Tumgik
Puan..
Kau lestari dalam anganku, terpatri dalam seluk beluk urat nadiku, menggerutu merdu dalam pusara logikaku, menyeruak indah pada titian frasa intuisiku, tertawa syahdu diambang batas niscayaku. Kubiarkan kau berbaring tenang disana, kuabadikan tentangmu sebagai pijar bintang berpangku sukma.
Puan..
Jika cinta ini lautan hina, akankah kau bumi dengan samuderanya?. Jika kau biru segara, apakah bagimu cintaku ini merupa bencana?. Sejauh gurat yang kubaca, tintamu tetaplah gemercak rancu yang menghujamiku dengan rangkaian tanya tanpa susunan aksara. Sejauh hati ini merasa, megamu merundung angkasa bercampur mendung dan badai. Sedang aku langit dengan pasak rapuh yang dengan lancangnya mencoba mendekapmu penuh.
Kau terluka, dan aku lumpuh..
Sebab itulah aku pergi, tapi lubuk hati terdalamku tak pernah sedikitpun membencimu. Kau tetaplah rangkaian bunga yang melingkari pergelangan lenganku. Namun kini ia merupa ungkapan kasih yang sudah tak mampu kuemban lagi hanya dengan sebatas sabar. Ia merupa sajak-sajak kecemburuan, senandung bait-bait keikhlasan, deburan ombak tanpa teguran yang kelak kan menghantam. Ia bara api yang takut kedinginan tuk membakar, dan larik puisi yang dengan pengilhaman tidak untuk diprosakan.
Puan..
Aku mencintaimu dengan penuh ketakutan dan sadar. Namun jika mencintaimu dalam kediamanku membuatmu merasakan arti kedamaian, maka biarkan aku mewakilkan angin untuk membelai wajahmu dari kejauhan. Jika setulus juangku kau anggap tak lebih dari debu jalanan, biarkan aku menjadi hamparan angan yang bahkan tak tampak dalam harapan, hingga kemudian hilang.
Orang-orang kan berlalu lalang, tapi kau akan tetap terpatri dalam ingatan, mengalun indah pada tiap melodi memori yang terlinimasakan. Sebab cinta itu rumit, karenanya kepala ini merunduk kikuk. Maka puan, jika kepergianku ialah senja yang mampu untuk kau nikmati jingganya, biarkan aku terbenam dalam sore yang menunggu malam memadam. Bahkan bila mencintaimu bermaknakan untuk mengajariku penyesalan, maka biarkan aku menyesal dalam keabadian.
Puan...
Sebab aku merasa, menjadi mentarimu terlalu lancang bagiku. Siapalah aku ini. Sungguh tak layak bagiku menggerutu, memintamu mengorbit bintang katai merah tua renta yang tak tahu malu. Cahayaku terlalu redup untuk sekedar menghangatkan dinginmu. Gemerlap keberanianku telah terhisap kegelapan lubang hitam yang kau ramu.
Sejauh kata terucap, nafasmu pun masihlah hembusan keyakinan yang kuanggap tabu. Sepelik inikah berdamai dengan masa lalu?. Rasanya ingin kuingkari saja kenyataan bahwa kau disana, terbakar lalu lebur mengabu. Sesulit inikah mengubur sajak-sajak cinta yang pernah tumbuh sepenuh untukmu?. Rasanya ingin kubungkam saja seluruh pujangga dengan segala omong kosongnya perihal cinta dan rindu.
Puan...
Kini larik puisi kehidupanku telah runtuh. Bagai reremahan pecahan kaca yang basah menggunung, sedang kau di dalamnya, diam termangu tanpa ada sedikitpun keinginan mencipta lagi percikan getaran hati yang telah terbunuh.
Larik itu sudah tak indah lagi, bahkan sejak dari dulu kau tahu itu kan?. Ia telah gugur, bak dedaunan yang kalah dengan musim, kesusahan mempertahankan asupan klorofil yang tersalur. Selepas pergimu, kini ia mulai menguning, dan waktu kan menghukumnya hingga kering.
Meski aku kembali, binar matamu pun telah berbeda, sebab kini bagimu ada-ku hanyalah pupuk kompos yang menyuburkan kelopak bunga egomu. Namun bagaimanapun juga aku telah puas, sebab telah mengerti bahwa aku bukanlah lebah yang kau mau.
Untukmu yang takkan kembali,
kututup kisah ini dengan bab keikhlasan
dengan berat hati kuucapkan; Selamat jalan...
Kudoakan segala tentangmu selalu berpayungkan kebahagiaan.
22 notes · View notes
23 Tahun: Seharusnya aku sudah selesai pada luka itu
Orang-orang yang dulu menyakitiku, mungkin sudah lupa bagaimana sedihku, perihku, serta tangisku pada hari itu. Goresan kecil di tangan dengan sedikit darah, perlawananku, serta kata pembelaan angkuh yang bisa aku keluarkan kala itu mungkin sudah hangus dalam pikiran mereka. Mungkin bisa jadi, jika aku ceritakan bagaimana bencinya aku atas kejadian itu membuat mereka bertanya: Apa benar aku pernah melakukannya?
Seharusnya aku bisa memaklumi perilaku anak kecil yang polos lagi sedang bersemangat untuk menunjukkan kekuatannya. Anak laki-laki yang ingin dilihat, didengar, disegani oleh lingkungan sekitar lantaran banyaknya orang yang melihatnya dengan sebelah mata dan merendahkan kemampuannya. Seharusnya aku bisa memahami bahwa anak laki-laki itu hanya meminta perhatian dan penghormatan meski menggunakan cara yang melukai seseorang.
Tapi nyatanya berdamai dengan masa lalu tidaklah mudah. kenang-kenangan yang aku peroleh dari masa kecil itu membuat pandangan hidup serta rasa-rasa yang hadir tetap berkaitan. Aku tetap terhubung pada masa itu, terutama setiap kali aku mulai percaya pada seorang laki-laki.
Banyak pertanyaan yang memenuhi pikiranku dan berkecamuk begitu kuat. Seringnya berbuah keraguan dan kesedihan serta gelombang yang mempertontonkan bagaimana kejadian masa lalu itu begitu menyakitkan.
Mampukah dia menghargaiku dengan sebaik-baiknya penghargaan? Mampukah dia memahamiku dengan segala bentuk kekurangan serta luka yang terkadang membuatku rapuh? Mampukah dia menahan perkataan kasar serta merendahkan tatkala amarahnya sedang berkecamuk? Mampukah dia tidak menghinaku saat kondisi fisikku tidak mampu memanjakan penglihatannya?
Ya, pertanyaan yang memenuhi isi kepala ini bukan lagi seputar harta dan kecukupan ekonomi. Kekhawatiran terbesar letaknya pada perilaku. Meski aku tahu bahwa luka ini berada pada kendaliku, tapi aku juga terkadang tidak mampu jika terus menerus dihadapkan dengan sinyal-sinyal yang mengingatkanku pada masa itu.
Aku tahu bahwa berdamai dengan masa lalu adalah keharusan. Tapi berdamai bukan berarti melupakan semuanya. Ada sisa rasa yang masih menetap dan membesar tatkala diingatkan kembali. Perihnya, derasnya, sedihnya bukan perkara mudah untuk dihilangkan.
39 notes · View notes
Kau Menang
Tumblr media
Lucu, kadang aku ingin menulis agar seseorang membacanya, namun kadang lainnya aku menulis karena menyakini seseorang tak akan membacanya. Dan ini aku tulis dengan anggapan kau tak akan pernah membacanya.
Apa yang lebih pekat dari malam, mungkin adalah darah yang mengental di dadaku. Ia amarah yang tak mampu dituangkan dalam bentuk apapun, sebab terlalu racun jika ia kujadikan kata-kata untuk memujamu.
Adalah kau aliran yang memiliki muara satu namun beribu hulu. Aku jadi pecundang yang menghakimi wanita lain yang memoles bibir merah merona untuk atensimu yang begitu luas.
Seharusnya kau yang kudakwa bersalah bukan. Tapi kita apa?
Kaki yang berlari sendiri, mencari validasi sana sini, bertemu di berisiknya kata-kata, menitisnya sebagai pedang untuk saling menebas.
Aku suka dengan kelihaianmu memantik amarah, sedang kau senang melihatku yang ingin meledak menahan murka. Kita beradu dengan argumentasi dan emosi, seolah mudah sekali mengatasinya hanya dengan seulas senyum tiga jari.
Pada rongga dadaku, jauh sebelum bertemu kau, ada penyakit yang mengakar. Semacam pongah yang mudah melenggang saat merasa tak diinginkan. Sebab percaya, di tempat lain aku diinginkan dengan sedemikian rupa.
Lalu kau hadir seolah ingin menguji, sampai dibatas mana aku akan mendambamu. Kau menjadi seperti kebanyakan adam yang kutemui, penuh penguasaan dan dominasi.
Sayang, aku tak pernah tertarik berkompetisi.
Bukankah lebih baik mati dalam rindu dariada berlutut kepada hal yang tak tentu?
Entah kau mau berlabuh di mana kau ingin, menetap di mana kau nyaman, atau pada akhirnya berpindah lagi ke lain pelukan, merah di dadaku lebih baik menggumpal daripada luruh hanya untuk mengakui kenyataan; kau menang keparat, aku jatuh cinta.
194 notes · View notes
Hanya Butuh Didengar
Ketika seseorang sedang dirundung masalah, kemudian memilihmu untuk bercerita, hal pertama yang harus kamu lakukan hanyalah diam dan dengarkan. Tahan dirimu untuk bergegas memberinya nasihat. Sebab, sebenernya mereka tahu apa yang harus diperbuat, tapi karena suasana hati dan pikirannya sedang tidak baik, maka keadaannya menjadi tidak stabil untuk mengambil keputusan.
Yang kamu perlu lakukan hanyalah mendengar, biarkan dia mentransfer seluruh energi negatifnya ke kamu, dengan cara membuka ruang dan kesempatan seluas mungkin untuknya mengungkapkan. Memaksakan keadaan agar mereka menerima keadaan, seperti "semua akan baik-baik saja", atau "Tetap semangat! Kamu pasti bisa!" seakan-akan mengabaikan perasaannya.
Seolah perasaan negatif yang dialami dan ingin diungkapkannya tidak penting bagi lawan bicaranya. Alih-alih bermaksud untuk menolongnya justru kamu malah menambah 'masalah' baru baginya (ia merasa lemah karena anggapan remeh lawan bicara), bahkan lebih buruk dari itu, dapat menggangu psikis bahkan kejiwaannya.
Intinya adalah cukup diam dan dengarkan, itu yang mereka butuhkan. Itu cara terbaik bersimpati. Berikan pertanyaan seperti, "pasti berat ya berada di posisi mu saat ini", atau "wajar jika kamu marah atau kecewa terhadapnya", berikan pertanyaan atau ungkapan pancingan yang tujuannya agar ia mau mengungkapkan seluruh isi hatinya. Biarkan energi negatifnya habis tersalurkan kepadamu.
Berarti nasihat tidak perlu?
Tetap perlu, cuman balik ke konsep awal bahwa terkadang orang yang bermasalah tahu apa yang seharusnya dilakukan. Akan tetapi karena keadaannya sedang tidak baik, otak dan hatinya tidak mampu mengolah rumusan solusi terhadap masalah yang dihadapinya.
Dengan membuatnya menjadi lebih tenang, karena seluruh energi negatifnya tersalurkan habis, dengan begitu terkadang solusi akan muncul dengan sendirinya. Jika hal tersebut tidak berlaku, baru kita boleh menawarkan nasihat atau solusi terhadapnya.
"Jadilah alasan bahagia bahkan alasan orang lain memilih melanjutkan hidup, walau sebatas meminjamkan kedua telingamu untuknya."
337 notes · View notes
Bu... bila pada akhirnya nanti aku juga tak mampu berdamai dengan masa laluku, bila pada akhirnya aku tak kunjung sembuh dr semua rasa sakit dan trauma, aku mohon, jangan salahkan dirimu bu. Aku yg tak mampu sekuat dirimu. Peluk kuat aku pada saat itu terjadi bu
0 notes
"Jika ingin menilai seberapa dewasa seseorang, lihatlah dari konsistensi pikiran dan tindakan yang ia ambil. Konsistensi menunjukkan adanya kematangan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Bukan soal seberapa cepat, melainkan soal seberapa maslahat dan kesigapan menanggung akibat."
Sebab pada setiap keputusan akan selalu menghadirkan ujian keteguhan. Ketika seseorang mampu mengendalikan isi kepalanya, ia akan melahirkan kebijaksanaan yang menjadi modal utama di dalam mengambil keputusan.
Ia akan tetap kokoh, bergeming bahkan pada 'badai' terbesar sekalipun. Ia tidak mudah goyah hanya karena sesuatu diluar sana yang sukar sekali ia kendalikan, yang perlahan merusak, menggerus tatanan prinsip yang seharusnya ia jaga.
Sebab ia tahu, bahwa keputusan yang ia ambil adalah buah matang pikirannya, yang di dalamnya sudah terukur kemaslahatan yang ia ingin tempuh dan konsekuensi logis yang mau tidak mau harus ia jalani.
Begitulah kedewasaan seseorang diproyeksikan. Terlihat dari bagaimana ia mengambil keputusan, persistensi dalam menjalani, dan kesigapan dalam mengelola akibat.
352 notes · View notes
Nabi tuh indahnya ngga ada batas akhir.
Pemberian Allah paling indah buat hidup kita adalah Nabi Muhammad.
Mintalah selalu agar mati bawa cinta sama nabi.
Mintalah mati dalam keadaan masih jd umatnya nabi Muhammad.
Minta nabi Muhammad untukmu.
Kamu tau,
Orang yg paling bahagia dimuka bumi ini adalah orang yg paling deket sama nabi Muhammad.
Af.
17 notes · View notes
Tumblr media
Sekarang sudah cukup sampai disini. Di kehidupan selanjutnya, mari bertemu kembali, berkenalan dan jatuh cinta bersama.
0 notes
Tumblr media
1 note · View note
Hanya cerita sepasang kekasih yang sering bertengkar karna salah satunya tidak bisa mengerti atau salah satunya memang tidak mau memahami, dan kamu adalah orang yang paling menuntut kabar dan sedikit harinya,
Komunikasi kalian berantakan, hal yang bisa dijadikan candaan malah jadi hal yang membuat segalanya jadi runyam. Entah kamu yang nuntut dia berkabar atau dia yang memang gak mau berkabar. Toh sibuk itu cuma alasan, ini hanya masalah prioritas..
Yang kamu anggap rumah seharusnya ramah. Tempat pulang ketika segala harapan dan ingin terasa hilang arah. Rumah yang didalmnya bisa membunuh marah dan resah, bukannya sesak ditambah-tambah.
Kamu akan lelah dengan pertengakaran sepele seperti itu, pada akhirnya kamu memilih untuk mengubah cara pandangmu terhadapnya. Kamu memilih untuk mengerti dia.
Yang kemarin berkabar sempat kamu minta berkali-kali kini tidak lagi, kabar yang sempat membuatmu menangis hingga merasa dada sudah mati kini sesempatnya saja dan pelan-pelan seperti membuat kamu tidak peduli lagi.
Setelah itu pertengkaran meredah hingga tidak lagi ada dan masalah sama yang perlu kamu jelaskan berkali-kali bahwa dia itu penting untuk kamu, dan kamu khawatir akan baik-baiknya dia, kini terasa hanya biasa saja.
Pelan-pelan dia kehilangan cintamu, saat ini dia berada di fase kehilanganmu
Catatan: bukan kamu yang membunuh perasaan, perasaan itu sendiri yang membunuh dirinya.. disaat kamu ingin dimengerti, malah kamu yang harus memahami sikapnya.. dan karena sikpanya itulah yang sebetulnya membunuh perasaanmu. fase dimana yang kamu sebut cinta kini pelan-pelan ditikam paksa..
Saling mengerti bukan saling memeluk hingga salah satunya mati..
22 notes · View notes
Text
Serial Taujih—Prasyarat yang Perlu Dihadirkan
"Memilih jalan hidup untuk berkhidmat bersama umat itu memang melelahkan, bahkan sesekali menyakitkan. Saat orang lain istirahat, kita memilih untuk berkorban waktu, tenaga bahkan harta hanya untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Akan tetapi, jika pilihan itu didasari dengan kepahaman, keikhlasan, totalitas amal, dan pengorbanan maka hidup kita akan mulia, matipun juga, Insyaallah."
Kepahaman, keikhlasan, totalitas dan pengorbanan adalah modal pokok di dalam mengusung perjuangan. Apapun yang diperjuangkan. Kehadirannya menjadi prasyarat yang wajib ada jika kita ingin berbicara dan memperoleh output dakwah yang optimal dan berkesinambungan.
Kepahaman memiliki peran bahwa segala sesuatu harus memiliki dasar; baik itu landasan syariat, maupun dasar-dasar ilmu kauniyah (dunia) sebagai penunjang komprehensifitas amal. Ketika dua hal itu mampu dikolaborasikan, akan mencipta suatu metode (cara) yang benar dari segi syariat, dan diterima dari segi lingkup sosial dan budaya.
Keikhlasan memiliki peran dalam menentukan arah, menjadi kompas atas segala kebingungan di tengah jalan. Ia harus menjadi satu hal yang terus diperbarui agar menjaga kualitas amal. Keikhlasan ini hanya mampu diperoleh ketika setiap da'i bisa memupuk karakter dalam dirinya yaitu rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah), yang bersih tidak dinodai dengan maksud dan harap duniawi.
Totalitas memiliki peranan dalam memberikan sikap dan tindakan dari bentuk implementasi hadits arbain ke 17 “Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu.” . Total dari segi menghadirkan input, mengawal proses, hingga melahirkan output optimal di akhir. Karena yakin bahwa Allah lebih menilai proses daripada hasil.
Dan terakhir, pengorbanan yaitu menyadarkan kepada kita bahwa, hampir mustahil perjuangan tanpa adanya butir-butir pengorbanan. Waktu, tenaga, pikiran dan harta. Sehingga melahirkan sikap selalu korektif, "Jika dakwah tidak terasa berat (berkorban), jangan-jangan ada yang salah."
Wallahua'lam bish showaab.
129 notes · View notes
Text
Tumblr media
Duhaii teruntuk siapapun yang kini tengah mengambil suatu langkah baru, karena ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi, mencoba hal baru untuk dijadikan pembelajaran diri.
Mari sama sama kita hempaskan jauh jauh semua rasa takut dihati...
Takut gagal, takut kalah, takut tidak bisa melewatinya. Dan semua kekhawatiran yang menyesakkan dada.
Mari sama sama percaya, bahwa kegagalan yang sebenarnya adalah saat kita tidak mau mencoba. Karena hal itu sama saja dengan menyerah sebelum berperang.
Semoga selalu ingat, bahwa akan selalu ada Allah yang menemani kita. Selalu ada Allah yang menolong kita.
Tuhan yang menyelamatkan Nabi Musa as, dari kejaran fir'aun, yang menyelamatkan Nabi Ibrahim as dari Api, yang menyelamatkan Nabi Yunus as dari dalam perut ikan didalam lautan, dan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam bersama Abu bakar assiddiq didalam gua, adalah Tuhan yang sama yang setiap hari kita sembah.
Allah ada dan kuasa...
Bila bersama-Nya, tidak akan ada yang jadi masalah.
Semoga Allah tenangkan hati kita.
Aamiin Allahumma aamiin
59 notes · View notes
117.
Tumblr media
Aku terpukau dengan cara berpikirmu. Di sana, aku diizinkan untuk menenggelamkan diri dengan leluasa. Di sana, semua kusut dalam kepalaku mampu teurai.
Yang bengkok, kamu luruskan. Yang rumit kamu coba sederhanakan dan yang salah kamu benarkan dengan penuh kehati-hatian dan kelembutan.
Aku takjub pada tetiap tutur katamu. Di sana tidak ku temukan lisan yang menyakiti pun kalimat kasar yang terucap. Kamu bijak memilah dan memilih supaya yang keluar dari mulutmu adalah sesuatu yang menenangkan pendengar.
Aku kagum pada caramu menasihati. Kamu tidak pernah menggurui dan merasa paling benar sendiri. Hatimu lapang dalam menerima perbedaan pendapat. Kamu menghargai apapun yang berselisih paham denganmu.
Untukku, kamu serupa rumah yang penuh kehangatan dengan pohon rindang yang tumbuh pada halamannya. Di sana, perasaan nyaman selalu ku dapatkan—teduh lagi meneduhkan.
Hujan, 10.43 | 02 Februari 2023.
521 notes · View notes
Sapa dalam Doa
Aku menyukai waktu saat aku bisa menyapamu tanpa temu
Bahagia menjalari hatiku saat namamu kusebut dalam doa berbalut rindu
Aku kirimkan berjuta macam harapan baik
Pada angin yang menggerakkan dedaunan
Pada terpaan sinar matahari pagi yang memberikan kehangatan
Pada indahnya senja yang mendatangkan ketenangan
Dan pada gemerlapnya bintang di langit malam
Berharap kau menyadari bahwa di atas langit itu doa-doa baikku menetap
Untuk kamu, semoga selalu diliputi tenang dan lapang
@penaalmujahidah
22 notes · View notes
Aku bahagia jika yang terjadi sesuai dengan rencanaMu. Bukan sesuai dengan rencanaku.
Aku bahagia jika takdirku sesuai dengan skenarioMu. Bukan sesuai dengan skenarioku.
Aku bahagia jika doaku Engkau tunda sesuai dengan Pengetahuan dan IlmuMu yang Maha tahu Masa depan. Dan tidak Engkau kabulkan sesuai dengan waktu yang kuinginkan.
Karena pada akhirnya aku paham bahwa Engkaulah yang paling tahu diriku. Engkaulah yang paling tahu apa yang terbaik untukku.
Duhai Allah, Terimakasih untuk setiap rencana indahMu. Aku bahagia menjalani setiap episode takdirku. Sebab aku tahu, ini adalah sebaik-baik rencanaMu.
—Riany Azzahra @gadisturatea
297 notes · View notes
Tumblr media
Sampai kapan aku harus menunggumu pulang ?
3 notes · View notes
Tak ada yang pernah mengatakan bahwa bersyukur itu mudah. Bukan hanya sekedar kata alhamdulillah, tetapi bagaimana hati kita benar-benar bisa menerima.
Apalagi dalam keadaan yang sempit, rasanya bersyukur akan menjadi begitu sulit.
Sepertinya dalam mulut mengatakan syukur, tetapi hati masih saja merasa kurang. Sepertinya mulut mengatakan syukur, tetapi pikiran masih saja terisi mengapa begini dan begitu.
Padahal, Allah telah menjanjikan kepada siapa saja yang bersyukur maka akan Ia tambahkan nikmatnya.
Sesungguhnya, semakin mendapatkan sesuatu, orang itu cenderung sulit untuk puas. Apabila telah melewati suatu tantangan, bukan bersyukur tetapi ia akan meminta lebih. Pada dasarnya sifat manusia memang diciptakan untuk tidak mudah puas. Dan semakin sering ia mendapat ujian, semakin sering ia lolos, sebenarnya ia telah naik level, dan semakin naik level itu ujiannya akan semakin berat. Ujian itu bukan hanya sekedar kemiskinan atau kesulitan, tetapi kekayaan dan kemudahan juga menjadi sebuah ujian.
Bersyukurlah yang hari ini mendapat ujian. Pertanda Allah masih menyayangi kita. Bersyukurlah yang hari ini belum mendapatkan apa yang diinginkan. Pertanda Allah ingin melatihmu supaya mudah bersyukur dn bersabar.
Semua butuh waktu.
Allah menciptakan bumi seindah sekarang pun memakan waktu. Karena semua butuh proses, supaya kamu mengetahui tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Sementara kamu meminta hidupmu indah dalam sekejap?
Allah akan membuat hidupmu jauh lebih indah, bila kamu membuktikan bahwa kamu mencintai-Nya dan bersyukur atas semua yang telah diberikan kepadamu saat ini.
@shafiranoorlatifah | 12 Februari 2019
Dan pada saatnya kita akan menyadari bahwa mengharapkan kemewahan dunia hanya akan membuat kita kecewa.
1K notes · View notes