Tumgik
rifkialwafi · 1 year
Photo
Tumblr media
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Mungkin bisa juga seperti ini; Setiap pertemuan, pasti akan mempertemukan pertemuan lainnya. Terdengar maksa, tapi tak apa, memang bisa jadi seperti itu, kan? Jumat-Sabtu kemarin, tepatnya 22-24 Desember, kami melaksanakan agenda rutin yang disebut Rapat Tahunan Redaksi. Mempertanggung jawabkan arah gerak kami satu periode sebelumnya. Terhitung, sejak Februari sampai di bulan ini. Tentu bukan waktu yang lama, satu tahun kurang hanyalah hitungan. Meski begitu ada yang membuat kita merasa bahwa itu ialah sebuah perjalanan yang begitu panjang. Iya, betul, orang-orang di dalamnya. Begitu panjang, sebab selalu ada cerita beragam dalam setiap kerja. Selalu ada drama dalam setiap tahap. Selalu ada emosi dalam tiap perdebatan. Dan tentu, selalu ada lega kala semua selesai terlaksana. Namun, selesai kali ini bukan hanya mencipta lega, ada hal lain, ada sesuatu yang berbeda, yang dalam beberapa saat hanya bisa diungkapkan dua kata; air mata. Jika kau menganggap ini berlebihan, tak apa-apa, memang apa yang kami lakukan memang selalu punya porsi lebih untuk menggerakkan organisasi ini. Jadi tak masalah jika semuanya usai, kami seperti itu, bukan? Tak ada yang lebih cepat dari waktu. Tak ada yang lebih lekat dari sebuah ikatan. Dan kita, kami, telah diikat dalam satu wadah bernama FatsOeN. Tiap orang tentu punya ceritanya masing-masing, tapi satu yang Saya yakini, bahwa cerita-cerita luar biasa itu, beberapa kita laksanakan bersama. Lalu kini, setelah semua rampung dgn paripurna, mau tak mau, dan suka tak suka, kita purna, kita selesai... kita berhasil mencapai titik akhir. Tak apa tak sempurna, tak apa masih ada kurang, yang penting kita, dan kami semua sudah mencoba apapun yang bisa diupayakan. Sebab keberhasilan yang sempurna adalah bonus, selebihnya adalah pelajaran. Pelajaran yang tentu tidak semua orang bisa dapatkan dengan mudah. Proses, komitmen, dan militansi yang kuat, itulah alasan kita semua bertahan. Lalu, pada akhirnya semua akan terus berjalan dengan sesuatu yang disebut regenerasi. Regenerasi yang Saya yakini, akan lebih luar biasa dan lebih baik daripada sebelumnya. Akhir kata, terima kasih semuanya... https://www.instagram.com/p/CmnZ1z4psXt/?igshid=NGJjMDIxMWI=
9 notes · View notes
rifkialwafi · 1 year
Photo
Tumblr media
Perangai kata, biar ia menunjukkan kisahnya dalam potret tak bersuara, biar ia menceritakan riuhnya suasana dalam potret sekumpulan manusia di suatu kota. Jakarta, destinasi kedua kalinya, dan ia menyambut kembali jua untuk kedua kalinya. Bertajuk 'FatsOeN Media Visit', program ini terlaksana dengan baik, dan membangkitkan hangat yang terpendam, tak terungkit. Pelajaran utama dari sebuah perjalanan ialah kembali pulang. Ibrah paling berharga dari suatu perjalanan ialah memperkaya kehangatan, kenangan dengan manusia lain yang berbeda. Perjalanan yang sama takkan pernah benar-benar sama ketika manusianya berbeda. Selalu ada cerita, cita, cinta, duka, dan suka. Menyambangi benda dan kota bersejarah dan memiliki nilai, seyogyanya bikin kita tahu, bahwa manusia-lah yang berperan banyak menciptakan nilai sejarah itu. Di masa lalu, hingga kini, tempat, benda, dan manusia selalu berubah, berbeda. Hanya satu yang abadi; kita dan cerita. #berjalan #jalan #dikota #bersama #FatsOeN https://www.instagram.com/p/ClpkzIiJHgu/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
rifkialwafi · 1 year
Text
Atas Diri
Beberapa hari kemarin, saya iseng untuk ikut duduk samarata bersama kawan-kawan di bawah generasi saya. Sebelumnya, mereka juga sudah melakukan perbincangan cukup lama sepertinya.
Di sini, saya enggak mau terlalu banyak bicara, cukup menikmati alur obrolan saja sebagaimana mestinya. Sampai akhirnya, saya tak bisa mengelak akan hal itu, pertanyaan kemudian dilontarkan kepada saya, “Nah, menurut kakak gimana?” Sungguh, pertanyaan ini tidak bisa tidak dijawab.
Dengan bicara seadanya dan semampunya, saya utrakan saja seperlunya. Sebab, saat bicara di depan orang lain, Saya juga merasakan dua kekhawatiran; satu, khawatir apa yang saya ucapkan menyakiti orang lain secara tidak langsung, dua khawatir apa yang saya ucapakan dijadikan patokan mereka dalam menjalani hidupnya, padahal belum tentu benar.
Dan saya pun kadang malu ketika berbincang dengan khalayak ramai dan saya hanya berfokus pada perbincangan yang itu-itu saja, jujur, seperti sedikit sekali pengetahuan saya akan banyak hal. Mungkin ini, kenapa sulit sekali untuk memulai percakapan? Mungkin iya, dan saya kira juga enggak.
Tapi, dari setiap obrolan yang telah saya lewati, saya berkontemplasi, saya memikirkan ulang, “Apakah yang tadi saya utarakan sudah betul? Apakah yang saya tadi perbincangkan tidak menimbulkan sesuatu yang berdampak bodoh, atau konyol, utamanya bagi saya sendiri?”
Pertanyaan-pertanyaan itu hadir dan kembali menusuk pikiran, dan akhirnya mendorong saya kembali untuk memperkaya wawasan dengan cara-cara klasik yang masih tidak bisa digantikan dengan apa pun; yakni membaca atau menonton film.
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Kelak, apa yang telah Saya lewati dalam perjalanan ini akan Saya abadikan setiap momennya dalam potret ingatan.
Tumblr media
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Mungkin benar, jika semakin usia bertambah, sirkel pertemanan kian menyempit. Kian menipis, kian sedikit. Ada banyak faktor yang turut mempengaruhi hak tersebut. Satu dari sekian hal, yakni karena semester tua.
Manusia-manusia yang hidup di era ini akan mencari kawan senasib yg bisa diajak diskusi dan memperjuangkan nasibnya akan bagaimana ke depannya.
"Udah dapet judul?"
"Belum."
"Oh, oke. Kita ada temen."
Begitulah kira-kira percakapan pembuka yang akan sering ditemui manusia-manusia yang sedang menuju tahap akhir perkuliahan. Permasalahan akan terus menerjang, menghantam, mengguncang, menghadang, apapun itu namanya.
Panas, dihantui ingin cepat rampung, menjadi kekhawatiran tersendiri. Belum lagi bagi beberapa org yang masih harus mengurus lain hal dan membawahi banyak orang, ini pun jadi suatu tantangan.
Lantas apakah mesti berhenti berjuang? Jelas, berhenti bukan pilihan tepat mengakhiri perjalanan. Muda, tantangan, cobaan, dan membuat keputusan sulit adalah proses mendewasakan diri. Proses mematangkan persiapan, pengetahuan dan kebijaksanaan.
Emosi akan selalu bergejolak, tapi pengelolaan emosi harus lebih arif dan jgn sampai menjadi sesuatu yg mendesak diri. Posisi sebagai makhluk memang fluktuatif, tidak bisa ditentukan kapan bahagia, kapan sebaliknya. Kapan tertawa, kapan biasa saja.
Yah, satu hal pasti yg meskipun kadang sukar diterima: Nikmati. Sebab buah dari segala letih dari proses yg dialami ialah pengalaman. Pengalaman ini yg akan menuntun menjadi insan penuh pikir dan perhatian. Bijaksana. Semoga.
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Kesan.
Bagi saya, tiap orang yang kita temui memiliki kesan masing-masing. Kita tidak berbicara baik atau buruk terlebih dahulu, sebab pasti tiap-tiap insan ada hal tersebut.
Entahlah, saya selalu bingung menuntaskan tulisan ini... mungkin akan Saya lanjut lagi, ketika suasana telah kondusif.
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Sudah empat tahun sejak cerita itu dimulai. Cerita yang kuharap takkan pernah berakhir. Memang benar, cerita itu tidak berakhir. Meski hanya salah satu pihak yang masih melanjutkannya.
Kesibukanku saat ini hanyalah membaca dan melaksanakan kewajibanku sebagai mahasiswa. Entahlah, hampir satu tahun lebih kegiatan belajarku pun dialihkan ke media daring. Kalau kata Wadek FITK, si daring-daring garing. Iya, aku pun setuju dengan pernyataannya.
Mengisi jam-jam kosong dengan membaca menjadi sebuah rutinitas mengasyikkan buatku.
Tentunya tak selalu bacaan serius tentang perkuliahan, kebanyakan cerita-cerita fiksi. Fiksi selalu menyenangkan, walaupun tak pernah seratus persen nyata di dalam hidup kita. Fiksi menjadi alternatif ketika apa yang kita mau tak pernah sejalan dengan hasilnya. Fiksi begitu luas, kau bisa merasakan apapun; senang, sedih, deg-degan, galau, dan perasaan lainnya.
Dari kegiatan membaca ini, lama-lama aku jadi terpikir bahwa aku juga sepertinya bisa untuk menulis buki. Apalagi katanya, suasana hati yang tidak begitu baik bisa menjadi ide segar untuk menulis yang terbaik. Aku jadi ingat dulu, menulis menjadi tempat pelarian paling aman ketika tak tersedia lagi seseorang untuk diajak tukar pikiran. Meski hanya bertukar tulisan dengan pena dan kertas, kami saling bekerja sama. Ia jadi berguna, aku sedikitnya merasa lega.
Sampai di titik ini pun, aku kerapkali masih menulis perasaan-perasaan itu, hanya saja tak pernah sepanjang novel atau buku lainnya. Namun, tetap aku selalu ingin membuat sebuah buku. Tak apa, si jika tak terbit ataupun tak banyak dibaca juga, yang penting aku memiliki catatan yang mungkin suatu saat aku akan membacanya kembali.
Lama aku berpikir untuk bagaimana caranya menulis sebuah tulisan yang cukup panjang dan memiliki alur di dalamnya. Mentok. Alasannya satu, referensiku sepertinya kurang banyak. Benar kata orang, menulis itu akan lebih mudah jika lebih sering dengan membaca terlebih dahulu. Tapi, setidaknya dari sedikit gagasan ini aku mendapat sebuah ide tulisan, judulnya "Kadang Kita perlu Menyesal."
Senyum kecil terbit ketika aku menemukan judul itu terbesit sepintas. Tak mau lagi melewatkan ide, segera saja aku buat kerangka tulisan dan arahnya mau kemana. Dulu, beberapa kali aku pernah mengikuti seminar kepenulisan, baik tulisan cerpen, novel, skrip dan lain sebagainya. Sebenarnya hanya butuh tiga komponen ketika ingin membuat sesuatu. Satu, siapa tokohnya. Dua, apa yang sebenarnya tokoh itu ingin capai. Tiga, konflik apa saja yang menghadang si tokoh mencapai tujuannya. Itu saja.
Aku agak kesulitan ketika menentukan bab per babnya, apalagi tulisan yang kubuat ini setidaknya dapat bersambung. Mungkin ini momen paling menyebalkan ketika ingin menjadi penulis? Terjebak dalam alur yang mandeg, sampai akhirnya stres dan sejenak berhenti kemudian lanjut lagi. Begitu terus sampai akhirny benar-benar ketemu apa yang ingin dibuat.
Beruntung, otakku sedang bersahabat. Beberapa bab sudah aku tentukan temanya mau bagaimana. Tinggal mengumpulkan referensi dan juga beberapa hal yang mendukung tulisan ini rampung. Karena, tulisan yang kubuat ini selain menguras tenaga, pikiran tentunya akan menguras perasaan. Ya, tidak salah lagi, tulisan ini akan menarik mundur diriku sendiri ke beberapa tahun sebelumnya sampai aku tiba di sini. Di titik ini. Menurutku, ada beberapa hal yang mesti aku selesaikan. Banyak hal yang aku rasa perlu ditulis dan disampaikan. Karena itu, judul yang kupilih Kadang Kita Perlu Menyesal.
1 note · View note
rifkialwafi · 2 years
Text
Memasuki tahun pertengahan kuliah ternyata membikin semakin bingung. Entah karena terlalu bersantai atau karena waktu yang terlalu cepat. Ahh, rasanya tidak elegan lagi-lagi menyalahlan waktu. Lagipula, waktu itu relatif dan ya menurutku waktu tidak selamanya emas, kadang perak, intan dan bahkan tak berharga sama sekali.
Apa yang harus kucapai saat ini aku pun tak tahu, bulan-bulan dilewati begitu saja tanpa satu pun hal yang dapat kujadikan sesuatu yang berharga. Sesuatu yang mungkin saja suatu saat aku butuhkan dan aku banggakan sebagai jerih yang pernah kuupayakan. Terlalu lama mengendap di kepala sampai meluap tak keruan.
Barangkali persoalan bukan lagi perihal apakah aku salah jurusan, bukan. Bukan lagi apakah tempatku kuliah tidak nyaman, bukan. Ini masalahku dengan diriku. Dimana titik mula semuanya adalah pada timeline hidup yang tidak pernah kubuat. Timeline yang pasti begitu berguna jika kurancang seceepatnya. Karena sejatinya hidup kita harus terikat pada sesuatu agar mau mepertahankan dan memperjuangkannya. Barangkali begitu juga cara kerja cinta.
Aku merasa agak terlambat baru menuliskan apa-apa yang menjadi target dan jadwal yang ingin kulakukan. Idealnya, kegiatan ini kubuat di tiap pekan, di tiap sabtu sore misalnya. Menulis dan memetakan apa yang harus dilakukan sepekan ke depan, menghitung probabilitas terburuk yang mungkin terjadi, sampai pengeluaran yang musti dirogoh. Ini semua penting. Aku membagi target yang ingin kucapai dalam dua kategori, RJL dan RJP. Keduanya sama-sama harus membuat produktif, menghasilkan kalau beruntung dan bisa.
Cttn 13 Nov. 2021
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Kita adalah kisah yang rumpang namun dipaksa rampung.
Lekas menjadi abu kala aku masih merasa iba
Di mana semula kisah kita itu tabu, sampai akhirnya membuat aku menjadi buta.
Aku dan kamu adalah dua asing yang kini semakin usang.
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Apa benar yang kubicarakan perihal perasaan adalah sejujur-jujurnya yang sudah terjadi?
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Sekadar mengeluh tanpa ada pergerakan dan perencanaan, kau hanya akan mencari-cari alasan untuk selalu menyalahkan keadaan atau pun seseorang. Alhasil, takkan terjadi apa-apa.
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Kembali menjadi aku yang penuh diam, penuh riuh tak bersuara, penuh di kepala, tak banyak dalam berkata.
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Masalah terlalu banyak berkeliaran di kepala. Tak dikeluarkan, tak diungkapkan. Menangkap sesak, melebur asap.
Pening tak tahu diri, pusing kepala sedari tadi.
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Tumblr media
Kuat-kuat dan Semangat, ya. Masih ada beberapa bulan ke depan buat sering-sering ketemu. Gatau setelah itu.
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Post ini dulu, sebelum ke tulisan agak panjang. Terima kasih untuk ucapan dan pamfletnya. Luar biasa.
Tumblr media
0 notes
rifkialwafi · 2 years
Text
Begitulah romantisme dalam berorganisasi. Sat set sat set kumpul, kerja, kemudian kumpul lagi, sat set sat set lagi, kerja, tau-tau mau kelar.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Dok: Rapat Kerja Internal Kepengurusan LPM FatsOeN 2022-2023.
1 note · View note