Tumgik
myrumahaksara-blog · 7 years
Conversation
Pertanyaan Menjebak
Senja: Menurutmu apa hal yang paling mudah sekaligus sulit dilakukan orang dewasa?
Awan: Kenapa pertanyaanmu menjadi begitu rumit? Aku sampai bingung jawabnya.
Senja: Jawab aja.
Awan: Apa ya? Bagaimana menurutmu?
Senja: Curang. Kamu yang ditanya kenapa menjadi berbalik menanyaiku?
Awan: Menjadi diri sendiri. Mudah jika kita mampu jujur terhadap diri kita sendiri tetapi menjadi begitu sulit ketika sekeliling kita tidak bisa menerima kejujuran kita sebagai diri sendiri. Eh, kamu tidak kebingungan kan mendengarnya?
Senja: Tidak (tersenyum sumringah).
Awan: Sekarang giliranmu. Apa yang paling mudah sekaligus paling sulit dilakukan orang dewasa?
Senja: Menjawab pertanyaan dari orang yang pertanyaannya cuma bisa copypaste sepertimu ini -_-
Awan: Haha. Dasar perempuan sok idealis.
Senja: Sudah yah, aku mau bikin pertanyaan sulit lagi :D
Rumah, 08 Februari 2017
7 notes · View notes
myrumahaksara-blog · 7 years
Quote
Kita terlalu jauh dalam jarak kelopak mata; sapa. Tetapi kuharap kita terlalu dekat dalam jarak kelopak hati; doa.
rounnisaa
0 notes
myrumahaksara-blog · 7 years
Text
MENGAPA DO’A MU LAMA?
“Gila, lama banget doanya. Emang kalo do’a ustadz mah beda”
Temanku membercandai ku, karena memang kalau setelah salat berjamaah, aku selalu menjadi orang yang paling terakhir selesai membaca do’a.
“Bukan karena ustadz, tapi maklum, lagi banyak kepengen. hehehe. Padahal kalau bukan karena ajakanmu pergi ke tempat makan, aku masih mau do’a lagi sebentar.” Jawabku.
“Wah, lama amat. Itu aja udah lama, terus masih mau ngedoa lagi. Emang do’a apa aja sih?” dia penasaran.
“Banyak dong. Aku doa biar dosaku diampuni, terus doa biar dikasih rezeki, doa biar dikasih surga, doa biar kaya raya, doa biar dapet jodoh yang baik, doa biar dapet keturunan yang banyak, terus juga keturunan yang soleh dan solehah, belum doa biar dapet rumah, doa biar orangtua masuk surga, doa biar dikasih kesehatan, wah, masih banyak pokoknya” Jawabku.
“Waduh, banyak amet. Emang bakal semua dijabah?” dia tambah penasaran.
“Pasti dijabah dong. Setiap doa itu pasti dijabah, tapi akan dijabah dalam 3 bentuk. Pertama, Allah kasih sesuai apa yang kita minta. Jika tidak, maka yang kedua, segala keburukan yang mungkin terjadi akan dihilangkan. Jika tidak, maka yang ketiga, doa yang tak terkabul di dunia, akan menjadi tabungan pahala yang bisa diambil nanti di akhirat. Ya Jadi, doa mah muluk-muluk aja yang banyak. Kan, nothing to loose ini.” Jawabku.
“Lagian, beres shalat itu, selain kita harus berdzikir minta ampunan, itu adalah momen terbaik untuk kita minta doa, mumpung masih konek nih hati kita sama Allah” Aku menambahkan.
“hmm, iya iya iya” Dia mengangguk, nampak mencerna apa yang aku sampaikan.
“Sebenernya, Aku suka heran deh, sama orang yang abis shalat, langsung tiduran, atau langsung ngecek handphone atau langsung berdiri pergi, tapi setelah itu dia duduk-duduk santai.” Aku bertanya keheranan, sambil memalingkan muka dari wajahnya ke arah langit-langit musholla.
“Apa hidupnya sudah suci, sampai-sampai tidak berdoa minta ampunan atas dosanya? apa hidupnya sudah sempurna, sampai-sampai tidak meminta apapun untuk hidupnya? Entahlah, cuman dia yang tau. Aku hanya penasaran saja.” Aku kembali bertanya, sambil terus memandang atap langit ruang musholla.
“Glek” terdengar suara temanku menelan ludah.
Dia tau benar, aku sebetulnya sedang menyindirnya.
MENGAPA DO’A MU LAMA? Bandung, 7 Februari 2017
288 notes · View notes
myrumahaksara-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Aku bisa memotong keraguanmu asal kamu bersedia memberi kesempatan, juga kepercayaan. Bukankah selama ini kamu selalu mencari-cari kepastian dan ketika ditawarkan kepastian, kamu selalu ragu untuk memberikan kesempatan dan kepercayaan? Sampai kapan akan terus demikian…
881 notes · View notes
myrumahaksara-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
POLITIK ANAK-ANAK Matahari menyapa pagi menjelang siang yang tidak terlalu terik tidak juga terlalu teduh. Anak-anak asyik menikmati setiap permainan yang tersedia di halaman sekolah. Para jagoan memilih naik ayunan dan para jelita memilih main perosotan dan siputar-putar. Dan aku memilih berdiri di satu sudut yang strategis, agar ketiga kelompok dapat terjangkau oleh mata. Lalu, iseng aku menawarkan diri untuk ikut bermain dengan mengajukan tanya. "Anak-anak, siapa yang mau main kereta api sama Bunda?" Aku mengajukan penawaran cuma-cuma. Sebagian anak-anak menjawab secara bersahutan. "Gak mau, Bunda!" Aku hanya tersenyum dan kembali mengawasi anak-anak yang asik bermain. Tak sengaja kudengar percakapan rahasia seorang anak perempuan kepada temannya lantas percakapan rahasia itu menghentikan laju siputar-putar. "Ayo Nay, Za, Leha kasihan sama Bunda mau ajak kita main. Gak apa-apa yuk kita main sama Bunda aja yuk." Bisik Fiyah mencoba mempengaruhi teman-temannya yang lain. Aku yang tak sengaja mendengar percakapan rahasia seketika tertegun. "Iya, deh, iya deh." Nay mencoba menuruti ajakan Fiyah. "Nah gitu dong, yes." Politiknya Fiyah berhasil. "Ayo Bunda kita main kereta api. Ayoooooo!" Lanjut Fiyah dan kawan-kawan mencoba menghibur gurunya. "Anak baik, terima kasih sudah mencoba mengalah. Kalau memang lebih asik main siputar-putar, mainlah Nak. Bunda cuma nawarin bukan maksa kok. Hihi." Aku merasakan kesederhanaan bahagia yang sering dibicarakan banyak orang. Fiyah hanya tersenyum dengan begitu manisnya tak kalah manis dengan aksi mengalah nan politisnya tadi. Siputar-putar pun tergantikan oleh pesona perosotan. Saya semakin meyakini bahwa anak-anak adalah penghibur paling tulus. Saya menjadi belajar satu hal lagi, bahwa anak-anak mampu berpolitik dengan begitu manisnya. *terkisah pada 23 Januari 2017 dan ditulis pada 26 Januari 2017
1 note · View note
myrumahaksara-blog · 7 years
Conversation
Pertanyaan Azzam
Azzam: Kenapa mata kita selalu berkedip?
Me: Karena ada sarafnya.
Azzam: Hah, saraf? Apa itu, Bungsu?
Me: Iya. Diperintah oleh otak.
Azzam: Oh jadi, ayo kalian berkedip. Kayak itu otak memerintahkan?
Me: Iya, begitulah kira-kira, Kak.
Dan aku cuma geleng kepala. Semoga dia mengerti jawaban dariku. Jawaban yang sebenarnya lebih mudah dicerna oleh orang dewasa. Tapi calon ilmuwan besar harus terbiasa dengan jawaban seperti itu, kan?
Sukadamai, 26 Mei 2016
0 notes
myrumahaksara-blog · 7 years
Conversation
Hymne Guru
Di sebuah Taman Kota paling ramai dikunjungi para warganya. Aku duduk di ayunan bersama Ayah setelah adzan ashar berkumandang.
Saya: Aku terharu sewaktu mengheningkan cipta tadi.
Ayah: Iya, syahdu yah alunan instrumennya tadi.
Saya: Iya. Aku seperti melihat Umak tadi. Sampai-sampai airmataku jatuh.
Ayah: Ayah juga hampir menangis tadi pas kalian nyanyi lagu Hymne Guru tadi. Teringat masa-masa masih jadi guru dulu.
0 notes
myrumahaksara-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Cekrek 📷 Alhamdulillah minggu ini Tim Berlelah-lillah dan Adek2 Rumah Aksaranya berbanding lurus. Semoga minggu depan yang belum bisa hadir, bisa meramaikan kembali ^^. Pertemuan keempat ini kita membuat pohon impian. Next diunggah pohon impianya yaa *harap maklum peserta menurut karena efek kelamaan libur, jadi yg biasa dateng lupa jadwal kayaknya 👻 Minggu, 16 Oktober 2016
0 notes
myrumahaksara-blog · 8 years
Text
Masjid di Dalam Rumah
Aku ingin menjadi masjidmu di dalam rumah. Berdiri di sudut kamarmu yang aman dan rahasia. Yang menggemakan adzan dan iqamah di telingamu. Yang memaksamu beranjak dari tidur.
Aku hendak menjadi masjidmu di dalam rumah. Dimana kamu bisa dengan leluasa berdoa, dengan tenang berwudhu tanpa takut dilihat orang lain, juga tak perlu khawatir menjadi makmum masbuk. Sebab imamnya selalu menunggumu, menantimu bersiap-siap.
Aku akan menjadi masjidmu di dalam rumah. Biar kamu bisa bertemu dengan-Nya sepanjang waktu. Menjadi sarana ibadah yang bisa kamu bawa kemana-mana. Semoga masjidmu bisa membuatmu nyaman.
©kurniawangunadi
986 notes · View notes
myrumahaksara-blog · 8 years
Text
ESOK
Hari ini, dia mabuk-mabukan. Esok-esok, mungkin ia yang paling rajin shalatnya.
Hari ini, mulutnya sibuk membicarakan aib orang. Esok-esok, mungkin ia yang paling sibuk berdzikir pada Tuhannya.
Hari ini, tangannya begitu ringan untuk memukul dan menyiksa orang. Esok-esok, mungkin ia yang paling lembut perilakunya.
Hari ini, dia begitu rajin bermaksiat. Esok-esok, mungkin ia yang paling sering mengingatkan.
Hari ini, jiwanya penuh rasa benci. Esok-esok, mungkin ia yang paling penuh rasa kasih sayang.
Hidayah Tuhan adalah rahasia yang tak bisa ditebak, bisa datang dari mana saja, dan kapan saja, tanpa peduli dimensi waktu dan tempat.
Tugas kita, adalah mendoakan mereka, untuk segera mendapatkan hidayah-Nya, segera menemukan makna “hijrah” bagi dirinya.
Jangan sampai, kita ikut mencemooh, membicarakan mereka, mengolok-olok mereka. Karena jika begitu, maka jumlah orang yang harus kita doakan mendapat hidayah, harus bertambah.
ESOK Bandung, 2 Oktober 2016
146 notes · View notes
myrumahaksara-blog · 8 years
Conversation
Aamiin #1
Setiap Rabu sore, SepulangMenyalurHobi aku biasanya langsung menuju kedai depan rumah untuk sekedar membantu Yuk Siti berjualan.
Dan semua pelanggan setia yang tak lain adalah anak-anak yang biasanya meramaikan Rumah Aksara sudah sibuk dengan mangkuk TekwanModelnya masing-masing.
Aku pun menghampiri mereka sekedar menanyakan apa kabar mereka hari ini.
Rani, anak yang paling dekat denganku bertanya ragu-ragu karena beberapa temannya mengkode agar segera menyampaikan maksud mereka.
Rani: Boleh tanya sesuatu?
Aku: Iya (begitu semangat Menanti pertanyaan yg sepertinya amat penting)
Rani: Hmmmmh. Yuk, kalau nikah nanti kami mau nari yah.
Aku: (tertawa terpingkal-pingkal) Ya Allah dek, ayuk sudah serius bener, kirain apa coba?
Rani: Beneran yuk, kami serius, boleh yeh kami nari pas ayuk nikah nanti.
Aku: Nantilah itu ya dek, pertanyaan kalian kurang tepat waktu. Kenapa nanyanya secepat ini. Coba nanti aja kalo sudah dilamar baru ditanya beginian dek.
Semua anak-anak tertawa mendengar perkataanku. Salah satu anak yang belakangan baru menang lomba nari di Kelurahan tahun ini mengganti pertanyaan Rani.
Rindi: Yuk, kami boleh pinjam terasnya untuk latihan nari Pagar Pengantin? Terus ayuk juga pura-pura jadi pengantinnya.
Aku: Monggo dipake terasnya, pengantinnya nyusul yaa dek. Maaf ada pembeli, ini lebih penting. -_-
Rumah, 28 September 2016
0 notes
myrumahaksara-blog · 8 years
Text
Ketika Anakmu Seorang Introvert
Tumblr media
Solitude, a charging time for introverts
gambar dari sini
Saya begitu senang saat anak perempuan saya yang berusia 18 bulan berlari dengan riang di tempat-tempat publik: stasiun, masjid, mall, tempat parkir, juga taman-taman. Tanpa meminta didampingi, ia bereksplorasi sesuai kehendaknya. 
Melihat berbagai hal sambil berkali-kali berteriak girang, tertawa, atau bertanya “Apa? Apa?” Mengapa saya senang? Karena ia tak mungkin akan begitu merasa secure seperti itu jika tak punya kelekatan dengan saya. Ia berani berjalan sendiri, artinya ia tahu bahwa ia aman. Saya berharap itu menjadi kesempatan baginya belajar mandiri. 
 Namun ceritanya tidak seindah kelihatannya. Dalam beberapa langkah kemudian, biasanya ada satu dua orang dewasa atau kanak-kanak yang menyapa anak saya. Ceritanya pun langsung berubah. Mukanya mendadak cemas dan secepat mungkin ia berjalan mencari saya (atau Ayahnya) lalu berpegangan erat pada badan saya (atau Ayahnya).  
Jika beruntung, orang-orang di sekitar hanya akan berusaha menenangkan anak saya atau memilih cuek saja. Namun, kadangkala, ada juga yang menyatakan penilaiannya, “Anak Mbak pendiam ya?” “Ih, malu-malu ya..” Mudah-mudahan tidak ada yang menilai lebih jauh daripada itu. 
 Apa jawaban yang ingin saya utarakan? Sesungguhnya saya ingin sekali menjawab, “Bukan Bu. Anak saya bukan pendiam. Anak saya bukan pemalu. Itu hanya karena… dia anak dengan tipe kepribadian introvert. Dia butuh waktu untuk mengamati lingkungan terutama orang-orang baru sebelum ia bereksplorasi. Dia begitu cerewet saat berada di antara orang dan lingkungan yang ia nyaman di dalamnya. Selebihnya, dia sama seperti anak-anak lainnya.“ 
 Tapi, pada kenyataannya, saya hanya bisa tersenyum dan sedikit membela, “Ngga kok. Mungkin karena belum kenal aja.” Ini juga karena saya introvert. Menulis selalu lebih baik daripada berbicara untuk menyampaikan maksud dan pikiran, bagi seorang introvert.
Tumblr media
gambar dari sini
Menjadi introvert di dunia yang bising, bukan hal mudah. Lingkungan membantu menciptakan kondisi di mana seorang introvert dinilai tidak bahagia, pendiam, dan pemalu. Standar-standar tertentu, misalnya standar di sekolah, seperti hanya mengakomodasi orang-orang ekstrovert. Presentasi di depan kelas, tugas-tugas kelompok, adalah hal yang kerap membuat introvert kurang nyaman. Jika dibolehkan memilih, mungkin introvert akan lebih memilih membaca buku di perpustakaan daripada menghabiskan waktu dalam obrolan basa-basi di kelas saat menunggu guru datang atau menghadiri acara pembukaan kompetisi olahraga di kampus. 
Ketika ada organisasi yang menunjuk saya sebagai ketua, ketua bidang, atau jabatan lainnya, saya terbelah dua. Satu bagian mengatakan saya harus bisa beradaptasi dengan kultur ekstrovert, bagian lain mengatakan saya akan kelelahan jika menjalaninya. Selalu demikian. 
 Tapi saya sudah melalui hal-hal menantang itu. Meski kerap dengan merasa asing, kagok, dan gagal menciptakan suasana riang (berbasa-basi pun sering tidak laku). 
 Dan sekarang saya takut anak saya akan mengalami hal-hal yang sama. Dianggap tidak berani, dianggap pemalu, dipaksa untuk bicara secara tiba-tiba, yang akhirnya hanya menghasilkan kalimat-kalimat tak terstruktur, dianggap tidak suka gaul karena tidak pernah ikut nongkrong atau hangout di kafe, dianggap tidak bisa ‘menjual’ dirinya karena tidak suka dengan publisitas dan self-promoting. 
 Dan yang lebih buruk dari itu, bakat-bakat besarnya seperti bakat seni, menulis, meneliti, mengobservasi, dan bakat menjadi pemimpin kharismatik, bisa terpendam terus karena yang mereka inginkan adalah anak saya pandai berbicara. Sorry to say, tapi bagi saya, itu sama seperti mengharuskan singa berkicau, karena berkicau itu dianggap kemampuan yang bagus. 
 Yang membingungkan, bagaimana ya supaya orang mengerti bahwa dunia ini bukan hanya milik para ekstrovert? Dunia maya yang menjadi tempat nyaman bagi introvert sekali pun malah didominasi oleh ekstrovert. 
 Ah, lelah jika harus memahamkan perbedaan kepribadian ini kepada orang-orang. Mungkin saya yang harus memahamkan pada anak saya saat dia bertanya, “Apa yang salah pada diriku, Bu?” bahwa dia tidak salah, dia normal, “It’s just because. Kamu seorang introvert, Nak. Sama seperti Ibumu." 
 Introvert senang bermain dengan imajinasiya. Introvert si pengamat. Introvert si deep thinker. Introvert si pembaca. Introvert si penulis. Introvert si penemu. Introvert si pemimpin kharismatik. Introvert si seniman. Introvert si saintis. Introvert si sahabat baik. Introvert si pendengar. Introvert si teman bijaksana. Introvert si pencari makna. Introvert si penyelam ke dalam jiwa. Introvert si cerdas dalam intrapersonal. Introvert si hati-hati. 
Tumblr media
gambar dari sini 
 Ya, kita introvert, Nak. Kita bukan orang aneh. Kita berbicara, kita berdialog, tapi kita bukan si ceplas-ceplos. Kita bergaul, kita berteman, tapi beberapa saja yang benar-benar kita dekat dengannya. Tak ada yang salah dengan kita, Nak. Hanya saja, dunia masih belajar untuk memahami siapa kita dan bagaimana kita berperan dalam perjalanan waktu di dunia ini.
Menjadi introvert bukan berarti tidak lebih berhasil, Nak. Kau lihat orang-orang hebat di bidangnya: J.K. Rowling, Bill Gates, Abraham Lincoln, Albert Einstein, Stephen Spielberg, (dalam Cain, 2012), mereka sama seperti kita dan sepertiga penduduk Bumi lainnya, sama-sama introvert. 
***
Cain, Susan. 2012. Quiet : The Power of Introvert in a World That Can’t Stop Talking. USA : Crown Publisher.
1K notes · View notes
myrumahaksara-blog · 8 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
573 notes · View notes
myrumahaksara-blog · 8 years
Text
Ada Hujan Di Hatimu
Aku selalu ingin belajar kepada hujan. Tentang keindahan yang dapat dijumpai meski saat kelam dan saat yang tidak pasti. Keindahannya yang apa adanya tanpa perlu dipertontonkan secara berlebihan, selalu saja membuat tenang mata yang memandangnya.
Aku selalu ingin belajar kepada hujan. Tentang mahalnya harga akan sebuah kebersamaan. Sebab, hujan yang datang tidak pernah sendiri. Hingga membuat siapa saja yakin untuk menggenapkan hidupnya dengan seseorang yang dicintainya sepenuh hati. Karena hujan yang begitu setia, bergandeng dengan rintiknya hingga tercipta deras.
Aku selalu ingin belajar kepada hujan. Bagiku, hujan seperti penulis yang tak diakui karyanya, padahal ia menari-nari dengan tulisannya dari sudut hati mereka yang tak bertepi. Yang terkadang tulisannya mampu membuat orang kehabisan kata-kata, meski hanya sedikit yang terpesona akan itu.
Aku selalu ingin belajar kepada hujan. Hujan menghargai kenangan. Hujan tetap kembali meski harus sakit karena jatuh ribuan kali ke bumi. Sebab hujan telah tahu, bahwa penerimaannya bukan sebagai bentuk kekalahan, melainkan cara untuk membuatnya tenang di saat ia tidak mampu lagi menahan bebannya di atas awan.
Aku selalu ingin belajar kepada hujan. Tentang kepedihan, saat orang-orang berlari menghindarinya, untuk ikhlas dan tabah merelakan yang dicintai. Memaafkan sakit hati yang mencabik hati hingga berbekas. Bahkan air mata ketika menemukan seseorang yang dicintai lebih memilih yang lain.
Meski hadirnya harus dilalui dengan mendung, titisannya yang rela dihempas angin, dicambuk oleh petir, namun itu semua tidak pernah menghentikannya untuk berbagi kebahagiaan. Ia tetap sabar, hingga akhirnya ia melukiskan pada bumi sebuah pelangi yang indahnya tak tertandingi.
Aku selalu ingin belajar kepada hujan. Hujan mengajarkanku agar selalu menjaga senyumku untuk saat-saat yang membuatku getir. Saat hatiku bergejolak tidak menentu, untuk tetap bersyukur di saat gelap, untuk tetap berjuang di saat segalanya berbalik menentangku. Saat itu juga, hujan membuatku tetap mencintai diriku apa adanya.
Sungguh.
Aku inginkan hujan, di hatiku
Bogor, 16 September 2016 | Seto Wibowo
333 notes · View notes
myrumahaksara-blog · 8 years
Text
Yang Tertahan
“Ayah sedang di perjalanan pulang. Kamu sudah pulang mengajar?”
Sebuah pesan singkat yang masuk di telepon genggamku mengusik tanya. Mengapa kau pulang tanpa aba-aba seperti biasa yang kau lakoni penuh pertimbangan. Sekedar menanyakan aku sedang di mana, atau kau sebaiknya meminta berhenti di mana.
Sesampainya di rumah sehabis mengajar, aku mencoba mencocokkan kunci seperti biasanya. Ternyata pintu terkunci dari dalam. Kuketuk pintu dan suara berdenyit menemani senyum manismu kala itu.
Kucium takzim tanganmu yang mulai kasar itu, kau lantas mendekapku erat tetapi tetap selembut tatap sederhanamu. Kita berpelukan sampai kudengar idak tangismu yang tak pernah kudengar saat kita selalu serumit dulu.
“Ayah, kangen sekali.”
Lalu pelukan itu kau lepas ketika seseorang datang mengantarkan undangan dari Kelurahan. Undangan menjadi juri untukku. Dan tangismu tertahan dan hingga kau pulang lagi ke rantauan belum lunas jua tangis itu. Sialnya aku jg lupa membalas perkataanmu.
“Aku juga rindu, Ayah!”
Kapan pulang lagi? Aku rindu dengan kejutan darimu.
Rumah, Selasa, 13 September 2016 || 22:55
0 notes
myrumahaksara-blog · 8 years
Text
menjadi makna
di tengah usia dua puluhan, kita membuat begitu banyak pilihan tentang apa yang akan kita kerjakan, kapan kita akan mengerjakannya, bahkan apa yang mendasari kita melakukan sesuatu itu. tingkatannya pun sudah bukan lagi jangka panjang seperti kalau-sudah-besar-mau-jadi-apa, melainkan hari-ini-apa-saja-agendanya–bahkan setelah-mengerjakan-ini-apa-lagi-yang-lebih-utama.
di tengah usia dua puluhan, waktu tidak seperti yang digambarkan orang-orang sebagai hari yang melata dan tahun yang berlari. alih-alih, hari ke hari bergulir begitu cepat, apalagi minggu ke minggu dan bulan ke bulan. semuanya tidak lain karena satu per satu tanggung jawab semakin melekat kepada kita: pekerjaan kita, urusan rumah tangga kita, urusan kuliah kita, serta banyak sekali urusan yang pernah ada dalam daftar impian kita semasa sekolah dan kuliah–“habis lulus aku mau…”
kebanyakan dari kita mau tak mau menjadi semakin realistis dengan dirinya sendiri. ada yang mengubah haluan karir, ada yang mengalah untuk menunda beberapa cita-cita, ada yang sama sekali meninggalkan kesenangan-kesenangan yang biasanya dilakukan, ada yang “menghilang” dari peredaran pertemanan, dan macam-macam lagi.
saat-saat ini kita begitu kelelahan, kadang juga ditambah dengan kebingungan. tidak jarang kita sedih dengan yang kita relakan untuk tidak dilakukan. tapi ada satu hal yang jelas di balik semua keringat dan air mata kita itu. selain bertumbuh, hidup kita sedang bergeser dari mencari-makna menuju menjadi-makna.
saat-saat kita sibuk mencari makna adalah saat-saat di mana kita ingin sebaik-baiknya berguna untuk diri sendiri. kita memilih sebaik-baik sekolah, pekerjaan, pasangan, bahkan hal-hal harian seperti pakaian dan makanan. saat-saat itu kita sibuk mengumpulkan nilai untuk diri sendiri, belum tentu yang kita lakukan juga berguna bagi orang lain.
saat-saat kita sibuk menjadi makna adalah saat-saat di mana kita belajar membangun saling ketergantungan dengan lingkungan. kita belajar menerima, melepaskan, memaafkan, melupakan, memperjuangkan ulang. saat-saat itu adalah kebalikannya, apa yang kita lakukan insyaAllah berguna bagi orang lain, apalagi bagi diri sendiri.
kamu lelah, tentu. jangan simpan rasa lelahmu. istirahatlah setiap perlu. lalu, kembalilah menjadi-makna. tidak masalah apapun bentuknya. percayalah bahwa yang menjadi-makna selalu lebih hebat daripada yang terus-terusan mencari makna, daripada yang terus-terusan berpikir hendak menjadi apa tanpa melakukan apa-apa, atau yang mementingkan diri sendiri semata.
hidup kita bukan rangkaian pencarian, melainkan rangkaian penemuan. lakukan saja dan jadilah saja. hanya mereka yang melakukan dan yang menjadi yang bisa menemukan, termasuk makna-makna kehidupan yang kita pertanyakan.
918 notes · View notes
myrumahaksara-blog · 8 years
Quote
Kadangkala, sebuah rahasia lebih baik tetap menjadi rahasia.
(via ajinurafifah)
263 notes · View notes