Tumgik
senin-libur · 3 years
Text
PENUTUP
Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam terserah pada waktu apa kau membaca ini. Tulisan ini tidak sesuai EYD yang berlaku jadi harap dimaklumi. Pasti kamu bingung kenapa judulnya penutup? Karena ini adalah lanjutan cerita atau bisa di bilang akhir cerita dari perjalanan cinta gw ke seseorang selama 5 tahun yaitu “Bagian Pertama”
Salam,
Penulis - Medan 27 Agustus 2019
Sebut saja dia Nakyla Hasya Tiga
Setelah selesai menulis blog bagian pertama yang dulunya berjudul Secret Admirer, malam itu aku langsung menghubungi Ento, iya dia sahabat ku sejak kelas 1 SMA, manusia paling baik tapi sering ngomong kotor, ku kira dia pemalas ternyata masi bisa menyelesaikan kuis matematika.
“Ento anjing!! Doain aku ya!! Aku hari ini mau nembak eh bukan deng tapi ngungkapin perasaaan ku selama ini ke Kyla”
“Ha ha ha Serius Bang?! Iya aku doain kalau di terima cintamu aku janji gak ngomong kotor lagi”
Aku gak tau sampai sekarang dia manggil aku abang, padahal kami sebaya yang lahir sebelum lengsernya Pak Soeharto, tapi aku gak tau dan kebutulan juga gak mau tau itu urusan Ento sama Tuhan-nya.
Dan cewek yang mau aku deketin itu namanya Nakyla Hasya Tiga, tiga itu tanggal lahir dia dan konon zodiaknya Capricorn. WTF!! Waktu pertama kali ketemu aku setuju dengan yang lain bahwa Kyla itu cantik dengan mata sipitnya. aku tekankan sekali lagi ini ungkapan bukan body shaming.
Dengan sikap bahagianya, dia bisa nerima orang yang hidupnya tidak serius dan juga sekaligus tidak merasa aneh soal itu. Menurutku, dia seseorang yang pendiam. Kukira dia adalah salah satu jenis manusia yang sudah merasa nyaman jadi dirinya sendiri sehingga tidak perlu lagi mencoba untuk menjadi orang lain seperti tidak pernah memasang foto profil media sosialnya sampai sekarang. Introvert nih kayanya haha maap.
Dia bukan gadis yang harus tampak mewah agar dilihat keren oleh seisi dunia dan tidak merasa harus memiliki apa - apa yang tidak dia butuhklan agar bisa sama dengan yang lain. Meskipun sangat pasti dia bisa membelinya, secara dia lahir dari keluarga berada. Itulah pandangan ku terhadap Kyla.
Serangkaian pendekatan pertama mulai aku coba, seperti sengaja membeli sepatu Vans dengan sistem COD (cash on delivery) di depan sekolahnya SMA Negeri Lion King, seperti aku juga sengaja meminjam uang kepada Zara sahabatmu, semua itu aku lakuin dengan embel - embel biar bisa ketemu sama Kyla padahal aku gak tau siapa nama kang bakso kojek yang Zara beli.
Serangkaian babak kedua juga mulai aku coba, seperti mendatangimu ke kampus pada hari Jumat kalau aku benar, mungkin ini yang dinamakan jodoh yaa? setelah lulus dari SMA, aku ga sadar kalo aku dan Kyla satu kampus juga Ha ha ha senang? pasti. 
“Gimana hari ini Kyla ke kampus?” Tanya ku sambil makan risol, fyi Kyla masuk kelas pagi dan aku masuk kelas sore.
“Iya nih ke kampus” jawab Kyla yang balasnya satu jam kemudian.
Sebelum berangkat ke kampus aku pastikan Badai bin Pelangi sudah keluar dari kandangnya dan sudah dipanasi. Lihatlah, si Badai bin pelangi sudah ada di depan rumah di posisinya sendiri sesuai yang tadi sudah aku atur.
sesampainya di kampus. “Pagi Pak kumaha damang, sehat?” sahutku memberi salam ala orang sunda ke Satpam Kampus
“Sehat, Alhamdulillah yang ga sehat nih kantong” katanya, sebenarnya aku ga tau siapa nama Bapak satpam tadi terlihat asing bagiku tapi biarlah dia juga manusia, seorang suami yang sedang melakukan rutinitasnya menjadi kepala keluarga. Sudah pukul 9 kurang, mungkin lebih. Itu aku baru saja meletakkan Badai bin Pelangi kepada tempat parkir, yang menyebabkan aku sudah dikampus.
“Kyla dimana? Sudah sampai di kampus?”
“Kyla gak jadi masuk, dosennya gak datang”
Setelah aku baca ulang balasan Kyla dan setuju dengan ucapannya, segera aku tekan Control-P yaitu balik pulang bersama Badai bin Pelangi yang barusan kepanasan terkena matahari. Huft menyenangkan sekali bisa dapat giliran hidup di zaman modern seperti saat ini. Kasihan orang zaman dahulu kalau terkena situasi seperti ini gak ada kendaraana bisa berapa hari coba nyampe rumah.
Bersambung-
0 notes
senin-libur · 5 years
Text
“BAGIAN PERTAMA”
2014
Selepas masa orientasi siswa kemarin, untuk pertama kalinya aku mengenal sakit seperti sahabat dekat, motivasi hidup anjlok, under pressure, melankolis. Emosi sedikit pingsan dasar memalukan. Seperti aku bilang dari awal, aku pada fase ini adalah anak yang butuh perhatian, tak ada yang bisa dibanggakan, penakut, tak berguna pula, lalu aku bisa apa?. Banyak yang bilang aku mudah dekat dengan perempuan, ya ini itulah, negatif, reputasi buruk. Aku akui iya, tapi tak pernah ada kesempatan untuk merubah diri dinilai baik. Masa bodoh.
Lagi pula aku hanya bocah butuh perhatian pada masa itu, sambil berebah menatap langit - langit memikirkan hal lucu biar terhibur sendiri. Selepas pulang sekolah kost atau rumah teman jadi latar paling nyaman sejak tahun ajaran baru, Namanya juga anak kelas satu waktu itu, kepo pastinya, adaptasi dengan lingkungan baru teman baru, akhir 2014 desember tepatnya, aku bertemu dengan mu diacara ulang tahun sahabat ku. Awal dari sebuah cerita panjang.
2015
Sekarang kelas dua sudah situasi dan kondisi yang naik ke tahap cukup serius, berebah, menikmati dingin angin sepoy mengurai diri, selepas bercerita dengan sahabat mu tentangmu jadi satu buah bahan pemikiran pada satu tempat otakku. Sebenarnya sejak bangku kelas satu tapi bagaimana, namanya remah - remah bisa apa waktu itu, lebih - lebih aku tak pandai dekat dengan perempuan, fase yang cukup sulit, apalagi secara umur dan tempat sekolah beda. Konyolah, minder sudah tak bisa mengelak, miskin ilmu, apa yang bisa dibanggakan, tak percaya diri sampai berfikiran yasudahlah, jadi secret admirer apa salahnya, aku memutuskan menyapa mu di aplikasi chat bbm, lega bisa menyapa, bercanda. Rancu, tak lama bisa mengenal mu karena kau sudah berhibernasi dari bbm ke line, hanya empty chat sisa chat mu kamarin yang terus ku baca berulang - ulang .
2016
Aku lulus, kelar sudah semua masa SMA. Petaka baru berhadiran datang dengan suka cita. Sambut baikku terhadap mereka, biarpun setenga hati menjalaninya aku cukup bahagia, namun tidak untuk menerima sepenuhnya. Semester satu, aku memutuskan untuk menjalani hubungan, tak lama juga aku menjalaninya, tidak cukup bahagia, tapi tak bertahan lama, hanya satu bulan hubunganku bertahan. Imbas dari keadaan itu berdampak sangat signifikan, aku banyak bolos kuliah, namun banyak hal yang aku sesalkan, bodoh, tak karuan. Menarik nafas panjang, mencoba membiasakan keadaan baru, mencari hiburan baru, segalanya serba diperbaharui, rasanya hampir mati rasa.
Akhirnya aku memutuskan untuk kembali membuka Twitter, lupa tepatnya kapan, mencari hiburan baru. Setahun lebih akhirnya aku terbiasa berkeadaan tanpamu, salah satu rekor terbaru.
Ada yang sering aku perhatikan akhirnya, ternyata kau juga tak pernah absen tak bermain Twitter sedari dulu. Fasemu jauh lebih banyak dariku pastinya. Aku hanya tersenyum kemarin.
3 tahun tanpa kabar, aku tahu kabarmu.
Hari ini
Kau bukan orang asing bagiku, ternyata kita pernah sama - sama terluka pada hal yang sama, hanya beda perkara, lucu, tak ingin berlalu. Tau? Senyum sapa salam tegurmu adalah hal yang kutunggu sedari hampir 5 tahun lalu, bercerita, bersemuka pada emosi yang sama, berdua, tau? Jarak sejengkal denganmu terasa jauh bagiku, lega, amat lega, ada rasa yang seolah terobati begitu saja.
Percaya atau tidak, hmm, sudahlah. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Entah masa depan seperti apa, aku tak peduli, aku akan mempersiapkannya.
Boleh aku ungkapkan? Menyimpan rasa hampir 5 tahun itu berat, sempat mampu melepas dan melewatinya tapi nurani tak bisa dibohongi. InsyaAllah Aku hadir dengan hal yang layak dibanggakan setidaknya, bukan seperti dulu. Setidaknya. Apa aku pantas? Semoga.
Aku masih mau lama denganmu, bukan tentang waktu namun tentang dimensi diatas dunia.
Dua setengah jam bersamamu.
Kutipan rindu dalam menunggu.
Medan - Januari 2019
0 notes