Tumgik
psrmod-blog · 5 years
Text
Pertemuan
"Bolehkah aku duduk di sini?", tanya seorang Laki-laki kepada perempuan yang ada di depannya.
"Silahkan." Perempuan itu mengiyakan permintaan dari laki-laki itu sambil asik memainkan handphonenya. Tak berselang lama, pandangannya beralih kepada seseorang di depannya. Seseorang dari masa lalu, meski bukan dari Orde Baru.
Kantin sebuah universitas negeri itu ramai di siang nan cerah itu. Mahasiswa lalu lalang datang silih berganti mengisi perut. Sempat saling terdiam, pembicaraan di antara keduanya pun dimulai.
"Tak disangka ya, kita dipertemukan di tempat ini." Laki-laki tersebut mencoba mengambil inisiatif terlebih dahulu.
" Ya, setelah sekian lama. Aku lupa sudah berapa waktu berlalu."
" Mungkin waktu kau diwisuda ya? Haha"
"Ah, ternyata kau masih ingat."
"Mana mungkin aku bisa lupa."
" Sudah satu dekade berlalu. Semuanya berubah." Perempuan tersebut menghentikan bicaranya. Tangan kanannya meraih gelas berisi es jeruk yang ada di depannya. Diminumnya es tersebut barang seteguk sebelum meneruskan kalimatnya.
"Kau nampak semakin berisi sekarang. Hati-hati lho dengan lingkar perut hehe."
"Kau juga semakin cantik. Dan tentunya mempesona."
" Sejak kapan kau jadi pandai merayu? Dulu sepertinya dirimu kikuk saat bicara dengan perempuan."
" Waktu berlalu, semuanya berubah kan? haha" Percakapan keduanya berhenti ketika pesanan dari laki-laki tersebut datang
"Tumben kau datang ke mari, masih memakai baju dinas pula." Percakapan keduanya dimulai kembali.
"Mengantar anak didikku lomba. Prosesnya masih lama, jadi kutinggal dulu di sini. Kau sendiri ada urusan apa?"
"Melegalisasi ijazah. Aku mau maju sebagai anggota dewan tingkat kabupaten. Lumayan ijazahku jadi ada gunanya. Untuk pencitraan di hadapan pemilih nanti."
" Wow, berarti sudah boleh dong dipanggil Bapak Politisi."
"Kau mungkin punya aspirasi yang bisa kuperjuangkan?"
"Haha, kita kan beda kabupaten. Pesanku cuma 1. Jangan sampai kehilangan rasa cinta di dunia politik ya. Dunia politik kan kejam."
"Kau salah, politik dan cinta itu punya banyak kesamaan."
"Kok bisa?" Perempuan tersebut membetulkan letak kacamatanya lalu menatap laki-laki di depannya
Sebelum berbicara panjang lebar, lelaki itu membetulkan posisi duduknya.
"Begini, politik dan cinta itu soal upaya untuk memenangkan hati. Cuma objeknya saja yang yang berbeda. Contoh paling gampang, aku pernah mendeklarasikan diri untuk jatuh cinta padamu. Setelah itu aku berkampanye untuk memenangkan hatimu. Sayangnya...."
"Hmmm, teruskan saja. Aku akan menyimak"
"Kau malah mencoblos orang lain hahahahha."
"Bukankah itu bagian dari demokrasi?" Senyum tipis tersungging dari bibir perempuan tersebut.
"Hahaha betul betul. Aku tidak bisa memaksakan pilihanmu. Dalam politik juga sama, aku datang ke masyarakat, mencoba mengambil hati mereka. Tapi mereka memilih orang lain. Dan kita harus siap dengan kondisi tersebut."
- Pandu, Juli 2019
#Yogyakarta
1 note · View note