Tumgik
#⋰˚☆ nabi anak
imamwe74 · 7 months
Text
youtube
1 note · View note
arundayare · 8 months
Video
youtube
Meninggalnya Syaidah Aminah, dan Kondisi Rosululloh Bersama Kakeknya Abd...
0 notes
newsindonesiacoid · 1 year
Text
Gelaran Kalender Wisata Masa Kejayaan Sumenep, Berbagai Kreasi Warnai Festival Kreasi Anak Yatim
SUMENEP, (News Indonesia) – Berbagai kreasi mewarnai Festival Kreasi Anak Yatim memperingati Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW 1444 Hijriah dalam gelaran Kalender Wisata Masa Kejayaan Kabupaten Sumenep yang digelar Pemerintah Daerah setempat. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep menampilkan kemampuan terpendam para anak yatim, di antaranya pembacaan doa, Khotmil Quran, tari anak, hadrah, puisi,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
detikkota · 1 year
Text
Festival Kreasi Anak Yatim; Panggung Mengasah Rasa dan Kreativitas
SUMENEP, detikkota.com – Gelaran kegiatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan Festival Kreasi Anak Yatim 2023 yang dipusatkan di Pendopo Agung Kabupaten Sumenep, Madura sangat meriah. Sejak pagi, ratusan peserta mulai berdatangan. Dengan diantar orang tua masing-mereka mulai memasuki area acara melalui pintu barat. Sejak pra acara, kegiatan ini terlihat sangat meriah. Sejumlah anak yatim yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bogorone · 2 years
Text
Perumda PPJ Peringati Maulid Nabi dan Santuni Anak Yatim 
BogorOne.co.id | Kota Bogor – Perusahaan Daerah (Perumda) Pasar Pakuan Jaya (PPJ) peringati Maulid Nabi Muhammad SAW dan pengajian bersama di Blok F Trade Center, Pasar Kebon Kembang, Jumat (21/10/22). Kegiatan memperingati hari besar Islam itu diikuti ratusan karyawan Perumda Pasar Pakuan Jaya dan sejumlah tamu undangan dari berbagai elemen. Dalam sambutannya, Direktur Utama Perumda Pasar Pakuan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
newscakra · 2 years
Text
Polresta Sidoarjo Gelar Khitan Gratis dan Santunan Anak Yatim, Peringati Maulid Nabi
Polresta Sidoarjo Gelar Khitan Gratis dan Santunan Anak Yatim, Peringati Maulid Nabi
Sidoarjo, MN Cakrawala– Dalam Rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Polresta Sidoarjo dengan mengadakan khitan gratis dan santunan anak yatim di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan bakti sosial berlangsung di Gedung Serbaguna Polresta Sidoarjo, Selasa 04/10/2022 Pelaksanaan khitan gratis dan pemberian santunan anak yatim dihadiri Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol. Kusumo Wahyu Bintoro,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
anakperempuannet · 2 years
Text
180+ Nama Bayi Perempuan Yang Disukai Rasulullah, Cantik Dan Penuh Doa Teladan Baik
180+ Nama Bayi Perempuan Yang Disukai Rasulullah, Cantik Dan Penuh Doa Teladan Baik
Nama Bayi Perempuan Yang Disukai Rasulullah – namaanakperempuan.net. Memberikan nama anak yang baru lahir adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Menurut syariat Islam, nama yang diberikan kepada anak akan tersemat mulai dari lahir hingga di akhirat nanti. Bahkan Rasulullah sendiri bersabda bahwa nama merupakan sebuah doa atau “Al ismu duaaun” dalam bahasa Arab. Nama-nama anak muslimah juga…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ajinurafifah · 2 months
Text
Ya Habiballah
Lagi bacain kakak buku tentang Nabi Muhammad, rasanya hatikuuu nyesekk banget. Ada ya orang setegar Rasulullah. Nggak salah, Allah pilih beliau.
Nggak pernah lihat ayahnya, karena ayahnya meninggal waktu Rasulullah di dalam kandungan, selepas itu ibunya meninggal waktu Rasulullah kecil.
Merasa sendirian, sedih, cuma ada Ummu Aiman. Disarankan ikut kakeknya sama Ummu Aiman, begitu dirawat kakek, menemukan sosok ayah dalam diri kakek--kakenya meninggal. Rasul ikut paman, lalu Rasul menyaksikan kepergian pamannya juga...
Bertemu istri yg begitu disayang, yang paling menguatkan, Allah uji dengan dipanggilnya sang istri lebih dulu. Allah uji lagi dengan kehilangan anak laki-laki. Ya Allaah...
Rasulullah tuh sudah berteman dengan kehilangan dari kecil. Ini masih belum terhitung ujian-ujian lain saat dakwah.
Ya Rasul...🥺
Allah hadiahi Rasulullah dengan banyaknya sholawat yg dikirimkan kepada beliau, terus mengalir sampai nanti hari akhir. Begitu banyak yg sayang sama beliau. Dan kata beliau, yang terus menguatkan, ya ummatnya.
Malu nggak sih, aku yang ga ada apa-apanya ini, yang banyak dosanya ini, jadi salah satu alasan beliau kuat dah bahagia?😭
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad🤲🏻
Semoga kita termasuk umat-umat Rasul yang mendapat syafaat beliau nanti di hari akhir. We miss you, ya habiballaaah🫶🏻
254 notes · View notes
fawazsidiqi · 8 months
Text
Cara Berdo'a agar Mustajab
Berikut 6 adab Berdo'a yg Allah janjikan akan terkabul, sebagaimana terkabulnya do'a Nabi zakariya. Disarikan dari kajian Tafsir surat Maryam ayat 1-9 oleh Buya Yahya.
1. Menyadari kelemahan. Ungkapkan kelemahan dan keterbatasan kita selaku manusia. misalnya do'a Nabi Zakariya diawali pernyataan "Ya Allah sesungguhnya tulang ku sudah lemah dan rambutku sidah putih (baca : berusia tua).."
2. Sebutkan Hajat/permohonan kita. Hajat yg paling utama ialah dikuatkan iman, diperbaki alhlak dan dimudahkan taat, serta dijauhkan dari maksiat. Juga hajat lain misalnya : ingin menikah, punya anak dsb.
3. Khusyuk dan menyadari keagungan Allah. Sadari dan yakini bahwa Allah Maha Kuasa. Tidak ada yg mustahil bagi Allah.
4. Bersyukur atas kenikmatan yg dimiliki. Jangan hanya mengeluh, sadari nikmat yg Allah berikan. misalnya ketika hendak berdo'a agar anak menjadi sholeh (saat itu masih nakal) maka ungkapan rasa syukur bisa berupa : "Ya Allah, Alhamdulillah engkau beri aku karunia berupa anak, karena ternyata tidak semua orang dapat memiliki anak."
5. Jelaskan kegunaan/fungsi/tujuan/motivasi hajat. Misalnya (do'a Nabi zakariya) : "Aku takut tidak ada yg mewarisi kebaikan yg Engkau berikan kepada-ku dan kebaikan keluarga Ya'kub.." contoh lain ketika minta harta bisa dijelaskan kegunaan harta tsb : membayar hutang, bersedekah dsb.
6. Didasari rasa tulus dan husnuzhan. Yakini bahwa Allah pasti mengabulkan sesuai kehendak-Nya yg hal itu adalah pasti baik untuk kita. Jangan putus asa. Pengabulan do'a bisa jadi dalam bentuk lain yg lebih dibutuhkan, atau bahkan nanti di akhirat.
Wallahua'lam.
432 notes · View notes
gizantara · 23 days
Text
Habis lihat story salah satu rekan komunitas, katanya:
Perempuan itu lemah dalam menghadapi ujian verbal.
Oalah, pantesan ujian terberatnya perempuan terbaik sepanjang masa alias Maryam adalah judgement terbuka dari orang lain.
Dan apa kata Allah tentang cara meresponnya? Yup, diam. Dengan diam, Allah membuat pihak lain (Bayi Nabi Isa) yang akhirnya akan berbicara membela Maryam.
Dan baru ngeh, pantesan sebagian besar perempuan betul-betul memperhatikan penilaian orang lain sehingga berlebihan dalam menyadari dirinya.
"Ih aku keliatan aneh ga ya kalo gini?"
"Ih orang mikirnya gimana nanti?"
Akhirnya jadi ngerasa perlu melatih diri untuk ga merasa too much karena sebenarnya orang lain tuh ga peduli-peduli amat. Semoga perempuan-perempuan baik dipasangkan dengan laki-laki yang juga tidak membuat perempuannya merasa too much.
Pinter-pinter jaga ucapan demi hati orang lain. Dan pinter-pinter jaga hati terhadap ucapan orang lain. Kalau kata Lee In Ah di drama Remember: War of The Son,
"Jangan membuat penilaian jika kamu tidak tahu bahwa hidup seseorang bergantung pada hal itu."
Dan ujian verbal tuh nggak melulu tentang yang menyakitkan hati. Di story rekanku itu, konteksnya justru perempuan lemah terhadap gombalan, pujian, validasi, dsb. Makanya, selagi bisa, ga perlu lah ngebuka pintu untuk celah-celah digombalin/dipuji/mengais validasi. Apalagi sekarang populer banget istilah word of affirmation. Gak salah sih kalau konteksnya percintaan di dalam pernikahan mah.
Tapi zaman sekarang WoA diromantisasi dalam bermaksiat kepada Allah. Rasanya lebih ke kocak. Udah tau kelemahan dirinya di situ, malah menyodorkan diri untuk dilemahkan. Malah menempatkan diri dalam kondisi keimanan diuji. Udah gitu, gak sadar lagi kalo itu tuh ujian. Gak jarang kan yang akhirnya berujung melakukan hal fatal hanya karena berawal dari pujian, janji manis, dan hal-hal verbal lainnya?
Buat anak perempuanku nanti, aku bakal mewanti-wanti bahwa dia nggak perlu menganggap serius ucapan-ucapan remeh dari lawan jenis. Aku bakal penuhin tabung cinta mereka dengan afirmasi positif sehingga mereka nggak perlu merasa pengen dipuji oleh laki-laki yang belum haknya.
— Giza, mencintai fitrahnya menjadi perempuan. Seru, tapi tricky juga kalo soal perasaan.
133 notes · View notes
edgarhamas · 11 months
Text
Di Balik Keshalihan Pemuda Ismail, ada Ayah dan Bunda yang Tangguh
(Poin-poin Khutbah Idul Adha yang disampaikan @edgarhamas di Masjid Al Jihad Kranggan, Kota Bekasi 10 Dzulhijjah 1444 H)
Ibrahim, nama mulia itu terulang 69 kali dalam lembar suci Al Qur'an. Beliau, kisahnya menjadi inspirasi bagi milyaran umat manusia. Namun kali ini aku akan mengajakmu lebih dekat dengan sosok istimewa yang tak kalah hebatnya: sang putra, Ismail alaihissalam. Tadabbur tentang beliau akan ku mulai dengan sebuah pertanyaan: di usia berapakah Ismail kecil saat beliau ditinggal di lembah Bakkah bersama ibunya?
Tumblr media
Dalam Kitab Umdatul Qari karya Al Ainiy, kala itu usia Nabi Ismail baru 2 tahun; sedang banyak butuh bonding dengan ayah dan ibunya, sedang saat itu sang ayah pergi ke medan juang di Palestina. Namun lihatlah; sang Ismail bertumbuh menjadi manusia hebat yang lurus pembawaannya, santun akhlaqnya dan lembut budi pakertinya. "Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar..." (QS Ash Shaffat 101)
Betapa takjubnya kalau kita peka, ada fakta penting ketika Ismail mendengarkan perintah Allah lewat lisan ayahnya untuk menyembelihnya. Ayat 102 surat Ash Shaffat mengabadikan momen itu, ketika Nabi Ibrahim berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”
Apa jawaban Ismail? Apakah beliau berkilah? Kabur? Lari tunggang-langgang? Menganggap orangtuanya sebagai toxic?
Ternyata jawaban Ismail begitu tulus sekaligus berhati besar menyambut perintah Allah itu, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Jawaban yang hanya datang dari lisan manusia yang keyakinannya utuh dan murni, akidahnya kokoh tanpa banyak basa-basi. Aku semakin bergetar ketika membaca tafsiran ulama, berapa usia nabi Ismail saat ada di momen berat itu?
Ya, para mufassir mengatakan bahwa kala itu usia nabi Ismail sekitar 13-16 tahun!
Muda, tapi cara pandangnya bijaksana, bahkan melebihi orang-orang yang lebih tua dari beliau. Itulah yang membuatku ingin mengajakmu untuk mentadabburi: apa faktor-faktor yang mampu menciptakan mentalitas seperti yang dimiliki oleh Nabi Ismail muda?
1. Kemurnian Akidah jadi faktor penentu lingkungan sebelum yang lain.
Simak apa yang didoakan oleh Nabi Ibrahim ketika pertama kali menempatkan istri dan anaknya di lembah Makkah, "Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat..." (QS Ibrahim 37)
Tumblr media
Yang jadi faktor utama yang membuat Nabi Ibrahim tenang menempatkan keluarga di lembah Makkah, bukan karena fasilitas, bukan karena resource melimpah; tapi karena di situ ada Baitullah! Dan visi Nabi Ibrahim begitu murni: agar anak keturunannya melaksanakan shalat. Barulah kemudian Nabi Ibrahim melanjutkan doanya sebagai pelengkap, "maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur..." (QS Ibrahim 37)
2. Ayah dan Ibu yang Shalih Shalihah
Ismail muda mendapat contoh terbaik tentang keyakinan total pada Allah sekaligus mentalitas ikhtiar yang terbaik dari ibunya: Ibunda Hajar. Kala Nabi Ibrahim meninggalkan keduanya di lembah Makkah yang tandus tak bertanaman itu, Ibunda Hajar bertanya pada suaminya, "apakah yang engkau lakukan ini adalah perintah Allah?"
Ketika Nabi Ibrahim menjawab, "ya", respon Ibunda Hajar begitu dahsyat, "jika memang begitu, maka Allah sekali-kali tak akan meninggalkan kami!"
3. Kedekatan emosional antara orangtua dan sang anak.
Jika kita memerhatikan, saat Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk menyembelih Ismail, beliau tidak langsung melakukannya dengan tergesa dan kasar. Tidak. Justru, Nabi Ibrahim dengan bijaknya mengabarkan lebih dulu pada anaknya dengan panggilan yang sangat baik, "yaa bunayya!" Wahai anakku sayang. Dan setelah Nabi Ibrahim selesai menyampaikan perintah Allah itu, beliau mengakhirinya dengan sebuah kalimat dialogis, "Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu..." (QS Ash Shaffat 102)
Seorang anak akan tumbuh mencintai model hidup orangtuanya jika memang terjadi dialog yang hangat dan kedekatan yang baik. Moga kita bisa mengambil inspirasinya!
299 notes · View notes
kaktus-tajam · 4 days
Text
Mulailah dari Gelisah
“Ada satu pesan terakhir?”
Ketika pada podcast LPDP aku ditanya satu pesan akhir, aku teringat nasihat mendalam dari KH Budi Ashari: “mulailah dari rasa gelisah.”
Eh gimana gimana? Rasa gelisah memangnya positif ya?
Ternyata yang dimaksud di sini adalah rasa keprihatinan pada suatu isu. Pada suatu masalah. Pada suatu problematika.
Rasa gelisah itu bisa amat berbeda di tiap orang. Ia hadir sebagai titipan pada hati tiap individu, yang beragam latar, cara pandang, pengalaman hidup, dan lingkungannya.
Kata kakak saya yang seorang dokter anak… banyaak sekalii bayi prematur di Indonesia yang tidak tertolong karena mahal dan terbatasnya inkubator. Kenapa harus impor inkubator sementara alat ini mudah dan murah dibuat? Kenapa harus mengikuti spek ukuran di jurnal ternama? Padahal realitanya di masyarakat, kamar mereka sempit dan bersebelahan dengan kandang kambing. Mana mungkin cukup? Kenapa alatnya terlalu berat sehingga sulit ditransportasi, sementara pasien kita hidup di pegunungan dengan akses jalan kaki terjal?
Ujar seorang Professor teknik mesin penggagas gerakan inkubator gratis untuk bayi prematur di Indonesia.
Aku sakit kanker kelenjar tiroid di usia muda, usia dimana seharusnya aku bersenang dan bermimpi. Tidak hanya fisikku yang sakit, mentalku jatuh. Padahal aku sendiri kuliah psikologi. Bagaimana dengan remaja dan pemuda lain di luar sana yang sendiri menghadapi sakit kronis? Yang dikucilkan? Yang tiap hari harus konsumsi obat? Yang tiap bulan tamasya-nya ke Rumah Sakit?
Ujar seorang penggerak komunitas pasien penyakit kronis.
Rasa gelisah itu tidak bisa direkayasa.
Rasa itu muncul dari belanja masalah pada realita. Muncul dari ilmu tentang kondisi ideal yang kemilau dari hasil literasi, diskusi, dan keyakinan atas ayat-ayat suci. Semakin berilmu, semakin gelisah.
Semakin tinggi ilmunya, semakin sadar akan standar ideal yang menjadi acuan, dan betapa tidak idealnya kondisi saat ini.
Sesederhana acuan penanganan “door-to-needle-time” pasien stroke 15 menit yang sulit diterapkan. Yang kemudian mendorong tim dokter saraf merevolusioner sistem pre-hospital penerimaan pasien stroke dengan mengintegrasikan alat CT scan di ambulans.
Atau sekompleks kenapa suasana kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan umat terjadi di tengah masyarakat.. sementara pada kitab suci dan tuntunan Nabi telah dipercontohkan sebagai panduan. Yang kemudian membangkitkan seseorang berjuang mendirikan madrasah. Kemudian memberi akses pendidikan yang kini menjadi aliran amal… dari ribuan sekolah di Indonesia dari bangku TK hingga perguruan tinggi. Iya, KH Darwis, pendiri Muhammadiyah.
Rasa gelisah itu bukan kebetulan.
Dipertemukan tokoh ini dan itu, orang ini dan itu. Dipertemukan bacaan-bacaan buku. Dipertemukan guru-guru. Dipertemukan ujian ini, kondisi itu.
Jadi mulailah dari rasa gelisah. Jika belum menemukan rasa itu, mungkin itu tanda baik dari Allah untuk kita lebih semangat mencari ilmu, semangat belanja masalah, semangat membaca buku. Lalu temukan celah-celah itu. Celah besar antara realita dan kondisi ideal.
Berdirilah di celah itu, rasakan kegelisahannya. persempitlah celah itu, mulailah dari situ.
Tumblr media
Nanti akan Allah bukakan jalan untuk menjawab kegelisahannya.
InsyaaAllah.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang amat peduli. Amat khawatir dan gelisah tentang kondisi umat dalam kondisi kebodohan dan kerusakan serta kebiadaban saat itu. Ber-tahannuts di gua Hira, bukan karena menghindari masyarakat, justru karena beliau SAW adalah sosok yang selalu hadir di tengah masyarakat.. Rasulullah SAW merasakan kegundahan, kegelisahan, keprihatinan mendalam.
Wallahua’lam.
-h.a.
Kalau kamu, rasa gelisahnya terhadap apa?
30 notes · View notes
arundayare · 8 months
Video
youtube
sejarah bangsa arab
History of the Arabs
1 note · View note
khoridohidayat · 1 year
Text
Lalu, apa alasanmu ingin menikahi anak puteriku, Nak?
Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari laki-laki paruh baya yang berada didepanku. Disampingnya, duduk seorang gadis teduh berdandan sederhana, ditemani oleh ibunya yang juga berpakaian rapi ketika itu. 
Aku yang sudah sedari tadi berbicara panjang lebar basa basi dengan dua orang paruh baya ini mulai memutar otak untuk menjawab pertanyaan ini dengan baik, tertata dan mengena. Aku menegakkan punggung, menghirup nafas dengan rileks, dan merapikan sedikit bajuku yang sudah cukup lusuh karena tebaran angin sore itu.
Di situasi itu, apa yang harus aku lakukan? Kamu sebagai pembaca, apa hal yang bakal kamu lakukan jika kamu berada di posisiku? Kalau aku, mungkin, aku akan cukup bingung menjawabnya.
Karena, kadang, apa yang kita lakukan sering kali tanpa alasan. Tentang makanan yang kita makan, apakah kita betul memikirkan nutrisinya? Tentang kebiasaan scrolling social media yang kita lakukan setiap hari, apakah kita membatasinya? Tentang mengerjakan tugas sekarang atau nanti, apakah kita memang sudah menghitungnya betul-betul agar tidak terlalu mepet deadline? Sepertinya banyak hal di dalam hidup kita yang dilakukan secara otomatis, tanpa sadar.
Tapi untuk ini, aku tak bisa melakukan secara otomatis, aku harus mempunyai alasan. Tapi apa. Aku masih mencarinya. Mungkin ini alasan Fathia menanyakan pertanyaan yang sama dua minggu lalu, agar aku siap ketika ditanya hal yang sama oleh Abinya. Sial, mana ketika itu aku tak menjawab pertanyaan dia dengan baik lagi. Aku hanya menggunakan analogi kampungan untuk menjelaskan mengapa aku memilih dia untuk menjadi pendamping hidupku nanti. Mampus, hari ini aku merasakan akibatnya.
Aku masih memikirkan jawabannya. Waktu seperti berhenti sejenak, sedangkan aku masih bisa memikirkan sesuatu secara leluasa. Aku melihat perempuan itu senyum manis malu-malu kepadaku, percaya bahwa aku bisa menjawab pertanyaan itu dengan baik. Sedangkan aku, masih bergulat dengan pikiranku, menelusuri ruang perasaan didalam hati, berharap aku bisa menemukan jawaban itu. 
Pikiranku menyelam ke dalam otakku dengan lebih dalam, ada hal yang harus aku jawab. Ada seseorang yang membutuhkan jawabannya. Kenapa ya aku memilih dia? Apakah karena cantik? Sepertinya bukan itu poin utamanya. Apakah karena dia pendengar? Iya memang, tapi hatiku berkata bahwa aku mempunyai alasan yang lebih tinggi daripada itu. Apakah karena pekerjaannya? Sebentar-sebentar, sepertinya aku tahu. Oke, aku menemukan alasannya!
“Saya ingin menyelamatkan diriku dan anak keturunanku, Abi.” Kataku
Sejenak ruangan tamu rumah ini menjadi hening. Suara detikan jam dinding terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara angin dari sebuah kipas di pojok ruangan juga menjadi terdengar lebih kencang. Waktu seperti berhenti ketika itu. Dan nampaknya perempuan itu juga tidak paham dengan apa yang baru saja aku sampaikan.
“Aku kurang paham dengan jawabanmu, bisa tolong jelaskan lebih lanjut?” Kata pria paruh baya itu
Baik, aku menghela nafas lebih dalam, mengatur intonasi dan ritme paragraf-paragraf panjang yang akan aku keluarkan. Tak lupa, aku juga membaca doa untuk memperlancar lisanku, yaitu doa yang sama ketika Nabi Musa diperintah oleh Allah untuk menghadap penguasa Mesir ketika itu .
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Paragraf pertama aku buka dengan sebuah teori psikologi.
Jadi maksud saya seperti ini, Abi. Saya selalu percaya, bahwa baik buruknya seseorang sangat bergantung pada lingkungannya. Orang akan menjadi baik jika dia berkumpul dengan orang baik. Dan juga sebaliknya, orang akan menjadi “jahat” jika dia berkumpul dengan orang yang kurang baik. Iman juga seperti itu. Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda, bahwa hati manusia itu sangat lemah. Dia harus terus diikat dengan pertemanan yang baik.
Saat ini, dunia sudah tidak seaman dahulu. Banyak orang menganggap bahwa berpacaran adalah hal yang lumrah. Menonton tayangan tidak senonoh juga sepertinya sudah menjadi bagian hidup bagi beberapa orang diluar sana. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, banyak anak SMP dan SMA di suatu kabupaten mengajukan pernikahan dini. Bukan karena memang sudah siap menikah, tetapi mereka telah hamil diluar nikah.
Kejadian seperti ini yang membuat saya takut. Bagaimana jika anak saya juga seperti itu. Bagaimana jika pada suatu saat nanti anak saya merengek untuk pergi satu malam bersama pacarnya. Apa jadinya jika dia pergi bersama pacarnya kemudian dengan rela pahanya dipegang-pegang oleh pacarnya dan dia tidak merasa risih sedikitpun. Mungkin terlihat klise, tapi saya benar-benar pernah melihatnya di jalan, dengan kedua mata kepala saya.
Disisi lain, orangtua juga tak kalah berzinanya. Ada istri yang selingkuh dengan rekan sekantornya karena dia lebih mendengarkan dan menerima apa adanya daripada suaminya. Ada juga suami yang mempunyai hubungan asmara lain dengan asistennya, yang lebih muda, yang lebih cantik, dan yang lebih sering bertemu di kantornya. Bahkan ada juga orang yang sampai sengaja check in di hotel bersama teman sekantor atau asistennya untuk melakukan hubungan haram itu.
Saya takut jika itu akan terjadi di keluarga saya. Saya boleh menerima cobaan apapun, asal jangan cobaan dalam keluarga dan agama. Karena konon itu adalah cobaan yang paling berat di dunia dan jarang ada orang yang bisa melewatinya dengan baik.
Oleh karena itu, saya harus memilih pasangan yang solehah. Orang yang telah menjaga dirinya. Perempuan yang juga telah berkomitmen lama untuk menjaga hawa nafsunya dengan tidak bermesraan dengan seseorang jika belum sah. Dan, aku melihat, bahwa puteri bapak adalah muslimah yang taat. 
Saya pernah mendengar dari sahabatnya bahwa dia selalu sholat hajat sebelum tidur, menjaga shalat tahajudnya seperti dia menjaga barang yang dicintainya, bahkan sahabatnya juga pernah melihat dia tak sengaja tertidur di atas sajadahnya dengan memeluk mushafnya akibat lelah menuntaskan target bacaan hariannya.
Saya mempercayakan hidupku untuk dilengkapi oleh dia.
Saya sangat selektif dalam memilih teman, maka saya juga berhak selektif dalam memilih pasangan.  --
Orang yang membeli sepatu mungkin hanya menyesal satu atau dua minggu ketika dia memilih barang yang salah. Orang hanya akan kesal selama satu atau dua tahun jika salah memilih pekerjaan. Tapi, soal pasangan, akan seberapa menyesal jika orang telah salah memilih pasangan?
Saya ingin menyelamatkan diri dari lingkungan yang tidak sehat. Saya ingin menyelamatkan anak dan isteriku dari zina yang telah dihiasi sedemikian rupa. Aku, juga ingin memilihkan ibu yang cerdas dan shalihah untuk anakku nanti. Itulah satu alasanku untuk memilih dia sebagai pasangan saya.
Satu paragraf gagasan ku telah terucap dengan lancar. Aku melihat orang tuanya mengangguk-angguk setuju dengan jawabanku. Hope it will be. Aku menghela nafas sejenak, menyadari ternyata keren juga ya aku bisa mempunyai gagasan yang kuat seperti itu. Ternyata berdebat dengan dosen ketika di kelas psikologi klinis di kampus bisa berguna juga ya untuk melamar perempuan yang aku cintai.
Semoga memang ayah dia bisa mencerna apa yang aku sampaikan, dan semoga apa yang aku harapkan bisa terwujud. Aku ingin segera menggenapkan separuh agamaku.
Bersambung (3/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 3
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
270 notes · View notes
yunusaziz · 4 months
Text
JANUARI
Salam, apa kabar?
Hampir satu bulan tidak menulis di laman ini. Awal tahun mencoba mengambil keputusan untuk rehat sejenak dari dunia kepenulisan, setidaknya pada micro-blogging biru ini. Mencoba lebih pasif untuk menerima; lebih banyak mendengar, melihat realitas dari sudut pandang lain dan mencoba membaca hal-hal lain di luar genre kesukaan.
Jika sebelum-sebelunya saya cenderung membaca buku atau artikel-artikel yang cenderung membahas perihal teknis (faktor background anak mene kali ya) maka awal tahun ini ada buku dengan genre-genre baru yang saya coba untuk baca. Misalnya, satu buku yang sedang saya baca berjudul "Semua Akan Pindah Pada Waktunya" milik Kang Risat.
Tidak ada alasan khusus kenapa saya membaca buku ini. Berbekal langganan sebuah aplikasi e-library, Everand. Pada pilihan genre "Self Development" buku ini muncul di deretan teratas. Yasudah saya coba perlahan baca. Sesederhana itu.
Ada beberapa hal menarik dari buku ini yang membuat saya berulang kali bergumam "Oh iya juga ya..." karena penulis berhasil menghadirkan multi perspektif dari penggalan peristiwa yang sebenarnya mainstream dan berulang kali saya dapatkan. Akan tetapi, beliau berhasil mengulik hikmah dari sudut pandang berbeda.
Misalnya pada sub-bab awal, beliau mengangkat satu topik kisah Adam dan Hawa yang Allah 'hukum' turun ke Bumi. Beliau sampaikan bahwa tidak ada satupun kisah yang menceritakan bahwa Nabi Adam as. menyalahkan Iblis atas hasutan yang menyebabkan ia diturunkan dari langit.
Nabi Adam as pun tidak menyalahkan Hawa, maupun mengutuki keputusan Allah. Apa yang Ia lakukan? Muhasabah dan bertanggungjawab. Ya, dua hal itu menjadi sorotan menarik yang perlu kita teladani.
Bahwa, hidup kadang tidak menghadirkan semua hal yang kita inginkan dan yakini baik. Seringkali justru kehendak yang terjadi bertolak belakang atas apa yang dimaui hati.
Tumblr media
Rasa tanggungjawab yang dimiliki Nabi Adam as. tentu saja berangkat pada keimanan penuh dan keikhlasan utuh, bahwa Ia yakin atas hikmah dibalik takdir yang ia dapati pasti ada kebaikan yang ingin Allah beri. Berat memang, harus berpisah sekian lama dengan Hawa. Akan tetapi, begitulah konsekuensi logis dari bentuk penerimaan atas segala takdir yang Allah berikan.
Jadi begitulah, jangan salahkan keadaan atau takdir yang Allah telah beri, tapi tuntunlah diri untuk siap menerima dan bertanggungjawab atas apa yang terjadi. Semangatt✨
Per saya off sepertinya ada beberapa DM dan ask yang masuk, insyaallah saya balas segera ya. Semoga tidak terlambat 😄
51 notes · View notes
andromedanisa · 1 year
Text
Sebuah Pilihan..
Sebetulnya keputusan untuk tidak menikah, menikah, memiliki anak ataupun tidak ingin memiliki anak adalah keputusan yang tidak menyakiti siapapun dan tidak merugikan siapapun. Siapapun berhak memilih hidupnya masing-masing. Toh semua orang pada akhirnya akan bertanggung jawab atas pilihannya.
Apakah memiliki anak atau tidak menjadikan hal itu sebagai tolak ukur suatu kebahagiaan? Tentu tidak. Bahagia atau tidaknya seseorang tidak bisa diukur ia memiliki anak atau tidak. Sebab hidup itu tidak selamanya bahagia, tidak pula selamanya akan ada banyak beban dan ujian.
Ada yang memiliki anak juga bahagia dan baik-baik saja. Tengoklah kisah Nabi Ibrahim alaihisalam yang memiliki dua orang putra yang semuanya adalah seorang Nabi.
Rasullaah shallaahu 'alaihiwassalam yang dikarunia banyak anak dari Ibunda Khadijah Radhiyallahu 'anha dan hidup keduanya bahagia dan baik-baik saja.
Ada pula ibunda Aisyah Radhiyallahu 'anha tidak dikaruniai anak hidup dengan Rasulullaah shallaalhu 'alaihiwassalam dengan kehidupan yang terkadang sedih sebab ujian dan banyak juga kehidupan bahagia dilaluinya.
Kisah diatas memberikan pembelajaran bahwasanya memiliki anak bukanlah suatu beban. Malah Ibunda Khadijah tetap cantik meski beliau memiliki banyak anak dari Rasulullah Shallaalahu 'alaihi wasalam.
Yang menjadikan sebuah perbincangan kala sesuatu pemikiran disampaikan diranah publik dan pada akhirnya malah menginspirasi untuk sebagian orang. Padahal ukuran benar atau salah bukan pada ukuran manusia, melainkan syariat Allaah dan RasulNya.
Jika ada pendapat yang sedang dipegang teguh dengan utuh yasudah cukuplah sampai untuk dirimu saja. Tidak perlu sampai memaksakan pendapatmu itu kepada orang lain. Tidak perlu sampai membawa alasanmu harus menyinggung keadaan yang lain.
Engkau tidak dituntut untuk menyenangkan semua manusia, tetapi engkau dituntut untuk tidak menyakiti seorangpun dari manusia.
Kondisinya disini untuk semua pihak. Jika ada seorang terkenal dan sedang berpendapat, maka jangan pernah memaksakan pendapat itu kepada orang lain. Sebab tidak ada yang bisa dibanggakan dari pendapat tersebut.
Begitu sebaliknya jika ada pendapat seorang yang terkenal, lalu pendapat itu tidak sesuai dengan syariat Allaah dan RasulNya yasudah tinggalkan saja. Jika ingin menasehati, sampaikanlah kebenaran itu. Namun jika tetap tidak bergeming maka dicukupkan dan doakan saja. Bukankah Allaah Maha membolak balikkan hati seseorang? Tidak perlu menyerang, berkata kasar. Kalau kita lakukan demikian, lalu apa bedanya kita dengan orang tersebut?
"kalau gitu jangan nulis yang aneh-aneh, biar gak dikomentari"
Betul ini, tapi sekali lagi kita punya opsi untuk tidak mengomentari. Kita tidak akan dihisab karena ucapan orang lain kepada kita, namun kita akan dihisab sebab ucapan kita kepada orang lain.
Pilihan untuk tidak memiliki anak bukanlah pilihan yang harus diikuti apalagi dibanggakan. Dan merasa paling paling dengan mengatakan bahwa memiliki anak adalah sebuah beban. Bukankah Allaah lebih tahu perihal ini?
"Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugrahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendakiNya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa“[QS. Asy-Syura/42 : 49-50]
Pada akhirnya kembali kepada tujuan awal kita diciptakan, Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu”. (QS. Adz Dzariyat: 56).
Jadi kalau ada yang dirasa tidak sejalan dengan syariat Allaah dan RasulNya. Cukup doakan saja, tidak perlu sampai berkomentar keras ya. Begitupun sebaliknya, kalau punya pendapat yang gak sejalan dengan syariat Allaah dan RasulNya. Gak perlu memaksakan kehendaknya ya.
Februari yang masih basah oleh hujan || 20.49
167 notes · View notes