Tumgik
naomidebbie · 10 months
Text
Tumblr media
Seri #NicsgotEirenic: Aletheia
Halo, anak cantik! Kehadiranmu sungguh memerdekakan. Memerdekakan ayahmu dari keresahan penantian kelahiranmu dan upayanya membanggakan kedua orangtuanya. Memerdekakan ibumu dari kontraksi hebat yang tak kunjung maju dan usai. Memerdekakan kami semakin menikmati perjalanan menanti Allah yang menjadikan kami orang tua. Suatu hari nanti. Terbayang bagiku menimang bayi pada usia delapan tahun pernikahan. Meskipun bukan bayi yang kulahirkan, menimangmu di tepat delapan tahun pernikahan tetap menjadi kebahagiaan yang tak terkatakan. Memerdekakan opungmu dari harapan dan doa hari-hari mereka selama delapan tahun ini untuk menimang cucu di hari tua. Juga, memerdekakan rumah keluarga besar kami dengan tangisan dan sepasang kaki mungilmu. Suatu saat kata pertamamu akan menggema dan menghangatkan hati kami yang mendengarnya.
Aletheia, ada banyak kata yang tidak terucap ketika melihatmu pertama kali. Namun, hati yang berdetak menjadikan setiap kata yang tidak terucap terwakili sempurna. Sama seperti ketika kami mendengar detak jantungmu pertama kali. Ternyata, sangat mungkin rindu menggebu pada detak jantung perdana manusia.
Aletheia. Aletheia. Aletheia. Pipi merona setiap menyebut namamu. Sungguh kebahagiaan yang tak terkira.
Selamat datang. Baru memulai kehidupan, namun sudah begitu disayang. Semoga rasa sayang kami memberimu energi untuk menjadi manusia yang menyenangkan, manusia yang memerdekakan, dan manusia yang Tuhan berkenan.
Aletheia Dame Decokaren Siahaan. Penuh haru dalam sebuah title baru: Pomparan Opung Aletheia Siahaan.
Mengasihimu selalu, Sayangku.
Bou Mami
6 notes · View notes
naomidebbie · 1 year
Text
Laura Story: Blessing
We pray for blessings, we pray for peace
Comfort for family, protection while we sleep
We pray for healing, for prosperity
We pray for Your mighty hand to ease our suffering
And all the while, You hear each spoken need
Yet love us way too much to give us lesser things
'Cause what if Your blessings come through raindrops
What if Your healing comes through tears
What if a thousand sleepless nights are what it takes to know You're near
What if trials of this life are Your mercies in disguise
We pray for wisdom, Your voice to hear
We cry in anger when we cannot feel You near
We doubt Your goodness, we doubt Your love
As if every promise from Your word is not enough
And all the while, You hear each desperate plea
And long that we'd have faith to believe
'Cause what if Your blessings come through raindrops
What if Your healing comes through tears
What if a thousand sleepless nights are what it takes to know You're near
What if trials of this life are Your mercies in disguise
When friends betray us
When darkness seems to win
We know the pain reminds this heart
That this is not
This is not our home
It's not our home
'Cause what if Your blessings come through raindrops
What if Your healing comes through tears
And what if a thousand sleepless nights are what it takes to know You're near
What if my greatest disappointments or the aching of this life
Is the revealing of a greater thirst this world can't satisfy
And what if trials of this life-
The rain, the storms, the hardest nights
Are Your mercies in disguise
3 notes · View notes
naomidebbie · 1 year
Text
Setelah Keluar dari Perbudakan
Begitu banyak aturan. Aku membayangkan. Bagaimana semua itu dapat dilakukan? Bagaimana kamu dapat hidup dengan standard itu? Wajarkah bila mereka jatuh? Wajarkah bila mereka merasakan jauh?
Jika ditanyakan; bisakah kamu hidup dengan standard itu? Siapakah yang hidup dengan standard itu? Lanjut lagi, adakah?
Ada.
Alkitab mencatatnya. Tidak satu, tidak dua. Keluarga. Generasi.
Yang juga dicatat Alkitab adalah ketidakpercayaan mereka, meskipun mereka melihat lautan terbelah dua di depan mata mereka. Meskipun mereka melihat burung puyuh berserak menjadi panganan mereka. Meskipun mereka mendengar guruh suaraNya. Meskipun tiang awan dan tiang api menuntun mereka. Ketegaran hati mereka bertubrukan dengan standard Allah. Bukan standardnya yang bermasalah, tapi hati mereka yang selalu berbantah.
Begitu banyak aturan dan standard yang menjulang. Bukan supaya, “Tidak bisa kan?” Yang Kudus tidak bisa serta merta mengubah kekudusanNya. NaturNya adalah kudus. Selamanya. Bagaimana rasanya ketika setiap hari mereka mematahkan hatiNya dengan melanggarNya? Bagaimana rasanya dalam ketidaktahuan mereka, Ia berdukacita oleh karena perbantahan mereka? Bagaimana rasanya, jika pada akhirnya dia merelakan AnakNya untuk kita?
Sekarang, di manakah mereka yang berbantah? Pribadi yang berulah?
Tetapi Allah tetap ada. Dia tetap sama. Setianya sungguh tiada bertara.
1 note · View note
naomidebbie · 1 year
Text
Sugeng Tindak, Nangtulang
Sabtu kelabu. Setelah suatu tugas yang berbenturan dengan mood pejabat. Mood, yang bagi banyak orang bilang itu wajar. Memang begitu. Kita yang harus selalu setuju. Tetapi bagiku itu hal yang lucu. Semoga selamanya value itu tetap kubawa. Pagi itu, Sabtu kelabu. Aku tidak memahami mengapa perasaan tak tentu itu terus ada, apa iya mood beliau begitu mengenaiku? I am a big girl, but why did that time I really need a break? Why did I feel a lot? Apakah artinya secara jujur aku tidaklah cukup berbesar hati? Secara jujur, kadar profesionalitasku perlu lebih diuji?
Lalu panggilan datang pagi itu. “Nangtulang Malang meninggal, Bot.”
Sulit untuk tidak tersentak. Bagaimana bisa? Baru kemarin beliau berucap doa semoga perjalananku kali ini berhasil. Kemarin. Dalam keadaan sehat. Tidak ada berita sakit.
Mencari pegangan untuk bersandar saat itu, tetapi aku harus tetap bekerja. Setelah menyelesaikan semua, renunganku membawaku pada kenangan Juli lalu. Ketika adik laki-lakiku menikah. Tulang dan Nangtulang kembali hadir dan bertugas menjadi Hula-hula Tangkas orang tua kami. Malang-Jakarta berkereta bukanlah waktu yang singkat, apalagi untuk orang tua usia senja. Keduanya berusia 70 tahun lebih. Seharian harus di sana, memberikan doa dan ucapan bahagia dalam barisan dan alunan lagu Bengawan Solo, yang dimainkan secara khusus oleh tim musik karena adat Tulang dan Nangtulang yang adalah orang Solo dan harus menunaikan tugas dalam pernikahan adat Batak. Waktu itu kamipun melongo lalu tersenyum mendengar alunan lagu itu. Kemudian, mereka memberikan ulos untuk pengantin setelah mengucapkan harapan dengan logat medhok Jawanya yang kental sekali di tengah ribuan orang Batak yang mendengarkan di situ. Sampai malam tiba, aku mendekati Tulang dan Nangtulang saat itu, “Terimakasih ya, Tulang dan Nangtulang sudah bertahan sampai semalam ini. Bapak dan Mamah anaknya cuman 2. Yang ini sudah terakhir ya. Sudah selesai. Gak ada adat2an lagi.” Waktu itu Nangtulang tertawa. Delapan bulan kemudian, Nangtulang berpulang. Berpulang dalam tidur yang tenang. Tidak disangka, salah satu tugas yang Tuhan perkenankan untuk Nangtulang selesai kerjakan adalah tugas mengantarkan anak-anak Bapak dan Mamah menikah secara adat batak. Aku hampir delapan tahun lalu dan Nico hampir delapan bulan lalu.
Terimakasih, Nangtulang. Untuk cintamu. Untuk pelayananmu. Untuk eksistensimu. I love you. 
Sugeng tindak, Nangtulang.
Tumblr media
0 notes
naomidebbie · 1 year
Text
Tulah
Manusia itu sama, mempunyai kapabilitas untuk menjadi jahat. Bahkan, sangat jahat. Sulit untuk melihat bahwa Firaun pada masanya terkena penyakit mental. Dia sadar. Tidak hanya kejahatan yang ditimpakannya bagi bangsa Israel, tapi juga bagi bangsanya sendiri. Bagi keluarganya. Bagi dia.
Perbedaan manusia hanya kepada kebenaran yang ditempelkan Allah pada mereka. Kebenaran Yesus Kristus adalah Tuhan. Kebenaran akan Allah Tritunggal yang Esa.
0 notes
naomidebbie · 1 year
Text
Sesuai Porsi?
Hari ini kami melihat kedaulatan Allah. CaraNya, waktuNya, untuk kemuliaanNya. Tidak ada yang lebih menggairahkan daripada menyadari dan menikmati kedaulatanNya. Manusia boleh berfikir, tetapi bersandar pada pengertiannya, tidak hanya tidak baik untuk kondisi hati, tetapi juga akan malu bila kedaulatanNya sampai pada waktumu. Ketika menikmati kedaulatan Allah, iman yang dikaruniakan memampukan untuk bersukacita, bersyukur, dan percaya. Melahirkan himne doa dengan berani dalam perjumpaan secara pribadi.
Kemudian, bertahan sampai berapa lama?
Ketika fakta dalam realita mungkin sebesar pengertian yang ada di dalam pikiran manusia, ukuran iman yang dianugerahkan ternyata bisa tidak sejalan. Atau tertutup kabut. Atau pikiran-pikiran manusia yang merangkak, memanjat le level yang lebih tinggi, terlalu tinggi sampai melebihi porsi. Tidak patut dipikirkan. Lalu menjadi gelisah dan takut.
Di manakah sukacita, syukur, dan percaya ketika menikmati kedaulatan Allah itu?
“Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir sedemikian rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.” Roma 12:3.
Malu. Berfikir yang bukan porsimu. Lalu kamu menyusahkan hatimu dengan kekhawatiran yang semu. Di mana ukuran iman yang dianugerahkan kepadamu? Mengapa kamu tidak bersandar padanya, sehingga dengan rela hati kamu berfikir pada kedaulatanNya yang menuntunmu untuk bersukacita, bersyukur, dan percaya?
0 notes
naomidebbie · 2 years
Text
Seri #NicsgotEirenic: Menerima
Tumblr media
Menurut Adat Batak, keberhasilan orang tua adalah menghantarkan seluruh anaknya memasuki rumah tangga baru, melihat dan menimang cucu dari rumah tangga anak-anak mereka. Itulah sebabnya, ketika anak-anak mereka menikah, yang berpesta adalah keluarga besar orang tua. Perlu resepsi nasional tersendiri untuk memastikan bahwa pasangan pengantin juga turut bersukacita bersama teman-temannya. Itulah sebabnya, ketika mereka menimang cucu, nama mereka berubah dengan disematkannya nama cucu mereka sebagai nama mereka yang baru.
Aku tidak ingin mengkritisi esensi dari Adat Batak tersebut. Aku setuju, seseorang sejatinya harus lebih dahulu penuh secara pribadi sebelum akhirnya memasuki babak baru dalam sebuah rumah tangga. Bukan karena ia menikah makanya ia menjadi penuh. Aku juga setuju, sepasang keluarga sudah lengkap meski tanpa seorang anak. Anak menjadikan keluarga lebih besar.
Bukan bagianku mengritisi dan merombak sebuat Adat yang sudah menjadi identitas dan jati diri suatu bangsa. Bagianku, dalam identitas tesebut, aku melihat Allah bermurah hati memperkenankan orang tuaku menikmati itu.
“Bagaimana rasanya sudah punya hela dan parumaen, Pak?” “Sudah lengkap, Boru. Sudah lengkap.” Begitu jawab Bapak kala itu. Tidak ada lanjutan, “Tinggal cucu.” Itu yang membuat Bapak sungguh adalah sosok Bapak yang terbaik.
“Kamu sudah pontang panting di pesta ini ya. Nanti habis energimu. Sudah, sekarang waktunya mengurus dirimu ya.” Begitu kata Mamah setelah menghiburku karena satu peristiwa yang kata Mamah bukan segala-galanya, turut mewarnai cerita dalam peristiwa pesta. Aku kira Mamah akan kecewa.
Mamah. Terimakasih sudah begitu kuat. Dua setengah tahun sebelum pesta, Mamah yang hanya bisa berbaring, tidak punya gambaran bahwa akan sanggup menghantarkan anaknya. Itulah sebabnya, Mah, aku dengan segenap hati mempersembahkan yang terbaik di belakang layar. Memastikan asal usul Solo Mamah tetap beriringan dengan identitas Batak Mamah. Mamah yang cantik. Aku yang bangga.
Bapak. Terimakasih sudah begitu kuat. Satu setengah bulan sebelum pesta, Bapak yang tiba-tiba harus dilarikan ke rumah sakit karena harus operasi penyempitan saluran kemih. Peristiwa yang membawaku mengarungi ruang waktu, tujuh tahun yang lalu. Namun, aku tahu bahwa Allah tidaklah berubah. Tujuh tahun lalu memampukan Bapak, saat ini juga begitu. Bahkan saatnya tiba, Bapak diperkenankan Tuhan kurang stamina dan kambuh di atas pelaminan pesta, tetapi tetap menguatkan diri di saat-saat krusial dan personal. Hingga acara usai.
Bapak dan Mamah. Selamat menerima berkat Tuhan yang baru. Selamat menerima keluarga baru. Aku tahu, Edak pasti tidak sulit mengasihi Bapak dan Mamah. Aku tahu, dia suatu hari akan turut mengucap syukur bahwa Allah menambah orang tua yang luar biasa, sebagaimana dia syukuri atas orang tuanya. Selamat menerima cinta yang begitu besar.
  Bapak dan Mamah. You are the light of your children’s life. And for that, I am forever grateful.
0 notes
naomidebbie · 2 years
Text
Seri #NicsgotEirenic: Melepaskan
Tumblr media
Mulai tujuh tahun lalu, ketika Lae David, begitu kamu menyebutnya, masuk ke dalam keluarga, ada equilibrium baru yang tercipta. Sudah tidak ada panggilan Dibi, kependekan dari Mbak Debbie lagi. Sudah tidak ada panggilan Nic lagi, atau bahkan Ndiiko, kependekan dari Dek Nico. Adat Batak menjebatani kita menciptakan panggilan baru favorit kita, yaitu Ibot. Dari Iboto. Atau Ito. Panggilan saudara perempuan kepada saudara laki-laki dan sebaliknya. 
Tujuh tahun lalu, kamu mengantarkan kami menikah. Menuju hashtag andalan waktu itu, #DavidDebbie17, banyak cerita nano-nano yang memorinya tak akan lekang oleh waktu. Semua itu karena banyak cinta di dalamnya, menopang setiap tindakan yang diambil dan menutup segala kekurangan. Manis dan melankolis. 
Pernikahan tujuh tahun lalu itu yang dalam Adat Batak membawa dampak begitu besar dalam menghantarkanmu menuju pembentukan keluarga baru. Aku Sihuti Ampang. Laemu Parlopes. Pandemik yang membuat aku tidak meletakkan bakul isi makanan pagi pada acara adat Marsibuhai-buhai sebelum pemberkatan. Namun, kesibukkannya tetap melekat. Oleh karena perkenaan Tuhan, Laemu telah lebih dahulu menjadi Parlopes bagi Keluarga Siahaan sebelumnya. Menimba pengalaman untuk menyempurnakan tugasnya pada pernikahanmu.
Menikah memang bukanlah arena penyelamatan. Kata orang, menikah bukanlah solusi dari persoalan pribadi. Memang benar. Namun demikian, pernikahan di dalam Tuhan sejatinya fasilitator terbaik dalam mengasah dan menajamkan persona. Besi menajamkan besi. Manusia menajamkan sesamanya. Butuh cinta yang begitu besar untuk mengerjakan komitmen, memahami, mengampuni. 
It takes one great love to be able to choose the spouse every day. It takes one great love to be able to find why do we have to choose the marriage all over again, no matter what, until the end of time. 
Percayalah, manusia sebetulnya tidak memiliki kapabilitas seperti itu, kecuali mereka menempel pada sumber kasih yang begitu besar tersebut. Kecuali mereka memiliki dan mengenal sumber kasih tersebut. Kecuali manusia sudah tersentuh dan ditangkap sedemikian rupa oleh cinta yang begitu besar tersebut. Oleh cinta Tuhan. Oleh Tuhan. Setelahnya, cinta yang demikian harus tetap dikerjakan. Make it work. 
Satu hal yang aku pelajari dalam pernikahan kami adalah jika kamu memilih jodohmu karena Tuhan menjawab pertanyaanmu, setiap perjuangan yang kalian berikan di dalam pernikahan akan sangat sangat setimpal. It will be worth every struggle.
Ibotku sayang, selamat menempuh hidup baru. Terima kasih untuk kasihmu untukku, untuk Laemu, untuk kami sebagai satu bagian baru dalam hidupmu. Aku pribadi melepasmu untuk memimpin keluarga barumu. Juga, terima kasih telah memberikan saudari baru bagi kami. Worry not, I will love her as much as I love you like always.
 Mengasihimu selalu,
Ibotomu
0 notes
naomidebbie · 2 years
Text
Tahun ke Tujuh, Bagian Kedua
Tumblr media
Tahun ke tujuh, hingga saya menuliskan ini, belum ada tanda-tanda pergumulan 5 tahun kami memperoleh keturunan berakhir. Masih Tuhan percayakan. PerkenaanNya kepada kami untuk menikmati mezbah rumah tangga hanya berdua, masih terjadi. Akan tetapi, di tahun ke tujuh ini, kami dianugerahi momen untuk mempersiapkan rangkaian peristiwa pernikahan saudara laki-laki kami. Adik saya satu-satunya. Saya begitu yakin bahwa rangkaian peristiwa untuk dia berproses sebelum memimpin keluarga, akan Tuhan perkenankan terjadi. Saya yakin, dengan warisan iman yang sama, yang dibekali oleh orang tua kami, iman kepada Allah yang kami sembah, akan mampu menjadi penerang dalam perjalanan dia. Sampai saya sadari, bahwa proses tersebut tidak hanya dimiliki oleh adik saya, tetapi juga oleh kami sebagai keluarga. Oleh saya dan Bang David.
Tahun ke Tujuh. Bagian Kedua.
Tahun ini, kami mengambil langkah baru dalam pergumulan memperoleh keturunan. Dokter yang baru, RS yang baru, rencana yang baru. Harapan yang sama. Tentu, Allah yang sama. 
Pertengahan bulan Juni, saya diberi kepercayaan untuk sharing dalam Doa Sabtu Pray Ministry. Bagian yang saya gumuli dan bagikan saat itu adalah: Living by Grace. Satu bagian dalam buku Richard J. Foster. Satu-satunya cara kita dapat bertumbuh dalam anugerah dan pengenalan akan Allah yang benar adalah melalui relasi yang interaktif. Pada sejatinya, pusat dari cerita Alkitab adalah adanya relasi yang interaktif, yaitu inisiatif Allah dan respon manusia. Roh Kudus memapukan kita untuk meresponi inisiatif Allah. Ketika kita menjawab “Ya.” pada pertanyaan Allah, “Will you be with me?”  yang terjadi setelahnya bukanlah sebuah misteri yang membingungkan, bukanlah sebuah konsep teologis yang tersembunyi. Yang terjadi setelahnya adalah Living by Grace. Being a willing participant on this arena of grace. Pada akhirnya, hidup oleh anugerah adalah bentuk eksistensi dari respon kita untuk mengarahkan hidup kita melihat visi Allah dan mengarahkan hidup kita di dalam visi Allah tersebut, sehingga kita memahami maksud Allah tersebut. Relasi yang personal dengan Tuhan. Hidup oleh anugerah memampukan kita untuk melihat banyak hal, termasuk penderitaan dan pergumulan kita dari sudut pandang yang berbeda, bahwa Allah memakai segala sesuatu untuk kebaikan kita. Hidup oleh anugerah tidak menghilangkan penderitaan dan pergumulan kita. Lewat hidup oleh anugerah, kita tau Allah hadir dalam penderitaan kita, Allah membersamai kita dalam pergumulan kita, dan kita tau siapa yang memegang hidup kita. Hingga kita pada saatnya nanti bertemu Allah, muka dengan muka, bersama-sama dengan orang-orang kudus memuji dan memuliakan Allah.
Relevan dengan bagian tersebut, saya diberi kekuatan dalam menjalani hari-hari kami untuk menanti perkenaan Allah memberikan kami keturunan. Syukur kepadaNya, kami tidak pernah goyah dalam iman terkait hal tersebut. Sudah lebih dari cukup bagi kami. Lebih lagi, Dia menganugerahi saya perasaan yang begitu dekat akan penantian kami selama 5 tahun ini. Kalau orang Jawa bilang, “Sedelok meneh yo, Nduk. Sabar yo.” padahal, realitasnya, program pertama kami gagal pertengahan Mei lalu. Saya diberi perasaan akan menjadi seorang ibu yang begitu dekat. Saya tidak tahu, kapan “dekat”nya itu. Tahun ini, atau tahun depan. Misteri Allah. Tetapi perasaan itu ada dan sungguh nyata. Dasar dari segala sesuatu yang kami harapkan, bukti dari segala sesuatu yang tidak kami lihat. Lewat hal itu, kami dimampukan untuk sabar dalam pengharapan.
Sampai kemudian, 11 hari menjelang acara lamaran dan pertunangan adik saya, kami diberi kabar bahwa Sipapah masuk RS secara mendadak dan harus menjalani operasi saluran kemih. This is it. The process I had, 7 years ago, it is happening now. Adik saya harus bersiap. Kami, harus bersiap. Tenang, kita kan punya Tuhan. Malam itu, saya dan Bang David berdoa dan menyanyikan pujian penyembahan. Jam 3 pagi esoknya, kami kembali bangun dan memohon kepada Sang Khalik. Siang, kami sama-sama izin dari kantor untuk menemani Simamah dan Nico di RS untuk mendampingi Sipapah. Tentu, Allah sendiri yang menuntun operasi itu. Tentu, operasi berjalan dengan lancar. Syukur kepada Allah.
Namun demikian, bukan itu saja badai yang harus kami lalui. Tepat malam di hari Sipapah selesai operasi, Bang David demam dan batuk. Besok paginya, kami pulang ke Jakarta dan ke RS untuk melakukan swab PCR.
10 hari menjelang acara lamaran dan pertunangan adik saya, 1 hari setelah kami di RS mendampingi Sipapah, berkomunikasi dengan Simamah dan Nico, Bang David dinyatakan positif COVID-19. Satu hari kemudian, saya turut positif. Yang membuat dunia kami terguncang saat itu adalah, pikiran kepada kedua orang tua kami dan adik kami yang kami temui sebelumnya. Ya Tuhan. Tidak terkatakan.
Is it a part of Living by Grace?
Apparently, yes, it is. Mereka tidak tertular dan tidak turut positif. Kami bisa fokus pemulihan ke depan. Syukur yang tidak terkatakan. Namun kemudian, pemulihan kami adalah tantangan tersendiri. Demam, batuk, pusing, mual, muntah. Saya tidak mau makan. Harus ke RS untuk rontgen paru karena saya sempat sesak. Akhirnya, diberi obat suntik di lambung. 5 hari menjelang acara, Bang David sudah negatif. Saya masih positif. Dua hari menjelang acara, saya baru dinyatakan negatif. Namun demikian, PCR kami masih positif dengan angka CT 33 dan 30. MUA dan hairstylist saya tidak berani mengambil risiko dan memilih membatalkan sehari menjelang acara. Dokter kantor juga melarang kami ikut. Malam itu, saya menangis histeris. Sisi kemanusiaan saya memuncak. Saya merasa kalah. Saya sangat sedih. Saya menangis begitu hebatnya. Saya bertanya pada Tuhan dengan patah hati, “Tuhan tidak kasihan dengan saya?” 
Is it a part of living by Grace?
Apparently, yes, it is. Hanya bermodalkan iman dan realitas yang ada. Hasil antigen negatif, sudah tidak bergejala semenjak hari ke 5, dan sudah menyelesaikan isoman berdasarkan program pemerintah, serta tim Mbak Farah Lisani yang bersedia mengambil risiko untuk merias saya begitu saya kontak semalam menjelang acara, acara berjalan dengan lancar. Puji Tuhan. Keluarga sehat tanpa terkecuali. Aman. Tuhan begitu baik. Tuhan yang adalah Allah yang personal. Allah yang tetap setia, sekalipun kita tidak setia dan mengampuni ketidaksetiaan kita. Allah yang membersamai setiap realitas hidup kita. Allah yang memegang tangan kita dan mengenal hari-hari kita. Bahwa proses pemulihan kami yang didapat oleh karena Dia yang menopang kami lewat Para Anugerah yang mengasihi kami. Duma yang memastikan kami menikmati snack kesukaan kami, Inong yang mensupply lauk kami, Geng Celine yang mengirimkan buah-buah favorite kami, saudara-saudari Pray dan keluarga Hadylaya-Chitra yang mengirimkan puluhan botol kaldu serta birdnest, rekan kerja Bang David yang mengirimkan sekotak besar produk HDI, kantor Bang David yang mengirimkan berbagai alat bantu kesehatan, B9F lewat Kak Jupe yang setiap hari bertanya, “Mau makan apa hari ini, Dek?” Calon Edaku Eirene yang mensupply immune booster juices, serta temanku Inung yang mendukung kami lewat 1 lusin puding Puyo. Tentu, Para Anugerah lain yang juga turut mendoakan kesehatan kami. My People. Sipapah, Simamah, Nicodemus, Sahabatku Stephanie Hadylaya, Saudariku Geng Praying Wifey: Ce Adeline, Kak Pika, Kaka, Ce Kristi, Kak Brenda, Kak Wanda, Kak Roma, teman satu frekuensiku Uni Lusi yang di antara 10 hari isolasi mandiri, tepat 1 Juli 2022, puncak dari hari nano-nano memutuskan untuk bertanya, “Mba, udah gimana kondisimu? Acara adekmu besokkah?” Atasanku di kantor, Mbak Ai, yang bolak balik bertanya kondisiku. Tim RS Mitra Kemayoran yang sigap memberikan tindakan dan pengobatan.
Terimakasih, Tuhan. Kami melalui 7 tahun ini dengan perjalanan yang tidak biasa, dengan proses yang tidak mudah, tetapi dengan penyertaanMu yang tidak pernah berubah. Terimakasih untuk kebaikan hati mereka yang mengasihi kami. Terimakasih untukMu yang membersamai realitas hidup kami. Terimakasih untuk tahun ke tujuh ini.
Ditulis tiga minggu menjelang acara pernikahan adik laki-laki kami, beberapa saat menjelang endoskopi Sipapah, dan perasaan menjadi ibu yang tetap dekat,
tenang. Kita kan punya Tuhan.
0 notes
naomidebbie · 2 years
Text
Tahun ke Tujuh, Bagian Pertama
Tumblr media
Terlalu berharga jika peristiwa 8 hari yang menegangkan tidak diabadikan dalam sebuah tulisan. Life is too colorful to be concealed. Terlalu berharga jika peristiwa 8 hari yang menegangkan tidak diabadikan dengan terlebih dahulu mengingat rangkaian peristiwa yang hampair sama, 7 tahun yang lalu. Biarlah kebaikan hati orang-orang yang mengasihi kami, diketahui oleh semua orang yang menikmati ini. Hendaklah penyerahan hidup kami kepada Tuhan memberikan gema yang kuat untuk setiap orang yang membaca ini, bahwa mereka juga jangan ragu untuk melakukannya. Terakhir dan terpenting, hendaklah Allah yang kami sembah, yang olehNya orang-orang memberikan hati untuk kami dan yang kepadaNya kami menyerahkan hidup kami, dilihat dan diketahui orang adalah Allah yang hidup, yang dasyat, yang perkenaanNya tidak dapat diganggu gugat, serta yang selamanya membuat saya berkata, “Tenang, kita kan punya Tuhan.” tetap relevan di sepanjang masa.
Tahun ke Tujuh. Bagian Pertama.
Saya masih ingat, 7 tahun yang lalu, ketika saya hendak menikah, banyak sekali pergumulan dasyat yang menghampiri saya kala itu. Seolah semesta memberikan tanda, bahwa saya tidak seharusnya menikah. Semesta seolah bilang bahwa menikah saat itu adalah keputusan yang tidak tepat. Seminggu menjelang pernikahan saya, keadaan MUA saya memburuk dan harus membatalkan janji untuk merias saya. H-7 HARI. Tentu saya panik, tetapi Allah Maha Baik. Haristylist saya membantu saya untuk deal baru dengan Mbak Jasmin Kaligis. Saya diberikan duo yang tiada duo. Empat hari menjelang acara pernikahan saya, Sipapah dilarikan ke Harapan Kita karena jantungnya kambuh. Beliau saat itu bahkan berbisik, “Boru, kalau Papah tidak ada, lanjut saja acaranya ya.” Namun, saya ingat saat itu, saya tidak takut sama sekali. Saya tidak khawatir. I knew back then, this, too, shall pass. Benar adanya. Allah Maha Pemurah. Tidak sampai di situ, Seminggu sebelum hari H pernikahan, air di rumah kami mati. Mati total. Dan kali ini, sampai acara pernikahan berlangsung.
Semua itu terjadi, setelah hanya bermodalkan iman, percaya bahwa ketika saya bertanya kepada Allah suatu hari, “Apakah saya boleh menikah dengan dia?” dan saya diberi jawaban afirmatif. Meskipun Sipapah dengan tegas bilang, “Boru. Papah tidak malu kalau pernikahan ini tidak jadi, walau Papah sudah bayar hampir semua vendor. Semua tinggal tergantung Boru, mau terus atau tidak.” ketika kami dihantam badai pertama, sebelum serentetan peristiwa-peristiwa yang saya ceritakan terjadi. Hanya bermodalkan iman. Tuntunan tangan Allah membuat saya yakin. PerkenaanNya membuat saya kuat. KasihNya membuat saya mampu. KasihNya, yang juga sangat jelas dinyatakan oleh orang-orang yang mengasihi saya. Para Anugerah. 
Hingga saat ini, 7 tahun pernikahan kami. Dalam tahun ke 7, kami, saya dan Bang David, diberi anugerah untuk mempersiapkan pernikahan saudara kami, adik laki-laki saya satu-satunya. Seorang adik, yang Para Anugerah tahu, begitu saya kasihi. Sangat saya kasihi. Yang juga, oleh Tuhan, mampu dikasihi oleh Bang David sedemikian rupa. For that, I am forever grateful. Ternyata, kisah menegangkan yang saya alami 7 tahun yang lalu sebelum kami menikah, Tuhan perkenankan juga kami alami saat ini. Di tahun ke 7 pernikahan kami, tahun ke 5 pergumulan kami memiliki keturunan. Ketegangan yang sama, pergumulan yang mendebarkan. Akan tetapi, saya kali ini tidak sendiri. Kali ini, dengan partner bergumul dan dengan Allah yang sama, kami melintasi pergumulan yang olehnya, kami kembali menyaksikan siapa Allah yang kami sembah dalam hidup kami.
0 notes
naomidebbie · 3 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Arrow 1.03
229 notes · View notes
naomidebbie · 3 years
Photo
It was red.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
3K notes · View notes
naomidebbie · 4 years
Text
The Fifth Anniversary
Today is the day we have been married for 5 years. People said 5 years of marriage means you are passing a honeymoon period. We certainly do not want to believe them. Who do not want to experience honeymoon for the rest of your marriage life? We certainly are the ones that raising our hands for objection. However, in this cruel cruel world and two imperfect persons dealing each other for as long as we can remember, it is most likely impossible. We have argued so many times, hurt each other so many times, and of course yelled each other so many times. Worst, several times wanted to give up. And yet, we survived. For 5 years of childless marriage, we never even for once argued why we have not been blessed with wonderful pregnancy. And for that, I am forever grateful.
Tumblr media
This year, when we were heading 5 years of togetherness, is the hardest year so far because it involved mental health and the cruel cruel world made it worst. Yet, we survived.  E. E. Cummings once said, “Whenever you think or you believe or you know, you're a lot of other people: but the moment you feel, you're nobody-but-yourself.” Embracing the feeling is the key of survival. We didn’t use the social media in terms of that, yet we talked, and there went the warm hug after fighting. We kept it real to be true to ourselves because we wanted to be nobody but ourselves. Two imperfect persons with very huge ego are possible to be always true to each other because we always loved and watched by our perfect God. Also, we are blessed by very much positive community. Pray Ministry, we love you with all of our hearts. It’s most likely impossible if we are fighting this alone. He enables us to always be growing whenever we deal with something, whenever we prioritise something, and whenever we are on the weakest point. He always convinces us to be passionate to each other, even after hurting each other. He always facilitates us to grow and meet our new equilibrium.  Isn’t that the real honeymoon period?
Happy anniversary to us, Abang. To many more growing and experiencing the new equilibrium. To many more honeymoon periods. To many more grateful to have each other. And to many more adventures. I love you forever. 
0 notes
naomidebbie · 4 years
Photo
Tumblr media
Happy birthday to this complicated old man, the first love of my life, the man who’s been keeping his family to praise and worship God Almighty, and the man I always desire that my husband and future son will be looking up to. . May God bless you with healthy and happy life. May through those wishes you could hold your own grandchildren. . Love you to moon and back, my stubborn Bapak ♥️ https://www.instagram.com/p/B8FmeK1g0zN/?igshid=1ipw7125aq1f9
0 notes
naomidebbie · 5 years
Text
Pentakosta
Sabtu, 16 November 2019, adalah Pentakosta saya. Don’t get me wrong. Saya adalah pengikut Kristus. Saya adalah pribadi yang selamanya bersyukur oleh karena dimampukan Kristus untuk menyapa Allah dengan Bapa. Saya adalah pribadi yang seringkali dituntun Roh Kudus untuk menyadari keberdosaan dan ketidak layakan saya di hadapanNya. Dikuatkan berkali-kali, dihibur berkali-kali, dan diberikan anugerah untuk menikmatiNya, terutama dalam hari-hari yang berat. Well, we all have our own rough days, don’t we? Saya adalah pribadi yang setiap kali meminta dijumpai, memperoleh apa yang saya minta tersebut. And for that, I am forever grateful. Hari di mana saya mengaku secara pribadi bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruslamat; hari di mana saya dihembusi Roh Kudus dan mendapati manfaatnya.
“telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.”
            –Kisah Para Rasul 1:4-5
Saya tidak pernah benar-benar memahami dibalik makna dibaptis, sampai saya merasakannya sendiri. Saya selama ini memahami makna dibaptis yang ternyata tidaklah demikian. What I then experienced blew my mind even more. Saya pikir, hari di mana saya menyadari bahwa saya manusia berdosa dan butuh Juruselamat; hari di mana saya mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan, adalah hari di mana saya dibaptis dengan Roh Kudus. Kenyataannya, bukankah rasul-rasul, yang dalam pengakuan dan pelayanan mereka bagi Kristus dari ketika pertama kali dipanggil sampai menyaksian Tuhan terangkat ke surga, tidak saat itu juga dibaptis dengan Roh Kudus? Bahkan, mereka menanti-nanti dengan sungguh-sungguh janji Tuhan tersebut, hingga akhirnya digenapi pada hari ke lima puluh setelah Tuhan bangkit.
Mereka sudah dihembusi dengan Roh Kudus (Yohanes 20:22) dan mereka sudah mendapati manfaatnya. Tetapi sekarang mereka akan mendapatkan karunia-karunia, anugerah-anugerah, dan penghiburan-penghiburanNya secara lebih besar lagi, dan dibaptis dengan semuanya itu, yang dalam hal ini tampak ada rujukan pada janji-janji di dalam Perjanjian Lama tentang pencurahan Roh itu. (Yoel 2:28; Yesaya 44:3; Yesaya 32:15)
—Catatan Matthew Henry
Ketika saya membaca bagian tersebut, saya yang sedang mengalami pergumulan, berada di titik terendah, bahkan masuk dalam tahapan awal depresi dan sedang mencari bantuan, merasakan satu damai sejahtera luar biasa. Saya menangis dan tersungkur. Saya memuji Allah dengan perasaan yang tak terkatakan.
Dalam kesendirian saya malam itu (mostly my personal rendezvous with Lord happens when I am alone), saya dibukakan satu pemahaman yang mendalam. Saya, yang dalam hari-hari kebanyakan memohon hikmatNya melewati pergumulan dan kemampuan untuk bertindak, dibukakan secara detail apa itu salib saya sebenarnya. Salib yang memang harus saya tanggung. Dua ribu tahun lalu, Yesus dalam ketakutan yang luar biasa memohon agar salib itu undur daripadaNya. Namun, Ia tetap setia memikulnya hingga selesai. Dosa dan pelanggaran saya bahkan yang Ia pikul. Suatu peristiwa yang kita saksikan dalam mata iman kita bahwa Allah memberi kekuatan dan penghiburan melalui malaikat yang Dia utus ketika begitu hebatnya Kristus bergumul di Getsemani. Malam itu, saya memahami apa yang menjadi salib saya. Saya menyadari bahwa Allah tidak mengutus malaikat untuk menguatkan dan menghibur saya. Saya memahami dan menyadari bahwa Kristus yang telah bergumul di Getsemani, memikul salib bahkan sampai mati, dan menang atas salib tersebut, Dia sendirilah yang menguatkan dan menghibur saya. Dia melakukannya melalui Roh Kudus; yang dalam lidah-lidah api, para murid memahami Bahasa Roh yang awalnya tidak mereka pahami; yang selanjutnya dalam masa-masa berat dihiburkan oleh Roh yang memang adalah Sang Penghibur ketika mereka kemudian menjadi saksiNya. Para murid akhirnya dibaptis dengan Roh Kudus, yang mereka nantikan. Para murid, yang dibahasakan oleh Matthew Henry, mendapatkan karunia-karunia, anugerah-anugerah, dan penghiburan-penghiburanNya secara lebih besar lagi.
Sabtu, 16 November 2019, dalam kesendirian malam itu, saya dibukakan apa salib saya, sehingga saya mengerti. Saya dibukakan apa makna doa orang percaya: “Tuhan, curahkan RohMu atas kami”.
Sabtu, 16 November 2019, dalam kesendirian malam itu, saya dibukakan apa salib saya, sehingga saya mengerti, lalu dipersiapkan menjadi saksi. Dan dalam masa berat memikul salib, saya tahu pasti bahwa saya akan mendapai penghiburan sejati. Saya sadari salib yang saya pikul dan saya imani saya tidak akan melakukannya seorang diri.
Sabtu, 16 November 2019, Allah mengaruniakan hikmat itu, Kristus menggenapi janji itu, Tuhan membaptis saya dengan Roh Kudus. Terpujilah Engkau Allah. Saya sungguh bersukacita.
3 notes · View notes
naomidebbie · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Someday, someone is going to look at you like you’re the best thing in the world. Unknown.
Well, I have just noticed that one of those days, sometimes we forget our own cross. The thing(s) that is meant to be carried for the rest of our life, or perhaps, it is not a life time. Perhaps, it is held for certain of time. The thing is, we often forget that we are still carrying that cross. Or or or maybe we don’t forget at all, maybe we think that we have new cross to be held as we think we have finished holding the first cross. We think through God, we have won that cross. Well, tough life my friend, sometimes the first cross hasn’t finished at all. You are still holding it. You are still struggling with it. You are honored to be trusted with another cross or you are poured with new blessing as you feel the joy and seem like to be distracted.
That is me. I thought my first cross that I’ve carried since I was at a matriculation stage to be called and served as a wife, has been finished as I am honored to hold a new one. No. it’s still there. I am still struggling with it. Of course it is hard, but as I am carrying that cross, at the same time God strengthens me. It is two sides of a coin.
I always know that my strength is my husband. It has always been him. But this time, when I had moment to notice that I am still carrying the same cross, my strength is not just him. Apparently, God gives me another shoulder pad. It is our Celine. It is not just her existence, but it is also her affection to me. Someday, out of nowhere, she looks at me as I’m the best thing in her world. I do not remember when did it start, but I’ve always been touched by the way she looks at me. This kind of love, I never felt it before. She is not our first born, but she certainly is our first daughter. And of course it is definitely not a one-sided love. I have no idea how much longer God gives that kind of love for me as we all know, a little girl is growing up, probably doesn’t prefer to be called as a big girl, but a woman instead. Probably is not comfortable to be poured with hundred of kisses on her cheeks and forehead anymore. Probably will be excluding her mom from her gang with her cool girlfriends. Probably will be distracted with a love at her first sight. I don’t know. I have no idea, but I do hope it is a life time love. I don’t know. I have no idea, but I want to take that love with a grateful heart. I want to feel and enjoy that kind of love as it lasts. I want to be proud of her as always. And I want to celebrate her existence, her love. I want to celebrate her.
Celine, you may not our first born, but you always will be our first daughter. I am forever grateful for you entering my life. Should you always know that you are loved. Should you always know, even when you change, you are always be the best thing in my world. And it is a life time.
1 note · View note
naomidebbie · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Empat tahun dan semakin tangguh. Angka yang dari dulu saya sukai. Dulu ketika kanak-kanak dan mengikuti perlombaan, saya selalu memperoleh juara kalau dapat nomor peserta empat. Ketika diundi dan memperoleh nomor empat, saya sudah merasa juara, sehingga ketika lomba dimulai, saya melakukannya tanpa beban. Saya menikmatinya seperti bukan sebuah kompetisi. I guess, the happiness had never been the winning, but it had always been the time when I enjoyed the ride.
Empat tahun dan semakin tangguh. Ketika memilih gambar di dalam album pernikahan untuk diabadikan di tahun ke empat ini, saya masih merasa bingung. Namun kemudian saya sadari, gambar terbaik adalah gambar candid. Gambar yang mengabadikan momen yang jujur apa adanya, yang tanpa beban berpose untuk terlihat sempurna. Gambar yang mengabadikan momen bahwa saya (dan dia) menikmatinya. I guess, those pictures are perfect because when we look in to them, we look in to the moments and feel them all over again.
Empat tahun dan semakin tangguh. Four possible years since two imperfect persons have always been enjoying the ride. Four possible years since two imperfect persons have always been in love all over again. Four possible years and counting since two imperfect persons have always been loved and candidly pictured by The Perfect God. The Almighty who’s always been watching.
Empat tahun dan semakin tangguh.
0 notes