Tumgik
rererainsky 2 years
Text
MASUK IGD HEUUU
Siang itu, kami makan diluar.
"Ay, abis ini tolong anterin Ibu ke IGD ya". Kataku agak ragu.
"Memangnya Ibu kenapa?" Tatapannya mulai menyelidik.
"Ibu........."
Aku masih menguyah, antara ragu dan yakin untuk melanjutkan.
Diantarnya aku ke IGD RSUD Kota Bandung. Seorang satpam menyapa sambil menawarkan kursi roda. Aku menolak, selain karena masih bisa jalan, kursi roda itu bisa untuk mereka yg lebih membutuhkan.
Suamiku parkir, lalu kebagian administrasi.
Aku menuju salah satu ruang di IGD, berbaring, dan mencoba tenang.
Dua orang bidan datang, "Teteh lagi hamil? Keluhan nya apa?"
"Kaki kanan saya ketusuk paku". Kataku santuy sambil menatap bu bidan.
Dia agak kaget. Mungkin dalam hatinya bilang begini, "Ettdaah ini ibu santai amat kakinya kena paku lagi hamil gede".
Datanglah seorang dokter, dua orang perawat, satu petugas administrasi, bapak-bapak OB, bapak-bapak yg naik turunin tempat tidur pasien. Mereka berbincang-bincang ala DPR rapat paripurna.
"Bisa disuntik anti tetanus, dok?" Tanyaku.
"Sebentar ya kami konsultasikan dan diskusikan lebih dulu".
Tak lama, dua suntikan bius mendarat di telapak kaki. Coba aja itu suntikan dana trilliunan kayak ke BUMN. Rasanya mungkin gak "Ah MasyaaAllah".
Luka dikakiku di eksplore, alias disobek terus yaa you know lah wkwk. Emmm rasanyaaa....
Aku mencoba mengalihkan pikiran dengan menatap suamiku. Wajahnya tampak pusing, antara mikirin istrinya atau urusan kantor.
Setelah adegan "drama ibu hamil ketusuk paku" selesai, aku mencoba tidur siang, suamiku kembali ke administrasi.
Tampak olehku, seorang perempuan remaja (mungkin masih kelas 1 SMP) datang bersama keluarganya. Sayup-sayup kudengar mereka bilang begini.
"Kalau mau di visum, harus minta surat pengantar kepolisian Pak, sekalian saja kasusnya di usut tuntas".
"Iya Pak, ini kami juga mau mengusahakan".
Anak gadis itu menunduk lesu, baru 10 detik dia masuk ruang bidan.
"Wah kasus pemerko***n seperti ini biasanya blablabla...."
Aku memandangi anak itu, betapa jiwa raganya terguncang atas apa yg telah menimpanya. Mereka pergi, kutebak minta surat kepolisi.
Tak terbayang, ia harus menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari petugas, mengingat kejadian yg membuatnya luka, tertekan mungkin juga trauma seumur hidup.
8 notes View notes
rererainsky 3 years
Text
Surat Dokter
Di Poliklinik.
D: Keluhannya apa Mba?
R: Ga ada keluhan, dok.
D: Keperluan nya?
R: Minta surat sehat, dok.
D: Buat kerja?
R: Buat naik gunung, dok
D: Oke, sekarang mbaknya ngerasain apa?
R: Agak laper dok
D: 馃槄馃槄馃槄馃槄 Saya cek dulu ya
R : (Ga sakit kenapa harus dicek huft)
D : Mbaknya udah nanjak kemana aja?
R : Sini-sini aja kok dok
D: Merapi? Lawu? Sumbing?
R: Iya
D: Sumbing sama Sindoro itu susahan mana ya Mba?
R : Dua-duanya mungkin.
D: Saya dulu pernah muncak ke Lawu dan Merapi
R : Dulu dokter minta surat sehat juga ga ke dokter yg lain?
D : wkwkwk engga itu
R : Ohh...
D: Mbanya biasa muncak ya? Kenapa suka muncak? Coba tarik nafas, lepaskan, ulangi 3x ya, (stetoskopnya ditaroh dipunggungku)
R: (muka tegang)
D : Tensinya rendah, mbaknya ngerasa sakit?
R : Saya ngerasa laper dok
D : wkwkwkwk ...... ya... ya .... ya....
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Tentang Rejeki.
Sepulang kerja, aku duduk didepan kosan. Alesannya cuma satu; ngadem dibawah pohon mangga.
Ba'da isya, lewat seorang Bapak berbaju kumal, mendayung sepeda, berhenti 5 meter dihadapanku.
"Usus, Mba. Berkah, enak"
"Nuwun, Pak". Jawabku.
Dalam hati, aku ga makan usus, dan kalopun kubeli, kukasih siapa, anak-anak kos pada pergi.
"Buku, Mba. Ada majalah, buku anak-anak, mixer, banyak". Katanya lagi.
Si bapak mulai membuka keranjang nya satu persatu. Akupun mendekat, tidak tega.
Tampak olehku, plester dikeningnya mulai terkelupas, wajahnya kusam, celana panjang nya miring, bajunya sobek dibagian kanan, banyak plastik disepedanya, sebagian isinya rongsokan, yang paling tajam bau minyak angin.
Buku-buku yg beliau maksud pun adalah buku虏 lusuh yg terlipat, tidak berwarna. Buku bekas.
"Ini majalah, Mba. Ini buku tentang hukum, ini tentang dunia kerja, ini usus goreng harganya 25 ribu". Si Bapak terus berbicara.
"Bukunya pinten, pak?" Kataku.
"Ususnya ini enak, Mba. Digoreng, gurih. Mbak nya makan usus? Bukunya saya kasih gratis buat Mba". Jawabnya lagi.
"Pak..... ini....." (kukeluarkan selembar uang dari kantong).
Pikirku, berapapun harga usus, buku, mixer, dan semua benda yg ditawarkan beliau, uang dikantongku tetap tidak cukup. Jadi, kuputuskan tidak membeli.
"Mbak, saya jualan. Saya gamau minta-minta".
Deg.
"Mbak, ini beli aja ya, mbak boleh bawa majalah yg ini".
Disodorkan kepadaku sebuah majalah cosmopolitan, covernya Blackpink in yourr areaaahh...
Kuterima majalahnya. Lalu pamit.
Dikejauhan, beliau terlihat sumringah.
"Mbaak, lancar ya rejekinya, semoga sehat selalu, semoga berkah hidupnya, dijaga Allah".
Deg lagi.
"Mba, kalau ketemu saya, tolong disapa ya kapan-kapan". Kali ini senyumnya tulus sekali.
"Yaa Pakk, hati-hati".
Kupandangi majalah blackpink disebelahku.
Aku ga suka yg korea-korea, tapi aku suka cara Allah mempertemukan Bapak itu kepadaku malam ini.
1 note View note
rererainsky 3 years
Text
Sate.
Pas beli sayur, yg jual lagi asyik bakar-bakar sate.
"Mba, mau sate? Boleh nih satu, dua, lima, sepuluh", katanya.
Aku diem. Entah berapa detik.
Ditelinga kanan sesuatu berbisik, "Jangan, kan kamu ga makan yg dibakar-bakar".
Telinga kiri berbisik, "Halaah, cuma dikit aja, lagian udah berapa tahun ga makan sate, cobain aja satu, enaaakkk cuy"
Telingan kanan gamau kalah, "Nanti kalo kenapa-kenapa gimana? Inget alergimu banyak, gaboleh sembarangan makan!!!!"
Telinga kiri masih bales, "Astagaaa, satu ajaa".
Ujian hidupku kadang sereceh itu.
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Suatu pagi.
Re : Airnya habis, minta tolong angkatin galon ya
Ro : Kamu gak bisa angkat galon??? Ga mungkin!! Kamu lho kuat gendong carrier naik gunung, masa galon gabisa??
Re : Engga (jawab dengan cuek)
Ag : (Ngangkatin galon ke dispenser)
Beberapa hari kemudian.
Re : Gausah pake jeans lagi ya
Ag : Celanaku soek, Re. Itu lho pas ngangkatin galon pagi-pagi
Re : (Ngerasa bersalah tapi gabisa nahan ketawa) wqwq
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Qurban
R: Pak, kambingnya sebelum di Qurbanin bawa jalan-jalan dulu ya
B: Kemana? Ke Mall?
R: Hiiiih, jalan-jalan aja keliling deket rumah, 2 putaran.....
B: Kemarin itu udah Bapak mandiin sih kambingnya 馃槄
R: Nah, sekalian exercise. Terusss, sebelum disembelih, dipuasakan dulu ya.
B: Laahh kasian kambingnya, kalo temen虏 nya dikasih makan, masa dia ga makan. Kalo dia laper gimana?
R: (Tarik nafas dalam-dalam) Bapak, dipuasakan supaya dia detoksifikasi pencernaan, saluran-saluran didalamnya. Kan kita mau hasil otot (daging) si kambing ini kualitas terbaik.
B: (Diem aja masih dengerin)
R: (Ya Allah ujian banget untuk anak peternakan ini mah)
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Vaksin 2
"Yang buruh tani, buruh perkebunan, pada ikut vaksin dong? Demi mendapat bantuan untuk bertahan hidup?"
"Terus kalo yg gamau vaksin, gimana?"
"Semisal ada efek samping dari vaksin, dan itu jangka panjang, ada jaminan ga?"
"Ibu hamil vaksin?"
"Orang-orang desa udah di edukasi dengan jelas soal vaksin?"
"Ada 2x kan tahap vaksin nya?"
Tanyakan pada yang berkapasitas untuk menjawab :)
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Vaksin
"Didesa lagi ada vaksin massal, tadi udah didata sama kepala desa".
"Vaksin dimana, Mom?"
"Mesjid di Suko Beno situ"
"Emmm, besok bilang sama petugasnya kalo Mommy itu anemia, asam lambung, dan belum punya cucu".
"Emm..... 馃馃"
2 hari setelahnya.
"Kemarin jadi di vaksin?"
"Kemarin orang-orang dibawa naik mobil, rame-rame gitu (yaiyalah wong vaksin massal). Mommy sama temen2 berangkat bareng".
".......... (mendengarkan)"
"Pas di cek, kata Mbak Petugasnya, Ibuk anemia dan kurang darah, terus ga jadi, terus pulang".
"Hoo berarti ga jadi"
"Iya, tapiii orang-orang itu rameeee di sana, yg gak mau vaksin (dan dari keluarga prasejahtera) kabarnya ga dapet bantuan dari pemerintah"
"Kok bisa?"
"Kades nya bilang gitu"
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Kartu Pra kerja
X : Daftar Kartu Pra kerja?
R : Engga
X : Kenapa?
R : Engga aja
X : Kenapa? Kan itu gratis.
R : Enggak, kalo mau daftar ya silahkan. Aku tetep enggak akan pernah daftar dan ikutan kartu pra kerja.
Dalam hati, "aku cuma punya 1 alasan yaitu Idealisme".
Makasih ya, Aku.
Tragedi Pra kerja.
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Pertanyaan.
"Re, apakabar?"
"Engga ada pertanyaan lain?"
"Oh... pasukan Mongol dulu nyerangnya naik kuda atau jalan kaki? Kamu tau surat cinta Ratu Elizabeth yg ditulis untuk kekasihnya pada pukul berapa? CR7 kalo pensiun kira-kira mau ngapain?"
"...................."
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Gaji #2
Seorang teman mengeluh karena gajinya dinilai kurang atau tidak sebanding dengan yg ia kerjakan.
"Gajiku tuu dipotong setengahnya, terus blablabla"
"..........."
Padahal saya tau berapa besar gajinya. Pun ketika dipotong, gaji dia masih lebih besar daripada saya. Waktu dia ngeluh, saya cuma diem. Gatau mau nanggepin apa.
Eh, ketemu Bapak Penjual Degan. And.......I get the answer!
Perihal ini sepertinya soal syukur.
Huft.
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Gaji
R: Bapak sehari jual berapa degan, Pak? 100 buah?
PD: Enggak, sepiii... semenjak pandemi
R: Emm, 50? 30?
PD: 12 buah, Mba (muka lesu)
R : Itu dari jam berapa sampe jam berapa Pak?
PD : Jam 7 Pagi sampai 7 malam
R : Wooohh, 12 jam ta? 12 degan, satunya harga 12 ribu, berarti sehari..
PD : Yaa modalnya, Mba. 1 degan 7 ribu.
R : Emm... untungnya 1 degan 5 ribu, dikali 12, 60 ribu sehari, sebulaaan... 3 jutaaaa...
PD: Ya engga dong Mbaaaaaa, ya 1,8 juta dong
R: Itu saya doakan Pak, rejeki kan bisa apa aja, harta yg halal, sehat, anak-anak yg cerdas. Banyak Pak...
PD: Aamiin....
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Personal Branding.
PD : Penjual Degan
R : Aku
R : Kelapa murni, satu nggih Pak.
PD: Mbaknya yg kemarin demo to?
R: Nggih, setelah demo, saya kesini, setelah minum air kelapa itu, saya demo lagi Pak...
PD : Mbaknya kuliah atau kerja? Dimana?
R: Saya kerja disini, kalo kuliah di Jogja Pak.
PD: Lebih enak Solo atau Jogja Mba?
R: JOGJA PAK. Soalnya polisinya gak sok-sokan, dulu saya mahasiswa demo gak digebuki, lha disini.... jauuh bedanya.
PD: Mungkin karena Sultan juga Mbaaa
R : Em.......yaaa...
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Masih KPK.
"Pilih Al-Qur'an atau Pancasila?"
Emang, yg memilih Al-Qur'an adalah mereka yg tidak pancasilais? Terus yg memilih Pancasila, tidak agamis?
Pancasila itu diambil dari Al-Qur'an. Pertanyaan Tes TWK itu menempatkan posisi Qur'an dan Pancasila seolah-olah dua hal yg bertolak belakang. Dua hal yg harus dipilih salah satu.
Manusia yang "jelas-jelas" gak lolos Tes Wawasan Kebangsaan adalah mereka yg bikin pertanyaan itu sendiri!
Dungu kok dipelihara istana.
0 notes
rererainsky 3 years
Text
Tipe
Perkiraan tipe-tipe akhwat ketika nolak ikhwan tahun 2025.
"Aku gabisa sama kamu"
"Kenapa?"
"Soalnya tahun 2021 waktu Palestina di bombardir, kamu ga bantuin, ga posting soal palestina, kamu terlihat dukung Israel"
"Tapi...."
"Waktu KPK dilemahkan, kamu diem! Korupsi bansos, kamu diem! Eh ternyata kamu emang dari partai yg korup, yg jelas mau bunuh KPK!"
"Tapiii...."
"GA ADA TAPI! Gimana mungkin kamu bisa sayang sama orang, tapi kamu sendiri ga sayang sama bangsamu!"
The End.
1 note View note
rererainsky 3 years
Text
KPK
"Kan yg gak lolos cuma 75, masih ada 1200 Pegawai KPK"
"Kan dokter yg meninggal cuma 200, masih ada 1000 yg hidup"
"Kan duitnya cuma hilang 1 juta, masih ada 4 juta"
"Kan yg dikorupsi cuma 2 Triliun, masih ada 2100 Trilliun duit negara".
Besok sekolah lagi ya Pak.
2 notes View notes
rererainsky 3 years
Text
Tentang Akhlak.
Di Puncak Gunung.
"Masyaa Allah ada ukhti-ukhti dipuncak gunung"
"Weh, Mbaknya bercadar. Sana minta foto bareng"
"Masyaa Allah ukhti, Assalamualaikum"
"Mbaknya gimana nafasnya ya"
"Mbaaak.... (ngeliatin terus sampe aku ngilang)"
Dalam hati, pelecehan in another level.
Di jalan turun, jalur baru.
Ada 2 tikungan, aku jalan didepan. Galuh dibelakang, ditikungan sebelumnya.
Ditikungan yg sama, aku ngeliat seorang laki-laki, dia masih jalan diujung. Aku ga begitu peduli dan fokus kepinus-pinus. Si Mas ini berhenti. Selang beberapa langkah setelah melewatinya, aku noleh kebelakang, nyari Galuh.
Tampak olehku, Mas ini membalikkan badannya, menghadap tebing, menurunkan topinya sampai ke mata, dan menunduk dalam. Dia diam ditempat sampai aku ga dijalur itu.
Aku ga liat wajahnya, tapi aku ingat warna topinya, bajunya, sepatunya, bahkan tracking pole nya!
Dalam hatiku, "Itukah caranya menghargai perempuan dijalur pendakian?"
Lalu, kurasakan hatiku berbunga-bunga.
Akhak memang semenyejukkan itu.
1 note View note