Tumgik
noor-shalihah · 2 hours
Text
Tumblr media
0 notes
noor-shalihah · 2 days
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
805 notes · View notes
noor-shalihah · 3 days
Note
Try to learn piano or guitar.
Try to singing.
0 notes
noor-shalihah · 3 days
Text
Cukup Seorang
Dilanda kebingungan, lantas tak memiliki teman diskusi, ditambah tak mengerti tentang bidang yang digeluti saya pikir adalah Cilaka 13. Meskipun teman-teman ada yang mulai merintis pada bidangnya, namun bidang utama yang digelutinya berbeda jenisnya dengan saya yang cenderung lebih aplikatif. Sungguh, kadang tak perlu memakai teori. Lepasan juga jadi. Maksudnya tak berpijak pada teori dan filosofi. ini pula yang membuatnya sedikit banyak menjadi ngaco.
Perlu diketahui, masa-masa ini sudah terlalui. Hampir seluruh perkuliahan saya menggantungkan pertanyaan itu. Tiada juga jawaban. Hingga bertemu seorang senior di sebuah perpustakaan, iseng-mengobrol keluh kesah ini. Saya utarakan padanya, sebab bidangnya cukup relevan sifatnya dengan bidang saya. Bukan teori utama, tapi kajian interdisiplin dan tentu beliau paham bagaimana mengolah dan meramu teori.
Saya tidak ingat apa yang beliau katakan. Tapi, saya ingat, senior saya itu mengkonfirmasi masalah-masalah yang saya utarakan itu melalui senyumnya yang garing. Arahnya jelas seperti apa yang saya pikirkan. Disanalah saya merasa : memiliki teman yang isi pikirannya sama dengan saya, keresahannya sama, dan ternyata dia sudah terlebih dahulu menemukan sesuatu. Nah, kini tinggal saya yang menelisik dan meniti jalan mana yang merisaukan ini.
Perlahan, saya tak sengaja mengikuti berbagai macam kuliah di bidangnya. Dugaan saya jelas, kini. Bentukan kajian disiplinnya cukup sama. Cara berpikirnya sama. Tentu saja, bukan sebagai sebuah individu, tapi sebagai sebuah bidang keilmuan. Makin kemari, saya merasa semakin mantp tentang megikuti jejaknya dalam menekuni berbagai macam kajian dan pembelajaran.
Usai kuliah pun, senior saya ini juga yang memberikan jalan dan pedoman untuk melanjutkan studi. Ia juga yang membukakan berbagai jalan menuju keilmuan yang sangat kaya sehingga pengetahuan kami tidak menjadi kering. Satu lagi yang penting, saya (kami) memiliki teman, kakak, guru sebagai tempat untuk bertanya.
Sebab hari ini, beliau sudah berpulang. Saya kembali mencari pada siapa lagi saya harus bertanya. Tapi, perjalanan kemarin tetap menjadi teman dan menjadi penguat, fondasi, untuk mengarungi kehidupan dan dunia antah berantah. Semoga menjadi amal jariyah untuknyaa.. Dimana pahalanya selalu mengalir.
Mengenang Kembali Mengentaskan Kebingungan, Cicalengka, 28 -04-2024
0 notes
noor-shalihah · 3 days
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
7K notes · View notes
noor-shalihah · 3 days
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Cari referensi warna bunga
0 notes
noor-shalihah · 13 days
Text
Tentang Ditinggal Ibu
Ditinggal ibu memang berbeda -- aku dan temanku
Kurang lebih dua tahun, status ibu dalam kehidupan kami kini in absentia. Saya lebih senang menyebutnya begitu, menandakan bahwa ia memang ada namun tidak hadir secara fisik sekarang. Memori-memori dan jejak yang ia ciptakan yang hadir dalam kehidupan kami sehari-hari.
Sekitar dua hari sebelum lebaran, ibu teman kami berpulang. Sayang, sampai sekarang saya belum bertatap muka. Hanya bisa berdoa memohon kesabaran dan ketabahan. Sekitar 1.5 tahun-an sebelumnya, Ayahnya yang berpulang. Bagiku, jaraknya memang terlampau singkat.
Memang jalan terjal kehidupan kami berbeda. Tapi masing-masing kami memiliki sebuah keberatan yang kurang lebih sama. Teman saya, Tiwi, selain merawat ibunya juga merawat anaknya yang sedang sakit. Dia memiliki beban pengasuhan atas dua orang yang ia sayangi.
Saya tak bisa membayangkan bagaimana gambaran dunia dalam imajinya saat ini. Apakah runtuh, apakah ingin berhenti, apakah gelap, akupun tak tahu. Di saat yang bersamaan, ia perlu menjadi sosok kuat untuk anak-anaknya. Hingga akhirnya satu pekan kemudian badannya ambruk dan perlu perawatan medis di rumah sakit.
Saya merasa familiar dengan kejadian itu. Iya, kejadiannya sama persis seperti dua tahun lalu. Ketika Ibu berpulang, saya juga sedang mengurus "anak" yang lain. Sepekan kemudian saya harus ranap di rumah sakit. Alhamdulillah, dokter, perawat, dan orang rumah sakit memberikan penghiburan.
Cerita kami hampir identik, hanya berbeda apa yang ditangani. Tentang kehilangan ini, hanya membuat kami berpikir tentang menata ulang rasa dan menata ulang agar bisa hidup lebih baik setelah ditinggal.
Tentang ditinggal orang yang selalu menjadi rumah memang tidak mudah. Kehilangan rumah seperti tidak ada tempat bernaung. Hujan, angin, panas, badai, segalanya menjadi lebih nyata. Saatnya bisa melindungi diri dan bisa membangun rumah.
Kamis, 17 April 2024
1 note · View note
noor-shalihah · 17 days
Text
Menangis dengan Cantik
Ada satu cita-cita yaitu bercerita --kalaupun sedih dan perlu nangis -- bolehlah keluar air mata. Ceritanya tanpa sesenggukan dan nangis banyak sejam atau dua jam.
Dimulai sejak sekitar tahun 2014 (?) saya pernah nangis sesenggukan entah berapa jam. Kalau dipikir lagi, kenapa saya nangis sedrama itu? Saya pun tidak tahu. Mau cerita tapi malah tertahan tangis. Bisa dibilang, pas waktu itu gagal. Akhirnya bukan mereka mendengarkan cerita, tapi yang ada mendengarkan tangis saya.
Setelah kejadian ini, sepertinya saya gak bisa bercerita sambil menahan kesedihan atau emosi apapun itu. Maka, setiap saya dengan emosi yang melimpah, pembicaraan akan terhenti beberapa saat untuk "mendengarkan" saya menangis.
Di ruang dengar pun akan terdengar demikian. Bukan jawaban verbal, tapi jawaban berupa air mata dan tangis yang sesenggukan. Memalukan memang, kalau kupikir dan kurekonstruksi ulang. Anehnya, memang setelah menangis yang lama dan sesenggukan pun saya terheran-heran dan merasa nyaman.
Hari ini, nyatanya tubuh menorehkan prestasi besar. Ia sudah bisa mengendalikan emosinya. Ternyata prosesnya membendung perasaan agar tak terlalu melimpah dan membuncah. Nyatanya memang sakit sekujur dada dan kepala akhirnya termanifestasi kan lewat air mata yang tertahan. Selanjutnya pelan-pelan merembes hingga ke sela-sela mata. Uniknya, dengan hati yang lebih tenang, pita suara dan tubuhpun semakin bisa beradaptasi. Tak lagi bergetar ataupun lebih menorehkan luka serta menjadi lebih menyedihkan hati.
Saya masih bisa mengobrol dan bercerita dengan nyaman dan lancar. Hanya saja tinggal air mata yang membanjiri wajah. Kadang perasaan yang membanjir itu meluap hingga ke dada. Tapi, kali ini sudah bisa dikendalikan oleh diri sendiri. Meskipun akhirnya pikiran jadi kacau, namun akhirnya bisa menangis dengan cantik.
Namun, sejujurnya. Setelahnya sakit kepala melanda. Kami masih perlu sesenggukan untuk melepas segala rasa di hati.
Di tepi danau purba, 4 Syawal 1445H
0 notes
noor-shalihah · 19 days
Text
Connecting the Dot
Sebenarnya ini urusan klasik yang sudah dibingkai dalam babasan basa Sunda yaitu Atah Anjang. Entah bagaimana istilah ini muncul, namun tentulah ada sebuah sabab musabab yang mendasari dan melatarinya. Utamanya adalah fenomena tidak kenal dengan keluarga (besar).
Berbeda dengan di masyarakat Jawa (saya cuma lihat teman-teman Jawa) yang memiliki sistem keluarga dan tradisi ngumpul syawalan. Bahkan dinamai dengan trah keluarga tertentu. Rasanya di masyarakat kami, hampir tidak pernah ada acara modelan begitu. Padahal, jika dirunut maka bisa jadi satu RT, satu RW, sekampung isinya saudara semua berasal dari keturunan yang sama. Hanya saja, atah anjang, jarang berkunjung entah apapun alasannya.
Walhasil, ketika saya kedapatan tugas untuk memperpanjang tali silaturahmi ternyata saya juga yang kelabakan. Gara-gara satu istilah tadi, yang kebetulan itu menimpa saya yang tidak bisa melacak akar diri terlalu jauh, akhirnya krisis identitas dan hingga akhirnya saya pun kesulitan menemukan referensi dan sumber pegangan yang sesuai dengan alamat kandung kelahiran.
Semakin beranjak dewasa, saya menemukan beragam titik dan beragam lokasi kejadian. Mungkin itulah tugas saya : menghubungkan titik-titik yang hilang. Seminimalnya untuk diri saya.
Syawal 1445H.
0 notes
noor-shalihah · 19 days
Text
Selamat Tiga Tahun !
Jurnalisme adalah kerja kaki, bukan kerja tangan - Shindunata.
Saya bukan jurnalis, tapi itu merupakan kalimat yang bertengger di dalam ingatan. Jika pikiran saya diibaratkan twitter, secara otomatis kalimat itu bertanda "pinned tweet". Saya dapat kalimat itu dari Dosen kami di mata kuliah penulisan non-ilmiah, Tri Joko Her Riadi sekaligus Pimred Bandung Bergerak. Semenjak pertemuan di kelas itu, hidup saya berubah.
Keesokan harinya, ketika saya hendak mulai menulis, secara otomatis kalimat itu seperti alarm. Kapanpun dan dimanapun. Seolah-olah mengajak saya bergerak. kebetulan, waktu itu ruang gerak saya memang terbatas dan sudah terjangkiti oleh penyakit masyarakat rebahan Indonesia. Yang hobinya scroll dan baca-baca di internet.
Awalnya, saya sudah mencukupkan membaca jurnal dan hasil riset. Nyatanya memang untuk kebutuhan menulis cerita memang tidak cukup. Pikiran saya mencerna bolak-balik kesenjangan antara keduanya. Apa yang unik? apa celah yang bisa saya masuki? Hingga akhirnya saya merasa kelebihan muatan dan tidak menghasilkan apapun. Ternyata itu prosesnya.
Selama itu pula, saya bergonta-ganti sudut pandang, mencari referensi lain tentang bagaimana bercerita dan bagaimana cerita itu menjadi bermakna. Di sisi lain, cerita ini menjadi klop dengan cerita penelitian saya yang membahas sedikitnya tentang biografi seseorang. Saya pun mendiskusikan dengan dosen saya terkait keabsahan penelitian ini. Dan hasilnya bisa diterima.
Kalau dipikir-pikir lagi sekarang , kok saya bisa mengerjakan tugas itu sambil mengerjakan tugas akhir kuliah saya? Perlahan tapi pasti, "training" seminggu sekali dengan target jumlah antara 800-1200 kata juga mengantarkan saya kepada total antara 30.000 - 35.000 kata. Hari ini saya sadar, mungkin itulah yang membuat saya lebih banyak uring-uringan kepada dosen pembimbing saya.
Semenjak dibersamai oleh BB. Alhamdulillah, sudah mengantar saya ke gerbang kelulusan - bahkan sudah melewatinya. Karenanya pula saya menjadi belajar banyak hal, menggali apa yang belum tergali, dan yang paling utama adalah mencari kembali identitas kelokalan. Tercerabut dari akar budaya memang bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Setidaknya begitulah apa yang dipikirkan oleh Toffler dalam bukunya tentang gambaran manusia nomaden di masa depan.
Sampai saat ini, saya masih berpikir apakah tulisan saya di BB memberi dampak? Saya selalu degdegan pabila ditanya soalan itu. Apakah tulisan yang saya tulis sudah cukup bagus untuk ditulis? Apakah ... Apakah... banyak sekali pertanyaan yang membuat saya tidak merasa percaya diri. Tapi, yang bisa saya pastikan, bandungbergerak sudah membuat dampak dalam ekosistem mikrokosmos diri saya.
Di antara banyak kelebihan pikiran yang menjangkiti, tak sengaja bertemu dengan satu gambar berjudul Amazon Way. Sepertinya saya menemukan sesuatu yang bisa merangkum aktivitas-aktivitas dalam hubungannya saya dengan BB dan ingatan dengan bandungbergerak yaitu BB way : bagaimana menulis a la BB, bergerak a la BB, bagaimana bertumbuh a la BB, dan lain-lainnya.
Dalam tulisan ini, dan dimanapun berada, saya berterimakasih dan bersyukur telah dipertemukan.
Selamat tiga tahun!
Tumblr media
0 notes
noor-shalihah · 20 days
Text
Tumblr media
2K notes · View notes
noor-shalihah · 20 days
Text
Tumblr media
Absurd di Hari Raya
Tak ada keinginan khusus untuk membaca novel yang terkenal absurd. Siapa lagi selain dari tulisannya Mbah Putu Wijaya ?
Buku Ha Ha Ha ini sengaja saya beli beberapa bulan yang lalu. Sebab, sepertinya saya belum memiliki dan membaca karyanya yang kekinian. Karya yang ia buat di usia tua. Tentu saja yang belum pernah dipublikasikan.
Saya baru saja menyampul buku. Selain karena tergiring oleh pekerjaan yang menjauhkan dari absurditas, saya lupa membacanya dan tak memiliki gairah. Entah mengapa, di saat keinginan membaca mulai memuncak, buku bersampul hitam ini menjadi pilihan sendiri.
Tepat di hari raya, saya membacanya. Pikirku, baiknya buku-buku di hari raya adalah buku-buku ringan dan menyenangkan. Bukan buku absurd yang membuat berpikir agak lama. Tapi tak mengapa, sesuai kondisi hati yang terbilang absurd.
Halaman demi halaman kulewati. Biasanya, jika tidak dalam mode membaca yang baik, saya tak mudah mencerna bacaan dari bukunya Mbah Putu. Di hari raya ini, entah frekuensinya sama, saya bisa menikmati tulisan-tulisannya yang kadang seperti berteriak di dalam kepala.
Langkah-langkah cerita yang melompat, jalan cerita yang tak terduga, hingga keputusan-keputusan ekstrim dari tokoh yang ada. Ya, rasanya meresap hingga ke dada.
Sore ini, saya mendapatkan sebuah gagasan. Oh ya, mungkin hidup saya bukan menggantung dan tidak menarik. Tapi perlu gaya penceritaan yang lain daripada yang lain. Masing-masing cerita punya jalan sendiri.
Bersama slogan Mbah Putu Wijaya : "Bertolak dari yang Ada", akhirnya saya bisa berkreativitas bukan hanya tentang masak memasak tetapi juga tentang kebermaknaan hidup.
Kamis, 2 Syawal 1445H.
0 notes
noor-shalihah · 20 days
Note
Banyak manusia berteori, sedangkan kamu sendiri yang menjalani.
Saya bisa berteori sekaligus menjalani. Tentu saja, tak semua teori harus dipraktikkan. Dipilih saja.
0 notes
noor-shalihah · 20 days
Note
Would you learning butekyo breathing for better life?
How I learning it?
0 notes
noor-shalihah · 21 days
Text
Apa itu Keluarga (?)
1445 H. Berarti ini adalah lebaran tahun kedua dengan status Mama "in absentia". Bermakna bagi kami selalu di hati, namun tidak nampak raganya. Sebab sudah berpulang terlebih dahulu.
Bersama dengan keluarga yang baru, katakanlah begitu, hal ini menjadi tantangan sendiri. Semua rasa hari raya menjadi hambar. Terlebih memang kami tak punya tradisi khusus menyambut hari raya selain bebersih rumah. Dan melakukan segala aktivitas bersama. Tak ada paksaan juga tak ada ritual.
Khusus tahun kedua, saya melihat perubahan dalam keluarga sekaligus berkenalan dengan keluarga baru. Perubahan sikap keluarga yang lama, tapi kami juga perlu menghormati keluarga yang baru. Mungkin, inilah yang dimaksud dengan adaptasi. Semua perasaan yang tidak nyaman.
Semenjak seorang yang merupakan rumahku itu pergi, di rumah pun aku kehilangan rumah. Di rumah orang lain, saudara dan sekitarnya tak kutemukan rumah yang sama. Sehingga memang sudah saatnya saya mendefinisikan ulang apa itu rumah dan apa itu keluarga ?
Rabu, 1 Syawal 1445H
0 notes
noor-shalihah · 2 months
Text
Tumblr media
Pita koreksi
Beberapa tahun lalu, pita ini sempat ambyar sebab dibawa adik yang waktu itu masih duduk di bangku kelas 3 ke sekolahnya. Walhasil tak dapat digunakan. Pitanya putus dan saya tak tahu cara memperbaikinya. Tapi, pita itu masih banyak sebab saya jarang memakainya.
Baru bulan lalu saya coba pakai lagi untuk membuat laporan. Tentu saja, tanpa gairah dan rasa putus asa, setiap bertemu dengan pita itu rasanya saya merasa tidak berguna dan tidak cukup pintar memperbaikinya. Ditambah memang tak ada yang peduli dengan pita koreksi.
Tadi siang, saya coba memakai pita koreksi dengan ala kadarnya. Karena putus, akhirnya saya pakai tangan sebagai pengganti.
Saya perhatikan, sepertinya pita itu bisa kembali seperti semula. Saya bongkar, saya sambungkan kembali pita dan kaitkan kembali kepada alatnya.
Dan tadaaa, pita itu kini sudah berfungsi kembali dengan normal sebagaimana mestinya.
Butuh berapa tahun untuk membuat pita itu kembali? Padahal caranya amat sederhana.
0 notes
noor-shalihah · 2 months
Photo
Tumblr media
Utilitarianism
Utilitarianism is a philosophy founded by Jeremy Bentham (1748-1832) and then extended by other thinkers, notably John Stuart Mill (1806-1873). Utilitarianism involves the greatest happiness principle, which holds that a law or action is good if it promotes the greatest happiness of the greatest number, happiness being defined as the presence of pleasure and the absence of pain.
Continue reading…
31 notes · View notes