Tumgik
raufabdurrauf · 4 years
Text
Insecure Pasti Berlalu
Insecure itu menyebalkan!
Kamu meneriakkan suara lantangmu, hingga menggema layaknya ombak yang menabrak batu karang. Ya, kamu terkurung dalam sebuah penjara keminderan, ketakutan dan kegelisahan. “Ah, kalau begitu lebih baik diam saja.” Kamu berpikir diam itu adalah emas. Ya, memang emas ketika penggunaannya tepat! Namun, kini kamu mengidolakan diam, diam menjadi sebuah kunci untuk melawan sebuah rasa ke-insecure-an. Kamu kira diam adalah cara terbaik melawan ke-insecure-an. Tapi, kamu sekarang lihat sendiri. Kamu terusik, kamu dibuat iri, kamu terpaku membisu. Tak bergerak. Seolah diam tak membuatmu jadi apa-apa. Ya, kamu tadinya mengidolakan diam. Kini, kamu berbisik pada hatimu, “Yakin berdiam saja?” “Engga mau coba dulu? Tidak ada salahnya kan untuk mencoba?” Kamu berpikir keras bagaimana melawan rasa ke-insecure-an ini. Akhirnya kamu melangkah, melangkah untuk pertama kalinya! Dan itu.. LUAR BIASA! Kamu merasakan letupan semangat yang membuncah, tak pernah kamu bayangkan. Mengasyikkan! Aku hanya ingin berpesan, bahwa diam kadang menjadi solusi untuk mencari rasa nyaman. Namun, jika kamu ingin mencari tahu apa makna hidup? Bergeraklah! Berpetualanglah dan berbuat baiklah. Niscaya kamu akan mendapatkan esensinya, kenikmatannya. Yang amat luar biasa! Selamat menikmati langkah pertama dengan segala keistemewaannya!
2 notes · View notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
Senjata Terbaik
Malam lalu sangat menyeramkan. Dalam kesunyian ketukkan itu perlahan diayunkan. Kala itu semua manusia dalam keadaan tak bernyawa, pulas.
Keesokan harinya semua terbangun dengan alarm yang lebih keras dari sebelumnya. Pertanda darurat. Malam itu seperti mimpi buruk, yang membuat banyak orang resah ketika bangun dari tidurnya.
Gubrakk!
Kamu terjatuh dari ranjangmu, melihat sebuah kata sah yang asing dari pendengaranmu.
“APA? DISAHKAN?!”
Pikiranmu berkecamuk, mulutmu mengamuk ingin mengutuk.
Namun, seseorang mengingatkanku melalui sebuah pesan.
“Tadi malam tahajud kan?”
Walaupun hanya sebuah pesan pengingat, namun kali ini aku berusaha memaknai lebih dalam. Argh! Tidak seharusnya mulutku mengucap untuk mengutuk, tidak semestinya pikiranku hanya untuk memaki dan mencaci. Pesan itu memberikanku makna bahwa ada senjata terbaik untuk membuka jalan langit, menyelamatkan semesta melalui doa. Untukmu para penguasa di negeri yang kucinta, jangan lupa nanti akan kembali ke tanah. Perjuangkan hak rakyat, yang sejatinya berslogan merakyat. Sejatinya semboyan itu akan selalu ada. Dari Rakyat, Untuk Rakyat, Oleh Rakyat. Jangan buat negara ini semakin melarat, wahai konglomerat. dan terakhir, untukmu, yang turun ke jalan. Doaku padamu.
3 notes · View notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
Gagal Adalah Teman
Gagal adalah teman, teman yang menguatkan!
---------- Sewaktu itu aku mungkin tak pernah berteman dengannya, ia sangat membuatku kecewa atas semua jerih payahku.
Tetapi setelah ku pikir-pikir, ia adalah teman yang menguatkanku.
Berkali-kali ia menyapa, aku pergi.
Berkali-kali ia menghubungiku, aku tolak. Sampai hari itu tiba, ketika aku sedang tidak baik-baik saja. Ia berkata, bosan ya? Capek ya? Aku hanya ingin jadi temanmu kok. Boleh kah?
Aku tersadar, selama ini aku tak pernah menganggap ia ada bahkan dalam kehidupanku. Dan ternyata, ia selalu memberikanku pelajaran dan pengalaman berharga.
Selama ini aku membiarkannya, pergi bersama tangisanku, tanpa ada penerimaan dan sapaan kepadanya.
Aku begitu egois, padahal ia datang untuk menguatkanku, memberiku ilmu tentang perjalanan berjuang.
Maafkan aku, dan terima kasih. Karena kamu, aku jadi tahu apa artinya berjuang yang sesungguhnya, dan akhirnya aku mengerti betapa pentingnya berteman denganmu.
Terima kasih, telah ada dalam kehidupanku.
Ia bernama gagal.
1 note · View note
raufabdurrauf · 4 years
Text
Bangun Mimpi
Ketika itu aku sangat berharap punya mimpi begitu banyak, tapi semakin bertambah usia aku menjadi paham. Bahwa paham adalah nikmat terindah dari Allah untuk membuatku sadar, mimpi terindah adalah bermanfaat bagi ummat manusia. Sewajarnya aku tidak banyak menuntut ini itu jika berdoa saja masih ogah-ogahan. tepatnya 5 tahun lalu, aku juga mengikuti lomba serupa, yaitu menulis mimpi 5 tahun mendatang. Saat itu mimpiku selalu hanya berorientasi pada diriku saja, tidak memiliki dampak istimewa pada lingkungan sekitar. Dan sekarang aku tersadar, mimpi yang indah adalah mengabdi pada-Nya. Bermanfaat pada makhluk-Nya. 5 tahun mendatang, aku ingin memiliki restoran donasi, di mana semua kalangan bisa menikmati hidangan siap saji tanpa banyak persyaratan.  5 tahun mendatang, aku ingin hidup sederhana namun berdampak istimewa. 5 tahun mendatang aku sudah S2 dan memberikan sharing ilmu pengetahuan pada tiap insan cendikiawan. 5 tahun mendatang aku tidak ingin sia-sia, tepat 5 tahun yang lalu impianku hanya ada pergi dari Indonesia, ya betul saja. Malaysia ku singgahi dua kali tapi hanya singgah tanpa berdampak luar biasa. 5 tahun mendatang aku ingin haji barang keluarga dan menghajikan umat manusia yang telah aku didik agamanya. 5 tahun mendatang bukan waktu yang lama, sangat sayang jika kita berjalan biasa saja, hidup ini butuh perjuangan merajut asa. Maka izinkan aku memohon pada yang Maha Kuasa untuk mengabdi di setiap masa. Untuk aku di masa 5 tahun mendatang, sampai jumpa. Semoga kamu baik-baik saja.
0 notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
KATANYA TENANG
Terkadang kita sering membicarakan-Nya tapi jarang berbicara mesra dengan-Nya.
Aku tidak tahu apakah itu termasuk penyebab gelisah atau tidak, tetapi yang ku tahu adalah berbicara mesra dengan-Nya tak akan membuat kita kecewa.
Gelisah itu datang ketika harapan kita bergantung pada selain-Nya.
Padahal, kunci tenang itu sangat mudah. Mengingat-Nya. Membaca Kalam-Nya. Yang membuatnya susah adalah ketidakpercayaan kita atas janji-Nya. Astaghfirullah. Sering bukan? Ketika ujian datang justru kita menjadi lebih dekat dengan Allah? Kenapa harus menunggu ujian datang dulu baru mendekat dengan Nya?   Padahal Allah itu sangat dekat, kita yang jauh bahkan menjauh. Astaghfirullah. Allah itu Maha Baik, tidak pernah luput untuk memperhatikan Hamba-Nya. Buktinya kita masih bisa bernapas sampai detik ini.  Hal yang paling amat syukuri ketika aku masih diberi kesempatan menulis ini, karena Aku tersadar bahwa Allah itu Maha Baik, mengumpulkan orang baik dan mempertemukan kebaikan dengan kebaikan. Alhamdulillah. Tenang saja, Ada Allah. Semoga saja kita memang dekat dengan Allah bukan hanya berbicara tentang Allah di setiap lini masa dunia maya. Akan tetapi juga di setiap sholat-sholat kita, semoga saja kita bisa fokus dalam beribadah, tidak terburu-buru hanya karena takut dilihat masbuk. Takutlah dengan Allah. Bukan karena takut dilihat atau dicap yang tidak-tidak dengan sesama makhluk. Semoga di tiap detik-Nya, kita diberikan nikmat iman yang menggetarkan hati dan jiwa ketika ayat kalam-Nya dibacakan. Sejatinya ketenangan itu dekat dan erat, dekaplah di atas sejadah. Sambil bersimpuh meminta ampunan-Nya. Semoga kita bisa menjaga ketenangan jiwa hingga waktunya tiba. Karena pada dasarnya hati yang tenang akan kembali ke tempat yang tenang lagi menenangkan. “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Surga-Ku.” - Al Fajr: 27-28  
0 notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
BOSAN ITU PASTI
“Bosan ih di divisi ini terus!” Celetukmu.
Ah, iya kenapa ya di tempatkan disitu terus?
Padahal udah daftar di posisi yang berbeda, hmm..
Kenapa tidak bisa berpindah ke suatu hal yang baru ya?
Kenapa aku bosan dengan bakatku ya?
Kenapa aku jadi bosan melakukan ini itu?
Kamu mulai bertanya banyak pada dirimu. Dan kala itu kamu mencoba menarik diri dari keramaian, tepatnya dari “kata kebanyakan orang”. Pertanyaan ‘kenapa’ membuat kamu berpikir, “Apa sih yang aku lakukan selama ini?” “Untuk tujuan apa sih aku bertahan di sini?”
Sampai kamu lupa, ada visi misi yang Allah berikan pada bakatmu.
Yaitu, berdampak dan bermakna. Impactful dan meaningful. Mungkin baru tersadar, tak apa. Tersadar adalah kata paling bahagia bagi orang-orang bermakna. “Selamat” adalah kata yang tepat untuk kamu saat ini, karena kamu berhak bahagia! Terima kasih telah tersadar di waktu yang tepat! Sejatinya waktu itu milik Allah, dan usaha itu milik kamu. Setiap orang punya waktu yang sama namun berbeda di ranah usaha. Jadi usahakan aktivitasmu selalu bermakna. --- Tapi jauh dari itu, kamu mungkin lupa bahwa kamu sudah menjalani hobimu bertahun-tahun lamanya. Ya, sadar itu sebuah asa. Harapan untuk terus berjuang dan berkembang. Jangan sampai lupa, bahwa kenikmatan itu terasa lebih lezat ketika kita berhasil menikmatinya. Yap! Selamat menikmati kumpulan cerita yang sudah kamu jalani :)
9 notes · View notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
JENUH MULAI PENUH
"Duh enaknya ngapain ya?”
Pernah ngerasa bosan dan engga tau mau ngapain?
Aku cuma ingin berkata, “tenang kawan, kita sama.”
Yap, kamu engga sendirian. Semua pernah ada di posisi itu. Tapi kok bisa ya ada kondisi seperti itu? Kaya bingung gitu engga sih, tapi level bingungnya udah bingung to the max, over haqiqi.
Waduh, kok bisa ya?
Momen ini memang sangat sering terjadi, dan tenang saja momen seperti ini hanya sementara. Hal seperti ini terjadi ketika kondisi mood sedang tidak bahagia dan sedang tidak tahu harus melakukan apa. Kalau kita bahagia pasti kita akan melakukan sesuatu hal yang menyenangkan, ya kan?
Nah, ada lho aktifitas yang membuat kita bahagia tiap saat! Dan yang paling luar biasanya, hal ini dilakukan oleh orang-orang terdahulu lho. Bahkan aktifitas itu membuat kita tenang setenteram-tenteramnya. Mungkin ketika kita bosan dan tidak tahu harus melakukan apa, justru itu cara Allah untuk memberi kita kesempatan, ini lhoo Al-Qur’an yang kisah di dalamnya tidak akan membuatmu bosan. Tapi memang ya, kita entah kenapa sulit sekali untuk tertarik dengan Al-Qur’an. Bukan tidak tertarik sama sekali namun tidak terlalu cepat untuk menumbuhkan keistikamahan dalam membaca Al-Qur’an, ya kan? Nah, sejatinya ketika kita diberi kebosanan oleh Allah, itu tanda kalau Allah memberi kesempatan berupa waktu luang yang diusahakan untuk bercengkerama dengan Allah lewat kalam-Nya. Karena waktu luang akan selalu ada, tinggal bagaimana kita mengetahui seni memanfaatkannya.  Selamat bermakna kapan pun dimana pun~ 
0 notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
MENJAGA RASA
Perasaan itu datang tiba-tiba, kemudian jadi suka.
kata “suka” menjadi kata yang paling merona dan berwarna. Merah jambu warnanya. Ia suka datang tiba-tiba lalu pergi tanpa melaporkan LPJnya. 
Memang rasa suka tak ada yang tahu akhirnya, pertanggung jawabannya bisa berubah sepanjang masa. Tergantung bagaimana kita menjaganya dan mengendalikannya.
Jadi, ini kisahnya. Sepenggal kisah tentang rasa yang datang tiba-tiba.
Kala itu memang tak sengaja, dalam bahasan tentang sebuah industri makanan yang tak tahu kejelasan halalnya. Aku pun menjaprinya, chat ke dia dengan lancarnya aku memaparkan semua wawasan yang kupunya.
Ia pun terkagum, padahal aslinya aku yang kagum duluan sebelum dia.
Pasalnya laki-laki memang memiliki sifat ingin dianggap, makanya sering berbuat demikian. Ketika luka, diam saja. Tegar memang jadi topeng paling sempurna. Begitu kira-kira sifat laki-laki.
Kala itu memang tak sengaja, chat bikin ketawa jadi senjata. Rasa suka yang membahana jadi kebahagiaan tiada tara. Notifikasi dia, menjadi panggilan sempurna di kala menunggu di ruang tunggu.
Namun sanubari ini bergejolak, antara meng-iyakan rasa atau justru menghilangkan dan melupakan rasa yang ada. 
Akhirnya rasa itu menjebak diriku, perempuan itu berkata “kita ini bukan siapa-siapa, lantas kenapa bahagia dengan hal yang fana?” Ku mengambil jeda, berhenti sejenak dari gelora hati yang sementara. Fana.
Ia memberi tanda, kalau chatnya tidak penting tidak akan ku balas ya. Aku pun terkagum mendengarnya, entah mengapa penjagaannya membuat hatiku merona.
Kini aku berusaha menjaga, bukan. Ku berusaha melupakan yang nyatanya tak akan bisa. Lalu aku coba menchatnya. “Izin bertanya boleeh?” “Oh, seberapa penting pertanyaannya?” “75%!” Tegasku. “Blablabla..” “Maaf chat kamu sebatas itu? itu cuma 40%. Izin ya tidak akan ku balas.”
Semenjak itu, aku menjadi kesal namun rindu. Ah tak menentu. Ku coba lagi mengirim pesan, namun apa daya pesanku di pikirannya hanya 40% ke bawah. Semakin kesini aku berpikir, apa memang chatku tidak penting ya? Hahaha. Ketika itu aku langsung membaca ulang dan memposisikan diriku sebagai penerima chat, ih iya ternyata tidak penting!  Kini aku tersadar, bahwa menjaga dalam doa memang sebuah nikmat tiada tara. Walau aku tak tahu kapan waktunya tiba, tetapi Allah pasti memberikan takdir yang luar biasa. Rasa memang selalu ada, mungkin ia datang tiba-tiba, tapi ingat menjaga jadi sebuah kata paling bijaksana ketika kamu berhasil jadi pemenangnya. Selamat menjaga rasa hingga waktunya tiba!
2 notes · View notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
TIBA-TIBA ADA RASA
Rasa itu datang, dan ia pun melahapnya dengan tergesa-gesa.
Lagi-lagi chat jadi media perantara, antara nafsu menjadi euforia gelora cinta, yang fana pastinya.
Singkatnya, waktu menjadi penentu kala itu. Bertahan dalam rintihan doa atau justru bertahan dalam cobaan yang bersemayam dalam chat-an.
Memang waktu itu hanya beralasan “cuma” balas chatnya dikit kok, tapi lama-kelamaan justru jadi keterusan dan akhirnya jadi nyaman.
Eits, sebenarnya ini wajar tidak sih?
Jika kamu bertanya pada tiap manusia, jawabannya pasti berbeda-beda. Namun izinkan aku mencoba menjawabnya.
Rasa suka itu wajar, sangat wajar dan manusiawi. Namun tergesa-gesa dalam mengungkapkannya justru jadi marabahaya. Loh kok bisa?
Aku jadi teringat sebuah pertanyaan kepada seorang ustadz kala itu. Seorang anak muda yang sangat penasaran itu bertanya,
“Wahai ustadz, apakah rasa cinta yang dirasakan ketika pacarana bisa dijadikan tabungan kebahagiaan dan bekal ikatan emosional ketika sudah menikah?”
Begitu pertanyaannya. Aku tertegun. Entah orang tersebut ingin menyalurkan hikmah hidayah dari yang Maha Bijaksana atau justru hanya menuntaskan rasa ingin tahu saja.
Aku berpikir pertanyaannya justru bertujuan untuk menyadarkan.
Kemudian ustadz itu menjawab, dengan jawaban padat dan jelas.
Aku awalnya menebak-nebak. Ah pasti jawabannya pada umumnya, pacarana tidak akan bahagia.
Namun ustadz itu membungkusnya dengan jawaban yang tak terduga.
Beliau berkata, di dunia ini ada kebahagiaan palsu ada juga kebahagiaan hakiki. Ada cinta sementara dan ada cinta yang kekal abadi. Singkat padat, beliau hanya ingin membuat pemuda itu berpikir.
Dan aku sedikit mengerti, hidup itu pilihan. Dan rasa yang abadi juga pilihan. Akan terus dipanjatkan dengan doa atau justru dilontarkan dengan penuh asa fana.
Kalau saja, setiap manusia tahu hasil dari setiap pilihannya pasti ia akan lebih bijak dalam memilih dan memutuskan.
Selamat menjaga rasa dengan doa. Semoga rasa itu terlaksana di masa yang akan ada. Tunggu saja. Selamat berdoa 😊
1 note · View note
raufabdurrauf · 4 years
Text
RAHASIA MELUPAKAN
Melupakan itu mudah! Bagaimana caranya? Pasti setiap orang menanyakan caranya tetapi tidak jarang memikirkan mengapa harus terus mengingatnya? Jika memang ingin melupakan, coba kita cari dari sudut pandang lain. Lupa itu lawan katanya ingat. Jadi, bagaimana kalau kita menurunkan saja kadar ingatannya? Kemudian bertanya lagi, bagaimana caranya? Pembicara itu menjawab, ada dua caranya. Pertama, jika memang kita terlalu lama berinteraksi dan sama-sama ingin menjaga, maka arahkan temanmu untuk mengalihkan ingatannya kepada hal-hal yang lebih bermanfaat. Lalu bertanya lagi, memang manusia selalu bertanya. Allah lah yang menjawab. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana caranya? Kamu bisa mencoba hal baru, yang lebih menantang mungkin! Tantang pembicara tersebut. Atau kamu juga bisa menyibukkan dirimu dengan mencari teman mengaji dan kegiatan bermanfaat lainnya yang bisa lebih membimbing kamu, mungkin itu cara menurunkan kadar mengingat seseorang. Jika kamu cinta dia karena Allah dan belum mampu menjadi teman sehidup sesurga, maka arahkan dia ke teman akhwatnya atau ikhwannya untuk belajar hal-hal yang belum dipelajari. Oh iya, cara kedua agar mudah melupakan seseorang. Begini caranya!  Kamu ketuk rumahnya, kamu bicara baik-baik sama ayahnya, lalu kamu lamar deh, hahaha. (semua peserta dan pembicara pun ikut tertawa mendengar jawabanku kala itu) Dan hari ini, aku memutuskan pilihan... ------ Mohon doanya ya teman-teman :’)
1 note · View note
raufabdurrauf · 4 years
Text
Sakit, Tapi Tak Berdarah
Aku bukan boneka. Setelah mendengar kalimat itu terbesit sebuah luka di masa lalu, ada sebuah luka dalam yang sudah terbelenggu. Kini ku merasakan kembali, senyuman dalam kesedihan, kesenangan dalam kesengsaraan. “Aku cuma ingin membuat yang lain terhibur kok, cukup itu.” Tutur seorang konten kreator.  Dulu aku juga begitu, tetapi hingga detik itu aku mengambil pilihan lain. Menghibur yang lain tak membuatku terhibur justru semakin terkubur. Semakin tertutup akan semakin menutup pula apa yang ingin kamu buka. Waktu itu aku juga tertutup, sampai akhirnya seseorang menyadarkanku. “Eh, kok murung terus? Ingin menyerah ya? Kalo ingin menyerah ikut aku aja yuk sekarang!” Lantas dengan langkah terpogoh-pogoh aku mengikuti derap kakinya. “Kamu mau ajak aku kemana?” “Udah, ikut aja!” Ia menarikku, dan berkata. “Nah akhirnya sampai, kalau mau menyerah disini aja! Nyaman!” Tepatnya ia menyeretku hingga menemukan masjid yang sunyi, entah belum apa-apa tangisanku mengalir dengan sendirinya. “Silakan menyerah ya, aku tunggu di depan saja.” Dia meninggalkanku sendiri. Sampai akhirnya aku berbicara sendiri pada diriku. “Sepertinya, cukup sampai disini. Aku menyerah saja padaMu Ilahi Rabbi, sudah lama aku menyerah tanpa arah. Kali ini izinkan aku kembali menatap bumi.” Sebenarnya aku hanya menguatkan diri, tak lebih. Nyatanya mencari lingkungan yang mendukung itu sangat perlu, bukan hanya ingin berubah namun butuh berubah. Hari ini adalah keputusanku di hari kemarin, selamat berdamai dengan diri. Tetaplah berkarya walau hujaman menerpa, karena pohon yang kuat akan terus tumbuh dengan akar yang hebat!
6 notes · View notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
Berhak Kembali
“Minta maaf aja terus!” Ucapan seperti itu terkadang membuat orang sadar menjadi tak terkendali yang akhirnya tak mau sadar kembali. Jika memang ada yang ingin meminta maaf, tak apa. Sudah kodratnya manusia untuk minta maaf, terutama pada sang Pencipta. Tugas manusia itu meminta ampun dan maaf. Allah lah yang mengampuni dan meridhoi.  Berilah ruang untuk berhak kembali, karena sejatinya memang manusia akan kembali ke awal mula. Dari tanah akan kembali ke tanah. Ada tanah yang subur terus gembur dan manjur, namun ada juga yang awalnya subur nan makmur malah jadi gusur dan hancur. Lagi-lagi ranahnya manusia adalah diproses, entah dia dari keadaan seperti apa dan akhlak sebelumnya bagaimana, ia tetap berhak kembali ke fitrahnya. Ya, caranya dengan minta maaf kepada sang pencipta dan yang diciptakan. Lagi-lagi bukan tentang semudah itu memaafkan akan tetapi tentang bagaimana perbuatan maafnya diterima semesta, jika ia sudi dengan ikhlas mencoba meminta maaf, kenapa kita harus sibuk mencela dirinya yang khilaf? Lagi-lagi semua berhak kembali. Dan seindah-indahnya kembali adalah kembali pulang dengan surga di pangkuan. Selamat panjang amal perjuangan!
0 notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
Refleks Akhlak Manusia
“Dasar enggak ada akhlak!”
Begitulah refleks manusia zaman sekarang, walaupun terkesan seperti candaan namun justru menyakitkan. Kenapa menyakitkan? Kita tidak pernah tahu proses dia yang sedang bertaubat, bisa jadi memang ia sedang mencoba berubah pelan-pelan. Namun memang penyesalan selalu kunjung terjadi. Ia selalu berharap untuk tidak melakukannya, tapi terus saja terulang. Peran kita di sini adalah menasihati dan menuntun kembali pada fitrah yang dianugerahkan Ilahi. Lagi-lagi akhlak itu terbentuk dari sebuah kebiasaan, terutama ucapan. Kasus Fizi demikian, walaupun tokoh fiktif, akan tetapi justru memiliki banyak hikmah sebenarnya yang bisa kita ambil. Kalau kita mengambil dari beberapa bagian episode cerita Fizi, ternyata memang ia sering melakukan candaan dan ceplosan yang ia tak sengaja awalnya. Namun apa yang teman-temannya respon di awal? Menertawakannya. Mungkin saja Fizi menganggap ini bahan hiburan jadi bisa diibaratkan ia nagih melakukan hal seperti itu agar teman-temannya terhibur. Sudah dapat poinnya?  Ya, respon pertama kita dalam perilaku atau ucapan seseorang itu menentukan apa yang orang itu lakukan di kemudian hari, walaupun jika orang itu sadar tidak baik pasti akan sesegera mungkin untuk mengurangi kebiasaan buruknya. Sebuah hikmah yang dapat kita ambil ialah, ucapan adalah doa dan ucapan pun menjadi representasi atau cerminan diri kita sebagai manusia, terlebih akhlak kita. Perbanyaklah afirmasi positif (pengakuan dalam bentuk ucapan) yang dapat memengaruhi lingkungan maupun diri sendiri. Karena sejatinya ucapan adalah doa, jadi doa yang baik-baik saja ya :) 
2 notes · View notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
Membersamai Al-Qur’an
Sudah masuk 15 hari bulan Ramadan ya, tak terasa.  Tak terasa. Tiba-tiba aku terenyuh, pilu, menusuk. 
Sadar engga sih apa makna tak terasa? Tak terasa itu tuh artinya kita tahu tapi tak bergeming, cuma tahu tapi tidak memaknai, ya tak termaknai, lewat aja gitu. Astaghfirullah, aku cuma bisa beristighfar ketika benar-benar tersadar hari ini. 15 hari fasilitas surga yang turun ke dunia bisa saja kandas begitu saja, tanpa termaknai, tak dibersamai dan tak dipungkiri lagi keberadaannya yang sudah berlalu begitu saja. Sirna. 15 hari yang lalu adalah kesempatan untuk sadar hari ini, mungkin juga ada yang sadar dari awal, ada yang hanya merasa bahkan ada juga yang seperti melihat notifikasi saja. Hey! Ini bulan Ramadan :( Bulan penuh ampunan, bulan keberkahan. Permintaan segitu banyak kepada-Nya, tapi baca firman-Nya, memaknai ayat suci-Nya? Gimana? Mungkin benar kata guruku, pahami lagi niatnya, start with why not how. Pelajari kenapa harus membersamai Al-Qur’an, kenapa harus bertemu bulan Ramadan berkali-kali? Mungkin sudah banyak yang berpergian berpulang ke pangkuan Allah selama Ramadan ini, mungkin bukan hanya pulang sebenar-benarnya pulang. Akan tetapi, bagi yang berpulang sebelum maupun ketika Ramadan, mungkin saja Allah sudah cukupkan bekalnya untuk ke Surga. Dan kita? Masih terperdaya hingar-bingar dunia yang fana. Izinkan aku, membersamai Al-Qur’an Lillahita’ala, bukan karen target atau pun alasan dunia. Ya Allah, izinkan aku membersamai langkah pendahulu, Rasulullah yang rela berkorban membersamaiMu dan menebarkan kebaikan dari ayat suci-Mu. Semoga kamu juga begitu, selamat membersamai Al-Qur’an wahai insan-insan yang menanti pulang, sebenar-benarnya pulang :)
0 notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
Jika Ini Ramadan Pertamamu
Bertahun-tahun berlalu menjadikan diri ini bertumbuh dan berkembang hingga Ramadan berkali-kali bertemu dirimu. Tapi apakah sudah bertemu dengan sebenar-benarnya temu? Atau justru kita hanya berpapasan berkali-kali? Sungguh rugii jika jiwa ini hanya melewati masa demi masa. Terlebih jika hanya sekedar melewati dan tidak ada tegur sapa, diam dan sendu. Ramadan ini mungkin ramadan pertamaku. --- Ya Allah. Jika ini Ramadan pertamaku, izinkan aku untuk menghapus kisah-kisah jumawa ketika melewatimu. Izinkan aku berhenti berharap dalam harap-harap semu yang kadang membuatku candu. Jika ini Ramadan pertamaku, izinkan aku memaknai arti ikhlas dari setiap hikmah yang telah berlalu. Jika ini Ramadan pertamaku, ya Allah berikan aku kesanggupan hati untuk mentaati setiap perintah-Mu.  Sungguh jumawa jika aku bisa karena aku. Kini aku sadar, semua bermula atas izin-Mu dan pula berakhir atas izin-Mu. Jika ini Ramadan pertamaku, izinkan aku sadar dengan sabar, melangkah dengan cerah, dan berdoa dengan sebenar-benarnya berdoa. Mungkin memang angka-angka itu selalu menakutiku, membawaku untuk selalu membandingkan targetku, menekanku untuk selalu berusaha tanpa melibatkan-Mu, Ya Allah, aku memohon maaf atas segala khilafku, atas segala ke-alpaanku selama ini. Mungkin sudah bertahun-tahun aku bertemu dengan Ramadan, tapi jumlah angka umurku mungkin masih terasa sama. Ya Allah, jika ini Ramadan pertamaku, izinkan aku bertemu dengan sebenar-benarnya temu. 
1 note · View note
raufabdurrauf · 4 years
Text
Kamu Terlalu Sibuk
Sudah berapa lama kamu di rumah? Bahkan sedikit lagi sudah mau bulan Ramadan. Tapi kok ada yang berbeda dari biasanya ya? Terutama di keluargamu. --- Entah aku yang baru sadar atau bagaimana, tetapi memang ini berbeda. Kisah ini dimulai semenjak aku #dirumahaja, bukan. Bukan aku #dirumahaja. Tapi kisah ini dimulai ketika takdir memaksaku #pulangkerumah. Detik pertama di rumah, tak ada yang berbeda. Seperti sebelum-sebelumnya, aku merebah di kamar, menyalakan musik favoritku sambil membaca buku-buku self healing. Tapi kali ini tak sama. Semenjak... Adzan berkumandang. Tak ada yang tergerak kecuali aku. Apakah ini petaka? Atau hanya kali ini saja? Ah mungkin keluargaku sedang menyelesaikan urusannya masing-masing. Kali ini aku biarkan saja, aku acuh? Mungkin. Setelah beberapa lama di rumah, justru aku terbiasa dengan apa-apa yang ada di sekitarku. Aku kesal, aku tak bisa menegur bahkan pada orang rumah tempatku berteduh. Argh, bagaimana bisa? Kini aku merasa Allah menegurku. Hey, kamu terlalu sibuk! Kenapa baru kali ini kamu pulang?! Sekarang, baru tersadarkan? Ada orang terdekat yang bahkan kamu sendiri tak berani menegurnya. Kali ini saja, aku ingin ramadan kali membenahi diriku termasuk rumah tempat berkeluh kesahku. Keluarga. Ternyata menasihati orang terdekat lebih sulit ketimbang menasihati orang yang baru kenal, dan aku baru tersadar, begitu besarnya nikmat Allah untuk memulangkanku ke rumah di saat yang tepat. Kali ini saja, izinkan aku menjemput surgamu melalui keluargaku. Mari sambut bulan suci Ramadan bersama keluarga tercinta. Dari rumah kembali ke jannah. Insya Allah.
0 notes
raufabdurrauf · 4 years
Text
Menjaga Fokus
Pernah sesekali temanku berbisik, “udah mulai aja dulu”. Sampai-sampai aku overthinking. Ih mau mulai teh susah, banyak banget gangguan. Nah, tiba-tiba sekelebat ide muncul, bernama gangguan. Loh kok idenya “gangguan”? Iya, ternyata sebelum kita memulai sesuatu kita usahakan bisa mengenali gangguan yang menghantam kita. Bah menghantam. Karena gangguan tuh benar-benar bikin kita stagnan. Tetapi kalau kita sudah taaruf sama gangguan ini, kita bisa tuh say hello and say goodbye. Bisa kita atur malah. Maksudnya bisa kita atur? Mengatur gangguannya gitu? Bukan itu maksudnya, tapi mengatur diri kita. Sebenarnya kita pun bisa mengendalikan apa-apa yang memengaruhi kita, ya masa dikendalikan diri terus sama hal di luar kita. Kalo overthinking atau overfeeling terus gimana? engga enak kan? Hehe. Coba mulai kenali gangguan atau hambatan apa saja yang bisa membuat kita tidak produktif. Setelah kenali, kita bisa mulai merancang aktifitas harian kita, eits merancangnya tidak perlu sedetail mungkin yaa. Cukup yang penting dan sesuai target harian saja.  Kalau sudah capek, istirahat aja gapapa kok. Toh pikiran kita juga punya batas. Nanti boleh mulai lagi. Oiya, jangan lupa ucapkan terima kasih pada diri terutama pada Allah yang Maha kuat lagi menguatkan hamba-hamba-Nya.  Nah tips buat memulai juga nih, Yaps! perlahan itu penting! Nikmati prosesnya, walau kemajuannya 1%, it’s okay. Just start it and do what Allah love :) Cintailah perjalanannya, rintangannya dan prosesnya karena itu satu paket kasih sayang dari Allah.  Selamat menikmati perjalanan :)
0 notes