Tumgik
sunlittlesea · 11 months
Text
Tembok Putih di Depanku
Sudah hari ke tiga aku mengunjungi kofisyop; yang tidak terlalu dekat rumah tetapi lebih dekat rumah daripada harus ke perpustakaan kampus, untuk mengerjakan skripsiku. Andai saja aku mencicil satu hari satu sub bab setidaknya, barangkali sekarang aku sudah wisuda atau bekerja. Namun, aku tidak menyesal juga. Aku tidak begitu fear of missing out bagiku bermalas-malasan dan menghabiskan waktu untuk tidur bukan hal yang bisa kudapatkan dengan mudah besok-besok (meski aku akan mengupayakannya!). Kehidupanku yang damai adalah nomor satu.
Tapi siang ini aku sudah mulai kelelahan. Otakku tidak berhenti berpikir dan membayangkan hari-hari di mana aku menyelesaikan skripsiku. Aku sudah mencoba memesan banana creamy latte yang terlalu manis di lidahku TETAPI ENAKK BANGET PISANG! dan aku sudah bawa dua onigiri, yang satu rasa shirataki teri (BENERAN TERI! what u expect lah?) dan hot tuna (KESUKAANKU!). Tetapi kepalaku kesemutan dan aku lelah sekali.
Pada saat-saat kelelahan itu aku duduk merosot dan memasrahkan punggungku pada sandaran kursi yang empuk. Senyaman-nyamannya duduk bermalas-malasan dan melihat ke dinding di hadapanku dengan mata memindai.
"kenapa ya aku menoleh dan memperhatikan setiap orang yang lewat?"
"tanaman plastik apa ya yang ada di depanku?"
"apa pekerjaan bule yang sedang duduk di sampingku?" (aku sudah bertemu dua kali dan ia selalu duduk di situ. ITU KURSI INCARANKU)
"kenapa ya anak-anak sekolah menengah atas suka berisik sekali padahal ruang meja-meja lain di ruangan ini tenang dan isinya orang laptopan?" (mereka menyebut 'SBK atau Seni Budaya Keterampilan' sebuah matkul HAH SMP MALAH?? dan kata 'adkel' jadi aku tahu itu anak sekolah) mereka tidak tahu ya rasanya mau mengerjakan paper atau bekerja dengan tenang, semoga besok mereka mengetahui betapa frustasinya aku deh dengar meja mereka (tidak boleh menyumpahi. toh tidak ada aturan ruangan ini khsusu orang belajar). Tapi barangkali aku hanya iri sebab mereka terlihat seperti aku dulu yang belum mengerjakan skripsi.
Katanya kalau belajar dan di depan kita adalah tembok putih, kita bisa makin fokus. Tapi tembok putih (beige???) di hadapanku ini menawarkan banyak bayangan-bayangan seperti kudanil atau kudaponi dengan daun bawang atau daun monster atau apa lah lalu ada orang yang sama frustrasinya denganku dan lalala lilili lalu ke mana kah aku harus duduk.
2 notes · View notes