Tumgik
melonkecil · 6 years
Text
Berkerudung
Saya ingin berbagi sedikit endapan pikiran yang ada di kepala saya. Saya ingin membahas dan bercerita tentang kerudung. Tidak, saya tidak akan menyampaikan dalil agama yang membahas tentang kerudung. Tidak, saya tidak akan memakai argumentasi "perempuan berkerudung itu seperti permen yang terbungkus, sedangkan perempuan yang tidak berkerudung itu seperti permen yang tidak terbungkus dan banyak dihinggapi lalat.". Tidak, saya juga tidak akan membahas tentang tabiat perempuan berkerudung yang lengkap dengan positif dan negatifnya. Saya hanya ingin membahas tentang pengalaman pribadi saya yang berhubungan dengan kerudung.
Malam itu saya keluar dari kos tanpa memakai kerudung. Saya melewati gerombolan laki-laki yang sedang duduk di pinggir jalan. Tiba-tiba, beberapa dari mereka menggoda saya dengan suara "cie...cie..." yang sangat menggangu telinga saya. Saya hanya diam dan tidak mempedulikan mereka. Saya langsung melanjutkan perjalanan saya.
Keesokan harinya, pada malam hari saya keluar kos dengan menggunakan kerudung. Lagi-lagi ada segerombolan laki-laki yang sedang duduk di pinggir jalan. Saya tidak tahu apakah mereka adalah orang yang sama dengan laki-laki yang kemarin atau berbeda. Yang saya ingat, mereka sama sekali tidak menggoda saya. Tidak ada lagi suara "cie cie" dari mulut mereka. Tidak ada reaksi apapun dari mereka.
Sejak saat itu, saya semakin sering merenung. Saya baru menyadari bahwa kerudung berperan sepenting itu (setidaknya untuk saya). Ternyata, kerudung bukan hanya tentang penutup kepala, tapi juga sarana pelindung bagi saya.
Sebenarnya, saya memakai atau melepas kerudungpun, tidak ada pengaruhnya bagi Tuhan. Dia tetap Maha Besar. Kebesarannya tidak berkurang sedikitpun dengan tindakan saya yang melepas kerudung. Tuhan tidak butuh kerudung saya, tapi sayalah yang butuh kerudung. Iya, saya butuh kerudung. Secara tidak langsung, memakai kerudung membuat saya merasa lebih aman, terlebih saat harus lewat di sekitar laki-laki.
Dengan menggunakan kerudung, saya merasa lebih dihargai dan dihormati.
19 notes · View notes
melonkecil · 6 years
Text
aku pernah menggantungkan harapan
hingga akhirnya dikecewakan
benar, aku berharap pada manusia
bahkan sampai kali kedua
pada orang yang sama
dengan harapan yang sama pula
aku lelah
lukaku parah
hatiku patah
aku rasa cukup semua
aku ingin berhenti saja
berharap pada manusia
biar saja mereka bilang hatiku mati
biar saja mereka bilang aku selalu sendiri
aku tidak peduli
toh jika aku patah mereka tidak bisa mengobati
2 notes · View notes
melonkecil · 6 years
Text
Aku Butuh Teman
aku butuh teman
yang tidak hanya mampu mendengarkan
tapi juga sejalan
aku tidak minta yang selalu setuju dengan pendapatku
tidak juga minta yang selalu mengiyakan inginku
sejalan, hanya itu
dengan siapa aku harus berteman?
kepada siapa aku bisa mencari pencerahan?
siapa yang mampu menegurku saat aku salah jalan?
aku butuh teman
aku butuh teman
aku butuh teman
karena aku juga kebingungan
selalu berjalan sendirian
3 notes · View notes
melonkecil · 6 years
Text
Kado untuk Teman
Saya tidak tahu harus memulai tulisan ini darimana. Saya ingin menulis apa yang saya rasakan, tapi tidak tahu harus menggunakan kalimat apa. Ini bukan tentang percintaan, tapi tentang pertemanan.
Seseorang mewujudkan pertemanan dengan bentuk yang bermacam-macam. Ada yang selalu memberi surprise pada temannya yang sedang berulangtahun, hingga memberi kado dihari istimewa temannya tersebut. Tapi beda orang, tentu berbeda pula cara mengekspresikannya.
Saya jadi teringat dengan salah satu teman saya. Namanya Mita. Bukan, Mita bukan tipe teman yang hobi memanggil saya dengan sebutan ‘beb’ atau ‘yang’. Bukan, dia bukan tipe teman yang selalu memberi saya surprise dihari ulangtahun saya. Bukan, dia bukan tipe teman yang selalu memberi saya kado ditanggal lahir saya tersebut. Bahkan, seingat saya, dia belum pernah memberi kado kepada saya. Tapi, dibalik itu semua, menurut saya dia adalah teman yang tulus.
Emang tahu darimana, Tik?
Dari perilakunya terhadap saya. Dia adalah satu-satunya orang yang bersedia menjemput saya di kos saat saya sakit. Dia mengantar saya pulang sampai rumah. Ah, kan searah, Tik. Tidak! Rumah kami tidak searah. Bahkan berlawanan arah. Menjemput saya di kos, sama saja dia harus putar balik lumayan jauh dari kampusnya dahulu. Siapa lagi yang sudi melakukan itu semua pada saya selain dia? Entahlah.
Dia juga yang sampai saat ini masih mau mendengarkan segala ocehan saya. Entah ocehan secara langsung saat kami bertemu ataupun ocehan via chat. Terus terang, saya sering bersikap kurang ajar padanya. Terkadang saya membalas chat-nya hanya dengan dua atau tiga kata; “iya bagus”, “aku nggak tahu”, “hehe semangat ya”, dan kalimat kurang ajar yang lain. Sedangkan dia, seingat saya dia belum pernah merespon chat saya dengan kalimat yang membuat dongkol seperti apa yang saya lakukan.
Dia pula yang dulu selalu mendengarkan cerita tentang sinetron dalam hidup saya. Saya yakin, sebenarnya telinganya sudah panas. Hatinya juga pasti sudah menahan bosan. Tapi dia masih mau mendengarkan saya hingga sinetron itu habis episodenya.
Dia memang tidak pernah memberikan kado kepada saya. Tapi bagi saya, apa yang dia lakukan terhadap saya adalah banyak kado yang dia beri.
Saya tidak bisa menjamin bahwa Mita akan terus membersamai dan tidak akan meninggalkan saya. Tapi setidaknya, dia sudah memberi saya dua hal mahal dalam hidupnya; waktu dan tenaga. Setidaknya hingga saat ini, saya belum tahu dimana toko yang menjual dua hal tersebut.
3 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Text
Handa
Saya yakin Handa pasti membaca tulisan ini. Tanpa saya beritahupun, dia pasti akan tahu. Saya yakin itu.
(Nda, namamu sudah ada di judul tulisan yang tersimpan di notes ponselku, sebelum kamu meminta aku menuliskanmu.)
Badannya kecil, tapi tas sekolahnya besar; mungkin itu cocok untuk menggambarkan sosok Handa. (Tapi saya tidak tahu seberapa besar ukuran tas kuliahnya). Saya dan Handa bersama dalam satu sekolah sejak sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas. Pada saat SMP, saya tidak terlalu familiar dengannya. Hanya tahu bahwa teman angkatan saya ada yang bernama Handa, itu saja. Bahkan, dulu saya tidak bisa membedakan antara Handa dengan Ian. Hingga akhirnya pada kelas sepuluh SMA, saya sekelas dengan Handa. Saya semakin mengenal dia. Ada banyak hal yang membuat saya salut dengan teman saya satu ini. Menurut saya, Handa itu tidak neko-neko. Handa juga memiliki rasa setia kawan yang luar biasa.
Selama berteman dengan dia, dia banyak memberi pengaruh positif pada saya.
Sekarang, Handa sudah menjadi mahasiswa universitas maha besar. Lalu, apakah dia berubah menjadi tinggi hati? Tidak. Sama sekali tidak. Dia masih menjadi Handa yang saya kenal empat tahun lalu, dengan kesederhanaannya, dengan semangatnya, dengan rendah hatinya, juga dengan ke-tidak-neko-neko-an-nya.
Jarang bertemu dengannya tidak menjadikan kami canggung. Sekali lagi, Handa masih seperti empat tahun yang lalu, yang sedikit-sedikit tertawa padahal tidak ada yang lucu.
Salam sayang, ettysa:)
3 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Text
Mozalita
Sejujurnya saya belum lama mengenal sosok satu ini. Kami mulai dekat saat semester dua kemarin. Pembawaannya ramai dan ceria. Ada dia, pasti ada bahan untuk tertawa.
Ada hal yang saya pelajari dari dia, yaitu cerianya. Jujur, bagi saya pribadi, bersikap ceria adalah hal yang sangat sangat sangat sulit. Sekadar tersenyum saja, terkadang saya kesusahan. Tapi teman saya yang satu ini bisa melakukan itu semua dengan mudah. Suasana yang awalnya canggung, bisa jadi cair karena dia.
Bagaimanapun kelakuannya, entah kenapa saya tidak bisa marah dengannya. (Setidaknya dia belum pernah membuat saya marah).
Setiap manusia hidup pasti memiliki masalah. Begitu juga dia. Saya yakin diapun juga memiliki masalah dalam hidupnya. Tapi disamping masalah yang dia punya, dia masih bisa memberi energi positif untuk orang-orang disekitarnya.
Semoga Tuhan memberi kebahagiaan bagi orang yang memberi bahagia untuk orang lain.
Salam sayang, ettysa:)
1 note · View note
melonkecil · 7 years
Text
Mita
Ini adalah pimpinan saya di "Mita The Explorer". Kami sudah kenal sejak tujuh tahun lalu, tapi keakraban kami baru berlangsung empat tahun belakangan.
Dulu, saya mengira bahwa dia adalah perempuan yang kalem, pendiam dan rajin. Ah, ternyata saya salah. Salah besar! Ternyata karakternya jauh berbeda dengan kesan pertama saya. Meskipun begitu, saya tetap sayang dengan satu sosok ini. Menurut saya, julukan perempuan kuat pantas disematkan untuk dia. Dia bukan perempuan yang suka menye-menye di sosial media. Dia juga bukan orang yang kekinian dan kebelet eksis. Saya suka pembawaannya. Saya suka bagaimana cara dia menyampaikan pendapat dan memberi saran pada saya.
Tahun kemarin mungkin merupakan tahun yang berat untuk dia. Sangat berat, lebih tepatnya. Namun, lagi-lagi dia tidak menye. Saya tahu pundaknya sudah ingin bersandar, saya tahu semangatnya sudah kembang kempis, saya tahu otaknya sudah terlalu kencang berfikir. Tapi ditengah itu semua, dia berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa. Dia bertingkah seperti hidupnya baik-baik saja. Padahal, sorot matanya berkata sebaliknya.
Dia juga memiliki pemikiran yang sedikit banyak sama dengan saya. Bersama dia, saya bisa membicarakan apapun yang saya mau. Sudah tidak ada canggung lagi bagi saya saat bersama dia.
Jujur, 'perpindahan'-nya membuat saya ikut dilema. Saya merasa senang dengan keberhasilannya, tapi disisi lain saya sedih dengan kepergiannya.
Ah, sudahlah, lupakan saja kesedihan saya. Saya berharap semoga dia bisa menggenggam apa yang ingin dia genggam. Saya memang tidak berkontribusi banyak di hidupnya. Saya hanya bisa bersemoga, bersemoga, dan bersemoga.
Salam sayang, ettysa:)
3 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Text
Mengingat Allah
Jika kita cinta pada seseorang, respon apa yang terjadi pada diri kita?
Selalu mengingatnya, kan?
Ingat bagaimana wajahnya, ingat bagaimana senyumnya, ingat bagaimana perawakannya, ingat bagaimana hobinya, juga ingat bagaimana suaranya. Pasti semua tentang dia akan menjadi pengisi memori.
Lalu, jika kita cinta pada Allah, respon apa yang terjadi pada diri kita?
MengingatNya juga?
Tapi, apa yang bisa diingat dari keberadaan Allah? Sedangkan kita tidak tahu bagaimana wajahnya, bagaimana senyumnya, bagaimana perawakannya, bagaimana hobinya, juga bagaimana suaranya.
Lalu, bagaimana, dong?
"Mengingat Allah itu bukan tentang mengingat bagaimana bentuk fisik Allah, karena kita tidak tahu bagaimana bentuk fisikNya. Mengingat Allah itu adalah tentang bagaimana kita paham apa perintah dan laranganNya, dan kita patuh terhadap perintah serta laranganNya tersebut." Begitu kira-kita kata dosen saya disela-sela perkuliahan.
Jadi, bohong jika kita bilang bahwa kita cinta pada Allah tapi kita tidak melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Cinta itu bukan melulu tentang apa saja yang diucapkan, tapi tentang apa saja yang dilakukan.
2 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Photo
Tumblr media
5 Alasan Warganet Mengunggah Status di Media Sosial
Sketchnote di atas saya ambil dari satu artikel menarik di sini. Kira-kira ada yang mau nambahin? 😁
153 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Text
Psycholostory #4 – How Can We Predict Your Personality?
Assalammualaikum! Hallo, ini #Psycholostory yang keempat. Kali ini, aku bakal cerita tentang memprediksi kepribadian seseorang. Widiiiih, serem gak tuh? Haha. Tulisan ini terinspirasi dari banyak temen-temen dan keluarga yang sering bilang kalimat-kalimat kayak gini :
“Eh kamu anak Psikologi kan? Coba coba tebak, aku kayak gimana sih kepribadiannya?”
“Katanya anak Psikologi itu bisa tau kepribadian orang cuma dari ngeliat orangnya ya? Gimana sih? Mau dong aku ditebak?”
“Coba, kamu tau ga aku orangnya kayak gimana?”
“Ramal aku dooooong”
Atau mungkin kalimat-kalimat lain dengan kata-kata yang berbeda tapi tetep sama maksudnya : pengen dikasih tau kepribadiannya kayak gimana. Teman-teman Psikologi, siapa coba yang ga pernah ditanya pertanyaan macam gini? Pasti pernah kan.
Kadang lucu juga ya kalau ketemu orang (bahkan yang baru kenal) terus disuruh baca-baca atau ramal-ramal kepribadiannya. Hellooooo, Psikologi itu sama sekali bukan ilmu ramal atau ilmu cenayang.
Kalau gitu, apa sih yang bikin kita bisa memprediksikan kepribadian seseorang? How can we predict your personality?
Keep reading
6 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Text
Mengerucut
Usia saya sudah hampir menyentuh kepala dua. Selama saya hidup, tentunya ada banyak orang yang saya kenal. Saya sebut mereka sebagai teman. Daftar teman saya terus bertambah mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas hingga kuliah. Pertanyaannya: apakah mereka terus menetap hingga kini? Jawabannya: tidak. Entah mengapa saya merasa keberadaan mereka hanya temporer. Iya, memang, dulu kemana-mana bersama, mengerjakan apapun bersama. Sekarang sudah tidak begitu adanya. Mereka sudah terbang entah kemana. Dulu, saya sangat membangga-banggakan mereka. Saya merasa bahwa mereka tidak akan pergi. Saya merasa bahwa mereka selalu membersamai. Ternyata saya salah. Ternyata memang benar bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Ternyata memang benar bahwa tidak ada jaminan di dunia ini. Teman saya banyak, tapi yang benar-benar teman tidak banyak. Bahkan bisa dihitung jari. Orang yang saya kenal banyak, tapi yang datang saat hal buruk terjadi pada saya tidak banyak. Bahkan belakangan ini saya merasa jika circle pertemanan saya itu lagi - itu lagi. Teman saya banyak, tapi kalau main ataupun berkeluh kesah, ujung-ujungnya dengan dia lagi - dia lagi. Saya merasa jika semakin bertambahnya usia, hubungan pertemanan akan semakin mengerucut. Hanya segelintir teman yang akan terus membersamai. Paling ya itu lagi - itu lagi.
3 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Text
Saya punya beberapa teman yang sebenarnya kami dipertemukan tanpa sengaja. Awalnya hanya sebatas kenal, tahu namanya, dan tahu wajahnya. Ngobrol juga hampir tidak pernah, paling hanya sekali dua kali. Sebelumnya saya menilai mereka hanya dari fotonya Instagramnya. Penilaian saya hanya sebatas "Wah! fotonya keren euy" atau "Ah, nggak menarik fotonya". Iya, pemikiran saya sedangkal itu. Akhirnya saya dan mereka dipertemukan pada skenario yang tanpa disengaja . Skenario yang tanpa disengaja itu membuat saya mengenal lebih dekat dengan mereka. Dari yang tidak pernah ngobrol, sampai ngobrol panjang lebar kemana-mana. Obrolan-obrolan tersebut membuat mata saya lebih terbuka. "Oh, jadi kaya gini ya aslinya orangnya", "Oh, jadi gini ya pola pikirnya", "Oh, jadi gini ya kepribadiannya", "Oh, jadi gini ya kehidupannya". Ternyata orang yang menurut saya foto Instagramnya tidak menarik, justeru memiliki kepribadian yang menarik. Beberapa diantara mereka membuat saya kagum dengan pemikirannya. Beberapa kali saya juga dibuat kagum dengan kehidupannya (tentang kesederhanaannya, tentang patuhnya mereka dengan orangtuanya, dsb). Saya juga berkata dalam hati "Asik juga ya nih orang ternyata". Jangan menilai seseorang dari foto-fotonya di sosial media. Nilailah seseorang dari kehidupan nyatanya. Ada seseorang yang fotonya menarik, tapi kepribadiannya tidak. Ada seseorang yang kepribadiannya menarik, tapi fotonya tidak.
2 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Text
Banyak diantara teman-teman saya yang memutuskan untuk berpindah haluan pendidikan. I mean, berpindah universitas dan juga jurusan. Sah-sah saja, itu hak mereka. Toh setiap orang juga mempunyai mimpi yang berbeda. Masalahnya, apakah dengan mimpi yang sekarang sudah digapai kemudian harus memandang sebelah mata yang belum bisa menggapai mimpi? Beberapa teman saya juga bertanya pada saya, "Kamu mau ikut tes lagi ngga, Tik?" "Kamu mau pindah ke univ ini ngga, Tik?" "Kamu pengen nyoba tes ini ngga, Tik?" Saya jawab dengan jelas, "Enggak". Kemudian mereka menatap saya. Tatapannya tidak biasa. Mata mereka seakan berbicara: yakin, Tik? Kamu tuh kuliah di swasta. Kenapa ngga pindah di negeri aja? Kenapa ngga pindah di ikatan dinas aja? Swasta lho, Tik. Swasta. Saya cuek saja dengan tatapan 'aneh' mereka. Memang, lingkungan saya (re: swasta) banyak dipandang sebelah mata. Bahkan ada beberapa teman yang benar-benar keukeuh tidak mau bersekolah di swasta. "Aku mending nggak sekolah, Tik, daripada sekolah di swasta", katanya. Sekolah swasta banyak diidentikkan dengan masa depan suram, susah dapat kerjaan, tidak berkompeten, daya kerja otak rendah, dan banyak streotip lain. Sujiwo Tedjo pernah berkata  “Menghina Tuhan tidak perlu dengan umpatan atau membakar kitab-Nya, khawatir besok tidak bisa makan saja itu sudah menghina Tuhan." Saya sependapat dengan itu. Rejeki itu sudah ada yang mengatur. Bahkan rejeki sering datang dari arah yang tidak terduga. Kadang luput dari daya pikir manusia. Apakah Tuhan pernah berkata bahwa Dia hanya memberi rejeki kepada manusia yang berkuliah di universitas negeri? Tidak, kan? Tidak ada yang tahu masa depan manusia. Sesempurna apa hidupmu sampai berani menghina manusia lain? Setinggi apa dejaratmu di mata Tuhan sampai berani merendahkan manusia lain? Sehebat apa ilmumu sampai bisa meramal masa depan manusia lain?
2 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Text
Dewasa sebelum waktunya
Kemarin aink ikutan silaturahmi keluarga di soreang. Istri ga ikut karena uda masuk kerja. <hahaha, ketawa sedih>. Sekalian ngerayain ultah ponakan aink yang uda empat tahun. Aink ga akan nyeritain acara silaturahminya, tapi tentang apa yang aink liat sepulang dari soreang.
Aink pulang dari soreang sekitar jam dua siang. Lewat jalan Jamika karena emang mau ngedrop ade di depan gang. Aink ga nganter ampe rumah karena uda mendung gerimis. Kemaren di pagarsih jam segitu tuh uda ujan angin. Kalo ampe kejebak ujan aink bakalan males pulang. Trus ntar kasian yang nunggu di rumah, hahaha.
Thanks to mall paskal 23 dan living plaza, jalan pasir kaliki jadi macet banget. Jalan kebon jati juga macet. Jadi dari klenteng aink belok ke kiri ke arah saritem. Numpang lewat doang. Trus lewat ke terminal stasion yang berhadapan sama jalan belakang pasar baru.
Di jalan itulah aink melihat sesuatu yang bikin sedih.
Aink ngeliat tiga pasang bocah cilik (cewe cowo) yang saling pegangan tangan. Mereka tampak mesra banget dan aink berani jamin mereka bukan saudara kandung. Kayak yang wajar banget gitu mereka pegangan tangan. Yang cewe-cewenya pake kerudung. Yang cowo cowonya tampak masih bocah ingusan. Masi di usia yang seharusnya bimbang antara make uang jajan buat beli cimol ato cilok.
Kalo aink taksir usianya, paling masih sd kelas 6 atau smp kelas 1. Agak-agak miris aja weh kalo ternyata memang bener mereka pacaran di umur yang masi seuprit gitu. Jalan gandengan keluar dari pasar baru setelah beres belanja baju. Uda pantes gitu emang mereka dalam usia segitu?
Aink jadi teringat wejangan guru sd aink yang uda mewanti-wanti muridnya supaya “tidak men-dewasa sebelum waktunya”. Tentu bukan pikiran dewasa yang dilarang, tapi kelakuan seperti orang dewasa dalam pergaulan dengan lawan jenisnya. Sedih kalo liat bocah-bocah ingusan pada pegangan tangan atau rangkulan, pelukan ato malah uda lebih dari itu.
Masi segede gitu di pikirannya uda ada tentang lawan jenis. Bukannya belajar yang bener atau mengeksplore hobi, malah uda cinta-cintaan dan mengekspresikannya sebagaimana yang orang dewasa lakukan. Padahal belum saatnya.
Aink ga tau ya sebab utamanya apa, tapi pasti banyak faktor. Bisa dari sosmed, tv dan bahkan lingkungan. Aink takut ntar keturunan aink juga kayak gitu. Seriusan. Jangankan usia sd ato smp, uda usia kuliahan aja kalo pacaran ga jelas pasti aink khawatir. Aink ga mau kalo keturunan aink ntar kayak bapaknya. Banyak penyesalan. Banyak merasakan perasaan yang belum waktunya.
Segala sesuatu itu ada waktunya. Kapan punya anak, kapan menikah, kapan ketemu jodoh dan kapan merasakan cinta. Sebagai mantan aktivis pacaran, aink merasa failed ketika uda nikah. Teringat bahwa aink banyak menggembor-gemborkan perasaan cinta kepada yang tidak selayaknya sebelum menikah. Aink ga bicara soal postingan ke sosmed, tapi lebih ke menggembor-gemborkan ke diri sendiri bahwa aink cinta si anu, sayang banget sama si anu atau selalu pengen bahagiain si anu.
Ketika belum terikat dan mengagungkan cinta lewat pernikahan, aink merasa jumawa bahwa aink bisa bahagia dan membahagiakan orang lain lewat cinta. It’s feel awesome. Meski belum menikah tapi bisa berbagi rasa. Nyatanya itu salah.
Ketika orang yang dengannya berbagi rasa tapi tak berakhir di pelaminan, aink merasa perasaan itu penuh kedustaan. That was totally wrong. Aink membingkai cinta dengan cara yang salah. Aink baru paham setelah menikah. Ketika cinta yang aink punya dibarengi komitmen dan tanggung jawab, cinta-cinta lain yang sebelum nikah itu terasa palsu, hambar, cetek dan bahkan malu banget untuk dikenang.
Malu banget bahwa aink pernah mengucap cinta tanpa ada pembuktian nyata. Cuma bilang sayang tanpa bukti, ngajak makan, ngajak main, sharing-sharing dan lain sebagainya yang bahkan anak sd pun sekarang uda sanggup melakukannya. Aink pernah seremeh itu.
Aink sekarang baru paham bagaimana Islam menilai cinta manusia. Islam mengagungkan perasaan cinta manusia dengan pernikahan. Dengan perjanjian besar yang bahkan disetarakan dengan perjanjian para nabi. Tidak sanggup berikrar dalam perjanjian halal? Jangan coba- coba bicara cinta. Islam menjaga perasaan para penganutnya. Cinta itu fitrah dan Islam mengajari manusia bagaimana mengekspresikan cinta.
Aink sedih, ngeliat bagaimana cinta sekarang diobral murah. Murah banget sampai dulu-dulu orang cemen kayak aink bisa dengan mudah mengaku punya cinta.
Aink gagal menjaga masa lajang aink dari perasaan yang salah aink definisikan sebagai cinta. Aink menyesal, terlambat mengenal Islam lebih dekat dan sekarang aink cuma berharap keturunan aink kelak ga jadi cowo cemen macem bapaknya yang pernah mengobral-ngobral cinta.
Aink pengen jadi seorang bapak yang bisa mengatakan pada anak-anaknya (kalo cowo)
“Be a man, don’t be cowok cemen!”
(kalo cewe)
“Lelaki itu semuanya buaya, kecuali yang mau sepenuh hati berjanji setia!”
60 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Text
Jatuh cinta
Dear Boi,
Sudahkah ada gadis yang menarik hatimu?
Cantik kah? Pintar? Shaleh? Alhamdulillah kalau sudah ada. Berarti anak bapak normal. Berarti anak bapak sudah dewasa, sudah berani mengambil resiko dan siap bertanggung jawab.
 Dewasa, berani dan bertanggung jawab
Itu syarat mutlak dari bapak untuk mengijinkan kamu jatuh cinta. Mutlak Boi, kurang satu saja bapak tidak ridho kamu jatuh cinta.
Boi, jatuh cinta itu fitrah. Bapak jatuh cinta, Ibu juga, dan kelak kamu pun mengalaminya. Syarat yang tadi bapak ajukan bukan karena ingin memberatkan, tapi untuk menjagamu, Boi. Di masa-masa Bapak dan Ibu muda, cinta itu harganya murah. Diobral dimana-mana dan merupakan sesuatu yang mudah.
Kamu tahu Boi? Kenapa hanya segelintir orang yang membicarakan soal mekanika kuantum? atau membahas Hadits atau membicarakan persoalan bangsa? Karena itu topik sulit. Sedikit yang mau memikirkan dan membicarakannya. Tapi cinta tidak, semua orang membicarakannya. Anak sd yang baru becus membaca sampai anak kuliahan juga sekarang bicaranya tidak jauh-jauh dari cinta. Cinta yang mudah, cinta yang turunan bentuknya berupa kangen, galau, move on, patah hati dan lain sebagainya. Jika ditambah dengan pengetahuan soal diksi dan majas, cukup sudah untuk menjadikan semua orang pujangga cinta.
Cinta di jaman bapak menjadi sangat mudah.
Kamu tahu Boi, bagaimana cinta diatur dalam agama kita? Cinta diikat oleh suatu perjanjian agung yang bahkan disetarakan dengan perjanjian antara Allah dengan para Nabi. Agung sekali. Dijadikan indah bagi manusia beberapa hal keduniawian dan salah satunya adalah lawan jenis. Namun, Allah memuliakan hamba-hambanya yang jatuh cinta dengan pernikahan.
Tapi,.
Setan dan kawan-kawannya tidak suka. Jadilah manusia dibuat ragu untuk menikah, dibuat bertele-tele dalam menghalalkan hubungan, sehingga manusia merasa berat untuk menikah. Disisi yang lain, setan seolah mengeksplore ketertarikan manusia kepada lawan jenis yang memang sudah fitrah. Tentunya lewat jalan yang salah.
Kamu tahu, Boi bapak ibu pernah mengambil jalan yang salah tersebut. Diantara banyak penyesalan bapak di masa lalu, pacaran dan berkasih sayang dengan yang tidak hak adalah salah satunya. Ingat apa yang bapak bilang soal syarat mutlak untuk jatuh cinta?
Dewasa, berani dan bertanggung jawab
Ketahuilah Boi, pacaran atau apa pun istilah yang mendefinisikan kegiatan berkasih sayang dengan lawan jenis non mahram yang belum halal, tidak memenuhi satu pun dari ketiga hal tersebut.
Pacaran itu cara mudah yang diberikan setan bagi sederetan manusia yang tidak becus memuliakan cintanya.
Bapak dulu salah satu dari deretan tersebut.
Mungkin kamu merasa kalo bapak ga pantes nasehatin karena bapak pernah salah. Tapi coba dipikir ulang, kalo di dunia ini cuma orang yang tidak pernah salah yang boleh ngasih nasihat maka di dunia ini tidak akan pernah ada nasehat. 
Dewasalah, lakukan tindakan berdasarkan ilmu. Jangan terbawa perasaan seperti yang lazimnya yang orang-orang lakukan sekarang. Jatuh cintalah dengan elegan.
Boi, segala sesuatu ada masanya. Termasuk jatuh cinta. Bapak harap kamu tidak termasuk orang yang nanti terlalu cepat dalam mendefinisikan cinta. Jatuh cintalah ketika kamu sudah merasa siap. Ya, merasa siap. Karena sejatinya untuk jatuh cinta dan menghalalkannya, kita tidak akan pernah benar-benar siap. Yang ada hanya merasa siap yang kemudian dilapis keberanian untuk mengambil resiko.
Jatuh cinta itu fitrah, sedangkan menikah adalah ibadah. Bukankah manusia diciptakan tidak lain untuk beribadah? (coba tebak ini dari surat apa ayat berapa). Boi, memilih pasangan ada banyak cara dan sayangnya, pacaran sejak usia muda bukan salah satunya. Banyak yang berdalih bahwa pacaran adalah ajang saling mengenal, agar tahu tabiat pasangan dan banyak sekali dalih-dalih yang sebenarnya tidak relevan.
Kamu tahu Boi, interaksi dengan lawan jenis yang diperbolehkan dalam agama kita seperti apa? Ikutilah. Kamu akan selamat dari cinta yang diliputi dusta dan nafsu semata. Boi, setiap jengkal kasih sayang yang kamu berikan padanya tanpa ikatan halal hanya akan mendekatkannya ke neraka. Apabila cinta, kenapa kamu membawanya ke neraka?
Cinta itu tanggung jawab dunia akhirat. Ajaklah cintamu ke surga dengan interaksi yang benar bukan untuk pelampiasan keinginan yang kemudian berujung neraka. Pegang teguhlah syarat dari bapak, untuk keselamatanmu, untuk cintamu juga.
Kelak, mungkin ada satu dua yang tertarik kepadamu. Jika kamu tidak suka, maka tolaklah dengan cara yang baik. Jika kamu berbalas rasa, ajaklah dia menuju hubungan yang baik. Cinta yang baik tidak akan menyengsarakan pemiliknya.
Jika kelak kamu jatuh cinta, maka segeralah dewasa. Siapkan ilmu sebelum amal. Jadilah lelaki yang berani mengambil resiko atas perasaannya dan bertanggung jawab atas keputusannya. Karena cinta tidak dibangun oleh perasaan semata.
Jangan khawatir jika semua orang punya pacar sedang kamu tidak. Biar, habiskan waktumu untuk diri sendiri, tak akan kurang kasih sayang bapak dan ibu kepadamu nanti. Jangan jadikan pacaran sebagai pelarian karena kamu merasa tidak diperhatikan atau kurang kasih sayang.
Bijaklah ketika kamu jatuh cinta. Jika kamu mencintai seseorang tentu kamu tidak ingin menyeretnya ke neraka, begitu pun orang yang mencintaimu, dia tidak akan mau membuatmu terluka. Cinta yang baik akan saling menjaga.
Tenanglah Boi,.
Jangan tergesa-gesa, cintamu akan mekar tepat pada waktunya.
366 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Note
Bagaimana caranya biar bisa rajin sholat? Saya orangnya sering lalai dalam sholat. Apalgi dlm keadaan lelah. Trima ksh sebelumnya atas jawabannya
Hai!
Alhamdulillah, saya senang sekali membaca pertanyaan ini.
Anda punya niat baik untuk bisa rajin shalat. Semoga Allah mudahkan dan bukakan jalan-Nya untuk Anda.
Begini janji Allah:
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” 
(Al-Ankabut: 69)
Saya ingin menjawab pertanyaan Anda dengan berbagi apa yang saya alami sendiri dan apa yang saya amati dari orang-orang di sekitar saya.
Pertama, ada yang rajin shalat karena kebiasaan. Sejak bayi, mereka sering menyaksikan orang tuanya shalat. Setelah tumbuh sedikit besar, mereka juga diajak orang tuanya untuk ikut shalat. Ada yang mulai pada usia 7 tahun, 5 tahun, atau bahkan lebih kecil lagi. Kebiasaan ini terus berlanjut hingga akhirnya mereka dewasa.
Shalat menjadi otomatis bagi mereka, apapun kondisinya. Sebagaimana kebiasaan lainnya, kita akan merasa feels wrong kalau kebiasaan kita terusik.
Kedua, ada yang rajin shalat karena pemahaman. “Shalat adalah rukun Islam kedua” tidak hanya menjadi hafalan semata, dan “shalat adalah tiang agama” tidak hanya menjadi kata mutiara belaka.
Anda bayangkan, “rukun Islam kedua”, “tiang agama”. Arti sederhananya adalah, kalau kita masih ingin dilihat Allah sebagai seorang muslim, maka shalat adalah salah satu komitmen yang mesti kita jaga.
Ketiga, ada yang rajin shalat karena kebutuhan. Bagi mereka, shalat adalah sesuatu yang mereka nantikan (bukan dinanti-nanti ya). Mereka merasakan kenikmatan setiap melaksanakan shalat. Ada penyegaran, ada kekuatan, ada suatu energi yang meresap ke dalam hati dan jiwa mereka setelah menunaikan shalat.
Jangankan shalat wajib yang 5 waktu, shalat sunnah mereka jajal sebanyak mungkin: dhuha, rawwatib (sebelum dan sesudah shalat), apalagi tahajjud. Justru, bagi mereka, shalat adalah saatnya jiwa mereka beristirahat.
Pada kenyataannya, perilaku shalat kita tentu merupakan perpaduan antara tiga spektrum tersebut, hanya saja kadarnya dalam setiap orang berbeda-beda.
Saya memandang ketiga spektrum tersebut sebagai lapisan-lapisan. Lapisan terendahnya adalah kebiasaan dan lapisan tertingginya adalah kebutuhan. Jadi, kalau lagi sholeh-sholehnya, kita bisa merasakan shalat sebagai kebutuhan, tapi kalau lagi serba kacau paling engga kebiasaan kita membuat kita tetap melakukannya.
Jadi, saran praktis saya adalah:
1. Pancangkan lagi komitmen Anda, kuatkanlah kemauan Anda, dan mohonlah agar Allah menguatkan Anda. Sebab sebaik-baik dorongan adalah dorongan yang lahir dari dalam diri kita, bukan dari luar. Tidak ada dorongan eksternal yang mampu mengubah diri kita, melainkan kita mengizinkannya masuk lalu berkolaborasi dengan motivasi internal kita.
2. Ketika Anda merasa lelah dan hampir menyerah dari shalat, ingatlah bahwa ada ratusan juta muslim di dunia ini, atau paling tidak jutaan orang di Indonesia, yang bekerja keras seperti Anda, namun tetap mampu menjaga shalatnya. Mungkin Anda perlu seorang role model, cobalah cari seseorang yang Anda kagumi yang selalu menjaga shalatnya.
3. Ada aksioma atau doktrin, “We are creatures of habit”. Maka mulailah membangun shalat paling tidak sebagai suatu kebiasaan.
4. Jika pemahaman mengenai hakikat, tujuan, konsekuensi dari shalat mampu memuaskan Anda lalu membuat Anda lebih bersemangat dalam menjaga shalat, maka carilah ilmu-ilmu mengenai shalat. Tentu baik jika Anda bisa menghadiri majelis-majelis ilmu, namun bahkan Anda bisa mulai belajar saat ini juga dengan mengakses Youtube. Salah satu favorit saya adalah Ustadz Nouman Ali Khan, misalnya di video ini: 
youtube
5. Suatu hari nanti, misalnya Anda sedang terjebak dalam sebuah masalah yang sangat pelik, Anda sangat tertekan, stress, mau meledak, cobalah bangun pada jam 2-3 pagi, dan lakukanlah shalat tahajjud.
Mulailah dengan 2 raka’at, bacalah apapun hafalan Qur’an yang Anda miliki. Resapi setiap bacaan dan gerakan Anda. Rasakan bahwa Anda sedang menghadap kepada pencipta Anda, yang selalu menyaksikan Anda, mengawasi Anda, mengurusi Anda tanpa Anda ketahui.
Rasakan, begitu Anda sujud, bahwa Anda lemah. Rasakan submission, kepasrahan, penyerahan diri Anda kepada Dia Yang Maha Mengetahui, Maha Kuat, Maha Menolong.
Anda bisa menambah raka’at Anda menjadi 4, 6, 8, atau lebih jika Anda ingin, tutup dengan shalat witir (shalat beraka’at ganjil).
Lalu angkatlah kedua tangan Anda dan berdoalah. Utarakan segala tekanan dalam hati Anda kepada-Nya. Keluarkan semuanya. Mintalah apapun kepada-Nya.
Semoga Anda bisa merasakan betapa nikmatnya shalat, betapa Anda memerlukan shalat.
Biasanya, dalam kondisi sangat tertekan, kita lebih mudah menikmati shalat dan mendekati Allah.
Demikian saran-saran dari saya, semoga ada yang bernilai manfaat. Mohon maaf ya kalau sok menggurui, saya dan banyak muslim lainnya pun masih selalu struggle untuk menjaga konsistensi dan kualitas shalat.
Kalau ada teman-teman lain yang mau menambahkan, sangat dipersilakan, semoga nilai manfaatnya bertambah.
Semangat ya semuanya!
666 notes · View notes
melonkecil · 7 years
Text
Mumpung Mereka Masih Berjumlah Dua
Selamat malam. Bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar orangtuamu? Iyaa, bagaimana kabar dua orang yang banting tulang setiap hari tapi kau balas dengan patuh yang setengah hati? Dua orang yang berfikiran bahwa bahagiamu adalah nomor satu. Sedangkan bahagia mereka, nomor entah keberapa. Mereka adalah orang yang selalu kau mintai ini itu, tapi saat mereka meminta sesuatu darimu, kau bersikap tak mau tahu. Mereka adalah orang yang selalu membiayai hidupmu, hingga mereka bekerja tak tahu waktu. Bagi mereka, pendidikanmu nomor satu. Setiap kau meminta uang, mereka selalu berkata iya. Tahukah kau bahwa uang yang selama ini mereka berikan untukmu adalah uang hasil berhutang? Tahukah kau bahwa uang sakumu adalah lembaran yang terakhir di dompet mereka? Tahukah kau bahwa beras yang mereka bekalkan untukmu adalah stok beras terakhir yang mereka punya? Lalu, sejauh ini, apa wujud baktimu? Sebatas cita-cita di lembaran biodata "saya ingin membahagiakan orangtua"? Kau sibuk dengan dirimu sendiri. Kau sibuk dengan cita-cita mu pribadi. Kau sibuk berencana pergi kesana sini. Kau sibuk ingin berkarier di luar negeri. Kau sibuk dengan cinta-cintaan yang bikin lupa diri. Kau terlalu sibuk ingin membahagiakan 'orang lain' hingga melupakan sosok mereka. Kau selalu menjaga 'orang lain' hingga tak sempat menjaga mereka. Hari berganti. Rambut mereka memutih dengan pasti. Mereka makin menua. Keriput mereka sudah ada disini sana. Sedikit demi sedikit, mereka akan semakin mudah sakit. Sekali lagi, sejauh ini, apa wujud baktimu? Kau tidak pernah tahu betapa beratnya perjuangan mereka. Mungkin setiap di depanmu mereka selalu tertawa, tapi belum tentu mereka tidak menyimpan apa-apa. Bisa saja saat itu sebenarnya mereka sedang tidak baik-baik saja. Sebelum membahagiakan 'orang lain', mari membahagiakan orangtua. Jagalah mereka mumpung mereka masih berjumlah dua. Jangan tunggu berbakti saat mereka sudah pergi salah satunya, atau bahkan dua-duanya. Tulisan dari aku untuk aku.
2 notes · View notes