Mas bicarain sama istrinya. Dan kalau bisa malam ini pulang ya mas. Sudah bukan remaja lagi. Masak kabur-kaburan.”
Suami Andini mengangguk. Suara adzan berkumandang, tanda masuk waktu isya.
Si penjaga masjid, dan suami Andini bergegas untuk ambil wudhu kembali. Sebelum ke tempat wudhu ia mengecheck tas dan handphonenya di loker penitipan barang. Ia dapati pesan dari Andini. Kemudian ia membalasnya,
Aku pulang agak maleman. Kamu sama Naila tidur duluan saja. Kita bicara besok pagi, mumpung kantorku besok libur. Istirahat dulu aja, jangan berpikiran aneh-aneh.
***
Pagi ini Suami Andini di rumah. Kantornya libur, jadi waktunya lebih leluasa. Anak Andini dititipkan dulu ke penitipan anak.
Ruang makan dipilih untuk duduk bersama. Mereka sepakat kalau sedang bertengkar, apapun yang terjadi, jangan bertengkar di kamar. Mereka memilih untuk menjadikan ruang makan sebagai tempat untuk berdiskusi.
“Jadi, apa yang pengen kamu jelasin?”
“Beberapa bulan yang lalu mas tau kan aku habis temu alumni. Disana aku bertemu teman-teman. Nia, dia ibu rumah tangga juga bisa ngurus online shopnya. Farah, memang dia tidak punya pilihan lain untuk bekerja sambil mengurus anak. Mas tau kan, kalo aku dan farah dulu sekantor. Kalau misal aku nggak resign, mungkin posisi Farah adalah punyaku. Mas aku pengen bisa berdaya, nggak mengandalkan nafkah dari kamu. Kalau ditanya apakah nafkah darimu kurang? Daripada aku menyebutnya kurang, Nafkah darimu itu bukannya kurang, melainkan cukup. Namun aku ingin lebih mas, setidaknya setara dengan gaji bulananku dulu sebelum menikah. Mas, pun kalau aku ga mendapat setara dengan gajiku dulu, aku ingin bekerja untuk mengupgrade diriku sendiri. Jadi mas…”
Andini, belum sempat melanjutkan. Suaranya tercekat. Dia menangis.
Suami Andini memeluknya, dan menepuk-nepuk punggung Andini.
“Maafin Mas ya, Mas baru tau. Kamu ga mau meminta ijin dulu karena takut mas marah ya?”
“Iya mas”
“Maafin ya, kamu udah berapa lama kerja diem-diem?”
“3 Bulan mas”
“Kalau liat apa yang udah kamu lakuin. Dan anak kita masih sehat, tumbuh dengan baik, aku rasa kamu cukup kompeten dalam membagi waktu. Ingat ya Ndin, prioritas utamamu. Dan mengurus rumah, anak dan pekerjaan itu juga mas yakin nggak mudah. Mas, mengijinkan kamu buat bekerja. Dengan syarat kewajiban mengurus rumah dan anak harus tuntas dulu. Kemudian mas hanya ngebolehin buat bekerja secara remote dan pekerjaan-pekerjaan yang fleksibel.”
Bak sinar matahari yang naik sepenggal, wajah Andini yang sedari tadi muram sekarang  telah bersinar kembali. Barangkali pernyataan suaminya menghangatkan hati Andini hingga kini tersalur ke matanya. Matanya berbinar, senyumnya mengembang. Lalu ia peluk suaminya.
“Terimakasih, Mas”
“Kemarin sewaktu aku nggak jadi balik ke rumah, aku sempat berpikir. Sebelum menikah denganku pasti kamu memiliki impian. Lalu setelah aku melamarmu, kemudian niat hati memuliakanmu dengan melarangmu untuk tidak bekerja seusai menikah, ternyata aku membunuh mimpimu. Pencuri. Mulai sekarang mimpimu juga mimpiku, Mimpiku juga mimpimu. Untuk kedepannya jangan ada yang disembunyikan lagi ya. Sebisa mungkin kita selesaikan berdua”
***
Rumah tangga ibarat bahtera. Kapal kayu yang berukuran besar didalamnya membawa yang banyak muatan pula menuju suatu tujuan. Kemanakah tujuan akhir sebuah rumah tangga? Apakah surga yang dituju? Tentu akan tidak mudah dalam perjalanannya. Ada ombak yang menerjang silih berganti, Ada badai di tengah cuaca yang tidak dapat diprediksi, belum lagi kalau barangkali diserang oleh monster laut?  Bagaimana komunikasi antar awak dan nakhoda? Apakah masih satu tujuan? Kisah Misi Rahasia Andini semoga bisa diambil sebagai pelajaran. Keluarga, karir dan komunikasi merupakan 3 peran penting yang harus selalu diusahakan dan dijaga.
12 notes · View notes