Tumgik
nyitnyitt · 2 years
Text
🥺🥺
“Bila kamu mengerti betul tujuan hidupmu. Dan tujuan hidup itu sejalan dengan yang dikehendakiNya darimu. Maka tak ada satupun manusia yang bisa merebut kebahagiaan dari hatimu. Sebab kondisimu hanya akan berada dalam dua hal. Yakni, memperjuangkan tujuan yang belum tercapai, dengannya kamu terus bersemangat karena perjuangan belum selesai. Atau mengikhlaskan bahwa cara yang kamu ketahui bukan cara terbaik untuk mencapai tujuan hidupmu. Lalu kamu kembali berpikir ulang, mengumpulkan petunjuk agar menemukan jalan terbaik dan paling benar.Pada saat itu, yang kamu rasakan adalah kesyahduan, karena kamu tak menjalani pilihanmu, melainkan pilihanNya untukmu.”
231 notes · View notes
nyitnyitt · 2 years
Text
What I need to function is a good plan. If I want to get something, I need to have a plan written down. This is all for a very simple reason, if I don't have a plan I end up in an anxiety cycle, in which I know I have to do stuff, but I am not sure about what I have to do, and I turn into a mess. Meanwhile with good organization I know exactly what I have to concentrate on everyday. I basically have a monthly goal, divided in small weekly and daily goals and tasks, so that each day I concentrate on a very small part of what I have to do, but overwhelmed sometimes. Especially in this moment of my life I find that I feel very easly overwhelmed, and this technique keeping me sane.
0 notes
nyitnyitt · 2 years
Text
🥺🥺❤️
Tumblr media
1 note · View note
nyitnyitt · 2 years
Text
Sometimes, studying feels like drinking soup with a fork. I've managed to do a lot of things done but still having a lot of stress at the moment, but at the same time i was feel pretty good.
Why? Don't you think is weird?
Tumblr media
0 notes
nyitnyitt · 2 years
Text
Aku tidak menyangka bahwa tulisan ini kukenang karena telah selesai tugasku dalam menemani 'dia'. Ibuku. Sungguh, aku merindukanmu 😔
Sedang singgah di kota orang
Dalam lamunanku. Waktu sebelum beranjak tidur. Sering kali aku berdoa sepasrah-pasrahnya, seikhlas-ikhlasnya bahwa "dia" akan sembuh. Berharap sosoknya dapat memasakkan makanan kesukaanku lagi, berharap sosoknya dapat memarahi ku lagi saat aku khilaf, berharap sosoknya dapat berdiri tegak dan tegas seperti dulu lagi. Sungguh. Ini doa yang benar-benar aku serahkan sepenuhnya pada pemegang kedudukan tertinggi di semesta ini. Tuhan.
Tuhan
Kuserahkan pagiku dan malamku untuknya, tidurku, waktuku pun untuknya. Tak apa Tuhan. Melihatnya seperti ini benar- benar membuatku berterimakasih dan bersabar.
Terimakasih telah mengisolasi "dia" disini agar terbebas dari perbuatan yang buruk.
Terimakasih sudah membiarkanku mendedikasikan waktu dan cintaku untuknya sampai saat ini. Jikalau memang. Jika, hanya jika. Jika memang waktu dan kesempatan melihatnya tidak lama lagi lalu bantulah aku untuk terus beristighfar pada-Mu. Bantulah aku untuk menenangkan jiwa dan mentalku. Bantulah aku untuk tidak sekali-kali menyalahkan siapapun atas semua itu. Mohon Tuhan, hanya itu. Aku tidak iri dengan cerita hidup orang lain Tuhan. Hampir tidak pernah. Karena aku tau aku punya cerita hidupku sendiri dan dengan orbitku sendiri.
Tuhan. Itu saja pintaku malam ini. Pun Engkau tau tiada hari tanpa memohon segalanya pada-Mu. Terimakasih banyak.
3 notes · View notes
nyitnyitt · 3 years
Text
Tumblr media
😭😭🥀🥀
0 notes
nyitnyitt · 3 years
Text
Malam itu selalu jadi penyeselan terbesarku. Kenapa waktu itu aku tak menciumnya sebelum tidur seperti hari hari biasa.
Aku tak memegang tangan nya. Aku ingin mengucapkan terima kasih banyak telah merawatku, maaf sebanyak banyaknya karena belum bisa membanggakanmu, maaf ya mak.
Harusnya aku bilang untuk yang terakhir, walau aku sudah sering mengatakannya, bahwa aku sangat menyayangimu. Terima kasih banyak telah bekerja keras untukku, terima kasih 😭
Menemani malamku, nonton tv berdua, ngobrol di tengah malam, aku bercerita tentang mimpiku 😔
Rindu kali mak'e 🥺
0 notes
nyitnyitt · 3 years
Text
Pak, ternyata jadi dewasa itu sulit ya.
Pengen ngobrol pengen cerita sama bapak
Pengen ngerasain hangatnya bapak lagi
Pengen di elus kepalanya sama bapak
Pengen nangis dipangkuan bapak
Pengen di hapus air matanya sama bapak
Pengen dipeluk bapak
3 Mei 2021
00.44
0 notes
nyitnyitt · 3 years
Text
The Founder
Film ini menceritakan tentang perjalanan seorang pria bernama Ray yang berprofesi sebagai penjual susu kocok yang kemudian tertarik pada sebuah gerai restoran makanan bernama “McDonald’s” milik dua bersaudara “Dick n Mac”. Siapa yang tidak tahu McD? No one.
Singkatnya, Ray menjadikan McD sebagai restoran makanan cepat saji no.1 di Amerika dengan 1.600 gerai di 100 bagian negara, sekaligus beralih sebagai Founder of McD. Hal tersebut dia capai berkat kegigihan, konsistensi, kerja keras dan fokus pada satu tujuan, yakni “memiliki McD seutuhnya”. Saya sering mendengar bahwa tidak ada orang sukses yang tidak memiliki keempat syarat diatas. Dalam dunia bisnis pasti tidak luput dengan istilah penolakan dari berbagai pihak, kerabat dekat maupun kolega bisnis. Namun hal tersebut tidak menjadikan seorang Ray menyerah untuk mencapai tujuannya.
Menurut saya, mental adalah tiang dari semua profesi, termasuk pebisnis, bahkan mental yang harus dimiliki seorang pebisnis harus 10x lebih kuat dibanding profesi apapun. That’s totally right. Namun sayangnya, film ini hanya mengajarkan pebisnis dari sisi komersial, tapi tidak dari sisi kemanusiaan. Bisnis memang seperti hukum rimba, makan atau dimakan, bunuh atau dibunuh, sekejam itulah dunia bisnis. Namun satu hal, hidup tidak hanya tentang bisnis, harta, dan kedudukan sosial. Oleh karena itu, ada yang namanya Balancing of Life, dimana bisnis bahkan bisa dipandang sebagai wasilah dalam kebaikan, kesetiaan, toleransi, dan tenggang rasa. Setiap apapun profesinya, wajib memiliki empat unsur tersebut agar terhindar dari keserakahan dan kecurangan. Spiritual, intelektual, dan sosial adalah 3 kunci yang mengontrol terjadinya Balancing of Life. Selamat malam.
0 notes
nyitnyitt · 3 years
Text
Start
Malam itu aku baru saja selesai mandi. Aku duduk di kursi belajar dengan niat bersiap ingin pergi ke salah satu toko buku langgananku. Namun, karena hujan kuurungkan. Sejujurnya aku kesal sekali, hufft. Tak lama kemudian masuk sebuah pesan dari seorang teman dekatku. Dia bertanya tanpa pembukaan salam atau setidaknya berbasa-basi, karena memang sudah lama sejak kami tidak berkomunikasi lagi.
“Meysun” sapanya.
“oi, why?”
“Sudah lama ga nulis ya?
“Nulis apa?” tanyaku
“Di tumblr, nyitnyit”
“Ohh iyaa, aku lagi ada kesibukan yang lain jadi udah lama ga nulis lagi, lama banget malah ya hehe”
“Ada yang selalu rutin nungguin loh”
“Ha?! Nungguin kenapa?”
“Ya nungguin tulisanmu”
“Siapa? Kamu?
“Bukan, bapakku”
“WKWKWK aseem”
“Ya akulah meysun”
Lalu kujawab “oh begitu”. Ya begitulah inti dari percakapan kami lewat aplikasi chatting online.
Aku sempat bertanya, mengapa dia selalu menunggu tulisanku dan menyuruhku menulis lagi.
Katanya, walau tidak semua, beberapa tulisanmu membangkitkan semangatku, menyadarkanku, menambah pemahaman positif tentang hidup, memberikan pembelajaran hidup yang sederhana namun tidak semua bisa memaknai hal tersebut. bahkan sampai pada fase aku bersyukur membaca tulisanmu sebab menahanku untuk menyalahkan keadaan dan keberadaan Tuhan saat ini, sampai seperti itu.
Aku tertegun, bahkan untuk menutup mulutpun tak sempat karena aku merasa itu hanyalah bualannya saja. Masa tulisanku sampai berdampak seperti itu dihidupnya? Oh, come on jangan bermajas. Namun aku sadar dia bukan jenis orang yang sembarangan berbicara terkait apapun itu. Well, mungkin memang seperti itu adanya.
Satu hal lain aku tersadar bahwa beberapa temanku pun bertanya kapan tulisanku muncul lagi. Hal yang belum kupahami saat itu, adalah aku menulis hanya untuk diriku berdasarkan runtutan kejadian yang singgah. Sesuatu yang kuanggap tidak berdampak untuk orang lain, yang aku pikir hanya sebuah representasi dari logika dan rasa yang kupunya, ternyata implikasinya untuk hidup orang lain se-epic­ itu.
Aku tidak begitu ingat awal aku menulis di tumblr, tapi aku ingat mengapa akhir-akhir ini tidak ada lagi tulisan terbaru dariku. Ya, klasik. Skripsi. Bisnis.
Besok sepertinya aku ingin recharging diriku. Seperti biasa, me time yang sangat berdampak pada produktivitasku. Mulai melihat langkah kecil berikutnya lagi, mulai menyusun tangga mimpiku lagi dengan lebih rinci dan sistematis. Aku harap Tuhan, Semesta, dan Aku bisa bekerja sama dengan baik sampai pada waktu yang memang diizinkan Tuhan hidup dan menikmati kerja keras selama ini. Tuhan, A million dreamsku kerap menjadi pondasiku dalam bertindak, dalam belajar tentang apapun. Aku ingin bernego denganmu terlepas dari kewajibanku beribadah. Tuhan, Allah, Rahman, Rabb, tolong bantu aku untuk bergerak sesuai arah mimpiku tanpa mengesampingkan nilai – nilai kehidupan. Mohon kerjasamanya ya Rabb.
Satu hal baru saja kusadari, bahwa aku adalah menulis. Menulis adalah aku. Selamat malam.
0 notes
nyitnyitt · 4 years
Text
Aku pikir mencintai seseorang tidak sesederhana melihat tampilannya dan segala yang tampak dari luar. Aku lebih tertarik dengan isi kepala orang tersebut, cara dia berpikir, cara dia keluar dari masalah, cara dia mengambil keputusan, serta bagaimana dia melihat dunia dari sisinya. Hal kecil yang dapat menggambarkan hal - hal besar yang akan dilakukannya.
0 notes
nyitnyitt · 4 years
Text
Perjalanan dalam menemukan keutuhan sebagai manusia
Dalam hal menjadi seorang manusia seutuhnya, aku pikir itu adalah dambaan semua insan. Dan kita semua setuju akan hal itu. Benar?
Pernahkah kita berpikir untuk selalu melakukan sesuatu yang orang lain inginkan dari kita. Membantu misalnya. Tidak pada semua kondisi kita bisa memaklumi permintaan orang lain terhadap kita. Seperti misalnya, “tolong kirimkan” atau “tolong buatkan”. See? Tidak semua orang ikhlas melakukannya. Tidak semua orang dengan senang hati membantunya. Catat itu.
Tapi apakah pernah dari kita sejenak berkontemplasi atas setiap hal-hal kecil yang singgah dihidup kita. Sudahkah? Atau malah itu tidak begitu penting?
Hal kecil yang singgah dihidup kita, sejatinya akan terus-menerus seperti itu. Dan akan selalu. Terlebih kita selalu mengharapkan serta menuntut untuk selalu membangun hubungan simbiosis mutualisme dengan siapapun. Bahkan dengan Tuhan sekalipun? Ya. Aku tau kita selalu menuntut. Berapa kali kita tulus dalam melakukan sesuatu? Dalam membantu orang lain? Dalam beramal, dalam bersedekah, dalam meringankan beban orang lain, dalam mempermudah urusan orang lain. Berapa kali? Cobalah sejenak merenung, tarik semua yang pernah singgah dalam hidupmu. Hal kecil sekalipun.
Satu jam saja, dalam sehari. Kita berkontemplasi tentang apa-apa yang telah kita berikan untuk orang lain. Untuk orang terdekat, teman, sahabat, pasangan, stranger sekalipun.
Cobalah untuk mulai memunculkan rasa tulus dalam setiap kisahmu. Dalam setiap hal-hal kecil yang datang. Tanpa sedikitpun menuntut timbal balik dari siapapun. Cobalah. Yakinlah, ketika rasa tulus telah memenuhi raga dan jiwamu, memenuhi seluruh pikiranmu, yakinlah, itu sungguh menenangkan. Sebab apa? Mengapa rasa itu saja dapat menenangkan jiwa-mu? Satu hal saja yang ingin kusampaikan.
“Mempermudah urusan orang lain adalah sungguh hal yang menenangkan jika kita tulus, ikhlas, tanpa menuntut timbal balik, tanpa mengharap belas kasih dikemudian hari. Karena percayalah, kelak Tuhan akan selalu menjadi yang pertama dalam mempermudah urusanmu, dalam meringankan beban hidupmu, aku percaya itu, dan akan selalu percaya”
Jangan sekali-kali berpikir bahwa mereka tidak tahu balas budi, atau mungkin mereka tidak tahu diuntung sudah dibantu. Sungguh. Jangan pernah sekalipun berpikir seperti itu. Mereka biarlah mereka. Jika mereka belum bisa membantumu, jangan berpikir bahwa mereka hanya datang saat mereka butuh. Sungguh jangan berpikir begitu. 
Lalu bagaimana? Berpikirlah, bahwa bagaimanapun kita membantu mereka, itu adalah atas kehendak dan kemauan kita sendiri. Berpikirlah “Alhamdulillah, hari ini aku sudah bisa mempermudah urusan orang lain, hari ini aku sudah bisa meringankan beban orang lain, Alhamdulillah”. Lalu berpikirlah, untuk urusanku, biarlah aku mengharapkan dari Tuhanku saja. Tuhanku lebih dari cukup. Dan mereka yang kelak ikut andil dalam meringankan bebanmu, maka doakan mereka, berterimakasih, berbuat baik pada mereka, dan ingat, tanpa menuntut, tanpa berharap timbal balik. Terimakasih Allah, telah memberiku pemahaman yang amat sangat berharga. Aku tau ini sangat sulit. Namun ketika aku menerapkannya dalam hidupku, sekali saja, itu sangat menenangkan. Alhamdulillah.  
19.57 pm.
05-Mei-2020
1 note · View note
nyitnyitt · 4 years
Text
KISAH PARA PENCARI BOTOT DAN BERONDOLAN DI LADANG ORANG
Assalamualaikum semuaaa. Dah lama ya nyitnyit ga nuliss hihi. Kembali lagi di serial anak-anak versi nyitnyit. Kali ini nyitnyit mau bernostalgia lagi nih. Kenangan masa kecilnya terlalu banyak, jadinya ga abis-abis buat diceritakan. Pun, aku memang termasuk kategori anak yang cukup nakal, bahkan bisa dibilang nakal sekali.Mungkin sedikit gaya Bahasa Melayu Medan, kalian tidak keberatan yaa.
Dulu pada masanya, di kampong kami sangat erat jalinan pertemanan antara anak-anak seusia kami. Dicerita sebelumnya aku sudah membahas sedikit tentang teman-temanku. Kali ini aku ingin berbagi kisah haru seorang ayah yang menemukan anaknya menjual botot (barang bekas) dan berondolan (biji sawit yang dikumpulkan untuk dijual).
Aku tidak begitu ingat usia berapa aku saat itu, tapi yang pasti aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Entah darimana ide cemerlang dan brilian itu datang, sehingga kami memutuskan untuk melakukannya. Pelopor utamanya pun, aku sudah tak ingat lagi siapa, tapi pastilah otaknya mata duitan, semua dijual.
Aku memang tidak mengerti awalnya, dan hanya mengikuti instruktur saja dari kawan-kawanku. Kalau aku tidak keliru, kami ada berenam. Diantaranya temanku yang berinisial E, Y, Z, T, I. Setiap jam pulang sekolah, biasanya pukul 12.00. Kami langsung mencari barang bekas keliling ke belakang rumah-rumah warga. Tak jarang juga kami berani meminta langsung barang bekas kepada warga setempat. Sungguh tak kenal takut memang. Setelah lama mencari, sayangnya, barang yang kami dapatkan belum cukup untuk dijual agar mendapat upah minimal yang kami mau. Lalu tiba-tiba gagasan cerdas terpancar lewat bayangan wajah mamak dirumah. Tanpa pikir panjang aku langsung eksekusi tanpa basa basi. Bisa kalian tebak apa yang kulakukan?
Aku berangkat ke dapur, menuju rak piring, mataku langsung mencari barang-barang yang sudah terlihat mengalami depresiasi hahaha atau yang sudah rusak, retak, dsb. Barang pertama yang kuputuskan untuk kumasukkan ke dalam karungku adalah KALENG KHONGGUAN MAMAK YANG MASIH BAGUS. Sejujurnya aku sedikit mendendam dengan kaleng itu. Bayangkan saja, aku sudah berekspektasi bahwa isinya wafer dan makanan lezat lainnya. Kalian pikir rengginang? Kerupuk? Oh kalau masih itu aku tidak akan sekecewa itu kawan-kawan. Bisa kalian bayangkan kaleng khongguan isinya setumpuk ikan teri mentah . Sungguh aku berdebar menyaksikan fenomena langka itu. Apa maksud dari semua ini?! Belum lagi suaminya ga pulang-pulang macam bang toyib. Kan kasian mereka makan bertiga terus. Baiklah, tidak usah mencampuri urusan keluarga orang.
Baik, lanjut, barang selanjutnya. Baskom sayur mamak yang sudah retak di segala sisi, tapi masih maksa dipakai. Tanganku terlalu gatal untuk tidak mengambilnya sebagai target selanjutnya. Baiklah, aku pikir mamak ga akan marah hanya karena baskom retak ini. Hanya baskom retak pikirku, toh sudah rusak. Beli sajalah yang baru mak ckckck. Kuambil, kumasukkan ke dalam karungku. Lalu kemudian piring yang retak banyak, sampai yang retak sedikit, bahkan sampai yang tidak retak, aku rela memasukkannya ke karungku. Karena sepertinya jiwa-jiwa menjual sudah memenuhi hasratku.
Seperti kesetanan, aku memasukkan barang-barang yang bahkan masih terlihat bagus, namun sudah terlihat buruk di depanku dan terlihat komersil tentunya WHAHAHA. Panci, baskom, piring, sendok plastik, sendok besi, cangkir, tudung saji lama, saringan kelapa bolong, mangkuk retak dan tidak retak. Sekalian sajalah rak piringnya kuangkat biar tidak susah. Bahkan aku berencana menjual SURAT TANAH hari itu juga WHAAHAHAH (ketawa jahat). Namun kuurungkan, karena tau akibatnya akan sangat fatal. Bisa-bisa dikirim ke Malaysia aku untuk jadi TKI dan dicoret dari KK. Alamak ngeri.
Hari itu berjalan dengan sangat baik dan indah, Alhamdulillah. Eh kok Alhamdulillah. Tapi memang harus bersyukur karena aku caiiirrrrr, sihiiyyy banyak dueettt. Kami sudah menukarkan barang itu ke tukang loak yang datang tiap sore. Kami datang membawa karung kami masing-masing, ditimbang, lalu dirupiahkan. Jadilah aku seakan bergaya like a boss karena sudah dapat uang dari hasil kerja keras menilik barang-barang mamak di rak piring. Maapkan anakmu maaak T_T.
Sehari berlalu, mamak masih belum sadar. Hari berikutnya, mamak ngomel satu harian tak berhenti. Katanya begini, “Kemana ya mangkokku, baskomku, saringan kelapa kita yang lama, mana yak kok ga nampak, sendok sendok juga ini kok tinggal dikit? Siapa yang makani sendok ini? Kelen makan nasi, sendoknya ikot dimakan?” tanyanya. Pertanyaan itu ditujukan ke kami yang saat itu sedang menonton televisi di ruang tengah. Ada bapak, kakak, dan aku (si pelaku tidak tau malu). Tanpa merasa bersalah, akupun memasang wajah linglung, kebingungan, dengan apa yang terjadi.
Lalu, pada saat itu juga, datanglah tetanggaku. Tidak diundang. Sungguh aku tak pernah mengundangnya. Ada apa gerangan dia datang ke rumahku, pikirku. Dia adalah ibu dari kawanku yang berinisial E. Kalian tau perihal apa dia datang? Untuk memberitahukan bahwa kami berenam telah melakukan tindakan tidak wajar, dengan mencari-cari barang bekas lalu menjualnya. Naasnya, kawanku itu tertangkap basah saat hendak memasukkan bekas kaleng minuman ke dalam karung miliknya. Aku langsung membayangkan kejadian di rumah kawanku si E itu. Aku yakin dia sedang menangis tersedu-sedu di pojokan kamar. alamak sedihnya. Alih-alih memasang muka bingung, aku tak kuasa menahan ekspresi ketakutan yang teramat sangat. Aku melirik sedikit, ya Allah kaget. Wajah mamakku merah padam. Habislah aku, pikirku.
Sebelum mamak menyadari posisiku, aku langsung melipir pelan-pelan, sedepa, selangkah demi selangkah aku keluar dari ruang tamu lalu mengeluarkan jurus andalan. LAAARRRIIIIIII. Terdengar suara yang menggema dari dalam rumahku saat aku mencoba melarikan diri. “ANJUUUUUUU, SINIII KAUUUUU”. Huuftt huffttt sabar gais, aku tarik nafas dulu. Membayangkannya saja membuatku ngeri. Suara mamak terngiang di telingaku. Wajah marah mamak sangat membekas di kepalaku sampai detik ini. Betapa marahnya dia, dengan tingkahku yang seperti tidak diberi uang jajan dan tidak dikasih makan. Akupun merasa bersalah tiap kali melewati rak piring, betapa berdosanya aku saat itu berani mengambil anak-anak di dalam kandungannya. So sorry rak piring mamak.
Sepulang dari percobaan melarikan diriku, yang sudah pasti gagal. Mau kemana lagi aku lari? Ya, ujung-ujungnya balik ke rumah. Sepulang ke rumah aku langsung mandi. Suasana rumah mencekam. Atmosfer panas. Tatapan mata orang rumah dingin dan tajam. Menusuk Qolbu. Mamak sudah menungguku di sofa tempat biasa kami menonton televisi. Mamak bilang, dengan suara lirihnya, ”Kurang dikasih uang jajan untukmu? Sampe kau cari barang bekas, dijual, ga dikasi makan dirumah? Ha? Pernah mamak ajarin kau kekgitu?”. Bapak hanya memperhatikanku dari sofa merah kesayangannya, tanpa komentar. Aku hanya tertunduk diam dan mengutuk diriku sendiri. Padahal maksudku melakukan itu bukanlah karena kekurangan uang, tapi hanya mengikuti kawan kawanku melakukannya, tidak lebih. Tapi sesungguhnya seru hihi. Selepas dari kisah mencari botot tadi, aku sadar bahwa hal itu kurang baik untuk dilakukan. Aku menyesal.
Maka, karena tadi kurang baik untuk dilakukan, aku beralih profesi sebagai pencari berondolan. Orang kampong kami menyebut biji sawit yang keluar dari wadahnya dinamakan berondolan. Jadilah aku si pengusaha berondolan. Sepulang sekolah kami langsung berkumpul di depan rumahku, lalu kemudian melakukan aksi yang berbeda dari sebelumnya. Lebih visioner. Lebih menjanjikan profitnya. Kali ini lebih berkelas, mencari berondolan di ladang orang. Wuuh berkelas sekali bukan?
Singkat cerita, kami berhasil mengumpulkan berondolan dalam beberapa plastik berukuran besar untuk satu hari. Kemudian kami menemui orang yang mencarinya, lalu menjualnya sesuai harga pasar. Asik, harga pasar. Kayak bener aje luu. Lanjut, kami langsung melakukan bagi hasil atas kerja keras kami masing-masing sesuai porsi yang kami dapatkan. Selesai.
Aku pulang ke rumah dengan sukacita. Santai aja gitu, kayak gada beban. Damai, tenang. Burung-burung terlihat menawan di atas sana, udara terasa sejuk, mataku jadi lebih benderang dari biasanya. Terlebih, kantongku tebal WHAHAHA. Ternyata oh ternyata, mamak sang penguasa lautan. Eh, bukan, penguasa rumah maksudnya, sudah menungguku di depan rumah sambil berkacak pinggang dengan muka marahnya. Jantungku bekerja 2x lebih cepat dari biasanya, nadiku bergemuruh. Aku langsung berhitung cepat. Berapa meter lagi untuk sampai ke rumah, dan berapa meter lagi untuk lari kebelakang. Ide itu buruk, pikirku. baiklah, mari kita hadapi kenyataan, bahwa aku tidak bisa lari, tapi juga tidak bisa menyaksikan keruntuhanku hari ini T_T Tuhan bantu hamba.
Aku berjalan perlahan, mamak sudah menatapku lamat-lamat dari kejauhan. Semakin dekat, semakin dekat, lalu, “MASOK!”. Eh buset kaget. Iyee masukk yaAllah :( kageet tauu ginjalku, kasian. Aku masuk. Lemas tak berdaya. Lihatlah, bapak disana, di sofa merahnya menangis pilu entah karena apa. Aku melihat bapak menghapus air matanya. Ada rasa sesak di dadaku menyaksikan bapak meneteskan air mata. Lalu, sebelum aku tanya mengapa bapak menangis, mamak sudah duluan menjabarkan letak masalahnya. “KAU NGAPAIN NYARI-NYARI BERONDOLAN SAMA KAWAN-KAWANMU DI LADANG ORANG? KURANG JUGA HAA UANG JAJANMU?!!”. Wajah mamak tampak sangat marah saat itu, aku bahkan tak berani menatap matanya. Takut di laser. Engga deng mak, becandaa.
Aku tidak terlalu tergubris dengan kalimat mamak, sebab mamak sudah sering memarahi kami, sehingga kalimat itu tak lagi mengena. Bahkan dicubit sampai biru pun sudah biasa. Pun, kami sudah sering dimarah mamak setiap harinya. Sudah kebal. Tapi kali ini bapak. Bapak yang bahkan tak pernah berintonasi tinggi, tak pernah main fisik dengan kami, menangis di depanku hanya karena perbuatan yang kulakukan. Aku merasa bersalah. Suara lirihnya menghantuiku, "Kenapa nak kayak gitu di luar? Kayak ga diurus di rumah, kurang bapak kasi jajannya? Janganlah gitu nak, sedih hati bapak”. Oh Tuhan, aku makin merasa bersalah tidak karuan. Apa yang sudah kulakukan. Bapak menangis di depanku karena tingkahku yang di luar batas.
Lagi-lagi aku hanya diam dan menunduk, tidak berani menatap lebih lama. Pun, sepertinya ikut meneteskan air mata saat itu. Bukan, bukan karena takut dan sedih dimarahin bapak, tapi lebih karena dadaku sesak melihat bapak menangis. Kemudian aku memutuskan untuk tidak melakukan hal konyol itu lagi, hanya untuk mendapat jajan tambahan.
Namun, terlepas dari drama di dalam rumahku, kuakui, itu salah satu momen terseru yang kami miliki. Kenangan tak terlupakan di kampong kami. Aku dan teman-temanku berpetualang setiap harinya, menghabiskan waktu sampai satu harian untuk melakukan hal baru. Aku sangat bangga dengan identitasku, aku anak kampong sejati. Dan aku rindu kawan-kawanku.
Dan jangan lupakan nilai-nilai kehidupannya kawan. Bahwa apapun profesinya, selama itu berkah dan halal, tidak mengapa. Bersyukur karena tidak harus mencari barang bekas diteriknya siang, memiliki orangtua yang mengasihimu, dan satu lagi, berusaha untuk berbagi. Sekecil apapun. Karena berbagi tidak akan membuatmu miskin :) Percayalah.
Dan masih banyak cerita menarik lainnya. Nantikan. Sampai jumpa di serial anak-anak nyitnyit dan kawan-kawan.
Sei langgei, kampong impian kami.
5 notes · View notes
nyitnyitt · 4 years
Text
Bicara Soal Rendah Hati
Rendah hati merupakan sikap yang jarang sekali di miliki oleh makhluk hidup bernama manusia di planet ini. Rendah hati bisa berasal dari genetik orang tua ataupun dari pengalaman serta pelajaran hidup.
Aku adalah seorang manusia yang masih sangat jauh dari kata itu. Ya, rendah hati. Sikap sombong masih banyak kuanut dalam diriku. Dan aku pikir hampir seluruh manusia di galaxy ini menganut sifat itu.
Ayahku adalah sosok yang memang aku idamkan perihal kepribadiannya. Sangat rendah hati dan tulus. Terkadang aku ingin terlahir kembali dengan karakter ayahku sepenuhnya. Namun manusia tetaplah manusia. Hakikatnya sifat dan fisik anak sangat dipengaruhi oleh genetik ayah dan ibunya.
Sering kali aku menyesal setiap kali mengucapkan atau berlaku seolah ingin menunjukkan sesuatu. Sering kali aku terduduk dikamarku ataupun waktu-waktu beranjak tidur. "Maafkan aku Tuhan atas perkataan dan tingkah laku yang menyebabkan orang lain cemburu akan hidupku lalu enggan bersyukur pada-Mu" pintaku dalam hati.
Kalian tahu, bahkan penyesalan itu muncul sepersekian detik sesaat setelah aku melakukannya. Lalu aku diam dan menelaah ucapan dan perbuatanku.
Ingin sekali rasanya menjadi salah satunya. Dengan sifat yang sangat jarang ditemui. Sifat yang luar biasa ketika memilikinya. Sifat yang amat menawan ketika melihat orang lain menerapkannya. Tidak mengumbar apapun. Tidak bernafsu menunjukkan apapun. Ingin sekali menjadi bagian dari mereka.
Kupikir kunci segalanya dalam hidup adalah Pemahaman. Ternyata "Rendah hati" adalah Mahkota tubuh. Bekal untuk memahami hidup. Itulah pelajaran terpenting dari semuanya.
"Aku ingin menjadi salah satunya atau memiliki pasangan yang menerapkannya agar kelak aku bisa belajar bersamanya dan memiliki anak sepertinya".
2 notes · View notes
nyitnyitt · 4 years
Text
Menulis adalah akhir perdebatan otak dan hati, logika dan perasaan.
Akhir dari semua itu adalah bait demi bait kalimat yang menuntun pada sebuah makna nyata dan terarah. Namun tak semua dapat memahami alur dan jalur makna-nya.
Berharap perdebatan di dalam sini (otak dan hati) tuntas secepatnya. Terasa lelah jika terlalu lama berdebat di dalam dan tak sanggup diungkapkan.
Jalan satu-satunya. Ya, menulis.
1 note · View note
nyitnyitt · 4 years
Text
Sedang melihat orang orang membagikan cerita nya di sosial media. Malam mereka merayakan pergantian tahun. Malam mereka berkumpul. Malam mereka bersenang-senang. Akupun ikut gembira walau hanya melihat dari layar ketika di depanku adalah atap rumah sakit. Ditemani suara hujan yang cukup keras, angin yang hilir mudik sedari tadi dengan daya yang cukup tinggi. Yang itu berarti hujan dan angin pun sudi untuk menyambut pergantian tahun bersama kalian. Sangat dingin.
Aku dan selimutku terbuai mesra dengan alunan instrumen yang sedang on playing sambil membaca penulis-penulis di tumblr ini yang mungkin beberapa sama sepertiku. Menulis untuk mengutarakan sesuatu dan menulis sebab tidak bisa melampiaskan secara langsung. Sedang menunggu cerita dari teman-temanku yang merayakan dan melewatinya dengan suka cita. Aku harap kalian semua bahagia dan bisa membagikan cerita padaku. Aku harap ada sesuatu yang baik terjadi di kemudian tahun.
Salam hangat dariku
0 notes
nyitnyitt · 4 years
Text
Ada kalimat yang tak bisa keluar melalui bibir tapi bisa dimengerti melalui mata. Ada kalimat yang tak sanggup bersuara namun bisa di rasakan dengan pelukan. Ada kalimat yang tak bisa diurai melalui cerita namun bisa dijelaskan dengan air mata.
Saat ini aku sedang dalam posisi itu....
1 note · View note