Tumgik
s-amrdin · 2 years
Text
Seneraka apapun rumah, ternyata rumah tetaplah rumah ya. Tempat di mana orang orang bisa menerimamu secara utuh dan penuh, tanpa banyak menuntut. 😭😭😭😭
27 notes · View notes
s-amrdin · 2 years
Text
Laki-laki itu makhluk paling simple di dunia, Nona. If he wants you, he will show you. He will make efforts. If not? You know the next sentence right?
Bandung, 13 Juli 2022
13 notes · View notes
s-amrdin · 2 years
Text
September telah tiba, juga hujan yang menyertainya.
Tiga tahun berlalu, dan rindu itu tetap utuh. Pada kota yang menyapa kita dalam temu, pada perjalanan yang mengikat kita menjadi satu, pada matamu yang binarnya selalu teduh.
Terimakasih pernah ada, meski kini kita telah dipeluk tiada.
75 notes · View notes
s-amrdin · 2 years
Text
Pada percakapan kita yang hanya berjalan satu arah, aku yang selalu penasaran tentang hari-harimu, buruk ataupun baik, sedih maupun bahagia, dan sedangkan kamu hanya membalas dengan apa yang kau rasa paling cukup dan paling sederhana. Tidak ada diriku pada setiap pertanyaanmu atau memang sejak awal tidak pernah ada diriku didalam kepalamu. Yang aku lihat, yang aku dengar, hanya lah seperempat dari keseluruhan isi cerita. Apa yang kini bersemayam di kepalaku tak lebih hanya sekadar dugaan yang entah mengapa aku seperhatian itu memikirkannya. Tiap jeda diantara kata yang kita ucap, memisahkan dingin dan kehangatan, kemudian pada akhirnya kalimat tak utuh akan segera runtuh dengan perlahan.
25 notes · View notes
s-amrdin · 2 years
Text
10/365
Adalah kesalahan kita mengenal cinta terlalu pagi. Keseriusan adalah hal nomor kesekian dan terlalu sering menganggap kesempatan akan terus ada.
Kamu tidak seperti itu dan aku tidak mengerti itu. Aku terus berharap lain waktu saat kau mengukur kerugian karena terus berpaku kenaifanku.
Adalah kesalahanku terlambat dewasa dan menyadari aku menyia-nyiakan hal terbaik yang mungkin tidak akan datang untuk kali kesekian.
Dengan demikian kau akan berpacu bahwa kaumampu sendiri dan aku terus mengacu kesalahanku silam untuk menebus suatu waktu.
Aku tidak berharap kalau saat aku dewasa nanti, kau akan memaafkan atas semua. Semoga kau pantas menerima bahagia yang bukan aku.
Sumbawa, 10 Januari 2022
68 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
Repertoar
Bagaimanapun juga, hidup ini adalah sandiwara besar dengan panggung sebentang benua-samudra dengan durasi waktu sepanjang usia. Yang kita sebut sebagai Takdir-Nya adalah narasi, juga repertoar, yang kita eja sebagai bagian dari ikhtiar berpadu juga dengan anugerah-Nya.
Layar terkembang sesuai dengan kidung kisah ibu kandung yang melahirkan kita satu-persatu ke dunia yang awal dan ujungnya hanya sebuah entah. Lalu perlahan, beranjak dari usia belia menuju remaja, lalu melompat ke masa dewasa dengan tekanan dan ekspektasinya. Di masa dewasa yang jangka usianya cukup panjang ini, kita dititah untuk bertarung pada sesama, berkompetisi bahasa halusnya, untuk saling membuktikan eksistensi dan peran dalam hidup yang sementara.
Kita semua tahu bahwa segala kisah ini menemui pengujung jua. Tetapi, kita seserius itu, juga kadang sebercanda itu. Ada banyak hal kekanakan yang kita kerjakan dengan serius, begitupun sebaliknya. Hal-hal yang Tuhan sendiri kalamkan dalam kitabnya, bahwa ya, Dunia dan seisinya ini adalah sebuah senda gurau belaka. Hanya satu dan dua hal lainnya yang hingga hari ini kita masih perdebatkan; apakah semua panggung sandiwara bernama hidup ini akan tertutup begitu saja tanpa kita tahu siapa Sang Sutradara sesungguhnya?
Ada yang percaya, ada yang tidak. Sesungguhnya tak akan mengganggu apapun juga, sebab sebercanda apapun hidup ini maka ia sudah berjalan dan berputar sesuai kesetimbangannya sejak awal mula. Sebuah tanya tentang siapakah yang mengatur tempo dan plot-Nya, tentu tak akan kita nafikan bahwa ada kekuatan yang sungguh luar biasa yang mampu menggerakkannya. Lain tidak, kecuali hanya mempercayai bahwa adalah Sutradara semesta bernama Tuhan ini ada. Kecuali, bila kau jadi sebagian manusia yang alpa. Benar-benar alpa.
26 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
Kenapa mesti kamu, yang datang kemudian pergi. Yang singgah kemudian mengkhianati. Yang ku cinta namun memilih usai.
22 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
Aku menatap langit-Mu bukan untuk sekedar menikmati bentangan birunya yang elok. Akan tetapi menguatkan hatiku bahwa "Tenanglah apapun yang terjadi, masih ada Tuhanmu di atas sana."
Langit itu seolah mengatakan bahwa aku tidak boleh berduka, bahwa Allah masih ada membantuku menuntaskan semua. Walau dalam hati ada rasa takut yang terlanjur membeku, kucairkan kerasnya hatiku dengan menyebut nama-Mu.
Allahku, aku kadang membantu orang mencari jalan keluar, namun seringnya aku tak mampu mengatasi perkaraku sendirian. Kemudian aku mengadu pada-Mu atas gundahnya hatiku. Karena dimanapun aku berada, ditanah manapun aku berdiri aku tahu Engkau selalu ada.
Cisarua | 10 November 2021
5 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
Terimakasih
Terimakasih sudah mau menerima kekuranganku. Terimakasih sudah sabar menghadapiku, kecerobohanku, ketidakbecusanku, ketidakpekaanku. Terimakasih sudah mau mencintaiku, meski banyak sekali hal-hal yang masih harus kuperbaiki.
Aku tau, kamu sesekali kesal padaku, tapi hatimu mudah sekali memaafkan. Terimakasih.. kamu selalu berusaha mengerti keadaanku.
Terimakasih sudah menghargai masakanku meski aku tak tau rasanya seperti apa buatmu. Terimakasih untuk selalu mengingatkanku supaya berhati-hati ketika memasak. Terimakasih untuk tidak membentakku ketika beberapa barang tak sengaja kurusakkan. Terimakasih sudah membelikanku mesin cuci, supaya tanganku tidak lecet lagi. Terimakasih untuk selalu ada dan menghibur, ketika aku sakit.
Aku sungguh beruntung memilikimu. Kamu yang selalu rendah hati, tulus dan baik hati. Membuat hatiku yang keras ini—yang bebal, tidak suka diatur dan dibatasi, akhirnya luluh di hadapanmu.
Aku tidak mencari seseorang yang kaya raya juga terpandang di hadapan manusia. Aku mencari seseorang yang bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh.
Atau kalau kamu sering merasa minder hanya karena aku lebih berilmu (agama) darimu, bagaimana bisa? Allah memandang dan membedakan derajat manusia saja, berdasarkan takwanya. Lantas, siapa yang tau takwa seseorang di hatinya kalau bukan Allah?
Semua manusia pada awalnya sama. Ya, sama-sama tidak tau dan tidak berilmu. Itulah mengapa wajib bagi kita untuk terus menuntut ilmu. Tidak akan berhenti sampai ajal kita tiba.
Ada yang lebih mulia dari seseorang yang berilmu, yaitu seseorang yang baik akhlaknya, terutama pada keluarga. Akan lebih baik lagi apabila dihiasi dengan ilmu juga. Tentu aku mencari orang sepertimu, yang selalu ingin berbenah dan punya semangat belajar yang tinggi.
Kalau kamu bertanya lagi mengapa aku memilihmu, maaf aku selalu tertawa dan tak bisa menjawabnya. Sedari dulu, aku selalu berdoa pada Ia supaya ditunjukkan mana yang baik dan tidak baik untuk dunia dan agamaku. Hingga akhirnya, takdir itu membawaku padamu.
Saat ini, saat aku mulai sedikit demi sedikit mengenalmu, sampai aku perlahan mengerti, mengapa aku memilihmu. Iya. Aku membutuhkanmu, begitu pula kamu yang juga membutuhkanku.
Terimakasih.. untuk tidak lelah mengajakku pada kebaikan
Terimakasih.. sudah mau banyak belajar untuk dirimu sendiri, juga agamamu
Terimakasih.. sudah berkenan saling mengingatkan
Terimakasih.. sudah memberi ruang tumbuh untukku
Aku belum tau, ujian seperti apakah yang bertandang di depan nanti? Kini, aku hanya berdoa, semoga Allah selalu menguatkan langkah ini
Jangan lupa ucapkan terimakasih, kepada orang-orang yang kamu cintai saat ini
Buntok, 3 September 2021 | Pena Imaji
275 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
Amin Paling Serius.
Dengan keyakinan yang kuat untuk memulai sebuah petualangan hebat, saya memutuskan untuk menyerahkan segala apa yang ada di dalam diri saya kepada kamu, @tuanpoetry wanita yang kelak akan menjadi alasan kenapa pagi dan hari saya menjadi lebih berwarna. Bersama kamu, saya ingin lebih tahu bagaimana seharusnya kita melawan badai perasaan. Sejujurnya, meski saya diciptakan dari amukan badai dan segala porak-poranda kehidupan, saya masih memiliki keberanian untuk mencintai kamu yang diciptakan dari cantik utuh cahaya rembulan.
Kamu menerima saya. Meski tahu bahwa saya adalah rupa dari segala kesakitan dunia. Kamu ikhlas, meski paham bahwa saya adalah marah riuh dari Angkara murka dan kerutan kasar alam semesta. Kamu, dan segala kecantikan rembulan selaras menjadi satu keindahan. Meski lelah, saya masih memiliki banyak kesabaran untuk menanti masa di mana ada malam-malam kita, saling berdoa, menyebutkan nama, dan mengaminkan nya dalam doa paling serius. Meminta kepada Tuhan, menjalani sebuah petualangan yang berkesan.
Terimakasih sudah membuat aksara menemui resahnya. Saya pastikan mereka abadi. Sebab ruang yang kamu ciptakan teramat sejuk untuk dikunjungi berlama-lama. Dalam momen apa pun sumpahmu adalah membuat jiwa berani mengungkapkan inginnya. Meski mengakui perasaan, aku cukup tersipu malu mengucapkan kekaguman. Terimakasih sudah membuat ketukan kepada pintu yang selama ini sepi, kepada hati yang enggan menguap diskusi. Terimakasih sudah membuat hati berseri, obat dari luka yang perih. Saya ikat kamu dengan doa secukupnya, Semoga tulangmu dan tulang saya berdampingan. Saling menguat lebih lama dari matahari. Lebih abadi dari sekedar mimpi.
Untuk petualangan ini, mari kita rayakan. Mari kita ketuk pintu yang sama. Melangkah dan membawa doa yang kita aminkan dengan paling serius.
59 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
Sengaja aku menghilang agar kamu khawatir, namun ternyata tidak sama sekali-
- 00:00
330 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
“Ada orang yang sedang menunggu orang yang juga sedang menunggunya.”
Ada orang yang saling menunggu hanya karena diantara mereka takut untuk memulai. Aku pernah menemukan yang seperti ini diantara banyak perjalanan yang sedang aku jalani. Dan aku tidak melakukan apa-apa, hanya menyaksikan keduanya menahan diri. Enggan memulai, yang satu merasa tidak pantas karena dia perempuan, yang satunya merasa tidak pantas karena belum mapan. Rumit.
©kurniawangunadi
(via kurniawangunadi)
Setelah sekian lama, ternyata urusan saling tunggu ini tak kunjung selesai. Sampai-sampai waktu berlalu, keduanya dipisahkan oleh kekhawitiran yang ternyata hanya ada dalam pikirannya sendiri. Ketakutan yang dibuat-buat seolah itu akan menjadi kenyataan jika ia memulai lebih dulu.
3K notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
Komunikasi dengan Orang tua.
Salah satu yang menandakan bahwa kita siap melangkah menuju fase lain adalah selesainya komunikasi dengan orang tua. Bukan dalam arti tidak berkomunikasi lagi. Tetapi ketika kita mampu meyakinkan bahwa anak mereka ini telah dewasa, telah mampu menghidupi diri, dan tidak ada lagi kekhawatiran mereka pada mimpi-mimpi kita setelah ini.
Ternyata ini bukan perkara mudah, tidak cukup satu dua malam lalu mereka mantap menerima segala pilihan kita. Karena sebenarnya pun bukan tidak ingin menerima, bukan berarti tidak ingin anaknya terus tumbuh menjadi lebih baik. Mungkin cara kita masih sulit mereka pahami bahasa kita masih kurang sederhana untuk bisa mereka resapi.
Kita memang perlu memaklumi bahwa pada jaman mereka jenis pekerjaan tidak sevariatif sekarang, bekerja itu menjadi pegawai atau yang berseragam lainnya. Mereka tidak familiar apa itu freelancer apalagi mendengar anaknya yang telah sekolah tinggi hanya memilih karir sebagai ibu rumah tangga.
Lho ibu rumah tangga itu juga karir?
Kita merasakan bahwa di balik pintu pintu rumah itulah kekuatan terbesar hadir. Termasuk mengantarkan kita hingga hari ini.
Sekali lagi, semua butuh kesabaran, tidak secepat memasak mie instan.
Selamat berjuang untuk kita yang masih berusaha meyakinkan..
15 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
Jika sempat, mari duduk bersebelahan dan berbicara perihal kesepian. Lalu belajar tentang caranya saling menggenapi atau sekadar saling mengajukan tanya perihal keraguan apa yang memayungi dada masing-masing?
Karena pada 47 detik kala senja waktu itu, kita adalah fana yang berselimutkan renjana yang amerta.
Jagat raya merawatnya untuk kemudian membiarkan kita terbangun atas masa lalu dengan segala macam memorabilia.
Tentang hal-hal indah apa yang kita suka?
Tentang rumah mana yang membuat kita nyaman tuk menetap lebih lama?
Atau barangkali sekadar tanya perihal apakah orang-orang yang saling jatuh hati harus menyatakan rasa?
Karena sungguh, sebelum memutuskan untuk saling beriringan hingga masa tua, ada tanya yang perlu kita jawab dengan sejujurnya.
Adalah tentang mengapa kita harus bersama?
11:26 p.m || 27 Mei 2021
66 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
Hal Indah Butuh Waktu Untuk Datang
Tumblr media
Pict by. Pinterest
Ditulis oleh @kkiakia @langitawan @rajuami
Kesendirian ini menginjak tahun yang enggan untuk dikalkulasi. Sejauh radar rasa mendeteksi. Tuan, lokasimu masih tidak diketahui.
Putus asa tapi juga antusias, adalah perasaan naif yang aku sangkal. Pertanyaan terus menerus datang dari orang-kerabat sekitar; mengapa aku betah sendirian? Apakah aku masih terjebak kenangan? Atau soal seleraku yang katanya terlalu penuh kerumitan?
Aku yakin hadirmu nanti menjawab semua pertanyaan sekaligus membawa satu paket pertanyaan baru.
Kini di kepalaku banyak keraguan. Apakah kelak aku sanggup menerima segala kurang yang kamu miliki? Apakah kelak aku sanggup meredam egois untuk menyatukan dua pribadi? Dan bagaimana nantinya aku bisa yakin mengatakan iya atas ajakanmu menua berdua?
Tuan, tak hanya itu, seringkali aku menciptakan lamunann sendiri. Tentang bagaimana alurnya kita dipertemukan pada satu titik yang memang sudah waktunya. Tentang apakah kau adalah orang yang benar-benar asing atau seseorang yang justru sudah lama ku kenali namun belum ku sadari makna hadirmu. Memikirkan pada momen yang bagaimana kita akan bertemu, kadang membuatku malu-malu sendiri.
Tuan, sejauh mataku memandang kau masih penuh misteri. Entah harus berapa kali lagi aku jatuh dan tertatih agar teduhmu menaungi gersangnya padang hati tanpa penghuni.
Tuan, aku percaya yang telah pergi memang bukan yang terbaik. Kekecewaan yang sudah terasakan kelak akan menjadi lelucon konyol ketika aku telah bertemu denganmu.
Tuan, katanya hal indah akan datang pada waktunya dan katanya semua akan indah pada waktunya. Akankah waktunya tidak lama lagi? Seperti, satu detik aku membuka mata lalu kau tepat ada dihapadanku. Mustahil ya, tapi boleh jadi Tuhan mau menyetujui permintaan yang sederhana namun ajaib ini.
Dari agen masa depanmu, 17 Februari 2021 07.58
346 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
288.
Perempuan ini tipikal yang susah sekali memulai obrolan, baik nyata maupun maya. Sahabatnya bahkan jarang sekali dihubungi lebih dulu, untungnya sang sahabat sangat memahaminya. Tidak hanya itu ia juga sungkan video call dan teleponan, lebih suka ketik panjang lebar, katanya, rasanya jauh lebih nyaman. Hmm, mengomentari postingan orang pun bisa dihitung dengan jemari.
Lalu hari ini, perempuan ini punya satu orang yang ingin sekali diketahui bagaimana harinya terlewati, ceritanya, dan semua tentangnya. Ia punya nomor teleponnya, akun sosial medianya termasuk alamat surel, perempuan ini memiliki semua akses untuk terhubung dengan begitu mudah. Tapi masalah besarnya adalah perempuan ini tidak memiliki keberanian untuk menyapa sekedar berbasa-basi.
Selain karena mengetahui bahwa ia tidak boleh membuka ruang tanpa kepentingan di dalamnya, ia juga tidak ingin kehadirannya menjadi beban di sela sibuk seseorang itu. Perempuan ini senang setiap kali lingkar hijau dengan nama seseorang itu muncul, artinya orang tersebut baik-baik saja, sudah pulang dan sudah memiliki waktu senggang.
Setiap kali, perempuan ini ingin sekali mengomentari apapun yang seseorang itu bagikan, namun lagi-lagi jemari perempuan ini berhenti dan bertanya, “untuk apa? Bukankah lebih baik tidak usah?”.
Lagi, berakhir dengan pesan tidak terkirim. Siklus berulang—pola yang sama.
Permulaan, 18.31 | 1 Maret 2021.
225 notes · View notes
s-amrdin · 3 years
Text
302.
Ditulis karena baru saja membahas sosok ini bersama teman kuliah.
2017; tahun di mana aku sedang pontang-panting pengajuan judul skrispi, dua kali percobaan judulku ditolak. Hampir putus asa, saat teman-teman lain sudah mulai menggarap bab satu. Bahkan ada yang sudah menuju bab dua.
Di tengah keputusasaan itu semesta kirimkan seorang lelaki dewasa, baik secara usia maupun cara berpikirnya. Untuk yang pertama kalinya aku merasakan seperti apa kedekatan dengan lelaki yang umurnya di atasku, yang jiwa mengayomi dan melindunginya seperti harapan.
Ia rela menemaniku di perpustakaan, melakukan penelitian, datang pagi buta hanya karena tahu aku sudah menuju perjalanan kampus padahal dia tidak ada kelas, memberiku segelas es oyen waktu judulku ditolak lagi, menemani sampai bus tujuan rumahku tiba juga menungguku hingga selesai sidang proposal hanya untuk memberikan dua buah susu rasa pisang dan masih banyak hal kecil bermakna lainnya yang tidak bisa aku sebutkan semuanya.
Perhatian dan kehangatan itu belum pernah aku rasakan sebelumnya. Ia hadir seperti hujan saat tanahku retak karena kekeringan. Ia membantuku mengerjakan skripsi, menghibur dengan suara sumbangnya, mengajakku bernyanyi melalui telepon saat ku kirimkan pesan “Mas, aku capek.”
Ya, untuk pertama kalinya juga aku memanggil seseorang dengan sebutan Mas, beruntung karena dia memang berasal dari jawa. Dulu, aku kira ujung dari perkenalanku dengannya adalah akhir yang indah. Kebaikannya seringkali ku artikan lebih dari itu, perhatiannya ku anggap sebagai rasa suka. Betapa dulu aku meninggikan harapan setinggi-tingginya pada sosoknya.
Hahaha. Selugu itu aku.
Aku kira dia mencintaiku. Aku kira dia melihatku bukan sebagai seorang adik, teman ataupun junior melainkan sebagai seorang perempuan. Sampai pada suatu masa, aku tahu ia sudah memiliki seorang kekasih di kota lain. Kekasih yang selama ini ia sembunyikan dariku. Aku memang tidak pernah bertanya, tapi ia cukup pintar untuk tahu bahwa aku mengharap lebih darinya. Mustahil jika ia tidak memahami dan membaca gelagatku.
Patah? Tentu. Perempuan mana yang tidak kecewa ketika harapannya hancur lebur. Tidak terkecuali aku.
Sejak hari itu aku memahami kebaikan seperti apapun dari seorang lelaki tidak boleh ku maknai sebagai apapun. Seberapapun tidak biasanya bentuk kebaikannya, logikaku harus tetap jalan. Aku harus tetap sadar. Tidak boleh terbuai apalagi tenggelam hingga dasar.
Kini untuk suka dan jatuh cinta tidak akan semudah itu lagi, jika masih sama artinya aku tidak belajar.
Di luar hujan, 21.43 | 20 Mei 2021.
78 notes · View notes