Tumgik
sakajiwa · 3 years
Text
Yang sulit itu melawan kehendak hati sendiri. Sudah tau bukan takdir kita, tapi masih kekeh harus jadi milik kita. Sudah tau tidak akan sejalan, tapi memaksa harus sejalan. Sudah tau akan berdampak tak baik buat kita, tapi tetap ingin jadi seperti apa yang kita mau.
Jangan menyalahkan dunia dan takdir kalau nanti ujungnya kita kecewa. Bukan Allah yang salah, tapi hati kita yang keras.
Makassar, 25 Januari 2021 | @terusberanjak
136 notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
Kita Tahu Jalannya tapi Tidak Mau Melewatinya
Seperti misalnya, kita tahu bahwa untuk bekerja dengan posisi tertentu. Kita harus menguasai bahasa inggris, tapi kita tidak mau belajar bahasa inggris. Meluangkan waktu untuk ikut kursus, keluar biaya, dan lain-lain.
Kita ingin hidup sehat, ya olahraga, tidur yang cukup, makan yang sehat. Tapi lagi-lagi, kita juga tidak mau repot-repot melakukannya.
Kita pengin banget punya jejaring yang luas seperti teman kita yang lain, atau seperti sosok panutan kita. Tapi, kita tidak mau repot berkomunitas, memulai perkenalan dan percakapan baru, membuka diri, merantau, atau melakukan perjalanan jauh untuk ikut pelatihan dan sebagainya. Kita berlindung dibalik alasan-alasan yang kita buat dalam pikiran kita; aku kan introvert, aku ga nyaman berada di lingkungan yang baru, aku tu anaknya sulit akrab sama orang baru, aku tu gak bisa kalau mau ngajak ngobrol duluan. 
Usia kita udah matang buat menikah. Lingkaran pertemanan kita itu-itu saja. Sampai-sampai kita mengatakan bahwa tidak ada nih orang yang oke yang ku kenal, ya karena kenalanmu terbatas. Disarankan untuk masuk dan berada di lingkaran pertamanan baru yang lebih luas, sejuta alasan keluar. Mulai dari sibuk bekerja, tidak punya waktu luang, takut untuk keluar dari zona nyaman di daerahnya, dan semua hal yang pada dasarnya kita tahu. Kalau mau itu, harus melakukan ini.
Tapi, lagi-lagi, tidak ada aksi. Kita tidak bisa meringkas proses, tidak ada jalan pintas. Semua proses itulah yang membuat kita menjadi bertumbuh dan menjadi pribadi yang lebih matang untuk mengemban tanggungjawab baru.
Apa dikira, kalau circle kita meluas, tanggungjawab kita tidak bertambah? Apa dikira, kalau kita kemudian berhasil naik posisi atau dapat bekerjaan sesuai keinginan, tidak tambah tanggungjawab? Kesiapan kita itu ditempa melalui proses. 
Ambil jalan itu, jalani proses itu. Nikmati setiap langkah kakinya, terjal jalannya, liku jalannya, bingungnya saat ketemu persimpangan, dan semua hal yang membuat perjalanan kita menuju hal-hal yang kita inginkan, semakin membuat hal tersebut menjadi lebih berharga. ©kurniawangunadi
1K notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
Mungkin dicintaimu adalah satu-satunya menghapus gerimis yg sudah lama ada di dalam hati
1 note · View note
sakajiwa · 4 years
Text
Perihal Jodoh
Aku tak pernah berhenti meyakini bahwa jodoh adalah orang yang kita pilih untuk kita cintai.
Ia bisa saja dipilihkan orang lain. Tetapi jika kamu setuju, itu artinya kamu juga memilihnya.
Ia jelas tak boleh sempurna. Agar kamu menemukan ruang untuk berarti bagi hidupnya.
Ia mungkin menyembunyikan luka. Dan itu berarti ia butuh tanganmu untuk membalutnya.
Bersamanya, kamu akan merayakan apa saja: sedih dan bahagia … tawa dan air mata … lega dan kecewa.
Ia bisa jadi orang yang saat ini belum kamu kenal sama sekali, atau boleh jadi seseorang yang sudah sering kamu temui.
Tetapi, percayalah …
Meski telah begitu sering dibayangkan, dan begitu lama dinantikan, jodoh akan tetap hadir secara mengejutkan.
Saat bertemu dengannya, bersepakatlah untuk masing-masing membuka diri, lalu membangun keutuhan baru.
~
Buku Yang Terjadi Terjadilah
834 notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
Aku tak pernah menyesal mengajarimu bangkit dari masa lalumu. Sekalipun sekarang yang kau lakukan adalah menjauhiku.
Mungkin pergi adalah pilihan yang masuk akal untuk membuatmu mengerti.
0 notes
sakajiwa · 4 years
Text
“Ada kalanya aku juga lelah. Bukan ingin menyerah, hanya terkadang bingung, kenapa rasa-rasanya hanya aku yang berjuang sendiri?”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
“Tak bisakah kau mengerti?Aku selalu memilihmu.Dari semua yang datang.Dari semua yang memintaku untuk meninggalkanmu.Dari setiap orang yang meminta untuk menggantikan tempatmu di hatiku. Aku tetap memilihmu. Aku selalu.”
— Tak pernahkah kau menyadarinya? (via mbeeer)
2K notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
“Mungkin kamu tak sadar; Namun perhatian kecil yg kau berikan padaku itu, mampu membuatku berpaling dari setiap jerat-jerat masa laluku.”
21 notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
“Aku senang kamu yg cerewet seperti itu. Mengingatkan aku bahwa diluar sana ada yg begitu peduli padaku.”
— Kembali galau~
37 notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
“Ceritakan padaku tentang hidupmu, tentang harimu, tentang apa pun asal itu tentangmu. Aku akan terus mendengarkan meski berjam-jam lamanya dengan perasaan yang senang.”
1K notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
“Terlalu baik, membuat mereka berpikir bahwa kamu itu mau dimintain tolong apa saja. Hingga bagi mereka, batas meminta tolong dan menyuruh akan menjadi berbeda tipis. Belajarlah berkata tidak jika hatimu memang enggan. Agar kau bisa menghargai dirimu sendiri, dan mereka juga belajar untuk menghargai sosokmu dalam meminta bantuan.”
— (via mbeeer)
2K notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
““Wanita yang baik akan mendapat lelaki yang baik begitu juga sebaliknya.” Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Lalu aku hanya tertawa miris karena sepertinya aku akan hidup sendiri di dunia ini.”
When you are neither good nor bad but somewhere in between. //  A.W.
2 Juli 2017.
(via surat-pendek)
2K notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
MENCARI
Laki-laki,
Kami mencari yang apa adanya, tidak perlu permak berlebih karena kami tidak akan hidup selamanya dengan permak itu setiap harinya. Bila memang perlu, silakan makeup sewajarnya, juga gaya hidup yang sewajarnya. Jujur, kami senang dengan permak yang mereka gunakan, namun sayangnya itu tidak terlalu membuat kami tertarik untuk memilih dan menetapkan pilihan padanya.
Kami mencari yang memang begitu perilakunya, perilaku yang sudah menetap dalam dirinya, tidak berpura-pura baik, tapi seperti itulah memang kebiasaannya. Siapa yang akan betah dengan hidup pura-pura? Duhai, begitu lelahnya hidup berpura-pura. Kami rasa masih ada waktu untuk berhenti berpura-pura dan menjadi baik seutuhnya.
Kami mencari yang pintar menjaga dirinya. Sebab suatu saat nanti, merekalah yang akan menjaga apa yang nanti kami punyai. Menjaga kehormatan rumah tangga yang akan dibangun bersama nanti. Entah, dimana kami menemukan perempuan seperti itu. Ia pasti begitu tegar menjaga dirinya.
Perempuan,
Kami juga mencari yang apa adanya. Penampilan yang tidak perlu berlebihan dengan gaya kekinian. Kami akui senang melihat serial drama yang saat ini sedang dipuncak pupuleritasnya. Namun, jauh di dalam hati kami, sungguh kami tidaklah terlalu memerlukannya. Yang kami perlu laki-laki sederhana, yang dapat membuat kami tersenyum setiap harinya, yang dapat menjadi pengingat ketika lupa, yang dapat menjadi pundak tempat kami menangis ketika kami terluka.
Kami juga mencari yang tidak berpura-pura, kebaikan yang tidak dibuat-buat, tapi baik yang natural melekat pada dirinya. Dan sayangnya kami tidak terlalu tahu mana yang pura-pura dan mana yang baik seutuhnya. Kami akui bahwa kami terlalu rapuh untuk menentukan pilihan hati, kami hanya berdoa agar yang mendatangi adalah Ia yang memang baik, tulus, dan murni.
Kami juga mencari apa yang bisa bertanggung jawab terhadap kami. Tanggung jawab yang bukan hanya di dunia, tapi lebih dari itu, Ia yang bisa membimbing kami pada kehidupan setelahnya. Kami yakin bahwa dunia tak akan selamanya. Entah, dimana kami dapat menemukan laki-laki seperti itu. Sebab, Ia begitu hebatnya mengemban amanah yang begitu besar, lengkap dengan konsekuensi-konsekuensinya.
El-Isbat | Bogor, 8 November 2018
1K notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
Sebelum Genap.
“Ujung dari langkah yang kita buat untuk mencari adalah penerimaan.” - Iidmhd
… karena akan selalu ada yang lebih baik tetapi yang menerima apa adanya kamu; tidak selalu ada.
Menilik postingan instastory Masgun kemarin seputar “Apa sih yang kamu ingin tanyakan kepada calon pada saat proses pranikah yang mungkin sungkan ditanyakan tetapi penting?“ dan seperti biasa respon dari ask me tersebut memberikan banyak sekali pencerahan.
Berikut beberapa hal-hal yang perlu ditanyakan menurut followers Masgun beserta tanggapannya:
Visi hidup dan rencana setelah menikah? (Make sure. Jangan sampai tidak ditanyakan)
Apa yang dilakukan jikalau marah? Pernah sampai mengekspresikan dengan kekerasan fisik? (Sifat temperamental, mudah marah, dsb perlu divalidasi di lingkungan dan pertemanan dia selama ini. Bagaimana dia jika ada masalah, dsb. Teman-teman terdekat di lingkarannya yang paling melihatnya. Potensi KDRT-nya besar jika kamu tidak bisa mengenali dan mencari data valid soal ini)
Bersediakah setelah menikah tinggal dekat dan atau bersama orang tua saya? (Ini cukup sensitif, tidak mudah bagi seorang menantu untuk beradaptasi tinggal serumah dengan mertua. Jika calonmu mengatakan bersedia, menjadi wajib bagimu untuk membantu dan membuatnya nyaman di rumah orang tuamu. Jika tidak bersedia, tidak perlu memaksa. Cari yang lain)
Orang tua berbeda ormas, bagaimana? (Termasuk berbeda soal lainnya, contoh: beda organisasi keislaman, beda budaya, beda cara pandang soal sesuatu. Ada keluarga-keluarga yang menganggap hal-hal seperti itu sebagai syarat mutlak. Ada juga keluarga yang terbuka terhadap perbedaan seperti itu. Jika tidak bisa diterima oleh keluargamu. Tidak perlu memaksakan. Menikah urusannya panjang, kalian tidak hanya hidup berdua)
Sex life. Banyak sekali kasus tiba-tiba suami didiagnosis HIV positif kemudian yang terkena imbas adalah keluarga. (Ini bisa jadi pertanyaan tabu tetapi penting. Ada yang menjadikannya hal penting, contoh: keperawanan atau keperjakaan, ada juga yang tidak. Jadi, jika sex life ini penting bagimu. Tanyakan. Lebih berat menanggung risikonya daripada beratnya bertanya)
Saya ingin bekerja walaupun sudah menikah. Bagaimana? Boleh? (Ini menjadi case di kalangan perempuan, ingin bekerja setelah menikah. Jika itu penting bagimu, tanyakan. Tidak sevisi. Cukup sampai di sini. Cari yang lain. Karena itu juga akan melihat soal mindset. Perkara nanti kamu ketika menikah akhirnya memilih menjadi ibu rumah tangga, itu juga keputusan sadarmu. Bukan karena disuruh dan terpaksa)
Uang yang kamu dapatkan dari mana saja? Uangnya mengalir ke mana saja? (Ini penting sekali, serupiah pun jangan sampai lolos. Karena ini untuk menjaga harta yang ada dalam keluarga itu benar-benar halal dan berkah. Sekaligus untuk menghitung zakatnya. Jika sudah sampai haul/nisabnya)
Jika saya ternyata tidak kunjung memberikan keturunan, apakah akan menikah lagi atau akan bersabar? (Ini juga pertanyaan sejenis, contoh: laki-laki atau perempuan tidak subur karena kondisi atau sakit tertentu sehingga tidak memungkinkan memiliki anak dalam pernikahan. Hal seperti ini, harusnya tidak hanya ditanyakan kepada pasangan tetapi bagaimana pendapat kedua orang tuanya. Karena bisa jadi ybs tidak mempermasalahkan tetapi tidak dengan orang tuanya)
Pernah HS (having sex) atau tidak? (Hal-hal seperti ini, mungkin ada yang terbuka dan ada yang tidak. Karena bisa jadi jika batal proses pra pernikahannya, kamu jadi tahu rahasianya. Jadi, sepakati sejak awal bahwa di proses pranikah akan terbuka. Karena bagimu ini penting, jika dia tidak bersedia. Ya sudah lebih baik berhenti sebelum lebih jauh sampai kamu mengetahui rahasianya, kecuali dia memang bersedia secara pribadi ingin mengatakannya di awal bahkan sebelum proses lebih dalam. Karena dia memiliki pandangan bahwa itu adalah pintu masuknya. Kita belajar bahwa aib yang Allah tutupi jangan sampai dibuka kembali jika ybs sudah bertobat. Jika kamu merasa perkara HS ini penting, make sure bahwa dia memiliki pandangan yang sama bahwa hal tersebut penting untuk diketahui sebelum menikah. Nanti berlanjut ke persoalan kesehatan reproduksi)
Gaji Pasangan. Ingin sekali menanyakan tetapi bingung memulainya. (Tinggal tanya, gajimu berapa dan bagaimana mengalokasikannya selama ini? Lalu rencana ke depan dengan pendapatan tersebut setelah berumah tangga. Jangan pertaruhkan hal-hal yang besar untuk perkara-perkara ketakutan-ketakutan yang kecil. Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri)
Apakah keluargamu memiliki utang? Apa saja janji-janjimu terhadap orang tuamu? (Insightfull, apa saja janji-janjimu kepada orang tua? Jawabannya akan sangat penting buat jadi pertanyaan ke diri sendiri, apakah saya bersedia membantu mewujudkan janji-janji tersebut atau tidak?)
Jika saya memiliki prinsip menghindari utang riba tetapi kamu justru kerja di bagian pencari nasabah, lalu bagaimana? (Ini prinsip-prinsip bermuamalah. Ini juga bisa direfleksikan ke hal-hal serupa yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dalam menjalankan agama. Jika bagimu penting dan tidak ada toleransi. Seharusnya tidak ada ruang untuknya. Jika masih ada ruang, berarti itu dorongan hawa nafsu)
Kesehatan. Minta tes kesehatan sebelum nikah terutama tes HIV. (Medcheck. Jika kamu meminta dia medcheck, kamu juga harus. Jika ini penting bagimu, lakukanlah. Hal ini lebih banyak manfaatnya untuk kehidupan pernikahan ke depan. Jika kemudian hasilnya diketahui ada penyakit bawaan di diri calon. Kamu harus siap untuk mengambil keputusan. Jangan menikah karena kasihan, sungkan dan takut omongan orang)
Utang atau tanggungan keluarga saya masih ada. Kamu siap menerima atau tidak? (Saya menekankan kepada teman-teman jika tahu kondisi keluarga soal utang, dsb lebih baik dikomunikasikan. Sebab, utang itu diwariskan. Ekstremnya, jika orang tua tiba-tiba meninggal dan masih ada utang maka anak-anaknya lah yang harus melunasi utangnya. Apalagi jika kondisimu saat ini masih bekerja dan berjuang melunasi utang orang tua)
Pola asuh anak. Apakah nanti akan terlibat dalam pengasuhan atau fokus bekerja? Seperti apa pola asuhnya? (Pandangan soal pola pengasuhan ini juga penting. Jangan sampai ‘kecele’. Cek tidak hanya ke dia tetapi juga keluarganya. Jangan sampai kamu pro-vaks dan baru tahu setelah menikah jika pasanganmu itu anti-vaks. Bisa perang dingin di dalam keluarga. Dan pola-pola pengasuhan lainnya)
Nanti kerjanya bagaimana? Apa masih berbeda kota juga? Karena saya juga berat melepas karir saya sekarang. (Jika pada masa perkenalan sudah tahu career path-nya berbeda dan teguh terhadap keinginan masing-masing. Memang lebih baik tidak usah dilanjutkan. Karena itu adalah misi, caramu menjalankan visi besar yang mungkin kamu sendiri tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Apalagi jika pekerjaan tersebut memiliki urgensi besar untuk tetap kamu miliki seperti karena kamu harus membantu keluarga, dsb)
Siap dengan Mama saya yang selalu mengukur segalanya dari uang? (Kita mungkin bisa menerimanya, tetapi tidak bisa menerima orang tuanya atau juga sebaliknya. Dia bisa menerima kita dan orang tua kita tetapi kita sendiri tidak yakin apakah nanti hubungan antar keluarga (orang tua x orang tua) bisa baik. Jika ini penting untuk ditanyakan, tanyakan. Jika ini penting untuk dikatakan, katakan. Karena bisa jadi rumah tangga itu oleng bukan karena kitanya tidak siap menikah dsb tetapi karena intervensi orang-orang terdekat kita sendiri)
Izin poligami karena kerja di luar kota. Saya jawab silakan tetapi bukan dengan saya. (Saya tidak kontra dengan poligami, karena itu ada dalam agama yang saya imani. Yang jelas S&K-nya berlaku. Jika kamu merasa tidak bisa memenuhi S&K-nya tersebut, tidak usah diambil)
Kenapa kamu mudah sekali berutang (uang) demi mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan? (Watak atau kebiasaan bisa ditanyakan. Apalagi jika hal tersebut adalah sesuatu yang tidak se-value dengan diri sendiri. Jika masih tetap tidak menemukan jalan tengah, berbeda pandangan yang artinya sama juga dengan berbeda value. Pernikahanmu jauh lebih berharga daripada orang tersebut)
Jika saya ada masalah dengan Ibunya bagaimana cara dia mendamaikan kami? (Insightfull, bagaimana cara calon mengatasi masalah-masalah yang akan timbul antara kita dengan orang tuanya?)
“Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri.”
… karena lebih baik gagal dalam proses ketimbang gagal setelah menjalani pernikahan.
“Membangun visi dan misi keluarga itu berangkat dari memilih pasangan hidup.” - Istri Masgun
Lebih utama jadilah sebaik-baiknya dirimu; sebelum mencari atau ditemukan.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
Libatkan Allah Subhanahu Wata’ala selalu di dalam prosesnya. Lalu niatkan menikah karena ibadah.
“Jika dulu niatnya menikah karena terlanjur suka, suruhan orang tua, faktor umur, ekonomi, keadaan dan situasi, semua ini harus diubah niatnya. Diubah niatnya memang karena ibadah. Ingin mengerjakan karena perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya. Dan betul-betul jika diniatkan ibadah, semua kejenuhan, perasaan-perasaan yang terbebani karena adanya karakter pasangan, beban-beban kewajiban seperti nafkah bagi laki-laki, melayani ekstra dari perempuan ke suaminya, ini akan jadi ringan.” - Ust. Khalid Basalamah.
Sehingga pernikahanmu senantiasa dilimpahkan keberkahan dan menjadi keluarga sehidup sesurga.  Aamiin.
4K notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
“Terima kasih telah pergi. Aku bersumpah selang beberapa tahun dari sekarang, kau akan melihat aku berbeda. Hadirmu tak lagi menggangguku, senyummu tak lagi merusak hariku, sapaanmu tak lebih dari angin lalu. Aku akan bahagia. Aku akan menemukan seseorang yang lebih darimu. Yang aku cintai lebih dari caraku mencintaimu, yang lebih mencintaiku lebih dari caramu mencintaiku dulu. Dan aku bersumpah, melihatku bahagia adalah sesal yang perlahan tumbuh di sudut hatimu karena pernah memutuskan melepas aku dulu.”
— (via mbeeer)
3K notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
“Terkadang untuk bisa kembali hidup, satu-satunya cara yang harus kau lakukan adalah berani melepaskan apa-apa yang sudah tidak baik bagimu lagi. Terutama mereka-mereka yang sudah pergi karena berpikir kau bukan yang terbaik.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
sakajiwa · 4 years
Text
“Seandainya saja aku bisa berarti lebih untukmu. Lebih dari sekadar teman bicara di tengah malam, di saat semua orang tidur dan tidak ada yang mau mendengarkan. Lebih dari sekadar pesan-pesan singkat, sebagai perempuan yang kau kenalkan ke keluargamu. Lebih dari janji-janji kosong yang mengatakan ‘jangan sampai putus kontak, apapun yang terjadi, kita tetap teman’. Seandainya saja aku mengatakan hal lain, mungkin aku bisa berarti lebih. Mungkin.”
— A. W. (via surat-pendek)
637 notes · View notes