Tumgik
segalahal · 4 years
Text
Sekarang saya menyesal. Kenapa tidak sejak awal saya mengakhirinya.
Bodohnya
0 notes
segalahal · 5 years
Text
8 Oct 2019
Dua tahun kurang dua bulan. Benar-benar ingin putus. Benar-benar tidak bisa menemukan alasan lagi untuk bertahan. Tuhan tolong, pertemukan segera dengan hati yang baik.
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Mengertilah, ku tidak ingin lama-lama memaksakan perasaan cinta yang palsu. Aku tidak ingin berlama-lama hidup dalam kekecewaan. Seseorang datanglah, bawa aku pergi. Dimana tidak ada lagi kebohongan.
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Dear
Akhir-akhir ini sudah tidak berambisi untuk menjadi laki-laki yang baik, untuk menjadi setia. Banyak luka-luka kecewa yang harus ku sembuhkan satu persatu.
Aku sudah pernah percaya pada yang salah, semoga semesta menuntunku kepada yang benar dan baik.
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Untukku di Masa Depan
Hai sap. Apa kabarmu hari ini? Semoga kau sehat saja dan belum mati.
Kalau kau mebaca ini kelak bersama dia, selamat. Tapi kau harus berterimakasih padaku, karena aku telah mampu melewati semuanya, dahsyatnya badai godaan dan api cemburu, menahan triliunan sesak di dada, hingga kau kini bersamanya.
Jika kau tidak bersamanya lagi, tolong maafkan aku. Aku sudah berusaha sebisaku, menahan sesak di dada semampuku, mati-matian berjuang melewati kebenaran bahwa aku sedang dibohongi dan diduakan. Kalau kau mengerti, tolong maafkan aku. Apa yang harus aku perbuat jika perasaannya sudah berubah dan hatinya mendua? ada yang lebih nyaman darimu saat ini. Aku minta maaf.
Sapta. Berdamailah dengan hatimu sendiri. Lanjutkan hidupmu untuk siapa yang benar-benar menghargaimu. Atau setidaknya untuk dirimu sendiri. Taruhlah harapanmu yang paling besar untuk Tuhan, kemudian sisanya untuk manusia.
Jika kau membaca ini, tersenyumlah. Kau telah melewati semuanya dengan kuat.
Sabtu, 3 Agustus 2019
0 notes
segalahal · 5 years
Text
1st day
Jumat, 2 Agustus 2019
Hari pertama mulai membangun kepercayaan setelah dibohongi dan dipatahkan hatinya. Semua amat sangat terasa berat.
Setelah kelar dengan kebohongan-kebohongan tentang Angga, muncul lagi tentang bangjo. Cowok gondrong yang dulu selalu ku lihat mondar-mandir lewat depan kampusku, dan sesekali melihatnya di gereja. 
Aku merasa, masih ada sedikit kebohongan yang mengganjal, yang tidak ingin kau ungkapkan entah apa alasanmu. Kapan dan bagaimana cara kau mengenalnya? benarkah lewat tinder? atau kecurigaanku kau bertemu dengannya di gereja adalah benar?
Intinya, hari ini terasa berat sekali. Selalu sigap menanggapi chatmu yang masuk, bahkan tidak siap untuk tertidur tadi siang menjelang dzuhur. Karena takut kau merasa sepi dan kemudian mencari “teman lain” lagi. Ditambah lagi masih ada pertanyaan yang menyesakkan di dada.
Sayang. Andai kau jawab dan bercerita semuanya secara mendetail, itu akan membuat hatiku lebih tenang dan lebih percaya tiga kali lipat kepadamu. Toh aku tidak mungkin marah. Karena aku yakin jika kau jujur menceritakan dengan detail tiap-tiap kesalahanmu kemarin, itu berarti kau sudah mau jujur tentang apa yang akan terjadi di depan sana nanti.
Aku harap, kita segera baik-baik kembali. Karena sudah banyak keinginanku untuk menulis hal-hal manis tentang kita. 
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Hatiku bermazmur
Tuhan baik, Tuhan peduli aku hendak memuji-Nya
Dia tidak meninggalkanku sendiri Dia menuntunku melewati lembah kelam menuju bukit indah berseri, dengan mata air yang melimpah oh Tuhan-ku yang baik. Aku berseru baginya
Aku bersyukur Dia menggengam erat hatiku yang rapuh Membalut lukaku dengan lembut Dia lah harapanku, yang menggendongku Dia membangun kembali hatiku yang porak-poranda
Tuhan memegang tanganku, memberiku kehangatan Tuhan mengajarkanku tentang kasih yang mengasihi mengasihi tanpa lelah berdamai dengan hati
oh Tuhan... aku berseru pada-Nya Dia selalu menyertai Dia menopangku
Dia merancangkan hal besar dalam hidupku aku tidak perlu khawatir aku menaruh harapanku pada-Nya Dia tak akan mengecewakanku
kehadiran-Nya membawa damai dalam hidupku Pertolongan-Nya begitu ajaib Membuatku tenang dan tidak berkesah Tuhan, Tuhan. Aku bersyukur Tuhan begitu baik
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Manusia pada dasarnya tidak pernah puas akan apa yang telah dimilikinya. Mereka acap kali menaruh harapan yang terlalu tinggi. Sehingga jika mereka terjatuh dan kecewa, itu karena harapan mereka sendiri yang tidak bisa mereka gapai. Ketika seseorang jatuh dalam kekecewaan, biasanya dia mulai membenci harapannya tersebut. Membenci orang yang dia anggap mengecewakan. Lalu menyalahkan keadaan sana-sini, tanpa mau melihat jauh ke dalam dirinya. Ada apa di sana, apa yang membuatnya merasa kecewa. Aku sebagai manusia pun adalah salah satu dari mereka. 
Aku begitu mencintai seseorang teramat sangat dengan segenap dan seganjil hidupku, aku begitu teramat sangat kecewa karena menaruh harapan yang terlalu besar padanya. Aku kecewa, dia membohongiku, mengingkari kepercayaanku. Hatiku patah sepatah-patahnya, air mata mengalir deras tanpa bisa tertambat. Namun aku percaya suatu peristiwa alami di semesta ini yang disebut Karma. Semua partikel di semesta ini mempunyai hubungan timbal-balik. Aku percaya apa yang kulakukan saat ini, akan berdampak padaku suatu hari nanti. Bahkan salah satu kitab suci menyebutkan Apa yang ditabur, itu yang akan dituai (Galatia 6 :7-8).  Jika aku melakukan keburukan hari ini, mungkin keburukan itu akan datang padaku esoknya. Demikian jika aku melakukan kebaikan, aku percaya kebaikan menghampiriku.
Mungkin saat ini aku sedang dibohongi olehnya. Mungkin juga sebelumnya dia pernah menjadi sepertiku, dibohongi oleh orang yang sangat dicintainya. Siapa tahu?. Lalu, apa aku akan membohonginya juga sebagai upaya balas dendam? Atau setidaknya aku pergi menghilang dari hidupnya? Tidak. Jika aku berbalas membohonginya, aku percaya suatu saat kebohongan yang lebih besar akan terjadi padaku. Demikian jika aku meninggalkannya, mungkin saja dia bertemu orang lain, hati baru yang kemudian kebohongan yang lebih besar terjadi padanya. Semua akan seperti lingkaran setan yang akan terus menerus berputar.
Untuk itu aku bertahan di sini. Memaafkan sekuat yang bisa ku, mengikhlaskan sebanyak mungkin, dan mencintai setulus mungkin. Lebih baik aku berdamai dengan hatiku sendiri. Agar lingkaran itu terhenti.
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Relationship(s?)
Dear, my love one only love,
Jika kau tidak sengaja membaca ini. AKU MOHON PADAMU JANGAN MARAH. Ketahuilah semua pertanyaan di sini tidak untuk kau jawab. Hanya saja biar menjadi pengingat untukku kelak bahwa aku pernah bertahan di tengah badai patah hati yang dahsyat ini. Sebagai pengingatku, tidak semua di semesta ini harus aku tahu. Ada yang harus ikhlas kubiarkan mati. Biarkan aku mencintai mati-matian.
Kenapa berubah sejak di Jogja?
Apakah ada seseorang yang hadir?
Apa kau membiarkannya datang atau kau yang mencarinya?
Siapa seseorang di telepon itu?
Dari mana kau mengenalnya?
Benarkah teman kelasmu yang sedang curhat?
Apa yang kalian bicarakan hingga aku diabaikan?
Kenapa kau menyembunyikan dariku sebagian kebenaran dari cerita baru kalian?
Siapa cowok brewok berkacamata di sebuah cuitanmu?
 Hingga aku memutuskan sebuah kesimpulan untuk bertanya:
Siapa orang yang bersamamu menonton Lion King? Benarkah saudaramu? Atau cuma satu nama yang selalu kau simpan. Angga Ramadhany?
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Stasiun, akhir pekan dan satu pertemuan
Kereta pagi itu tiba tepat pukul sembilan lebih sedikit. Aku berdiri di pintu keluar bagian timur, berjinjit, celingak-celinguk memperhatikan satu-satu dari celah kerumunan, mencoba dengan keras mengenali setiap wajah yang datang. Ah lama sekali, tidak satu pun dari mereka yang aku kenal. Ditengah usahaku mengenali mereka, ponselku bergetar. Sebuah telepon dari pemilik wajah yang kucari.
“ha, halo?”
“halo. Kamu dimana?”
“aku nunggu di pintu timur”
“mana itu? aku sudah di luar, di kursi tunggu” terdengar suaranya sudah mulai kesal.
“oh ya? wait, aku cari” instingku membawa langkahku ke pintu barat.
Langkahku ku buat sedikit tergesa, tanganku terus meminta sila dari kerumunan yang lalu-lalang sedang yang satunya tetap menjaga ponsel menempel di telinga seakan tak ingin kehilangan suara orang di seberang.
“Itu dia!” aku menjerit kegirangan dalam hati, melihat dia duduk di bangku tunggu.
Memang tidak susah menemukannya, perempuan tinggi, putih dengan jaket jeans krem tua hampir cokelat. Dia pacarku. Orang yang selalu ku nanti-nanti di akhir pekan, melepas rindu setelah seminggu bergelut dengan email-email dan deadline kerjaan.
“Maaf, tadi aku nunggu di pintu timur” Sapaku, sembari menutup panggilan telepon. Aku kemudian terdiam sesaat. Melihatnya saja membuatku ingin segera mencium keningnya yang lebar. Tapi aku malu oleh kerumunan.
Malam itu indah seperti akhir pekan biasanya. Kami bertiga (Dia, aku, dan motor matic tua yang kami namakan Betty) beranjak dari Stasiun, kemudian ke arah Tawang, belok ke Johar, terus ke arah Kedungmundu melewati jalan dr Sucipto. Tangannya merangkul erat perutku yang membuncit, bibirnya tidak berhenti bercerita tentang apa yang terjadi seminggu belakangan. Aku selalu suka mendengarnya. Selalu seperti itu untuk beberapa bulan. Menikmati malam kota itu. Menikmati temu setelah setelah rindu.
April, 2018
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Aku rasa, entah sejak kapan, aku benar-benar telah kehilanganmu. Entah perasaanku saja atau memang hati sudah merasa demikian; mencintai orang asing.
Tak apa. Aku memutuskan untuk terus melihatmu. Tersenyum dan berpura-pura untuk tidak merasakan apa -apa.
Jika akhirnya memang harus berpisah, salahkan aku. Karena sejak semua beranjak berubah, aku masih diam dan tidak beranjak. Aku masih sama, dengan parfum yang sama, yang selalu saja kehujanan untukmu.
0 notes
segalahal · 5 years
Text
sekarang, biar aku kecewa sebanyak-banyaknya oleh sikap-sikapnya. aku percaya, saatnya nanti Tuhan melepaskan kecewaku se-lega-lega-nya kepada seseorang yang mau menghargaiku dan menjaga kecewaku. Tuhan baik.
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Konsekuensi
Apa yang kau harapkan dari remaja berusia 20 tahun? Jalan saja. Kecewa saja banyak-banyak. Terkadang di satu sisi, yang menyakitkan itu lebih bisa menyembuhkan.
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Beri ruang, untuk seorang yang lebih menghargaimu.
0 notes
segalahal · 5 years
Text
dari Anak Durhaka
Mama, sambil menulis ini saya menangis tersedu-sedu. Bagaimana tidak? hati saya sedang hancur berkali-kali lipat. Sekarang saya menyesali semuanya. Tuhan sedang memukul saya dan membuat saya sadar, apa yang saya kejar selama ini tidak lebih berarti dari sebuah lubang giwang.
Mama, Tuhan bilang semua ini sia-sia. Saya terlalu sibuk mengejar sesuatu tersebut sehingga saya lupa kau butuh hadirku, kau butuh pelukanku seperti kau memelukku dulu. Dahulu, saya akan mengamuk marah saat kau tak ada saatku tebangun. Bagaimana perasaanmu ketika saya yang tidak ada saat kau tebangun? Saya bahkan jarang ada menghantarmu ke rumah sakit.
Mama, pernah suatu ketika saya hampir mati terserempet truk selepas menghantarmu ke rumah sakit. Tapi Tuhan beri kesempatan untuk luput dan terus hidup. Jika boleh menerka, mungkin DIA ingin saya tetap berada dekatmu dan menjagamu di sisa-sisa harimu. Tuhan baik, saya yang durhaka.
Mama, “Izinkan aku membelikanmu sepatu agar surgaku tidak tergores oleh batu” atau “Nanti saya belikan HP Androip, supaya bisa pesan ojek murah ke rumah sakit” hanyalah bualan-bualan bodoh saya. Sampai saat ini, tidak ada satu pun itu yang bisa saya beri.
Mama, jika boleh izinkan saya masuk kembali ke dalam rahimmu. Saya tidak layak untuk hidup. Saya yang seharusnya menuntunmu menyebut nama Tuhan saat nafas terakhirmu kau hembuskan, tapi saya tidak ada di situ. 
Mama, jika bertemu bapak nanti di sana, sampaikan maaf dan malu-ku, telah gagal dan sia-sia.
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Aku mendakimu jauh sampai patah kaki, sedang kau mati suri berdendang sendiri.
Sejak itu, Tuhan sebut kita sia-sia.
0 notes
segalahal · 5 years
Text
Amigdala - Ku Kira Kau Rumah
Kau datang tatkala Sinar senjaku telah redup Dan pamit ketika Purnamaku penuh seutuhnya
Kau yang singgah tapi tak sungguh Kukira kau rumah, Nyatanya kau cuma aku sewa. Dari tubuh seorang laki-laki Yang memintamu untuk pulang Kau bukan rumah
0 notes