Tumgik
retnocatur · 8 years
Photo
So true...
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
You would be surprised with how many people in your life could be going through depression at this very moment.  People hide it like a paper bag over their heads out of fear of being judged, made fun of, seen as weak, or just not taken seriously.  Depression should not be taken lightly, it holds us down from our purpose and potential in life.  Those who tell you that it doesn’t exist have never experienced depression in their life, therefore not understanding the symptoms and how it’s something that cannot be fixed in a day!  So if you think you are depressed or if you think you know someone else who is, please talk to a friend, a family member, or anyone else in your life that you trust - never overlook the possibility of seeing a doctor for more professional help!!  Your feelings are real, your feelings are shared upon millions.  Don’t hide it, talk to someone about it.  With the right help, you can rediscover your confidence and begin life anew with our undying love and support! We are right here!!
864K notes · View notes
retnocatur · 9 years
Text
Menjadi Orangtua yang Bekerja di Rumah
Tumblr media
(Sumber foto: http://mix941kmxj.com/help-out-the-high-plains-food-bank-and-get-your-computer-cleaned/)
***
"Enak ya Mbak, kerja dari rumah. Bisa sama anak-anak terus."
"Enak ya, kerja dari rumah. Bisa santai."
Kurang lebih, komentar-komentar itulah yang kali pertama kami terima, saat kami cerita tentang pekerjaan kami. Mendengarnya, saya biasanya tersenyum dan berujar “Alhamdulillah.” :)
***
Tidak Melulu Romantis
Ketika saya hamil si sulung dan berhenti ngantor tahun 2009, Pak Catur masih kerja kantoran sebagai editor di suatu penerbit buku pelajaran. Kala itulah saya merintis usaha jual buku online. Mulai dari nol banget: jualan di blog pribadi dengan buku-buku eks kolpri pula.  Bener-bener modal dengkul, deh :D
Alhamdulillah, jualan perdana kala itu laris. Mulailah saya hunting buku bekas. Selama beberapa waktu jualan buku bekas, Pak Catur kemudian tanya saya: apa ini mau dikembangkan dengan jualan buku baru. Saya iyakan, dan kami pun berburu kontak penerbit. Berlanjut dengan membuat web, pasang-pasang data buku dan infonya di web. Karena satu dan lain hal, beberapa tahun kemudian, web ini kami alihkan untuk usaha jasa penerbitan Pak Catur.
Mei 2011, Pak Catur memutuskan berhenti dan mengembangkan Jasa Penerbitan HalamanMoeka. Di sela-sela kesibukannya, beliau sesekali membantu saya ambil-ambil buku di vendor dan penerbit.
Tentu, ada banyak hal yang saya syukuri. Kami tidak perlu setiap hari berhadapan dengan macetnya ibukota. Tidak perlu setiap hari berangkat pagi-pulang malam. Lebih leluasa mengatur waktu di rumah. Bisa mengantar-jemput anak sekolah, tidur siang, dan bisa mengawasi anak secara langsung (apa yang mereka makan, minum, tonton, baca, dll).  
Namun hari-hari tentu tak selalu kemling-kemling berkilauan :). Seperti kerja di kantor, Pak Catur punya jam kerja. Mulai dari pukul 08.00 dan rehat saat dzuhur dan waktu sholat. Lalu beliau lanjut kerja lagi, tak jarang hingga lewat tengah malam.
Demikian juga dengan toko buku online saya. Meski judulnya ‘toko buku online’ realitanya, ada banyak pekerjaan offline. Seperti:
- Mengerjakan paket prakarya.
- Memilah-milah buku bekas dan obral berdasarkan nama pemesan.
- Membersihkan buku temuan.
- Merekap pesanan (ini butuh waktu lama. Karena seringkali pembeli memesan buku baru, obral, dan bekas, sekaligus bahan-bahan prakarya)
- Menimbang pesanan.
- Membungkus pesanan.
- Membungkusi manik-manik untuk dijual lepasan.
- Mengirim pesanan ke agen kurir
- Memotret buku pesanan dan mendata: judul, penulis, penerbit
- Restok atau memesan barang ke produsen atau supplier.
Sementara pekerjaan online-nya adalah: mengirim tagihan ke pembeli, membalasi pesan dan komentar pembeli, serta posting produk dan promo.  
***
Bekerja di rumah juga tak berarti kami selalu ada di rumah. Tak jarang Pak Catur harus keluar rumah untuk: ke percetakan, bertemu klien, antar buku ke alamat klien. Dan tak jarang, saya juga harus keluar untuk: ambil buku di supplier atau vendor.
Beberapa tahun lalu, pernah ada suatu hari, kami harus keluar rumah pada hari yang sama. Pak Catur harus ke percetakan. Sementara saya yang sedang hamil besar anak ke-2 harus ke penerbit untuk rapat event. Jadilah hari itu si sulung kami titipkan pada Mbah dan Utinya.
Alhamdulillah ‘ala kulli haal.
***
Kesepakatan dengan Suami
Bekerja di rumah tentu beda dengan bekerja di kantor. Di kantor kita ada jam istirahat, yang bebas lepas dari pekerjaan. Di rumah, tidak demikian. Tak jarang, kami harus break kerja berkali-kali karena: anak nangis, anak-anak rebutan, digelendoti anak, dan lain-lain. 
Padahal, pekerjaan juga punya tenggat waktu.
Karena itu--ketika belum ada karyawan-- kami sepakat: saat Pak Catur sedang banyak order, saya berusaha memperlambat laju jualan: tidak posting buku, hanya ngiklan di medsos yang ready stock saja, tidak kulakan. Tujuannya sederhana: demi anak-anak. Agar saat Pak Catur sibuk, anak-anak sama saya. Demikian pula sebaliknya, insya Allah.
Dulu, hari posting buku bulanan selalu jadi waktu sibuk saya. Karena saya pasti riweuh membalasi komen puluhan pembeli, mengupdate status buku jadi ‘SOLD’, rekap pesanan, timbang pesanan, hitung ongkir, dll. Saat-saat seperti itu, alhamdulillah, gantian Pak Catur yang megang anak-anak. Mulai dari nemani main, tak jarang sampai menyuapi anak-anak.
***
“Saya memang akan jadi kepala keluarga, tapi saya bukan raja,” begitu ujar Pak Catur ketika kami berproses menikah dulu. Alhamdullah, Pak Catur tak sungkan membantu urusan domestik.
Ketika kami masih sama-sama ngantor, kami sering berbagi tugas: mencuci baju dengan tangan. Ketika saya hamil anak ke-2 dan tepar, Pak Catur pula yang gendong-gendong si sulung pakai jarit dan menyuapinya sambil nonton odong-odong.
Kini, jika pagi-pagi saya masih riweuh menyiapkan tugas untuk karyawan, Pak Catur mengajak anak-anak keliling naik motor sambil minum susu. Pak Catur pula yang menjaga anak-anak saat kami hunting buku. Jadi sementara saya hampir seharian milih buku, Pak Catur yang menyuapi cemilan untuk anak-anak, membacakan mereka buku, menggendong dan menenangkan saat rewel. Usai hunting buku, baru kemudian kami ke masjid untuk sholat. Di sana--sementara Pak Catur sholat-- gantian saya yang megang anak-anak, menyuapi mereka makan siang dengan bekal dari rumah.
Alhamdulillah, Pak Catur juga tak keberatan jika saya jarang masak. Ada warteg dekat sini yang bersih, murah, halal dan thoyyib yang jadi langganan kami beli lauk matang.
Kesepakatan kami juga tak seputar urusan teknis domestik. Kami selalu berdiskusi tentang banyak hal. Mulai dari seputar pekerjaan seperti: manajemen kerja, pembeli bermasalah, sampai ke: saya boleh belanja untuk kulakan berapa rupiah-pun, selalu saya tanyakan ke Pak Catur.
Begitu juga dengan beliau. Ketika punya ide untuk usaha lain, selalu diskusi dengan saya. Dulu selain toko buku online dan jasa penerbitan online, kami sempat menjajal usaha: kaos muslim online, kaos polos, sampai web jasa penerbitan khusus print on demand. Qadarullah, kurang diminati.
Hingga Agustus 2015 ini, kami mencoba buka usaha: agen pos. Di kios samping rumah yang mulanya hanya untuk operasional toko buku online, kami tambahkan fungsinya menjadi kantor pos. Pelan-pelan mencicil membeli inventaris kantor, kemudian merekrut seorang karyawan lagi.
Tumblr media
Manajemen Waktu Kerja
3-4 tahun pertama, semua pekerjaan toko buku online ini saya lakoni sendiri dengan dibantu Pak Catur.  Beberapa orang pernah nanya: gimana dulu saya ngatur waktunya (pernah saya tuliskan di: Tanpa Karya). 
Sejujurnya, meski tampak well-prepared (dih, siapa yang nuduh gitu No :D), aslinya saya ini random banget. Pikiran saya cabang-cabang entah-entah sambil mondar-mandir ngapa-ngapain. Nggak jarang saya ditegur Pak Catur, karena cerita sesuatu, tapi nggak runut atau ada kalimat yang hilang--karena saya pikir, saya sudah mengucapkannya, atau saya pikir, orang mungkin sudah tahu. 
Begitu juga dengan materi belajar anak-anak. Seringkali saya lihat foto ide, lalu mikir: gimana ngemas materi ini dengan ide itu, dengan bahan asal samber dan cepat?
Dengan pikiran random entah-entah inilah, saya dulu jumpalitan mengatur waktu kerja. 
Sampai bulan April 2015 lalu, dengan izin Allah, saya menemukan karyawan yang sesuai harapan. Alhamdulillah, pekerjaan saya jadi lebih ringan :)
Kini, saya tak lagi berlama-lama depan komputer untuk bekerja. Waktu kerja saya efektif adalah pagi hari: ba’da Subuh-Hana bangun untuk sekolah. Karena begitu Hana bangun, saya harus menyiapkannya untuk sekolah--mandi, sarapan, bawa bekal, dll. Setelah dia berangkat diantar Pak Catur sekitar pukul 7 kurang, barulah saya lanjut kerja sampai karyawan datang--sekitar pukul 8.
***
Setelah karyawan datang, saya usahakan untuk ibadah pribadi seperti: shalat dhuha, tilawah atau muroja’ah pribadi. Jika Fatih sudah bangun, saya siapkan sarapan Fatih.
Hana pulang sekitar pukul 09.30. Pulang-pulang dia biasanya main bebas sama Fatih, sementara saya beredar sepedaan untuk: hunting buku, beli lauk, fotokopi, ke bank, cek-cek kios, dll.
Untuk main bebas, ada zona kreasi sederhana, tempat anak-anak bisa ambil dan kembalikan mainan (bisa dibaca di postingan ini)
Sekitar jam 10.30 saya siapkan makan siang anak-anak, nyuapi mereka. Lanjut mandi, dan siap-siap untuk shalat dzuhur. Ba’da dzuhur, kami tidur siang. Bangun Ashar, cek-cek kios, dan para karyawan pulang pukul 16.00.
Anak-anak makan sore sekitar pukul 16.30 atau 17.00. Kadang diseling juga dengan minum susu sore--tapi saya usahakan untuk makan sore, agar ba’da Maghrib bisa belajar. Usai makan, anak-anak mandi. Lalu siap-siap sholat Maghrib.
Ba’da Maghrib, anak-anak belajar Iqro. Hana juga belajar baca sama saya. Sekitar pukul 21 atau 22, kami tidur.
***
Komunikasi Post-It
Tumblr media
(Keterangan foto: Mbak Yuli (berkaos garis-garis) menangani seluruh pemesanan HM Books & HM Crafts, baik untuk konsumen, reseller dan marketter. Sementara Mbak Dwi (berkemeja kotak-kotak) menangani pos, mulai dari pembayaran (listrik, telepon, PAM, TV kabel, speedy) serta pengiriman paket (pos biasa, kilat khusus, EMS), dll. Rak di kanan untuk menyimpan pesanan yang sudah lunas, namun ingin di-keep dulu. Di samping rak ada boks untuk menyimpan pesanan yang sudah direkap. Sisi yang tak terfoto: aneka rak untuk menyimpan stok buku).
Di HM Books dan Agen Pos HalamanMoeka, karyawan kerja dari pukul 08.00-16.00, Senin-Jum’at. Istirahat pukul 12.00-13.00.
Selain komunikasi dengan karyawan via inbox, saya juga sering komunikasi via post-it. Jadi, kami punya kategorisasi warna post-it: ada warna khusus untuk konsumen, reseller, dan marketter.
Ada format rekap untuk konsumen, ada format rekap untuk marketter. Ada pula format penagihan, dan format alamat kirim. Dan karena fee marketter dibayarkan tiap awal bulan, maka ada laporan tersendiri untuk setiap marketter.  
Setelah buku direkap, SOP-nya adalah: tuliskan nama pembeli di post it, beserta total pembelian (minus ongkir), dan berat pesanan. Jika ada yang kurang dari pesanan tersebut, ada catatan di post-it lain, seperti: (-) buku X, (-) manik2 jenis X, Y, Z.
Usai ditempeli post-it, pesanan dibungkus plastik bening dan masuk box. Ada box khusus konsumen, dan ada box khusus pesanan reseller serta marketter.
Setiap pagi, Mbak Yuli cek inbox dan grup (ada grup konsumen, ada grup reseller). Agar tak lupa, dia tuliskan yang penting-penting di post-it. Misalnya: nama-nama orang yang konfirm transfer. Ditulis nama-namanya di post it, baru diambilkan buku-bukunya di box. Jika ada pekerjaan yang belum tuntas, post-it ditempelkannya di PC, jadi saat akhir minggu (Sabtu-Minggu mereka libur), saya bisa lihat pekerjaan apa yang belum selesai.
Sekitar pukul 14 atau 15, closing pos (menghitung pemasukan dan membuat laporan: berapa pemasukan dari SOPP dan berapa pemasukan dari E-Pos). Usai closing, Mbak Dwi membantu Mbak Yuli bungkus-bungkus.
Pukul 16.00 WIB, mereka pulang sambil membawa paket untuk diantarkan ke agen: Wahana dan JNE.
***
Belajar Disiplin dan Konsisten
Bagi saya, salah satu tantangan terberat bekerja di rumah adalah: disiplin. Bukan hanya disiplin dan konsisten dalam jam kerja, namun juga: pembagian waktu di luar jam kerja.
Setelah empat tahun jualan, tahun 2013, saya sempat vakum setahun. Saat vakum itu saya malah sempat menutup permanen toko buku online. Waktu setahun itu saya gunakan untuk evaluasi bersama Pak Catur: mulai dari manajemen waktu dan sistem, tugas dan peran kami, bagaimana agar tidak overwhelmed, cara menyikapi pelanggan, dlsb.
Dengan pertimbangan panjang dan persetujuan Pak Catur, saya kembali jualan Agustus 2014. Tantangan saat itu adalah: gimana menyelesaikan tumpukan pekerjaan tanpa anak-anak protes “mamanya kerja mulu”. Jadilah saya sering begadang merekap. 
Sampai April 2015 kami perdana punya karyawan. Dan Agustus 2015 kami perdana buka Agen Pos. Di sini, komitmen saya untuk “insya Allah, hanya kerja saat anak-anak tidur” kembali diuji. Pelan-pelan, saya belajar mempercayakan delegasi pekerjaan pada karyawan. Mengajari mereka teknis aneka printilan yang semula hanya ada di kepala saya.
Alhamdulillah, kini, saya punya lebih banyak waktu untuk: main sama anak-anak, mengajak mereka jalan-jalan di taman, dan lain-lain. Laptop saya tak lagi on seharian. Hanya sesekali saya cek-cek inbox dari Mbak Yuli via hp.  
***
”Wah berarti kamu bukan pebisnis sejati nih. Masa jualan nggak ngasih no HP,” seloroh seorang kenalan, saat saya jelaskan bahwa saya nggak membuka pesanan lewat WA, SMS, atau telepon. Alasan saya saat itu “Takut nggak kepegang.”
Alasan yang masih saya kemukakan hingga kini. Pun sudah ada karyawan, saya masih enggan menerima pesanan WA, SMS, maupun telepon. Kepada teman-teman yang WA-pun saya kerap bilang “Maaf ya kalau lama balas, saya jarang sempat WA-an.” Ini karena: anak-anak sudah bisa protes kalau Mamanya kelamaan depan PC atau kelamaan megang HP >.<
Karena itu, sebisa mungkin, orderan saya arahkan ke admin HM Books.
***
Belajar Meluruskan Niat
“Bagaimanapun, tugas utama pencari nafkah adalah suami. Istri hanya membantu,” Pak Catur pernah berujar. Usai vakum jualan setahun, saya pun belajar meluruskan niat.
Dengan niat sekedar membantu dan insya Allah agar ilmu sunnah makin tersebar, saya pun merampingkan genre buku jualan. Jika dulu saya jualan berbagai buku dari berbagai penerbit, kini saya fokus jualan: buku anak, buku Islam yang sesuai sunnah insya Allah, dan aneka mainan edukatif anak, mulai dari: paket prakarya, puzzle, mainan kayu, dll.
Semoga Allah mudahkan, aamiin :)
***
Menjadi wiraswasta tentu berbeda dengan karyawan. Saat menjadi karyawan, kita tahu, akan terima gaji berapa bulan ini. Sementara dengan berwiraswasta, kadang sepi, kadang ramai :)
Pernahkah kami ketar-ketir? Pasti :)
Ketika Pak Catur memutuskan berhenti ngantor tahun 2011, seminggu kemudian, saya hamil anak ke-2. Sempat tercetus “Mau dikasih makan apa, nanti?”
Alhamdulillah, Allah cukupkan.
Sungguh benar firman Allah:  “Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa lapar serta ketakutan dan kekurangan harta, maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar…” (QS. Al Baqarah: 155)
Semoga Allah masukkan kita sebagai orang-orang yang sabar ya, aamiin :)
***
13 notes · View notes
retnocatur · 9 years
Text
Hana Belajar Puasa
Alhamdulillah, tahun ini di usia 5 tahun, Hana perdana belajar puasa. Sebenarnya dari tahun lalu (saat masih 4 tahun) Hana sudah pernah minta dibangunkan sahur, tapi saya yang nggak tega bangunin *getokretno. 
Qadarullah, saya berhalangan puasa sejak hari pertama. Meski demikian, alhamdulillah, banyak hal yang kami bersama pelajari selama 3 hari pertama puasa ini. 
Sebelum hari awal puasa, saya kerap ngajak Hana ngobrol tentang: apa sih puasa? Kenapa sih kita harus puasa? Hal-hal apa yang membatalkan puasa? 
Beberapa kami olah jadi begini:
Tumblr media
Do's and Dont's Ramadan. Tahap belajar: 1. Mama bacakan buku Ayo Berpuasa, terbitan Perisai. Sambil Mama bacain, kami diskusi tentang: gimana kalau Mama ngumpet-ngumpet minum saat puasa, gimana kalau kita mabuk di jalan dan muntah, pahala puasa, dll. Salah satu diskusi kami: M: "Kalo misalnya Papa, Mama, Fatih bobo. Trus Hana puasa. Siang-siang hauuus sekali. Buka kulkas ada minuman dingin. Trus Hana minum. Batal nggak puasanya?" H: "Nggak. Kan aku masih anak kecil." M (#eaaa. Oke, muter otak buat ganti kasus): "Iya ya, Hana belum wajib puasa, karena masih kecil. Gini deh. Kalo siang-siang, Papa Hana Fatih bobo. Mama hauuusss sekali. Buka kulkas, ada minuman dingin. Mama tengok-tengok, nggak ada orang liat. Mama minum deh. Puasa Mama batal nggak?" H: "Nggak." M: "Kenapa?" H: "Kan nggak ada yang liat." M: "Ada lho yang liat. Siapa?" H (mikir): "Mmm, malaikat?" M: "Ada lagi. Siapa hayo?" H: "Allah." M: "Benar. Allah itu Maha Melihat, jadi kita ngapain aja, Allah tahu :)." 2. Lalu, Mama gambar-gambar sederhana, dan minta anak-anak menandai mana yang boleh dan tak boleh selama berpuasa (Tidak boleh: tanda silang, Boleh: tanda cek dan hati) 3. Hana mewarnai. Sementara Fatih mengoceh “Nggak boyeh makan, nggak boyeh minum, nggak boyeh mayah-mayah, nggak boyeh beyantem, nggak boyeh be(r)bohong....”
======
Tentang ‘Kenapa kita harus puasa?’, saya nemu penjelasan yang bagus dari Islam for Kids:
======
Ramadan and your kids
Ramadan is approaching and we are all excite about it, lets get our kids excited too and get them to understand the meaning of Ramadan.
Sit with your children now before Ramadan starts and tell them a special guest is coming, a guest from Allah and we need to prepare and welcome this guest in the best manner. Tell them why we fast and why Allah wants us to fast: Here are few examples
1. Because Allah wants us to remember our brothers and sisters who are poor and who do not have anything. We fast to feel how they feel so we can help them more. (This will plant the love of sadaqa and helping others within them). When they come to you hungry during Ramadan, remind them that other kids are hangry all day and everday and they don’t have the privilege of having a table filled with iftaar dishes
2. When we fast we become so close to the Angels…how? Because we become like them, we do not eat, we do not drink, we do not say bad words, we do not sin and we only worship Allah so we are like the angels that half of the day. (This should make them excited and eager)
3. Allah asked us to fast because he wants to give us a special huge reward and he said it is a surprise, He said fasting belongs to him and He will reward a special rewrad for it. So imagine what kind of reward will you get? And here start listing all the things they love and wish to have and let them picture it. You will see a big smile on their faces
You can also get them a nice gift for Eid and that is the reward in the dunia and they should expect way more in Akherah
You can also get them to shop with you for gifts for poor kids or orphans and let them do the packing and wrapping and the giving also so they learn the gift of giving. We must teach them to give so they do not become selfish and only want things for themselves.
Just before Iftaar get them to help you to prepare the table, here they get so excited and they want to put everything they like on the table including their candy .
Make Ramadan a family month, do more things together as a family. So they see and appreciate the value of it.
Pray Jama'ah in Ramadan: if you have boys let them be the imam if they are old enough and daddy is not home. Remind them that dua of the fasting person is accepted and let them make lots and lots of dua every day, get them used to relaying on Allah and going back to Allah.
Assign specific tasks to them. Example: Ahmad is responsible to remind everyone of Duhur prayer and Mohammad is responsible for Asir and so forth. Or One is responsible to remind everyone of prayer time and the other one is responsible to check if everyone has done their 100 AstaghfiruLLAH per day and other thikr. Make it interesting so they get motivated. Kids love to take responsibility as it makes them feel they are old enough and able.
Allahuma Ballighna Ramadan.
======
Agar lebih ceria menyambut Ramadan, kami juga bikin DIY Ramadan Bunting dari kertas kado dan doily (alas kue):
Tumblr media
***
Belajar jadi Pejuang Subuh
Sejak hari pertama puasa, usai sahur, kami bareng-bareng ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah. Terus terang, ini pertama kalinya saya ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah *tutupmuka*. Dan sangat menyesal, kenapaaa nggak dari dulu-dulu melakukan ini. Karena perasaannya, atmosfernya, syahdunya, tenangnya, damainya, nikmatnya, masya Allah. *kemaneaje No’
Selain Hana, ada satu anak perempuan yang juga selalu hadir di masjid saat Subuh. Namanya Nazila, kelas 1 SD dan sudah puasa full. Hana senang sekali ketemu Nazila. Dia sering memilih tempat di samping Nazila. Ikut shalat sunnah rawatib Subuh saat Nazila shalat sunnah rawatib Subuh. Setiap hari usai sahur, Hana akan melesat ambil jaket lalu berujar “Yuk, ke masjid! Hana mau ketemu temen!”--bahkan saat jelang tidur, dia berpesan “Nanti Hana dibangunin ya, buat sahu(r), t(r)us ke masjid.”
Yang dibecandain Fatih: “Apa? Hana dibangunin sama sayu(r)?” (ngikik-ngikik)
:D
***
Putar Otak di Jam-jam Kritis
Hana masih belajar puasa, dan belum puasa full. Meski demikian, tetap saja ada jam-jam ‘kritis’. Di hari pertama puasa, Hana buka dua kali: jam 11 (makan siang), dan jam 16.30 (ngemil dan minum). Sementara di hari kedua puasa, Hana buka jam 11 (minum karena lupa, lanjut makan siang). 
Sungguh, di sini saya belajar banyak. Mulai dari: belajar membujuk saat Hana mengeluh lapar dan haus. Biasanya saya akan memeluknya di kasur, dan berujar lembut “Tau nggak Han? Banyak lho temen-temen Hana yang nggak punya makanan dan minuman. Mereka sering sekali lapar, haus. Kayak yang Hana rasain sekarang. Dengan puasa, kita jadi tahu rasanya jadi mereka. 
Terus, Allah juga udah nyiapin hadiah istimewa buat orang yang puasa.”
“Hadiah apa?” tanyanya. 
“Gini, setiap amalan di bulan Ramadan ini pahalanya dilipatgandakan sampai 70x. Nih kan jari tangan Hana ada sepuluh ya. Nah 70 kali itu sama kayak: tangannya Hana, tangannya Mama, tangannya Papa, tangannya Fatih, tangannya Mbah Sam, tangannya Uti Ayu, tangannya Caca, tangannya Keisya, tangannya Tante Desi, tangannya Om Wira. Jadi misalnya di bulan lain Hana melakukan sesuatu dapat pahala 1 jari, nah, di bulan Ramadan ini insya Allah bisa dapat pahala sebanyak semua jari di tangan semua orang di rumah ini. Banyak kan? Kecuali: puasa. Kenapa? Karena Allah sendiri yang bilang: bahwa puasa ini kan buat Allah, jadi Allah sendiri yang akan membalasnya. Masya Allah.”
***
Tidak hanya itu, saya juga belajar untuk putar otak: cari kegiatan indoor untuk pengisi waktu. Beberapa kegiatan belajar di Jurnal Ramadan kami:
- Belajar ayat tentang laba-laba (QS. Al-Ankabut: 41)
Tumblr media
- Belajar ayat tentang cahaya bulan. (QS. Al-Furqon: 61)
Tumblr media
- Membuat kartu hafalan doa pergi ke masjid, masuk masjid, keluar masjid. 
Tumblr media
***
Still, ini masih kurang >.< Maka, selain main bebas, saya juga ngasih Little Muslim Busy Bag el-Hana. Dengan ini Hana mainan pazel Rukun Iman:
Tumblr media
Atau bikin paket Ramadan Mubarak (berisi kurma, buku Doa-doa Pilihan, buku kreasi, buku dzikir pagi-petang) untuk para tetangga muslim di sekitar rumah dan minta anak-anak membagikannya.
Tumblr media
Atau main stiker jualan Mama, di jam-jam kritis
Tumblr media
Atau main ke perpus dekat rumah pagi-pagi (dengan diantar-jemput Papa. Biasanya kami pp ngangkot). Atau sekedar muter-muter motoran ba’da Ashar lihat bazaar Ramadhan dekat rumah.  Atau bahkan, tugas rumah tangga remeh-temeh seperti: memasukkan baju yang sudah diseterika ke lemari (Hana yang masukin dengan naik kursi, Fatih megangin kursi), nyuci  mainan kotor yang nyelip di kolong-kolong meja dan kasur. 
Atau yang termudah: ngajak bobo saat mereka udah capek :D
***
Salah satu hal yang bikin orang yang puasa gembira adalah waktu berbuka. Tapi kali ini, kegembiraan saya bertambah saat Hana menempelkan stiker bintang hasilnya (belajar) puasa di poster Ramadan dari Little Muslim Busy Bag el-Hana. 
Tumblr media
Betapa bangganya dia berujar “Aku dapet bintang! Aku belaja(r) puasa!”
Masya Allah...
Sungguh, Ramadan adalah bulan penuh berkah. Dan berkah yang sungguh kami syukuri adalah: bahwa kami bisa belajar sama-sama. Insya Allah. 
Semoga Allah mudahkan, aamiin :)
16 notes · View notes
retnocatur · 9 years
Text
Beberapa Catatan Penting dari buku: Jihad dalam Syari'at Islam
Tumblr media
Judul: Jihad dalam Syari'at Islam
Penulis: Ust Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Penerbit: Pustaka At-Taqwa. 
Jumlah hal: 294 halaman
=== Bom Bunuh Diri Bukan Jihad (Sumber: hal 175-177)
Ada sebagian orang yang tidak memiliki pemahaman tentang jihad, mereka melakukan bom bunuh diri di tengah-tengah tempat berkumpulnya orang kafir, maka terbunuhlah lima orang dari kaum kafir tersebut. Kemudian mereka balas dendam dan terbunuhlah lima puluh orang dari kaum muslimin. Jadi hasilnya yang terbunuh lima orang dari mereka dan lima puluh orang dari kita, maka apakah ini kerugian atau keuntungan?!!
Bagaimana jika diketahui bahwa kebanyakan dari musuh, mereka balas dendam karena matinya liam orang tersebut dengan memerangi satu daerah kaum muslimin seluruhnya, merusak harta benda dan memenjarakan orang-orang yang tidak bersalah, dan menguatkan agama mereka dengan mengalahkan kaum muslimin? Bahkan di antara mereka melakukan bom bunuh diri di tempat-tempat kaum muslimin dan mereka anggap 'jihad' ??! Jihad itu disyaria'tkan untuk meniadakan kekufuran, bukan untuk menetapkannya.
Allah Ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan zhalim, akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah." (QS. An-Nisaa': 29-30)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang bunuh diri dengan sesuatu di dunia, maka dia akan diadzab dengannya pada hari Kiamat (dengan cara seperti itu pula)." (Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 1363) dan Muslim (no. 110 (176)), dari Tsabit bin ad-Dhahhak, ra. Ini lafazh Muslim)
Di dalam hadits ini, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang yang bunuh diri dengan sesuatu, lafazh "dengan sesuatu" bersifat umum. Yakni, orang yang bunuh diri dengan apa saja; apakah dengan pisau, pedang, tombak, tambang, pistol, bom, bahan peledak, dan lainnya, atau sengaja menabrakkan mobil atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi, atau lainnya, maka orang tersebut tempatnya di Neraka. Wal 'iyaadzu billaah. === Poin-poin tentang penyimpangan-penyimpangan dalam Jihad Fii Sabiilillaah (hal 149-162--dalam bukunya, setiap poin disertai hadits sebagai dalil)
1. Peringatan bagi yang berjihad untuk menampakkan keberaniannya, atau agar dikatakan, "Dia berani" atau "riya" (pamer) 2. Peringatan bagi yang berjihad untuk kesenangan dunia. 3. Peringatan bagi yang berperang untuk meolong kelompoknya. 4. Larangan untuk membunuh wanita dan anak-anak kecil dalam jihad. 5. Larangan untuk bunuh diri, atau yang disebut intihaar (bom bunuh diri) 6. Larangan untuk memutilasi korban. 7. Larangan untuk merampok, merampas, dan mencuri. 8. Larangan untuk menggelapkan (harta rampasan) dalam jihad 9. Larangan mengkhianati perjanjian dengan orang yang diberi jaminan keamanan dan membunuhnya. 10. Larangan membatalkan perjanjian. === Poin-poin tentang Amalan-amalan Setara Jihad Fi Sabilillah (hal 253-270--dalam bukunya, setiap poin disertai hadits sebagai dalil)
1. Birrul Walidain (Berbuat baik kepada kedua orangtua) 2. Bekerja mencari rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri, keluarga, dan kedua orangtua 3. Menuntut ilmu syar'i atau mengajarkannya di masjid Nabawi. 4. Menunaikan ibadah haji 5. Menunggu shalat seusai mengerjakan shalat 6. Menjadi petugas amil zakat 7. Membantu para janda dan orang-orang miskin 8. Istiqamah di atas sunnah pada zaman fitnah, ketika Islam dianggap asing oleh umumnya manusia 9. Menyiapkan bekal bagi mujahid dan mengurusi keluarganya 10. Mendakwahi orang musyrik dan memberantas kesyirikan 11. Berdakwah kepada penguasa atau pemerintah yang zhalim 12. Beramal shalih di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah 13. Berdzikir kepada Allah Ta'ala 14. Bersungguh-sungguh berdoa meminta syahid.
2 notes · View notes
retnocatur · 9 years
Text
Resensi: Hukum Lagu, Musik dan Nasyid Menurut Syari'at Islam
Tumblr media
Judul: Hukum Lagu, Musik dan Nasyid menurut Syariat Islam Penulis: Yazid bin Abdul Qadir Jawas Penerbit: Pustaka At-taqwa. Tebal: 140 halaman
Hukum haramnya musik sudah beberapa kali saya baca secara online. Salah satu hujjah kuat yang digunakan (hal 4 buku ini) adalah: hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan ummatku sekelompok orang yang menghalalkan kemaluan (zina), sutera, khamr (minuman keras), dan ala-alat musik. Dan beberapa kelompok orang benar-benar akan singgah di lereng sebuah gunung dengan binatang ternak mereka, seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, 'Kembalilah kepada kami esok hari.' Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian dari mereka menjadi kera dan babi sampai hari Kiamat." (Shahih: HR. al-Bukhari secara mu'allaq dengan lafazh jazm/ pasti (Fat-hul Baari X/51 no 5590), Ibnu Hibban (no 6719), al-Baihaqi (X/221), Abu Dawud (no 4309).
Tak hanya itu, dalam buku ini Ust Yazid juga menelusuri dalil-dalil tentang haramnya musik dari Al-Qur'an, As-sunnah, penjelasan para shahabat, ulama salaf, imam mazhab, serta ulama terdahulu.
Saya baru tahu bahwa kalimat lahwal hadiits (percakapan kosong--ada di QS. Luqman 6-7) ditafsirkan para ulama tafsir dengan nyanyian (hal 12 buku ini) *ilmu baru nih*
Dalam bab Hikmah diharamkannya nyanyian dan alat musik (hal 83-88) ada poin betapa nyanyian membuat lalai dari berdzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, dan dari melakukan berbagai kewajiban syari'at (hal 85).
Saya sepakat. Dulu saat masih suka musik, saya hapal banyak lirik lagu--karena berkali-kali diputar. Padahal, alangkah bermanfaatnya jika yang saya hapal adalah hadits atau ayat Al-Qur'an kan ya? *getokretno*
Tak hanya itu, saya pikir-pikir lagi, banyak lirik lagu yang terlalu memuja-muji sesama manusia saat jatuh cinta, serta menyiratkan maksiat (pacaran, pegangan tangan, pelukan, selingkuh, dll)
Kemane aje, No? >.<
Makanya paling tertohok baca kalimat ini: "Niat yang baik tidak bisa menjadikan sesuatu yang haram menjadi halal apalagi menjadikannya sebagai pendekatan diri kepada Allah." (Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal 101)
Jleb. *** Yang menarik, buku ini tak hanya membahas tentang haramnya musik, namun juga nyanyian dan alat musik yang dibolehkan syari'at (hal 73-78), hukum nyanyian tanpa alat musik/ acapella (hal 79-82), syubhat-syubhat orang yang membolehkan nyanyian dan musik serta bantahannya (hal 89-102), hukum nyanyian shufi dan nasyid islami (hal 103-112) dan kiat meninggalkan lagu dan musik (hal 117-120) serta mencukupkan diri dengan mendengarkan wahyu Ilahi (hal 121-130).
Semua ditulis dengan detil (hampir di setiap halaman ada catatan kaki tentang sumber), sumber-sumber yang akurat (daftar pustaka buku setebal 140 halaman ini saja sampai 49 buku lebih), dan yang terpenting: bahasa yang sederhana, sehingga memudahkan pembaca untuk paham.
*** Tuntas membaca buku ini, PR besar saya dan keluarga adalah: praktik. Meski saya sudah menghapus seluruh koleksi musik pribadi sejak 2 tahun lalu, namun anak-anak masih sering dengar musik/ lagu anak dan bertepuk tangan >.<
Maka semalam, saya bacakan hadits dan ringkasan buku ini ke si sulung. "Insya Allah sekarang, pelan-pelan, kita kurangi ya, Nak. Kalau bisa malah nggak usah sama sekali. Semoga Allah mudahkan, aamiin."
Bagaimana kalau tak sengaja mendengar? Jawabannya juga saya temukan di halaman 97 buku ini: "Al-Hafizh Ibnu Rajab menjelaskan tentang hadits Ibnu 'Umar: 'Barang siapa mendengar lantunan lagu dan musik sedangkan ia dalam perjalanan atau sedang duduk, hendaklah ia meletakkan kedua jarinya di kedua telinganya sebagaimana hadits ini'." (Majmuu' Rasaa-il Ibnu Rajab/ Nuzhatul Asmaa' (II/ 453)
Semoga Allah mudahkan kita menjalankannya ya, aamiin....
6 notes · View notes
retnocatur · 9 years
Text
"Yosuyuyoh biyang, nggak boyeh menceya makanan."
Seorang Ibu menggoreng kentang. Ketika dihidangkan, menurut sang ayah keasinan. Tapi kata si anak "Asin sih, tapi enak kok."
Ketika orang lain mencicipi kentang tersebut, tanpa sepengetahuan si ibu, si anak ternyata menempelkan satu telunjuknya di bibir. Sambil tersenyum, orang itu bercerita pada si ibu: "Saya nyicip kentangnya. Pas saya mau bilang keasinan, dia (anak itu) begini (nempelin telunjuknya di bibir), supaya saya jangan bilang."
Si Ibu tersenyum. Lalu memeluk si anak. "Masya Allah. Baarokallaahu fiik. Kenapa tadi kamu begitu? Takut Ibu sedih atau takut Ibu marah?"
"Takut Ibu sedih. Yosuyuyoh biyang, nggak boyeh menceya makanan." === “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika beliau menyukai satu makanan, maka beliau memakannya. Jika beliau tidak suka, maka beliau meninggalkannya.” (HR. Bukhari no. 5409 dan Muslim no. 2064)
7 notes · View notes
retnocatur · 9 years
Text
Yang Mereka Lihat, Dengar & Ingat
Mereka ingat warna favorit saya: hitam. Jadi saat kami membaca buku bersama dan milih-milih warna, dengan cepat mereka menunjuk benda hitam: "Ini hitam nih, sukaan Mama!"
Mereka ingat cerita saya yang muntah di taksi. Maka saat melihat taksi, si 2 tahun kerap berujar "Pas jayan-jayan, Mama naik ta(k)si, t(r)us muntah."
Mereka juga ingat saya suka makan lemper ayam pedas. Sehingga saat menemukan sepotong lemper dalam snack box kiriman tetangga, mereka akan lari-lari menghampiri saya membawakannya sambil berujar "Mama! Ini sukaan Mama yooo!"
Dan mereka mengingat baik-baik banyak hal yang saya suka: buku, iklan, acara televisi, dan masih banyak lagi. Pernah suatu sore saya deg-degan karena Hana berujar "Mama sini! Ada yang Mama suka nih di tivi!"
Deg-degan karena: saat itu saya yg hoplelessly romantic *halah* lagi seneng-senengnya bernostalgia dengan nonton minidrama LINE AADC di Youtube--saat sendirian. Meski berusaha nggak tampak mupeng saat ada iklannya di TV, tetep aja saya parno, Hana nangkep pesan dari tayangan yang bukan buat anak-anak itu.
Alhamdulillah, rupanya si 5 tahun itu menunjukkan tayangan tausiyah Yusuf Mansyur. Tanpa saya duga, dia mengingat baik-baik komentar saya suatu sore saat menonton tayangan itu "Nih bagus nih Han." 
Fyuh *elap keringet*
***
Dulu saya takut punya anak. 
Saya takut, saya tidak cukup baik, kreatif, sabar. Tidak cukup pantas dijadikan teladan dan role model. Saya takut dengan apa yang akan mereka lihat, dengar, dan ingat. Ketakutan yang hingga kini masih meresahkan, meski telah punya dua anak. Dan ketakutan yang belakangan ini paling mengusik saya adalah: "Saya takut, saya tidak memberi contoh yang baik untuk takut sama Allah."
Tumblr media
Sampai di satu titik, saya sadar bahwa: Memang beginilah manusia. Imannya lemah. Hatinya mudah terbolak-balik. Mudah lupa dan harus terus diingatkan #guebanget *jitakretno
Di satu titik, saya sadar: Memang inilah gunanya punya pegangan hidup yang stabil dan bisa diandalkan. Yang paling bisa dipercaya. Yang paling menenangkan. Yang sudah dijanjikan oleh manusia terbaik-- Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam--insya Allah akan menyelamatkan kita dunia dan akhirat.
Yaitu: Al-Qur'an dan As-Sunnah. 
Berangkat dari pemahaman ini, suatu ketika saya ngobrol sama Hana:
M: "Menurut Hana, Mama orang baik, nggak?"
H: "Iya."
M: "Belum Han. Mama belum jadi orang baik. Manusia terbaik di dunia itu adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Saking baiknya akhlaknya sampai Allah memujinya dalam Al-Qur'an. Karena itu, yang perlu kita contoh adalah beliau. Cara beliau makan, minum, bicara, buang hajat, menyelesaikan masalah--semuanya. Mama sendiri masih belajar, sama kayak Hana. Makanya kalau Mama lupa, ingatkan Mama ya. Kita belajar sama-sama."
***
Meski memiliki sejumlah buku contekan kurikulum pendidikan islami, jujur, saya sering bingung mau ngajari anak-anak apa *getokretno*. Sampai pelan-pelan saya dapat 'clue'.
Saat itu, saya sedang belajar menghafal doa usai adzan. Doa itu saya tulis dan hias, lalu saya tempel di atas lemari yang ada TV. Jadi, kalau adzan, saya tinggal berdiri dan baca doa. Berkali-kali dibaca insya Allah hafal, pikir saya. 
Suatu kali saya iseng menggal beberapa patah kata terakhir dan minta mereka menyelesaikan. Di luar dugaan, mereka bisa. Saya yang merasa nggak pernah ngajari--ataupun berniat ngajari, kaget. Ini pasti berkat pertolongan Allah.
Saat itulah saya sadar: "Mereka juga bisa lho, belajar dengan apa yang kamu pelajari, Retnadi. Saat kamu belajar, merasa butuh untuk belajar, saat itulah insya Allah, mereka juga belajar."
Alhamdulillah, 'teman-teman belajar' saya ini paham betul, betapa seringnya saya lupa dan perlu diingatkan. Karenanya mereka mengingat baik-baik pesan saya "Ingatkan Mama ya."
Karena itulah, ketika adzan berkumandang, mereka lari-lari menghampiri. "Mama! Ajan! Baca doa abis ajan ya! T(r)us baca doa yang ada gamba(r) apinya!". Karena mereka ingat, salah satu waktu mustajab adalah usai adzan. Dan mereka juga ingat salah satu hadits agar kita berdoa masuk surga sebanyak tiga kali, dan dijauhkan dari api neraka juga sebanyak tiga kali.
Karena mereka ingat itulah, maka setelah mengingatkan untuk berdoa, yang mereka lakukan setelahnya adalah: duduk di samping saya. Mengamati gerak bibir saya dan memastikan saya berdoa. Jika saya luput berdoa, maka mereka protes "Beyum seyesai Mama, doanya! Masih ada yagi!"
Dan karena mereka ingat pentingnya membaca basmalah sebelum makan, maka sambil mainan pun, mereka akan menoleh mengingatkan saya yang sedang makan "Mama udah baca bismiyah?" ***
'Teman-teman belajar' saya ini juga ingat, pentingnya berhemat air. Maka ketika air di bak luber dan tangan mereka tak sampai menggapai keran, mereka berlari-lari menghampiri saya. Dengan wajah panik berujar "Mama! Ai(r)nya tumpah yo! Boyos! Boyos temennya setan!"
Mereka juga ingat urgensi menutup tempat minum. Maka saat kami sudah baringan siap tidur, mata mereka belum juga terpejam dan mengingatkan “Mama, geyas yang itu masih ada ai(r)nya nggak? Kayo masih, geyasnya beyum ditutup. Nanti setannya ikut minum.”
Dan mereka ingat betul, pentingnya janji. "Allah lihat, Allah dengar," begitu pesan saya saat minta mereka berjanji. Maka mereka mengingat baik-baik saat saya berjanji--sesederhana janji jalan kaki ke taman ba'da Ashar.
Maka saat saya ingkar janji, tet tot, pelanggaran besar. Dengan marah, mereka meraung "Mama kang UDAH JANJI!"
***
Seperti iman saya yang naik turun, begitu pula dengan proses belajar kami. Sungguh, tidak ada manusia yang sempurna, sama seperti tidak ada orangtua dan anak yang sempurna. Umm Anissa dari Muslim Kid Genius menulis: 
"Sometimes, a Muslim mother dreams of a perfect motherhood. They expect perfect children who can sit quietly for two hours in a masjid so they can listen to an Islamic talk and get inspired, but not realizing their kids are bored. 
They expect perfect children who behave 100% in hours play dates and outings, without thinking how kids who get tired are cranky.
They expect their perfect children to memorize many Surahs and du'as in a short time, without realizing that every child differs in readiness.
They expect perfect children who are quiet, clean the house after playing and solat on time, without thinking that even adults struggle doing the same things.
They expect the children to follow all instructions 100% and look happy, without realizing that we don't use a remote control for their behavior and feelings. We cannot look happy all the time too.
If we expect such perfection, we not only get disappointed, but also feel we are not good parents. We forget they are humans. Humans make mistakes. Childhood should be a time where it is safe to make mistakes so they can learn.
There are no perfect adults, so why expect perfect children? As we strive perfection, let's remind ourselves Only Allah is Perfect. We are weak. We struggle. We pray for His Help. So let's embrace imperfection as a journey towards perfection. 
The journey is an important as its end.
Expectations comes with patience.
Breathe, strive and give thanks."
***
"Jika anda membaca hadits, akan didapati sahabat menuturkan:
'Aku mendengar Nabi begini dan begitu . . . .'
'Aku melihat Nabi begini dan begiu. . . .'
Ini menunjukan bhw pintu ilmu adalah pendengaran dan penglihatan.
Maka jaga mata jaga telinga ya agar tak merusak ilmu dan pintu ilmu.
Mendengar dan melihat yang baik agar telinga dan mata mendapat nutrisinya." (Fachriy Aboe Syazwiena)
***
Nah, udah nulis panjang-panjang gini, jadi sadar kan No, pentingnya belajar agama? Makanya belajar, jangan males! *jitakretno.
Semoga Allah mudahkan proses kita menuntut ilmu ya, aamiin :).
8 notes · View notes
retnocatur · 9 years
Text
Kreasi Kardus
Ternyata banyaaak lho yang bisa dibikin-bikin dari kardus ^__^
1. Panggung Imut
Tumblr media
2. Kompor sederhana
Tumblr media
3. Nature Collage Box
Tumblr media
4. Labirin
Tumblr media
5. Underpass
Tumblr media
6. Masjid
Tumblr media
7. Ruko
Tumblr media
8. Rumah-rumahan
Tumblr media
9. Oven
Tumblr media
10. Kompor oven
Tumblr media
11. Jalan Sederhana
Tumblr media
12. Panggung Boneka Sederhana
Tumblr media
13. Kota dalam Kardus
Tumblr media
5 notes · View notes
retnocatur · 10 years
Text
Hari Ini dan Kemarin
Kemarin adalah hari yang lancar. 
Sesuai rencana, saya dan anak-anak main ke Perpustakaan Umum Jakarta Barat. Mampir ke Bursa Dapur, untuk membeli beberapa buah mug dan mangkok obralan. Sudah lama memang saya ingin mampir ke gerai itu.
Sorenya, Hana ikut saya mengambil buku di supplier, dan dapat hadiah stiker lucu aneka bentuk rumah. Saya juga dikirimi oleh-oleh washi tape dan punch craft embosser dari teman yang baru pulang dari Jepang. Karena washi tape saya habis (yang dulu-dulu saya pakai buat bikin bando, gelang, kartu, kompor-komporan, dll) jadi seneeeng banget dapet barang ini. Alhamdulillaah ^__^
***
Malamnya, saya dan Hana merapikan koleksi manik-manik. Hana sering minta aneka manik-manik jualan saya untuk mainan masak-masakan. Agar tersimpan rapi, kami punya 3 boks bersekat untuk menyimpannya. Ada yang 20 sekat, 14 sekat, serta boks 12 sekat non permanen. 
Seringnya sih, boks 14 dan 12 sekat ini kosong. Karena anak-anak akan mencampur aneka manik-manik dalam panci-pancian, diaduk-aduk, dituang, dilempar, atau favorit Fatih: diselipkan di berbagai tempat: balik kasur, kardus, kursi, dll. 
Agar beres dalam waktu cepat, biasanya saya ngumpulin manik-manik campur aduk ini dalam satu wadah: rantang plastik. Saat lagi nyapu, ngepel, atau beres-beres dan nemu beberapa butir manik-manik, saya masukkan juga di rantang. Sambil bertekad dalam hati: "Kapan-kapan, kalau luang, dikategorisasi lagi dalam boks."
Nah, malam itu saya ngajak Hana merapikan manik-manik. "Kita rapiin yuk!" yang diiyakan Hana dengan semangat. Kami pun memilah-milah isi rantang plastik itu. 
Kami ambil segenggam, lalu kami pilih satu-persatu, untuk masuk sekat-sekat dalam boks. Satu sekat satu jenis. Ada satu sekat isi aneka jenis manik-manik yang jumlahnya sedikit. "Nah, manik-manik yang nggak ada temennya tempatnya di sini ya, Han."
Ngikik, Hana komentar "Mama yucu ih. Emang manik-manik punya temen?"
Usai merapikan manik-manik, saya merapikan pazel. Sama seperti manik-manik, untuk beres-beres instan, saya biasanya menyatukan semua keping pazel dalam satu wadah, dan dirapikan (dimasukkan ke dalam bingkai pazelnya) lagi kapan-kapan. 
Nah, semalam, kami merapikan pazel busa hijaiyah. Memasukkan setiap abjad ke dalam lubangnya. 
Alhamdulillah, pekerjaan yang menuntut konsentrasi, kecermatan dan waktu ini rampung juga. Dengan bangga, saya cerita ke Pak Catur: "Hana bantuin Mama beres-beres manik-manik dan pazel lho, Pa. Hana pinter ya. Manik-maniknya kan banyak sekali!"
***
Usai beres-beres, anak-anak tidur pukul 22.00. Sekitar pukul 23.00, saya dan Pak Catur kencan makan mi instan sambil nonton TV. Jarang-jarang nih, punya kesempatan ini :)
Karena nggak bisa tidur, saya mencicil pekerjaan dengan mengerjakan pesanan paket prakarya. Rampung pukul 01.00, baru saya tidur. 
Terbangun sekitar pukul 03.30, saya kerja di ruang kerja depan. Merekap pesanan pembeli, membungkusi paket, PM tagihan, memilah-milah buku berdasarkan pesanan pembeli, membaginya dalam tumpukan per nama pembeli, menimbang pesanan, cek ongkir, dll.
Karena ada rencana pergi ke Bogor sekitar pukul 08.00, saya ingin menyelesaikan pekerjaan sebelum jalan. Insya Allah. 
***
Saat Hana bangun pagi, pekerjaan saya sudah hampir beres. Setelah posting foto buku obral, saya pun keluar bareng Hana. Jalan kaki pagi beli sarapan dan cemilan untuk ke Bogor, plus ambil uang di ATM.
Mulur dari rencana, kami baru jalan pukul 10.00, dan baru sampai rumah sekitar pukul 16.00. 
Masih capek usai perjalanan, saya mendapati postingan buku obral tadi pagi diserbu pembeli. Ada tumpukan inbox dan notifikasi yang perlu saya respon, dan saya juga harus membuat daftar jumlah buku yang akan diambil di supplier. 
Sementara itu, di ruang tamu, Hana dan Fatih kembali mainan manik-manik yang semalam sudah dirapikan. Mulanya saya hanya izinkan untuk ambil satu jenis, dan Hana nurut. Tapi Fatih merengek minta lagi, dan saya terpikir: "Ini kan buat mainan anak-anak ya. Masa nggak boleh buat mainan, sih."
Jadilah saya berujar "Oke, boleh dikeluarin lagi manik-maniknya. Tapi satu boks aja, lalu nanti kalo udah mainan, kita beresin sama-sama, ya."
Dengan semangat, anak-anak pun menuang manik-manik. Hana ambil segenggam, masuk panci-pancian. Fatih ambil segenggam, masuk excavator. 
Permainan makin heboh saat Fatih melempar manik-manik ke atas, dan sudah bisa diduga: lantai berantakan, penuh manik-manik bertebaran. 
Dan sudah saya duga juga, Fatih emoh beres-beres. Jengkel, capek, dan pingin marah, saya tinggalkan anak-anak di ruang tamu. "Mama mau tidur aja, capek."
Kala meluruskan punggung di kasur, seolah ada yang mengingatkan saya "Bukan begini caranya, Retnadi. Tidak akan berhasil dengan cara ini."
Keluar kamar, saya dapati Hana terisak-isak di ruang tamu. Tangannya memegang boks kosong. Duh :(
Saya peluk dan pangku dia. "Hana kenapa?"
"Nggak ada yang mau bantuin Hana beyes-beyes," isaknya. 
Hati saya mencelus. Lalu saya peluk dia lama, sampai tangisnya reda. 
"Maaf ya Hana, tadi Mama capek. Jadi Mama baringan dulu. Ini Mama bangun, mau beres-beres sama Hana. Minta maaf ya..."
Dia mengangguk pelan. 
Saya usap sisa air matanya. "Kita beres-beres, terus kalian boleh ngemil keju. Abis itu, kita jalan-jalan sebentar sama Papa, ya."
Dia tersenyum. "Iya, mau."
"Karena sekarang kita harus beres-beres cepat, semua manik-manik ini kita masukin rantang lagi kayak kemarin ya. Nanti kapan-kapan, kalau luang, Hana masuk-masukin lagi ke kotak sama Mama, kayak semalam. Kapan-kapan ya, insya Allah."
***
"Ayo Tih, beres-beres. Dapet hadiah keju lho," ujar kami membujuk bocah 2 tahun itu. Fatih yang mondar-mandir mainan pun sempat bantu memasukkan manik-manik di lantai ke rantang. Hanya 1-2 genggam, lalu dia kembali mainan mondar-mandir. 
"Ayo Tih, sekarang mobil-mobilannya. Masuk kotak."
Di luar dugaan, Fatih nurut. Dia mondar-mandir masukin mobil ke kotak kabinet. Dan saat rumah-rumahan Hana tergeletak di lantai, Fatih mengambilnya dan berujar "Sini Han, Fatih bantuin," lalu meletakkannya di meja ruang tamu. 
:D
***
Usai beres-beres, kami motoran muter-muter sebentar. Lalu pulang. Karena ngantuk, Hana dan saya tidur pukul 22.00. Fatih sendiri, emoh tidur dan menyusul Pak Catur di ruang kerja depan. "Tih mau sama Papa aja ah!" ujarnya. 
Sekitar pukul 23.30 saya terbangun karena kami mendapati pup kucing di kasur. Tidak sampai kena Hana dan saya yang tadi tidur, sih. Tapi kami jadi harus mengganti sprei, membersihkan kasur, dll. "Sempet-sempetnya ya tuh kucing pup di sini," komentar Pak Catur. 
Ini kali ketiga kucing pup di kasur kami. Yang pertama, saat kami dulu pulang belanja. Kedua, saat kami  pulang jalan pagi. Semuanya di posisi yang sama. Karena itu, kami selalu menutup pintu rapat-rapat saat pergi. 
"Ini karena Fatih tadi mondar-mandir keluar masuk kamar. Pintu kamarnya jadi kebuka terus," ujar Pak Catur spaneng. 
Fatih terdiam. Dia masih diam, saat kami rampung memasang sprei. Dan masih diam, saat kami sudah baringan. 
Menyesal sudah marah-marah, Pak Catur menghampiri Fatih. Mengulurkan tangan, dan berujar "Tih, Papa minta maaf ya. Maaf ya tadi Papa marah-marah. Udah nggak papa kok sekarang. Maaf ya Tih."
Fatih mengangguk dan menyambut uluran tangan Pak Catur. 
Tumblr media
Sumber: sayingandquotes.blogspot.com. 
***
Pagi ini, saya merenungi kejadian dua hari ini. Bahwa hari-hari memang bisa naik-turun, cerah-mendung, lancar-macet, terencana-acak, mulus-ngadat, kemling kemling berkilauan-gloomy. That's life. 
Lalu, saya tersentak saat membaca ini:
Tumblr media
Pas banget dengan ujaran Nouman Ali Khan: "Depressed people, scared people, nervous people, and angry people can't carry Allah's message. It's a big job. You have to be happy, you have to be people who are calm, and who exude positivity so that when people are around you, they also become positive. That's how duaat have to be."
Plak. Jleb. 
Saya ingat, saat saya lebih tenang, anak-anak menyerap ilmu dengan lebih baik. Usai membereskan manik-manik dalam rantang semalam misalnya. Hana yang kebelet pipis, bertanya "Doanya gimana, Mama?" Lalu kami berdoa bersama, seperti yang biasa saya lakukan setiap anak-anak ke kamar mandi. 
Tapi semalam, kali pertama, dia yang menginisiasi doa masuk kamar mandi--biasanya hanya doa keluar kamar mandi. Di dalam kamar mandi juga Hana sempat berceloteh. Lalu tiba-tiba menutup mulutnya dengan tangan, sambil menatap saya. Saya mengangguk. 
Tanpa suara, saya bilang: Di kamar mandi tidak boleh bicara. 
Dia pun mengacungkan jempol sambil tersenyum. Yang saya balas dengan acungan jempol pula. 
Tumblr media
***
Saya dan Pak Catur bukan orangtua teladan. Sungguh, bukan. Kami masih jauuuh dari titik itu. Masih sering spaneng dan hambur emosi negatif. Masih, masih, dan masih banyak cacat celah lubang di sana-sini. 
Karena itulah, saya berdoa pada Allah, agar diajari caranya menjadi ibu yang baik. Menjadi orangtua yang baik. 
Seperti ujaran Iris Krasnow dalam buku Surrendering to Motherhood, I Love to be a Mom: "Saya tak ingin mengatakan bahwa saya seorang ibu teladan yang sempurna; saya hanyalah seorang ibu yang berusaha setiap hari untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya." (hal 18)
Semoga Allah mudahkan, aamiin...
***
Terinspirasi dari postingan Mbak Irma Nugraha :) Jazaakillaahu khoyron, Mbak. 
6 notes · View notes
retnocatur · 10 years
Text
Ketika Melintas Jalan Raya yang Selokannya Dibersihkan
H: "Meyeka yagi apa Mama?" (nunjuk para pekerja yang lagi bersihin selokan) M: "Lagi kerja bersihin selokan. Padahal selokannya hitam-hitam gitu. Tapi mereka kerjakan, supaya dapet uang. Makanya kita mesti bersyukur, Mama Papa nggak usah kerja kayak gitu untuk dapat uang. Bilang apa, Nak?" H: "Ayhamduyiyyaah."
2 notes · View notes
retnocatur · 10 years
Text
"Mama Nggak Papa?"
Kemarin: satu ransel penuh buku dan satu kantong plastik besar, juga penuh buku.
Mata mungilnya menatap Mama, cemas.
"Mama nggak papa? Aku boyeh bantu?" ujarnya sambil mengulurkan tangan.
0 notes
retnocatur · 10 years
Text
"Jangan Menceya Makanan, Pa"
"Nasi gorengnya kalo udah dingin kurang enak."
"Jangan menceya makanan, Pa."
"Oh iya, bener. Makasih diingetin ya Han. Kenapa jangan mencela makanan?"
"Kayena Yosuyuyoh nggak pe(r)nah menceya makanan."
1 note · View note
retnocatur · 10 years
Text
Tentang Kerudung Mama, Dulu & Sekarang
Ujug-ujug, saat gandengan jalan kaki pagi: H: "Mama. Mama kan duyu punya keyudung pendek-pendek. Kenapa sekayang nggak dipake yagi?" M: "Karena Mama lebih nyaman pake yang panjang." H: "Aku juga mau ah pake yang panjang-panjang." M: "Eh, beneran?" H: "Iya, bia(r) kaya Mama!"
1 note · View note
retnocatur · 10 years
Text
Ujarnya
"Aku nggak mau nonton tivi yagi ah. Ikyan-ikyannya meyusak otak. Nanti nggak jadi anak soyehah."
3 notes · View notes
retnocatur · 10 years
Text
"Tidak boyeh main yang ada Heyowinnya. Kata Yosuyuyoh, tidak boyeh menakut-nakuti oyang."
Ketika buka situs langganan belajar bahasa Inggris untuk anak: M: "Kok ada gambar sarang laba-labanya ya, Han?" H: "Kan mau Heyowin, Ma. Ni, nanti anaknya jadi pake topeng. Ada pumpkinnya. Heyowin."
Kami pun berdiskusi tentang Halloween, hari raya umat Islam, dan sikap kepada sesama muslim. Tak lama, sepupunya datang. Mama keluar kamar, mondar-mandir. Nguping obrolan mereka: H: "Tidak boyeh main yang ada Heyowinnya. Kata Yosuyuyoh, tidak boyeh menakut-nakuti oyang." === Materi yang bagus seputar ini 
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/bercanda-dan-tertawa-tidak-boleh.html
2 notes · View notes
retnocatur · 10 years
Text
Ketika Mereka Sakit
Salah satu penghancur hati ibu adalah: kala anak-anak sakit.
Ketika mereka terbaring lemas dan emoh makan
Ketika kita rela melakukan apapun agar mereka mau menelan beberapa suap lagi
Dan saat mereka menolak, menguatkan diri dengan hadits ini:
"Janganlah kalian memaksa orang yg sakit di antara kalian untuk memakan makanan, karena Allah yg akan memberi makan & minum kepada mereka." (Hadits Tirmidzi 1963)
***
Ketika kita langsung melompat dan berlari menghampiri, setiap mendengar satu erangan, rintihan, rengekan, atau panggilan lemah: "Mama...sini..."
Ketika kita berharap,
andai rasa sakit bisa ditransfer, 
biarlah kita saja yang rasakan.
Jangan mereka.
Jangan mereka. 
***
Ketika malam-malam terasa panjang karena begadang menunggui mereka
Dengan setumpuk kekhawatiran
Apa mereka muntah, diare atau demam? 
Apa napasnya sudah lebih teratur?
Apa tidurnya lelap dan tak gelisah?
Ketika doa dan sujud kita panjangkan, memohon pada-Nya,
"Ya Allah, Rabb Pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah, Engkau-lah Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan hanya kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sedikit pun penyakit." (HR Al-Bukhari no 5743 dan Muslim no 2191)
Ketika sesal menyesaki dada,
Karena kemarin tidak cukup sabar,
Tidak cukup pengertian,
Tidak cukup fun,
Tidak cukup baik
***
Dan diantara butir airmata yang menderas,
Kita berjanji pada diri sendiri,
Esok, kita akan lebih sabar dan pengertian,
Esok, kita tidak akan marah-marah,
atau mengomel,
dan meributkan hal-hal remeh,
seremeh mainan yang bertebaran,
lantai yang lengket kena tumpahan minuman,
buku-buku rusak,
ataupun rumah yang berantakan.
Esok, kita akan bergegas meninggalkan pekerjaan saat mereka memanggil
Karena esok, pekerjaanlah yang lebih pantas menerima kata:
"Tunggu",
"Sebentar",
dan "Nanti".
Esok, kita akan mendengarkan setiap cerita mereka--sesederhana apapun itu. 
Menatap mereka lekat-lekat sambil tersenyum
Dan sungguh-sungguh mendengarkan.
Esok, kita akan lebih banyak tersenyum dan tertawa,
Memilih diksi terbaik untuk diucapkan pada mereka,
dan mengunyah setiap diksi negatif sebelum terlontar.
Mengunyahnya lumat-lumat, dan menelannya.
Esok, kita akan lebih sering memuji mereka,
Dengan lembut memanggil mereka "Sayang"
"Anak Mama yang soleh",
"Anak Mama yang solehah",
Esok, kita akan lebih banyak memeluk mereka, sambil berujar "Sungguh, Mama cinta kalian karena Allah."
Esok, kita akan menyediakan harta berharga untuk mereka,
bernama: Waktu.  ***
Dan sambil mengelus kepala mereka yang sedang terbaring lemas, 
Kita merancang rencana kalau esok mereka sembuh. 
Semua rencana yang kemarin tertunda, dengan alasan:
"Nanti ya. Kapan-kapan."
Pelan-pelan, senyum mereka pun mengembang, saat mendengar rencana:
Jalan-jalan ke taman mengumpulkan biji-bijian
Menikmati embusan angin dan mengamati bentuk awan,
Membuat gunung berapi dengan cuka dan baking soda,
Membuat rumah-rumahan dan mobil-mobilan dari kardus
Makan kue di kedai yang banyak pernik Hello Kitty,
Finger painting di kardus,
Belajar bersama,
Dan setumpuk rencana lain.
Dan sambil memeluk mereka,
Kita berjanji pada diri sendiri,
"From now on, I'll be a better mom."
Insya Allah.
Tumblr media
5 notes · View notes
retnocatur · 10 years
Text
Kencan Sederhana
Tempo hari saya membaca postingan ini di Wives of Jannah "Life with small children isn't easy. My youngest two kids are 3 years and 4 1/2 months. It's no secret that many couples report lower levels of satisfaction in their marriage after the birth of their first child.
Sometimes you and your husband are just so darn tired. My husband and I have those moments where we are both dying for a chance to escape, lol.
Escape fantasies are normal. And right now, the fantasy is as exotic as eating alone and undisturbed over dinner. (Don't think you are a bad mother for wanting to be completely alone for awhile...or wife for that matter! Trust me, your husband has his escapist thoughts too, and his fantasy island may have only one single chair on the sand.)
But this passes too. Just understand that when you have to adults tired and stressed out to the tunes of nagging, whining, and clingy toddlers, plus a crying and screaming baby - to roll with it as best as you can, not take each other's grumpiness personal, except both of you want a break, and nobody wants to change another diaper.
Cranky people make grumpy comments. It ain't mushy, romantic, and lovey-dovey. Let it go, and focus on the end goal. Getting those little people to sleep so you CAN both spend some time alone, even if it means laying in bed in utter silence and falling asleep next to each other within 180 seconds :D"
***
Membaca ini saya jadi ingat masa-masa sebelum hamil. Delapan bulan setelah nikah, baru saya hamil Hana. Selama masa delapan bulan itulah kami pacaran :D. 
Karena saya sempat kerja kantoran di Jakarta dan Pak Catur ngantor di Ciawi, sempat ada masanya, kami kencan hanya saat makan malam di warung. Yang mana, beliau nunggu saya turun dari bis Jakarta-Sukabumi, lalu makan bareng di warung pinggir jalan. Atau saat kami motoran Jakarta-Ciawi seminggu sekali. 
Salah dua kencan favorit saya kala itu adalah: motoran muter-muter Rancamaya atau daerah Tapos. Tapos ini dulunya peternakan sapi, tapi kini sudah mirip hutan.
"Ngapain sih Dhe ke situ. Nggak ada apa-apa di sana," seloroh Pak Catur kalau saya minta ke Tapos. 
Tumbuh di kampung Wanadadi, Banjarnegara, beliau memang sudah terbiasa dengan pemandangan hutan begitu. Sesuatu yang justru langka buat saya yang tumbuh di kota besar dan gempuran mal. Karena itulah, saya sukaaa banget duduk-duduk di situ. Menikmati rindang pohon, kicau burung, embusan angin, hening. So peaceful.
***
Sejak menjadi ibu, kuantitas kami kencan di luar pun makin berkurang. Kali terakhir kami makan berdua di luar mungkin beberapa minggu setelah saya lahiran Hana. Jenuh dengan rutinitas ibu baru, saya minta kami makan di luar berdua. Jadilah Hana kami titipkan pada Ibu saya--setelah Hana saya susui sampai kenyang, lalu kami makan malam di: warung pecel lele dekat rumah! Saking dekatnya, sampai jalan kaki ke situ aja nggak nyampe 5 menit :))
Apalagi sejak Fatih lahir. Kami nggak pernah pergi berdua tanpa anak-anak. Pak Catur sendiri sebenarnya bukan tipe yang suka hang out dan jalan-jalan. Saat makan enak sendirian, beliau sering keingetan kami. Pernah saat masih ngantor, beliau ada acara pertemuan di suatu hotel. Pulang-pulang, beliau ngasih beberapa potong risoles terbungkus kertas tisu untuk saya. "Buat Mama. Kan Mama suka risol."
*** 
Tidak seperti Pak Catur, dulu saya suka jalan-jalan dan hang out. Saya suka melintas jalan tol yang lengang. Menonton kerlap-kerlip lampu di malam hari. Saya juga suka menembus keramaian, mengamati tanpa terlibat di dalamnya. Dan dulu saya juga menikmati ngumpul bersama teman-teman: jajan bareng, nonton, ngobrol ngalor ngidul.
Menikah dengan Pak Catur yang pria rumahan, pelan-pelan membuat saya berubah. "Jalan-jalan di luar kan biasanya makan, Ma. Mahal. Sayang uangnya. Mending makan di rumah, main sama anak-anak," ujar beliau :).
Maka rutinitas jalan-jalan kami pun sederhana saja: motoran bareng anak-anak keliling daerah rumah sambil anak-anak minum susu. Atau ke taman bawa es krim, dan makan es krim di sana. Sangat sederhana :)
***
Lambat laun, saya pun berkompromi dengan definisi kencan. Bahwa kencan tak mesti candle light dinner bertabur bunga. Bahwa kami tidak harus jalan keluar berdua. 
Bahwa kencan bisa berupa hal-hal sederhana: duduk hadap-hadapan sambil kerja (beliau ngedit atau me-lay out, saya merekap pesanan). Atau malam-malam membungkusi manik-manik bahan prakarya jualan saya. Atau beliau lembur me-lay out sementara saya bungkus-bungkus paket. Atau usai shalat Subuh, kami olahraga jalan kaki cepat bareng. Atau tengah malam makan mi instan sambil nonton film di televisi, sementara anak-anak pulas.
Atau ketika kami berkendara pulang melintas tol Jagorawi. Sementara anak-anak tidur di jok tengah, saya pindah ke jok depan. Berdua di depan, kami duduk diam-diam sambil mendengarkan murottal. 
Atau bahkan, kencan bisa berupa: tilawah bareng usai shalat Maghrib. Saya menyimak bacaan beliau, dilanjutkan beliau menyimak bacaan saya. 
Iya, kencan-kencan sederhana. Sangat sederhana :)    
Tumblr media
Sumber gambar: gigisplace9.com
22 notes · View notes