Tumgik
notfineatall · 6 years
Photo
Wuihhhh
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
#KitaAdalahNandan
572 notes · View notes
notfineatall · 6 years
Text
Akan ku kabarkan pada bangku bangku
Pada riuh malam minggu
Pada setiap hela angin lalu
Pada bus bus dikejar waktu
Tentang semua harap putusku
Yang lelah terbentur semu
Lalu sekarat dalam heningmu
Dipeluk peluk rindu
Tapi tak kunjung bertemu.
0 notes
notfineatall · 6 years
Text
Kita mungkin semena mena
Pada diri kita
Pada mereka
Pada semesta
Kita mungkin lupa
Lupa menganggap
Lupa berkata maaf
Lupa menerima
Kita mungkin kecewa
Karena cinta
Karena asa
Karena dusta
Kita mungkin terluka
Karena kehilangan
Karena perpisahan
Karena sudah tidak nyaman
Kita mungkin bahagia
Karena hadiah
Karena pertemuan
Karena bisa pulang
Kita mungkin tidak pernah berhenti merasa
Karena karsa dan rasa bebas berkelana
1 note · View note
notfineatall · 6 years
Text
Jangan dipukul rata. Jangan dibanding bandingkan begitu saja. Karena semua punya limit-nya masing masing punya capability sendiri sendiri. Kamu bisa berbuat banyak, mampu melakukan ini itu multitasking, lantas ketika kamu melihat orang lain belum bisa melakukan sesuatu seperti yang kamu lakukan kamu langsung nge-jude “kamu gitu aja capek, lihat aku udah ngelakuin ini itu dan nggak ngeluh kaya kamu.” Kamu bisa melakukan banyak hal karena Allah beri kemudahan, dan temanmu nggak bisa karena Allah belum mengijinkan. Bisa saja itu yang terbaik buat dia.
0 notes
notfineatall · 6 years
Text
soliloquy tentang takdir
Tujuh belas kali dalam satu hari kita berdoa kepada Allah,
iyyaka na’budu, wa iyyaaka nasta’in. Kepada-Mu kami bergantung, kepada-Mu kami memohon pertolongan.
dan nyatanya dua doa ini tidak begitu mudah dipahami jika kita tidak berusaha untuk mencari hidayah. Pada apa yang kita ikhtiarkan namun tidak pernah ditakdirkan untuk kita, mari kita menata hati untuk ridho.
Kita adalah manusia yang tak pernah kehabisan cita-cita. Hilang satu, insya Allah akan tumbuh seribu.
hidup kadang memang melankolis jika kita bertahan pada sikap yang demikian. Tapi jika semua kita bawa dengan semangat, insya Allah semua akan baik-baik saja.
Saya bingung mengawali tulisan ini karena secara nggak langsung jadi semacam sesi curhat. Tapi rasanya nggak enak juga kalau tidak dituliskan.
saya dari dulu banget pengen PhD, udah ikhtiar tapi susah buat berangkat. Endingnya pas saya ngobrol bareng ibu, ibu selalu berharap saya sukses, bisa pergi jauh ke banyak tempat, tapi beliau tidak bisa melepas saya dalam waktu yang terlalu lama.
“Kenapa ibu nggak bilang kalo sebenernya nggak sreg lihat aku pergi dalam waktu lama?”
“Ibu nggak pengen menghalangi kamu meraih cita-cita dek”
saya tertawa. 
“Bu, cita-cita ku itu nggak pernah sesempit itu. Udah berapa kali jalan hidupku belok, tapi ya tetep baik-baik aja. Ibu nggak pernah menghalangi aku menggapai cita-cita. Kalau memang aku nggak berangkat ya karena emang bukan takdirnya”
I’m fine. Sekarang lagi on fire bikin penelitian karena ngerasa udah pas dan fokus. Dulu nggak fokus ke riset karena takut kalo misal udah bikin proposal dengan roadmap tiga tahun eh ternyata tahun 2019, saya berangkat.
Apa yang diizinkan oleh Allah untuk menjadi rezeki kita tak akan bisa terhalangi oleh apapun. Yang perlu saya usahakan hanya menjemputnya dengan cara yang baik dan dijalankan dengan hati yang ridho, bukan cuma oleh saya tapi juga oleh keluarga saya.
Beberapa pekan lalu, ada dua orang curhat. Satunya tentang pekerjaan, satunya lagi tentang pernikahan.
Teman pertama dapat kerjaan di luar kota. Fee nya gedhe banget. Tapi orang tua nggak mengizinkan karena jauh.
Teman kedua dilamar laki-laki yang kerjanya jauh banget di luar pulau. Dia suka tapi orang tuanya belum bisa nerima karena nggak bisa jauh juga dari anaknya.
“kamu mau mikir kalo orang tua kamu menghalangi rezeki kamu?”
teman saya tertawa. Dia menjawab:
“hampir”
“nggak ada yang sanggup menghalangi rezeki dari Allah. Kalo kerjaan itu takdir kamu, insya Allah next dia bakal datang lagi. Biar orang tua kamu ridho dulu”
“kalo ternyata nggak balik?”
“Simply, itu bukan rezeki kamu. Jangan blaming ke siapapun untuk sesuatu yang memang bukan takdir kamu. Sing sabar”
“Kamu nggak pernah ngerasain De”
“Aku ngerasain itu berkali-kali. Yaa emang kita nggak bisa menganggap orang lain sama kayak kita. Tapi, andaipun orang tua kamu ngasih izin, kalo itu emang bukan takdirmu, bisa jadi bakal ada kejadian lain yang menjauhkan kerjaan itu dari kamu. Mungkin sekarang kamu lagi diuji biar nggak gampang blaming”
lantas apa gunanya ikhtiar kalau ujung-ujungnya ga ditakdirin juga?
mungkin di sini kita jadi memahami bahwa ikhtiar itu ladang amal. Ladang bagi kita untuk mendewasakan diri. That’s why saya nggak pernah setuju dengan kalimat “hasil tidak pernah mengkhianati proses” yang ada itu “Allah tidak akan pernah meninggalkan hambaNya”.
Karena tidak semua keinginan kita akan diberikan oleh Allah. Tidak semua ikhtiar berujung pada hal-hal yang kita cita-citakan. Tapi percayalah, tidak ada yang sia-sia.
Bersyukurlah masa depan itu dirahasiakan. Sebab jika kita tau sesuatu itu tidak ditakdirkan untuk kita, kita akan kehilangan semangat untuk berjuang. Padahal bisa jadi perjuangan itu adalah ladang amal yang bermanfaat bagi fase hidup kita selanjutnya.
Tentang doa yang belum dikabulkan, saya teringat ceramah ustadz Nouman Ali Khan. Beliau menjelaskan (saya lupa lafadznya, tapi intinya demikian):
“Nabi Ya’qub AS berdoa agar nabi Yusuf AS kembali pulang sejak nabi Yusuf AS hilang. Tapi Allah mempertemukan beliau berdua bertahun-tahun kemudian dalam kondisi yang terbaik. Yusuf AS menjadi bendahara negara dan saudara-saudaranya sudah tidak menyimpan kedengkian”
mengabulkan doa, memberikan takdir dan rezeki itu murni hak prorogatif Allah. Kalau demikian, apakah kita tidak boleh berdoa? 
Kita diperintahkan berdoa untuk semua urusan. Bahkan yang paling sederhana sekalipun. Sebab doa adalah tanda bahwa kita melibatkan Allah di semua urusan, doa adalah bentuk cinta kita kepada Allah. Jika kita mencintai seseorang, tentu kita akan bercerita tentang apapun, bahkan hal yang paling sepele sekalipun. Bagaimana mungkin kita disebut mencintai Allah jika kita tidak melibatkan Allah dalam urusan-urusan kita?
Selain itu, doa adalah bentuk kesadaran bahwa kita adalah manusia yang kecil, yang tidak mampu mengendalikan apapun, termasuk mengendalikan lintasan-lintasan di pikiran kita. Maka berdoalah agar pikiran-pikiran kita selalu dipenuhi dengan hal-hal yang baik, berdoalah agar kita terhindar dari rasa ujub.
Allah itu Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Dimana dengan Kuasa-Nya, Dia bisa saja mengizinkan sesuatu terjadi tanpa proses, mengizinkan apa yang kita inginkan hadir begitu saja di depan mata kita tanpa ikhtiar. Namun salah satu dari nikmat-Nya yang jarang sekali kita sadari adalah, Allah menghadirkan sunnatullah bahwa segala rezeki dijemput dengan ikhtiar. Ikhtiar sejatinya ladang amal, mendewasakan dan menghadirkan banyak sekali hikmah.
Jiwa kita tidak akan kaya jika kita tidak ditempa oleh banyak ujian. Seperti halnya manajer yang tidak akan mampu mengelola perusahaan dengan baik jika dia tidak meraih semua dari bawah sehingga skill nya menjadi mumpuni. Kita pun begitu. 
Maka manusia selalu diuji di titik lemahnya. Agar ia sadar bahwa ia hanyalah jiwa yang kecil di genggaman Allah. Maka manusia selalu diuji di titik lemahnya agar dia menyadari kekurangannya dan bisa berubah ke arah yang lebih baik.
pada apa yang tidak ditakdirkan padahal sudah diperjuangkan sekuat tenaga, semoga hati kita dilembutkan agar kita ridho dan bisa menangkap begitu banyak hikmah di balik takdir.
mungkin ini godaan yang besar buat orang yang punya azzam yang kuat pada sebuah cita-cita. Terkadang kita, secara nggak langsung, menggantungkan hidup kita pada cita-cita tersebut.
kita memang harus totalitas dalam mengerjakan sesuatu, tapi jangan sampai terlalu attached. Jadilah hamba Allah yang siap ditempatkan dimanapun. Sebab bumi Allah itu luas, dan cara Allah menyediakan ladang amal itu banyak bahkan terkadang tidak terpikir di kepala kita.
309 notes · View notes
notfineatall · 6 years
Text
Waktu itu Kak X (nama disamarkan) ngomong sama aku gini “Nek kowe rak kerja dadi PNS atau Pegawai BUMN kowe meh kerja nang ndi? Pabrik? Ning pabrik ke di kontrak tok rak njamin.” Dan aku cuma diem ga jawab apa apa.
Lalu sebelum tidur aku mikir sama omongannya orang itu. Tiba-tiba aku inget percakapan sama saudaraku yang sekarang kelas 12. Singkat cerita, dia itu disuruh berhenti dulu setahun atau gap year karena orang tuanya nganggep kalo kuliah itu mahal. Padahal dia ya nggak mau kuliah di luar kota juga. Terus aku bilang kalo yang di Pekalongan aja bisa di IAIN disana bisa ikut bidikmisi. Aku jelasin yang aku tahu dari cerita temen-temenku yang bidikmisi disitu, karena emang bidikmisinya beda sama di kuliah ku. Aku ngomong sama dia pokoknya jangan cuma SMA.
Terus kan aku tanya, dia mau masuk jurusan apa. Dia jawab “Aku pengen melbu jurusan Tafsir Qur'an.” Jujur si aku kaget, karena aku membayangkan kalo dia bakal jawab Ekonomi Syari'ah/Akuntansi Syari'ah atau mentok Tadris (Pendidikan). Disaat yang lain diluar sana ngambis buat masuk Ekonomi, Kedokteran, Kedinasan yang katanya PELUANG KERJANYA besar. Dia bisa mikir dari apa yang dia suka, dari passionnya dia. Aku kagum si sama dia yang emang dari dulu kalau sekolah basic-nya agama. Jadi mikirnya ‘Dunya Wal Akhirah’. Nggak kaya aku yang masuk jurusan karena matrealistis peluang kerja.
Aku jadi mikir kalo misal orang diluar sana yang denger keinginan saudaraku pasti jawabnya, “La peluang kerjane opo? Sesok mben nek lulus dadi opo?” Ini sama halnya kalo aku liat orang pingin masuk jurusan sasta, mereka pasti mendapat pertanyaan yang sama. Klise. Terus aku mikir “Jan jane kuliah ke nggo kerja opo nggo golek ilmu to? Kenopo to aku mikir banget karo omongan tentang dadi PNS.”
Lalu aku sadar ternyata aku juga yang terlalu matrealistis saat memilih jurusan, nggak berani ngejar pingin kuliah di ilmu komunikasi dengan alasan sudah gagal dan segudang alasan alasan lain. Padahal itu keinginan ku dari kelas 11, dan yo aku juga belum maksimal usaha. Aku terkesan jadi nggak berani untuk menjadi diri sendiri, dan disinilah aku mempelajari sesuatu yang tidak ada kolerasinya dengan mimpi-mimpiku.
Kembali kepertanyaan Kak X, aku sebenernya nggak setuju cuma aku tidak berani mengutarakannya Kak. Kenapa to mau kuliah diliat dari Peluang Kerja? Menurutku nek kita bisa ngejalani sesuatu karena kita suka karena itu pasti ada kebahagiaan tersendiri. Banyak kak yang udah mapan kerja dapet uang tapi mereka nggak bahagia karena mereka merasa itu bukan sesutu yang mereka suka. Padahal yo saben sholat ngucapke “Innasholati wa nususki wa mayahya wa mamati lilahirobilalamin.” Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah ta'ala. Njurr ngopo kudu wedi rak oleh kerja, rak nduwe duit, rak dadi sugeh Kak.
Nek misal hari ini ada yang kepingin kuliah biar bisa ngajar ngaji lalu kamu beranggapan bahwa itu pekerjaan yang nggak menghasilkan seperti jadi PNS atau Pegawai BUMN seperti yang kamu bilang. Sesok mben kak nek kowe nduwe anak, terus anakmu pingin ajar ngaji sopo sing bakale ngajari ngaji? Kowe? Rak bakal lah, kowe bakal sibuk kerja golek duit sing akeh. Mesti kowe butuh ustadz/ustadzah kak, that’s whyy kita melakukan sesuatu dudu mergo duit. Bisa aja itu panggilan hati. Jangan digeneralisasikan, dipukul sama rata aku tidak setuju.
Aku bukan nggak suka sama pekerjaan jadi PNS atau pegawai BUMN, cuma aku menangkap omonganmu, kalo jadi PNS itu satu satunya jalan buat stand up for myself. Padahalkan banyak jalan menuju Roma. La sopo reti aku biso dadi ibu dari anak anakmu salah satune wakaka. Asiqueee 😂😂😂
1 note · View note
notfineatall · 6 years
Text
Carut marut
Saya sangat suka sekali tokoh Kugy dalam Novel dan Film Perahu Kertas karena disitu Kugy digambarkan sebagai pribadi yang merdeka atas dirinya sendiri, yang jujur tentang dirinya sendiri. Tokoh Kugy sangat dalam bagi saya, karena dari Kugy saya belajar tidak ada yang salah dengan dongeng, tidak ada yang salah tentang menulis. Saya juga baru tau kalo bahkan penulis favorit saya Inggrid Sonya juga menggilai tokoh Kugy.
Dulu Kugy begitu hidup bagi saya, saya jadi suka bikin perahu kertas setiap hari, menulis surat untuk Neptunus, menobatkan diri sebagai salah satu Agen Neptunus. Bahkan saya juga pernah membuat buku diary dengan tulisan yang saya karang abjadnya sehingga tidak ada satupun orang yang membaca kecuali saya. Kugy benar-benar menghidupkan imajinasi liar saya. Kugy itu magis bagi saya.
Beberapa hari yang lalu saya mendengarkan lagu Perahu Kertas yang mengalun dari radio butut rumah. Lalu saya bertanya "Kapan saya terakhir menjadi diri saya sendiri?" Lalu dalam hati saya tertawa ketika menemukan jawabannya. Sepertinya dulu sekali saat SMP.
Dulu saat SMP saya suka baca puisi, dulu sangat saya suka kalau ada latihan baca puisi walau endingnya tidak terpilih untuk perwakilan lomba, saya dulu tidak malu ikut lomba puisi yang dibuka untuk umum walau saya tahu kalau saya tidak akan menang, saya sangat suka ketika ikut berlatih sendratari walau saat itu saya cuma memainkan peran sebagai anak kecil, saya sangat bersemangat berlatih menari walau tidak luwes menari, saya sangat senang ketika saya bisa juara menulis puisi walau hanya lingkup sekolah saat lomba untuk memperingati ramadhan, bahkan pialanya masih saya simpan untuk mengenang betapa saya dulu pernah menjadi diri sendiri. Bahkan rasanya lebih bahagia menang lomba tulis puisi tingkat sekolah timbang saya menang lomba olimpiade sains saat dulu SD.
Sekarang tidak ada satu pun orang yang tau saya bisa menulis puisi, tidak ada satupun orang yang tau kalau saya dulu suka membaca puisi bahkan saya sekarang malu kalo disuruh baca didepan umum, tidak ada satupun orang yang tau saya suka nulis, tidak ada satupun orang yang tau kalau saya pernah segila Kugy tentang dunia saya sendiri.
Semenjak SMA sampai sekarang rasanya saya selalu menjalani yang bukan saya. Ada saja alasan duniawi yang melatarbelakangi ketidakberanian saya. Banyak sekali idealisme dunia yang membatasi saya. Munafik kalau saya bilang tidak. Karena itulah realita yang terjadi.
Atau mungkin saya terlalu naif untuk menjadi diri sendiri, saya selalu iri dengan mereka yang bisa melakukan sesuatu karena diri mereka sendiri karena itu identitas mereka, karena mereka suka. Tidak seperti saya.
0 notes
notfineatall · 6 years
Text
Pas nontonin IPK yang biasa aja perasaanku juga biasa aja. Flat. Sedih enggak, prihatin enggak seneng juga enggak. Terus aku malah mikir, kapan terakhir aku merasa bahagia atau malah sedih pas mendapatkan hasil sesuatu atau kapan aku punya dorongan buat mencapai sesuatu? Hmmmm, seingetku pas SD aku tu selalu excited sama terima rapot dan hasilnya.
Tapi dipikir pikir aku tu kaya nggak punya tujuan sekarang, semakin gede nggak semakin paham sama diri sendiri malah semakin nggak jelas. Contohnya buat semester ini aja kek aku tu clueless. Mau dibawa kemana dan kaya gimana. Dan lebih parahnya, pas aku kelas 12 aku kaya nggak punya motivasi mau jadi apa, cuma punya pandangan aku mau jadi jurnalis dan pengen kerja nggak pake seragam kaya orang kantoran. Gatau itu jurnalis kerjanya kan pake seragam yak. Bodo amat dah. Intinya nggak mau kerja yang kaya pegawai negeri begituan.
Berangkatlah dari cita-cita apa adanya aku cuma pingin masuk jurusan ilmu komunikasi dengan nggak tau dirinya aku padahal anak IPA. Ya aku nggak tau apa apa tentang pelajaran IPS ya secara ilmu komunikasi masuk kategori SOSHUM. Dan, jelas nggak keterima pas SBMPTN. Jujur si disitu nangis dan sedih. Tapi cuma sebentar deh, ya karena aku udah keterima di kampus yang sekarang dari sebelum UN. Padahal dulu daftarnya cuma main main, ikut tes juga main main. Tapi dalam lubuk hatiku yang terdalam aku cuma pengen bisa masuk ilmu komunikasi. Tapi, gimana yak. Mencoba realistia kala itu.
Di semester dua ini, banyak banget temen-temen aku yang udah keterima di univ tertentu dan yang belum dapet kuliah kembali memperjuangkan apa yang mereka mau. Banyak banget yang ambisius harus masuk kedinasan katanya biar kerja gampang dan banyak duit. Terus aku bertanya pada diri sendiri, kamu maunya apa si? Kok ngejalani apa aja kaya kurang greget, kurang excited. Flat.
Kenapa nggak nyoba lagi aja ilmu komunikasi? Iya pingin, tapi aku mahasiswa bidikmisi. Udah dibayari negara buat kuliah. Terus kok pergi begitu saja? Kalau suruh balikin uang yang udah dikasih nggak sanggup aku kasihan orang tua. Kembali mencoba realistis. Siapa tau nanti habis lulus dari ini kan aku bisa kukiah lagi. Siapa tau kan yak.
Kayanya diri ini mengalami degradasi, kurang pandangan sama masa depan dan nggak punya tujuan. Sekarang lebih ke ’let it flow’ nggak tau itu bener apa enggak. Jadi kangen jaman SD lebih punya pandangan mau ngapain masuk SMP mana, mau ngedapetin apa. Wkwk miris kamu ya.
0 notes
notfineatall · 6 years
Text
Kamu boleh tidak percaya sama aku, sama hal hal yang ku yakini sepenuh hati. Terserahmu. Tapi setidaknya aku percaya sama diriku sendiri. Aku masih punya pegangan untuk terus berjalan dan menghadapi orang orang yang mungkin sama sepertimu; meragukanku.
1 note · View note
notfineatall · 6 years
Text
Bukan, bukan. Hidup itu bukan tentang siapa kamu dan bagaimana kedudukanmu saat ini. Hidup itu tentang apa dan bagaimana yang kamu lakukan hari ini. Iya, kalau yang kamu khawatirkan adalah rezeki dan kedudukan di tengah manusia, maka ketahuilah bahwa hanya Allah-lah yang memuliakan dan menghinakan seseorang.
— Taufik Aulia
1K notes · View notes
notfineatall · 6 years
Text
Mungkin selama ini aku saja yang mempersulit diri sendiri.
Seperti yang pernah dia bilang aku selalu menyimpulkan semuanya sendiri. Selalu berpikir negatif.
Mungkin selama ini aku saja yang terlalu menutup mata dengan semua realita dan terus memupuk semua khayal yang fatamorgana.
Mungkin selama ini aku saja yang tidak pernah bersyukur dengan teman teman yang selalu ada, keluarga yang selalu membuka tangan mereka lebar untuk kembali setelah lelah dengan dunia.
Aku saja yang selalu menganggap aku kurang dari perempuan siapa saja yang terlihat lebih berarti di hidupnya. Sampai hilang semua percaya dan ceriaku.
Aku saja yang selalu menganggap aku tidak pantas dan tidak berharga sama sekali. Membanding-bandingkan yang ada pada diriku dengan perempuan-perempuan yang ada dihidupnya.
Aku pernah segila itu, setidakwaras itu. Mungkin sekarang masih. Tapi aku belajar dan belajar untuk mencintai diriku sendiri. Menerima dan terus belajar menerima segala yang ada. Tuhan maha kaya dan maha sempurna tidak pernah salah membuat takdirNya.
Kadang terlalu tulus dengan bodoh itu beda tipis. Aku sudah berhenti untuk membodohi diri sendiri. Terimakasih untuk empat tahunnya. Semuanya bukan tentang kenangan manis. Tapi dari tangis, marah, luka dan kecewa aku pasti lebih siap untuk mencintai diri sendiri diatas perasaan mencintai orang lain.
Karena aku pantas dihargai, diperjuangkan dan dicintai.
Happy me,
Garisenja.
1 note · View note
notfineatall · 6 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sebelum UAS melanda
1 note · View note
notfineatall · 6 years
Text
La illaha illa anta subahanaka inni kuntu minaz zalimin
Musibah
“Kenapa ya, akhir-akhir ini aku ngerasa lemah banget? Bentar-bentar tidur. Padahal dulu pergi dari habis subuh pulang malem, lanjut nugas sampe tengah malem kerasa biasa banget.”
“ Kamu tau gak musibah itu kaya gimana ?”
“ Musibah? Banjir, longsor, gunung meletus. Lagi banyak musibah sih sepertinya musim ini. Tapi apa hubungannya coba sama pertanyaanku tadi. Kamu mah suka gak nyambung”
“Nyambung tau. Kalo misalnya kamu sering ketinggalan Tahajud, Dhuha, tilawah gak nyampe se-juz tiap hari, puasa sunnah juga jarang, kira-kira itu musibah gak?”
“ Hmmm…”
“ Itu musibah.. Bahkan musibah yang besar, kalau kamu sadar. Bisa jadi, beratnya mata kamu buat tetap terjaga, rumitnya masalah yang kamu hadapi, dan beratnya beban yang kamu emban itu, itu karena kemaksiatan-kemaksiatan yang kamu lakukan. Dan kemaksiatan itulah yang bikin kamu lemah. Kenapa dulu kamu begitu kuat? Karena ruh mu juga kuat. Jadi fisik, pikiran, dan hatimu ikutan kuat. Semangat dan kekuatanmu itu bahan bakarnya ruhiyah. Kalo ruhiyahmu lemah, jasadmu pun ikut lemah.”
“ Aaah.. bersyukur ya sama kamu. selalu punya kaca mata keren yang sanggup nampar aku berkali-kali.”
“ Yang selalu mesti kita inget, amanah itu dari Allah. Apapun itu. Semelelahkan dan semenyenangkan apapun itu. Jadi, kalau lagi banyak dipuji karena keberhasilanmu mengelola amanah, jangan pernah menyombongkan diri dan merasa kamu lah yang paling hebat. Pun ketika kamu lagi banyak diuji karena keburukanmu mengelola amanah, jangan pernah berpikir untuk menyerah dan melarikan diri. Karena semua itu dari Allah. Akan kembali juga pada-Nya. Dan DIa gak akan pernah mungkin biarin kamu menghadapi hal yang kamu gak bisa ngejalaninya. Bukan kamu yang gak bisa, tapi kamu yang gak berusaha lebih buat minta petunjuk sama yang ngasih amanah itu.”
:”))))
—-
Musibah itu bukan hanya hal-hal menyesakkan sesaat yang lebih banyak berbau dunia. Tapi musibah yang jauh lebih besar dan seringnya tak disadari adalah ketika kita bergelimang pada kemaksiatan. jauh dari keimanan dan ketaqwaan. Jauh dari-Nya. Dan parahnya, ngerasa baik-baik saja
Faghfirli ya Rabb..
268 notes · View notes
notfineatall · 6 years
Photo
Tumblr media
"kalo kamu pingin sama dia, jangan tanggung tanggung deketin yang nyiptain sekalian."-sukma indra.
1 note · View note
notfineatall · 6 years
Note
hani?
Hai bila
0 notes
notfineatall · 6 years
Text
Aku termasuk orang yang kalo ngomong blak-blakan. Tapi ya cuma sama orang orang yang aku nyaman. Yang udah aku tau gimana orangnya. Terus aku punya temen cewek di kuliah, dia tipikal orang keras, blak blakan dan ya gitu kalo ngomong. Gimana ya, kadang aku ngerasa apa yang dia omongin kok nyakitin dan nggak mandang lawan bicara sifatnya gimana. Tapi ya kadang mikir apa akunya yang baperan. Akhirnya dari orang yang kek gitu aku sadar kalo kita nggak bisa seenaknya kalo ngomong. Dan aku jadi mikir dan lebih introspeksi diri aja. Kalo kaya gitu gimana orang lain sama kita, tersinggung apa enggak.
1 note · View note
notfineatall · 6 years
Text
Aku orang ter-selow dalam hal masa depan. Salah nggak si? Yang penting usaha aja dulu sebisa mungkin. Nggak ngambis banget nggak maksa banget. Dan aku kalo doa pasrah banget, "Berikan yang terbaik menurutmu yaAllah," gitu terus. Salah nggak si? Disaat sekarang aku kuliah ditempat yang nggak sesuai sama bayangin dan harapin dulu aku selow aja. Aku mikir berarti ini jawaban doaku. Udah gitu aja. Disaat dulu temenku sekelas pada ngambis masuk kampus kedinasan karena iming-iming kerjanya gampang dan blablabla, aku yang nggak minat sama kedinasan ya selow aja. Aku salah nggak si? Apa terlalu selow?
3 notes · View notes