Tumgik
menatakata · 1 month
Text
Aku seorang yang sedang diamanahi, menjadi hamba, anak, kakak, istri, dan juga ibu. Oh tak hanya itu, ada peran lain sebagai makhluk sosial yang juga kupikul.
Aku memang jelas tak sempurna. Sekalipun ku tahu teorinya, ternyata pada prakteknya masih banyak tantangan diluar kemampuan dan perlu perasaan berdamai saat terjadi kesalahan.
Hal yang kini menjadi kekhawatiranku adalah ketika peran-peran itu tidak kujalani dengan sepenuh hati, asal-asalan, menjadikan "besok aku beneran berubah" sebagai toleransi kesalahan hari ini, atau waktu yang ternyata berlalu begitu cepat.
Lagi lagi aku merasa tak berdaya tanpa bantuanmu, yaAllah.
Aku merasa sangat bodoh jika tanpa petunjukmu, yaAllah.
Bantu aku, bantu aku menjalani peran dengan sisa waktu yang Engkau titipkan.
Bandung, 16 Maret 2024
11 notes · View notes
menatakata · 4 months
Text
Ternyata sudah 4 hari 2023 berlalu. Malam ini aku mencoba untuk mengingat ulang dan menuliskan pelajaran yang Allah titipkan di tahun ini.
1. "Umur ga ada yang tahu" sering sekali terdengar, tapi memang begitu nyatanya. Adik ipar kami Allah panggil di usia muda, di masa jaya kariernya, sakit yang tak lama, dan memiliki keluarga yang mencintainya. Semoga Allah merahmatinya :')
2. Sayangi keluargamu, berikan yang bisa kamu upayakan. 17 Agustus, masih kuingat jelas. Bapak serangan jantung mendadak, padahal baru beberapa jam aku pamit setelah menemuinya. Hampir saja Allah memanggilnya kembali, tapi memang karena qadarullah Allah memberikan umur dan kesempatan. Malam itu di dalam ambulans aku meminta pada Allah sangaat dalam sampai sesak rasanya, untuk bisa berbakti padanya. Karena itulah, kini setiap bulan bisa menemaninya kontrol dokter adalah momen yang kusyukuri selalu.
3. Cintai dirimu, salah satunya dengan menjaga kesehatan. Sudah lama ibu mengidap diabetes, ini menjadi peringatan bagi kami semua, terutama diriku. Jangan asal kenyang, jaga aset terbaikmu dengan makanan yang tayib dan halal, olahraga, istirahat, dan juga kelola stress.
4. Ada Allah..ada Allah. Maha Kuasa Engkau, Rabb penggenggam langit dan bumi. Berkali-kali bahkan tak terhingga untuk bisa kuhitung. Engkau berikan rezeki dari arah tak disangka saat Bapak harus segera operasi dan perlu biaya besar pertolonganmu dekat atau tiba-tiba ada orang yang berbaik hati memberikan uang saat kami perlu membayar sewa rumah, padahal sungguh kami tidak cerita apalagi meminta.
5. Jadi ibu dan istri sungguh bukan alasan apalagi halangan untuk memperjuangkan mimpi. Kalau kamu berpikir setelah menikah kamu berhenti belajar, kamu salah dan pendek pikiranmu (ini pengingat untuk diriku sendiri). Menikah adalah booster untuk memacumu untuk terus bergerak, memanfaatkan waktu, dan tentu belajar banyak hal.
6. Banyak-banyak husnudzon sama Allah. Jangan takut untuk menghadapi dunia. Bukankah Allah sesuai prasangka hamba-Nya?
7. Jangan pelit, apalagi pada orang tua. Kami merasakan jalan kami lebih Allah permudah jika mereka ridho. Allah ganti..Allah ganti. Toh apa yang kita beri hari ini apakah sepadan dengan yang mereka upayakan saat membesarkan kita?
8. Untuk ku, kontrol cara bicara. Aku sering kali terlalu hiperbola mendeskripsikan sesuatu yang sebenarnya "tidak perlu orang lain tahu". Lebih banyak mendengar, bicara secukupnya.
9. Beranilah untuk sesuatu yang benar. Sering kali kesempatan terlewatkan karena kamu mengubur keberanianmu dengan rasa insecure.
10. Nikmati apapun peranmu. Lakukan yang terbaik, syukuri, dan teruslah bertumbuh. Sampai pada kesempatan bertemu kepantasan.
9 notes · View notes
menatakata · 4 months
Text
Kehilangan Kesempatan (?)
Sebuah pesan masuk siang itu. Dari penerbit yang sudah tidak asing. Oh ternyata undangan interview esok hari katanya, pukul 09.00. Tentu saja aku bahagia sekaligus degdegan. Hampir 3 tahun menjalani karier full sebagai ibu rumah tangga, pesan singkat itu seolah angin segar dalam memasuki babak baru sebagai freelancer. Aku bercerita pada suami juga ibu, sekaligus meminta restu dan doa keduanya. Aku mandi pagi. Mempersiapkan hari itu sebaik mungkin. Memastikan anak sudah sarapan dan kupenuhi rutinitasnya untuk bermain. Aku membawa HP sebagai pengingat agar tak terlewatkan kesepakatan waktu untuk interview. Kurang dari jam 9, aku sudah berpakaian rapi. Menyiapkan meja kecil dan tentu saja menyiapkan anak ku agar tekondisikan. Tepat pukul 09.00 ku kirim pesan menanyakan link zoom/gmeet untuk interview, ternyata ceklis satu. Aku bertanya-tanya, untuk ukuran sebuah penerbit yang cukup besar, ko bisa WA bisnis tidak aktif? Hal yang terpenting lainnya adalah "bagaimana dengan janji yang sudah disepakati?" Ternyata jawaban itu baru kuperoleh esok harinya dengan balasan, "Maaf intreview diundur pukul 10.30." HELLOWWW MOHON MAAF, kesepakatan kita kemarin dan bukan hari ini. Akhirnya ku tolak dengan bahasa halus. Proses ini tak bisa saya lanjutkan. Percakapan kami kuakhiri dengan pesan. "Alangkah baiknya bila memang ada halangan, berikan konfirmasi sebelum waktu yang disepakati. Sukses selalu, perbit xxxx" Terlalu lembut kata suamiku. Saat aku menceritakan semuanya. Aku bersyukur dipasangkan Allah dengannya. Keputusan untuk tidak melanjutkan proses inteview adalah dorongan darinya. Ia menanamkan modal penting untuk memiliki nilai diri, profesional, menghargai orang lain, dan pelajaran penting lainnya. Mungkin aku memang butuh pekerjaan itu. Tapi Allah tahu yang tebaik. Semoga kisah ini membawaku jauh lebih semangat lagi membangun diri, memantaskan diri, dan bertemu dengan jalan rezeki yang lebih berkah dan Allah ridhoi. Jadi, apakah aku kehilangan kesempatan? Tidak. Aku mendapat pelajaran berharga. Dihari ibu.
21 notes · View notes
menatakata · 5 months
Text
Karena hidup kita bukan untuk menginginkan hidup orang lain.
7 notes · View notes
menatakata · 6 months
Text
Kita akan mengerti hanya setelah mengalaminya sendiri.
— Song Seong-rye, dalam buku Finding My Bread
9 notes · View notes
menatakata · 6 months
Text
Ada hari dimana aku sangat bersyukur bisa melewati setiap jam dengan baik-baik saja hingga akhirnya berganti hari, begitu seterusnya.
Syukur yang kumaksud bukan dengan karya yang memberikan banyak manfaat bagi orang lain. Bukan juga pekerjaan yang menghasilkan nilai materi.
Sesederhana aku bisa bertahan untuk tetap membuat anak ku baik-baik saja, karena emosiku cukup terkendali. Tapi nyatanya sungguh, mengupayakan ini tidaklah seserhana itu.
Aku ibu ranah domestik atau ibu rumah tangga. 24/7 full time di rumah. Mengantar suami ke depan pintu lalu menantinya kembali pulang yang juga di depan pintu.
Akhir-akhir ini aku semakin gelisah, gelisah yang ku syukuri. Aku sadar bahwa waktu terus berlalu, jatah hidupku juga terus berkurang.
Ingin sekali aku melakukan sesuatu, selain menjalani dan mensyukuri pekerjaan utamaku sebagai seorang istri dan ibu.
Mulai darimana ya? Oh mungkin mulai dari sini, menulis lagi seperti dulu.
Bandung, 8 November 2023
12 notes · View notes
menatakata · 11 months
Text
"Kalau kamu masih kebingungan menentukan pilihan hidup, maka hidup yang akan memilihkannya untukmu. Suka ataupun sebaliknya."
14 notes · View notes
menatakata · 1 year
Text
YaAllah, KANGEN.
Udah. Mau bilang itu aja.
Kangen disayang lewat deretan kalimat dari buku yang dibaca.
Kangen dibisikin kalimat sayang lewat audio kajian yang disimak.
Kangen hatinya berdesir, setelah betul-betul merasa kalau Allah sayaaang dan perhatian banget.
Allah....
9 notes · View notes
menatakata · 1 year
Text
Dulu tak pernah terlintas dalam pikiranku, aku akan berbagi rak buku dengan anakku.
Saat ini, diantara buku parenting yang mendominasi, terselip buku "harimau si belang yang gemar berburu" yang mulai robek sana-sini.
Nak, bagaimanapun perasaan yang kualami selepas menjadi ibu, tak bisa kuhilangkan bahwa bersamamu aku bertumbuh.
7 notes · View notes
menatakata · 1 year
Text
Aku punya rumah disini.
Rumah yang pernah dengan suka cita menampung segala rasa, cita-cita dan do'a.
Waktu berlalu amatlah cepat, menyisakan satu pertanyaan ke pertanyaan selanjutnya.
Mau kemana aku sekarang?
2 notes · View notes
menatakata · 2 years
Text
Menjadi Orangtua : Rasa yang Lain
Akhir-akhir ini kami (aku dan suami) sering tertawa, penyebabnya ya kondisi kami sendiri.
Kami menertawakan kenyataan bahwa "Oh beneran ya jadi orangtua itu ga mudah, ada rasa capenya gitu selain manis-manisnya". Bukan, bukan mau ngeluh dan ga bersyukur. Tapi kalau boleh di bilang, validasi emosi lah ya. Haha
Ini semua berawal dari ritme tidur anak kami yang berubah. Dulu jam 20.00 teng dia mau tidur dan langsung tidur tanpa iklan. MasyaAllah setelah makin aktif, maunya maiiiin ajaa.. kalau lampu masih nyala, atau salah satu dari kami pegang HP. Dia akan sukarela mengawasi dan meminta kami menemaninya.
Mungkin capenya karena waktu "melakukan sesuatu yang disenangi" semisal memaksimalkan ibadah, menulis, ngonten atau sekedar scroll medsos berkurang ya. Padahal jam tidur kami juga tetap malam.
Dan salah dua yang menguatkan kami bertahan dan menjalaninya karena memerhatikan keikhlasan satu sama lain. Ada saatnya suami yang walau cape pulang kerja, tetep mau gendong sana sini.
Kalau aku pribadi, melihatnya ikhlas melakukan itu semua sering kali membuatku malu dan berusaha menata hati kembali dan menjalaninya sebaik mungkin.
Hal lainnya yang menguatkan kami adalah kesadaran bahwa semua yang dijalani saat ini tak akan berlangsung sama. Anak kami akan tumbuh dan memiliki dunianya sendiri, atas seizin Allah.
"Nanti kalau udah kuliah, merantau kangen. Maunya di suruh pulang, di repotin." Celetuk suami.
11 notes · View notes
menatakata · 3 years
Text
Organisme Hidup : Kebiasaan Makan
Mengutip istilah yang digunakan ustadz Cahyadi dalam buku wonderful family yang kubaca hari ini, beliau menggambarkan keluarga sebagai organisme hidup. Bukan benda mati yang wujud hari ini persis sama dengan hari selanjutnya. Keluarga adalah organisme hidup yang bisa tumbuh dan berkembang.
Begitu juga dalam keluarga kami, dalam pernikahan yang baru seumur jagung aku menyadari bagaimana keluarga kami "hidup", "tumbuh" dan "berkembang". Contoh yang ingin kuceritakan sederhana sebenarnya, belum sampai pada tahap menjadikan kami sosok yang berdampak luas dan berperan dalam kehidupan masyarakat.
Dulu aku masuk dalam kategori manusia suka jajan. Benar-benar jajan dalam definisi sebenarnya. Tinggal di Bandung-Sumedang dengan beragam cemilan per-aci-annya tentu membuatku tumbuh menjadi anak yang menjadikanan jajan sebagai healing saat jenuh atau stres hehe.
Lihat pedagang cilok, ku beli.
Lihat pedagang seblak, ku beli.
Lihat pedagang batagor, ku juga beli.
Tapi siapa sangka, Allah Maha Baik menjodohkanku dengan laki-laki turunan Aceh warga Medan. Laki-laki yang terheran-heran dan mungkin tak habis pikir dengan aku, perempuan yang suka jajan. Ia terbiasa makan sehat dan cukup, saat perutnya sudah diisi nasi ia tak tergoda dengan cemilan yang baginya tak jelas manfaatnya bagi tubuh.
Awal menikah ia masih memberiku ruang menikmati jajanan ini itu, dan sedikit banyak ia juga ikut terpengaruh menikmati jajananku. Masa kehamilan juga aku masih begitu, menjadikan jajan sebagai penghilang kesedihan (lebay deh ini haha).
Tapi seiring berjalannya waktu, aku jadi tersadar.
"Masa aku jajan aja, terus dia engga?"
Perlahan frekuensi jajanku berkurang dan mulai bergeser. Jika ada makanan yang lebih sehat dan jelas manfaatnya, sedikit banyak akupun jadi ikut terbawa untuk memilih makanan yang kumakan.
Intinya, aku menulis ini karena terkesima bagaimana kami sebagai organisme hidup ternyata saling mempengaruhi dan bisa berubah, termasuk dalam hal kebiasaan makan & mengambil keputusan.
Yaaaa itu saja yang kali ini ingin kuceritakan, semoga ada waktu & niat untuk ku mengabadikan warna-warni rumah tangga kami dalam tulisan.
Untukmu yang belum menikah, ternyata kebiasaan yang terlihat kecil dari calon pasanganmu berdampak besar untuk hidupmu, hidup kalian.
11 notes · View notes
menatakata · 3 years
Text
Bu, aku kepayahan berhari-hari berjuang melahirkan buah hati. Beginikah rasanya perjuanganmu dulu yang tak pernah engkau keluhkan saat melahirkanku?
Aku tahu banyak isak yang kau sembunyikan, ada lelah yang kau simpan dalam-dalam. Semua dilakukan agar kami selama ini tetap hidup baik-baik saja.
Dua puluh empat tahun, selama itu engkau berjuang memberikan pengasuhan. Dari kepala hingga ujung kaki, dari detik ke detik berikutnya, aku banyak mengamatimu bu. Hingga menjelang dewasa aku bercita-cita menjadi ibu, sepertimu.
Ibuku sayang tak mungkin lupa setiap masa yang kulalui bersamanya. Kadang berdiri tegak dengan keberhasilan, tapi lebih banyak yang terjadi justru sebaliknya. Aku menemui kegagalan, kekecewaan dan serangkaian kenyataan yang tak sesuai mauku. Saat itu aku jatuh, tak punya tenaga untuk bangkit. Tapi itulah ibuku, generator bagi kami sekeluarga. Ia berikan do'a dan dukungan nyata hingga aku bangkit dan mencoba kembali.
Dari ibu aku perlahan-lahan mengenal makna berbagi dan kebaikan. Ibu adalah inspiratorku. Ia selalu punya banyak ide agar aku paham, bahwa berbagi bukan soal besar dan kecil, bukan sebatas mampu atau tidak tapi mau atau sebaliknya. Ia berbagi apapun yang ia punya, ia usahakan apapun pertolongan yang dapat diupayakan bagi yang membutuhkan.
Bila aku harus mendefinisikan makna pengorbanan, maka yang terlintas adalah wajahmu. Tak kutemukan ekspresi kecewa saat akhirnya aku memilih jalan yang berlainan dengan harapanmu.
"Apapun yang kamu pilih dan perjuangkan, ada do'a ibu bersamamu nak, selalu." kata beliau.
Terima kasih bu, terima kasih sudah banyak berjuang. Hanya Allah yang mampu memberikan sebaik-baik balasan.
Bandung, 29 Januari 2021
Annisa Aulia Suci
IP Bandung
15 notes · View notes
menatakata · 3 years
Text
Lelaki yang padanya aku ingin menghantarkan banyak terima kasih..
Atas kesediannya menemani masa-masa kehamilan yang beraneka rasa. Masa awal yang begitu sensitif saat mencium bau terutama bumbu dapur hingga beberapa waktu dapur tak mengepul. Atau hampir setiap pagi merasakan mual dan muntah hingga tak jarang kamu yang harus membersihkan.
Atas kesediannya menerima gejolak emosi yang kadang sulit diartikan. Tiba-tiba begitu mudah sedih atau marah tapi kesediaanmu untuk menerima emosi tersebut membuatku tak berhenti untuk berusaha mengelola semuanya. Memperbaiki komunikasi saat ada hal-hal yang diinginkan atau menerima pelukan atau ruang untuk berbagi perasaan.
Atas kesediannya untuk banyak bersabar menemani proses kehamilan yang sangat memerlukan dukungan. Berusaha menemani setiap pemeriksaan, olahraga, makan, bahkan saat istirahat yang perlu posisi menghadap kiri untuk mempermudah aliran oksigen bagi janin.
Terimakasih lagi...
Untuk tak pernah bosan belajar dan bertumbuh bersama. Mencari tahu apa-apa yang terbaik untuk diupayakan demi kebaikan ibu dan janin. Tak pernah menolak saat perlu dipijat, bahkan hingga mencoba melakukan pijat perineum ataupun oksitosin. Aku sangat mengapresiasi akan hal ini, sebab kutahu tak semua orang mau melakukannya.
Untuk tak henti mengingatkan agar proses kehamilan ini adalah jalan menjemput pahala. Senantiasa bersabar, berhusnudzon dan berdoa selama proses agar Allah menguatkan lagi memudahkan.
Dan tentu tak akan pernah kulupakan upayamu menemani hampir 3x24 masa-masa luar biasa menuju kelahiran. Aku yang kepayahan dan hampir putus asa selalu kamu kuatkan. Entah berapa kali aku memuntahkan makanan, minta dipijat karena rasa yang luar biasa saat kontraksi datang. Pagi-siang-malam semua menjadi satu tak kenal waktu. Hingga saat itu tiba, kamu ada disampingku, menemaniku melewati proses lahiran normal ditemani tiga bidan. MasyaAllah..
Hingga aku dibuat terharu saat adzan dan iqomah itu kau lantunkan untuk anak kita.
Ini nak, ini ayahmu yang luar biasa. Laki-laki yang padanya ibu tak mungkin bisa berhenti mengucapkan terima kasih. Kamu bisa belajar banyak padanya nak perihal cinta. Sebab ia tak hanya mengungkapkan semua dengan kata tapi dengan pengorbanan yang nyata.
Tumblr media
15 notes · View notes
menatakata · 3 years
Text
Pernahkah terpikir apa jadinya bila semua yang kita inginkan selalu terwujud sesuai apa yang kita harapkan?
Pernahkah kita menyadari bagaimana bila kita selalu mampu menjadi sosok ideal yang menjalani semua dengan hasil paling baik tanpa kurang atau tak sempurna?
Misalnya saat kita ingin memperoleh beasiswa, lalu karena track record kita yang penuh prestasi, segudang pengalaman dan nilai melebihi rata-rata kita bisa mengukur diri bahwa kita memiliki peluang besar dibanding yang lain untuk memperoleh beasiswa itu. Kita merasa mampu maju hanya dengan "diri kita" sendiri untuk memperoleh keinginan itu. Kita sangat percaya diri hingga lupa meminta pertolongan dan bantuan-Nya.
Tapi diluar dugaan, meleset jauh dari perhitungan ternyata kita tidak memperoleh beasiswa itu hanya karena hal kecil misalnya kelengkapan administrasi yang sebenarnya bisa diperbaiki.
Contoh lainnya misal kita sangat berupaya menjadi ibu terbaik. Ibu ideal yang memiliki visi besar berikut dengan misi-misi yang sangat jelas dan terperinci. Semua diatur dan dijaga sesempurna mungkin. Mendidik anak dengan kelembutan, menanamkan pada anak nilai-nilai islam, memberikan pengasuhan sesuai tuntunan nabi dan beragam teori ahli. Tapi ternyata suatu hari kita disadarkan bahwa hasil yang anak tunjukan tidak sesuai harap, kita merasa gagal.
Dari kedua contoh itu, apakah mereka terlihat tidak berusaha? Tentu tidak. Menjadi dua contoh diatas tidaklah mudah, perlu usaha keras. Tapi satu hal yang pasti dan tak bisa lepas dari identitas adalah mereka tetap manusia, hamba ciptaan Allah yang berada dalam pemeliharaa-Nya. Bagaimanapun mereka berusaha sesempurna mungkin, selalu ada celah dimana mereka memang selalu butuh Allah untuk jadi pegangan dalam meminta pertolongan.
Maka, janganlah lupa untuk selalu sadar bahwa kita ini hanya manusia. Sampai kapanpun kita tak pernah sempurna. Bertemu kegagalan, kekecewaan, kesalahan adalah bagian dari diri kita. Ambil sisi positifnya bahwa kita tak pernah pantas berlaku sombong dan melupakan-Nya.
Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan.
Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya.
14 notes · View notes
menatakata · 3 years
Text
Ada banyak hal yang tidak benar-benar kita tahu, bahkan tentang orang terdekat sekalipun.
Ada tangisan-tangisan yang disimpan sendiri dan baru tumpah kemudian dibalik bantal ketika malam datang. Menyisakan mata sembab esok paginya.
Ada tawa-tawa yang dipaksakan hadir semata agar dunia tahu bahwa dirinya sedang baik-baik saja. Sebagai upaya untuk menahan banyak tanya yang amat berat untuk diberikan jawaban.
Ada yang susah payah bertahan hidup menguatkan hatinya bahwa kondisi tak menyenangkan ini akan berlalu, semua akan kembali baik-baik saja.
Mereka berjuang, susah payah. Mengumpulkan keping-keping pikiran positif agar pikiran tak habis dimakan pikiran negatif yang membahayakan.
Entah bagaimana lisan seakan membisu. Rasanya bercerita tak ada artinya. Bahkan dirinya sendiri tak bisa menerjemahkan perasaan yang terasa.
Tapi itulah manusia, seringnya salah sangka. Bahkan merasa iri padanya.
Mereka memimpikan hidupnya yang seolah penuh suka cita. Semua harapnya terwujud begitu mudah, katanya.
Mereka ingin memiliki tawanya yang bahagia. Tak terbaca duka disana.
Mereka cukup yakin bahwa hidup mereka tak seberuntung dia. Hidup sepertinya adalah impian yang diam-diam mereka selipkan dalam do'a.
Ah manusia.
Seandainya mereka mau lebih banyak melihat diri sendiri lebih dulu. Mensyukuri apa yang dimiliki ketimbang mencari apa yang tak dipunyai.
Membuka mata dan telinga lebih lebar, agar lebih peka bahwa ada yang sedang tidak baik-baik saja.
Atau berusaha memberi ruang lebih terbuka agar orang lain tepat memahami dan tak hidup dilingkaran prasangka.
Seperti kalimat yang begitu sering kita dengar "it's okay not to be okay",memang begitulah adanya. Tidak ada hidup yang selalu baik-baik saja. Semua berjalan dan berjuang di jalannya masing-masing, dengan lika-liku berbeda. Ada yang terwujud sesuai harap, kebanyakan sebaliknya.
Hingga titik akhir dari semuanya selalu bermuara pada Allah, lagi..lagi dan terus. Sebab bagaimanapun mencari, sejauh apapun mengejar sejatinya hanya pada-Nya kita semua kembali. Mengembalikan kesedihan, kekecewaan, amarah dan segala perasaan lainnya dalam bentuk sabar. Harusnya tak terkecuali dengan perasaan bahagia yang kembali pada-Nya dalam bentuk syukur.
29 notes · View notes
menatakata · 3 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Tentu kita semua ingin menjadi manusia beruntung. Manusia yang menjadikan hari ini lebih baik dari kemarin, esok hari lebih baik dari hari ini, begitu seterusnya. Salah satu caranya adalah meningkatkan kebiasaan baik dan berupaya menghilangkan kebiasaan buruk.
Habit atau kebiasaan adalah rutinitas atau praktik yang dilakukan secara teratur;tanggapan otomatis terhadap situasi tertentu. Saat seseorang telah memiliki pola kebiasaan, biasanya upaya atau energi yang ia keluarkan akan lebih kecil karena ia sudah terbiasa melakukannya sehingga energi yang ia miliki bisa dialihkan untuk urusan lain.
Namun seperti yang kita tahu, menanamkan kebiasaan baik dan menghilangkan kebiasaan buruk perlu perjuangan. Sehingga buku ini menawarkan konsep "Atomic Habit" yang berarti mengupayakan perubahan kebiasaan dari hal-hal kecil yang dapat diupayakan.
"Perubahan-perubahan yang terkesan kecil dan remeh pada awalnya akan memberikan hasil-hasil yang menakjubkan bila Anda bersedia menjalaninya sampai bertahun-tahun. Kita semua berhadapan dengan kemunduran, tapi dalam jangka panjang kualitas hidup kita sering kali bergantung pada kualitas kebiasaan kita. Dengan kebiasaan yang sama, Anda akan mendapatkan hasil serupa. Namun, dengan kebiasaan yang lebih baik, apa pun menjadi mungkin. "
— James Clear
Empat hukum yang dipegang yaitu, menjadikannya terlihat, menjadikannya menarik, menjadikannya mudah dan menjadikannya memuaskan. Sebab proses menumbuhkan kebiasaan perlu waktu yang panjang maka empat komponen itu menjadi pendukung yang tepat.
Buku ini terdiri dari beberapa bab yang setiap bab disertai dengan ringkasan. Hampir semua bab diawali dengan contoh kisah-kisah yang bisa diambil pelajaran berkaitan dengan kebiasaan dan sumber yang dijelaskan di catatan kaki.
Penulis buku tersebut juga memberikan akses melalui atomichabits.com agar pembaca buku ini dapat memperoleh manfat lebih. Pada alamat web tersebut tersedia beragam contoh template yang bisa diunduh dan digunakan untuk mengatur kebiasaan.
Bagian menarik dari buku ini adalah saat penulis membahas bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi dari sisi genetik atau penciptaan kita. Ia membandingkan antara atlet terbaik dalam bidang olahraga renang dan lari jarak jauh. Tak dapat dikesampingkan bahwa perenang yang berhasil biasanya memiliki punggung dan lengan panjang yang ideal untuk menarik beban dalam air. Sedangkan pelari yang berhasil biasanya memiliki kaki yang panjang dan tubuh bagian atas yang terbilang pendek.
"Orang yang berada di puncak suatu bidang persaingan tidak hanya sangat terlatih, tapi juga sangat sesuai untuk tugas itu. Jadi, itulah sebabnya jika Anda ingin betul-betul hebat, memilih tempat yang tepat untuk berfokus adalah hal yang sangat penting."
— James Clear
40 notes · View notes