Tumgik
mayweblue · 4 months
Text
psikiaterku bilang aku harus melakukan sesuatu dengan rasa bersalahku.
katanya, sudah. sudah. let go. ikhlaskan. dalam pertemuan kami di ruangannya dan beberapa bekas luka yang aku ceritakan padanya, karena semua yang ada di kepalaku adalah rasa bersalah yang tidak seharusnya ada di sana. aku disuruh melepaskannya. aku disuruh melupakannya.
aku diresepi obat dan aku tertawa lama sekali di luar poli jiwa. untuk melepaskan rasa bersalah itu aku butuh bantuan kimiawi. tapi kukira, sampai mati pun aku tidak akan sanggup melepaskannya. sebagai pengingat. aku ingin rasa bersalah ini selalu tertelan pada bagaimanapun kondisiku supaya aku tetap ingat.
aku mual melihat rokok sekarang, lupa betapa aku pernah menjadikannya satu-satunya hal yang membuatku tetap waras. tiap melihat rokok, aku selalu mengingat bagaimana ayahku di ICU hari itu, dan orang-orang bilang mungkin segalanya tidak akan terjadi kalau aku berhenti merokok lebih cepat. semuanya salahku. jadi, aku membiarkan suara-suara di kepalaku ini jadi hukuman. 
ayahku sembuh, tapi aku harus ingat. selamanya aku harus ingat. 
banyak orang yang datang mencintaiku tapi aku mengusir semuanya pergi karena aku depresi. seseorang yang kini ada di seberang pulau dan entah berapa banyak waktu yang dia sia-siakan karena ingin bersamaku. banyak mimpi yang dia relakan karena mau menemaniku. semua kegagalannya adalah salahku. 
mimpinya tercapai sekarang, tapi aku harus ingat. selamanya aku harus ingat kalau aku tidak boleh dicintai lagi jika tidak mau hidup seseorang rusak karena aku.
ibuku pernah melihatku menyakiti diri sendiri, satu kali. dan aku masih ingat bagaimana dia memohon supaya aku tidak melakukannya lagi. ibuku marah dan ibu takut aku mati.
tapi aku masih hidup. jadi aku aku harus ingat. 
9 notes · View notes
mayweblue · 5 months
Text
“I’ve always liked quiet people: You never know if they’re dancing in a daydream or if they’re carrying the weight of the world.”
— John Green, Looking for Alaska
22K notes · View notes
mayweblue · 9 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
sometimes the knowledge you gain on twitter is both blessed and cursed
also his likes are sending me:
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
13K notes · View notes
mayweblue · 1 year
Text
to lovely humans who were excluded from invitations, left behind when they tied their shoes, forced to walk in the grass when the sidewalk was full, spoken over when you tried to contribute, whispered about or laughed at, given the side eye when you tried to fit in... you are so worthy of love and I’m sorry people have convinced you otherwise. I promise that your people are out there - people who will see the side of you others ignore, people who share weird inside jokes with you, give you affectionate nicknames and go to museums or roadtrips with you and fulfil whatever idea of friendship you’ve always fantasized about. even if you feel like an empty shell of your former self because you’ve hidden yourself away due to shame, this exterior will melt when you accept yourself or let people in and you’ll realize there was nothing wrong with you all along. you have interesting things to say, you deserve new chances and beginnings, your heart is probably made of gold because you know what it’s like to be left out in the cold, and you have so much to give. you are so worthy and someone’s idea of a friend too, and I hope you receive lots of hugs in the future from yourself and others because you’re so lovable.
3K notes · View notes
mayweblue · 1 year
Text
Tumblr media
Andrew Garfield, in an interview with GQ
It's never-ending. The grief is never-ending. The love is never-ending. Like, Oh. That's the nature of love.
9K notes · View notes
mayweblue · 1 year
Text
“Freedom isn’t enough. What I desire doesn’t have a name yet.”
— Clarice Lispector, Near to the Wild Heart
4K notes · View notes
mayweblue · 1 year
Text
kalau ditelusuri semua kegilaan gw muaranya sebetulnya cuma satu orang tapi hidup gw hancurnya lima tahun wakakak. and to think about that again, i was a CHILD!!!!! gw 🤝 diane nguyen.
1 note · View note
mayweblue · 1 year
Text
“The wound that never healed but learned to sing.”
— Franz Wright, from “Poem in Three Parts,” Earlier Poems (Alfred A. Knopf, 2007)
1K notes · View notes
mayweblue · 1 year
Text
ruang tunggu icu begitu sepi.
aku duduk di salah satu kursinya, entah menunggu apa. masih ada sisa-sisa keheningan yang terlalu mencekam untuk kulalui sendirian. tapi, tidak ada siapapun.
aku duduk di salah satu kursinya. bertarung dengan keresahan dan rasa sakit yang andai saja bisa kubagi, mungkin menahan tangis tidak akan terasa semematikan ini. harga rumah sakit ini terlalu mahal—tapi sehat masih jauh ujungnya.
aku duduk di salah satu kursinya. tapi nyawaku entah ada di mana. sepi, sepi. sepi sekali. begitu sepi hingga aku tidak merasakan apapun.
manusia harus dipaksa berfungsi bahkan sekalipun mereka tak bertenaga. aku nggak suka. aku ingin bersedih dengan tenang. aku nggak ingin membayar biaya rumah sakit. aku nggak ingin memikirkannya.
aku duduk di salah satu kursinya, entah menunggu apa. tapi mungkin aku akan bersedih dalam hening sampai pagi.
karena aku tak boleh menangis di sini.
15 notes · View notes
mayweblue · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
{Hannah Green, from "Are you still hungry, Mother?"/ Anne Carson/Sam Gordon, "A Mother's Hate"/ Ella Wilson/ Joan Tierney/ Ella Wilson/ Ocean Vuong, from On Earth We're Briefly Gorgeous/ Unknown/ Nayyirah Waheed/ Sharon Olds, “Holding To A Wall, Treading Saltwater”/ John Green, Turtles All the Way Down/ Safia Elhillo, "an inheritance," published in Narrative Northeast/ Annie Ernaux, from I Remain in Darkness/ Poplar Street by Chen Chen/ Unknown/ Tumblr User: @inkskinned/ Elena Poniatowska, from "La Flor de Lis," published c. January 2011/ Kyung-Sook Shin, Please Look After Mom}
15K notes · View notes
mayweblue · 1 year
Photo
Tumblr media
Cecil Castellucci, First Day on Earth
21K notes · View notes
mayweblue · 1 year
Text
Tumblr media
aku rasa, tabunya pembahasan seks pada perempuan itu dampak dari asumsi kalau perempuan nggak bisa menikmati seks.
jaman sekolah, kalau ada anak cewek yang nyambung diajakin ngobrol soal selangkangan, pasti dia akan jadi korban slut-shaming. entah langsung atau nggak langsung. seolah kalau kita paham bagaimana cara organ intim kita sendiri bekerja artinya kita sudah pernah bersenggama seenggaknya bersama tiga laki-laki. menurutku, itu sebuah stereotip amburadul yang harusnya dibuang di tempat sampah.
aku pernah diajak bicara soal aborsi, jaman SMA dulu, sama seorang anak laki-laki. aku jawab pengetahuan yang aku baca di internet dan pengalamanku ikut PMR. kalian tahu gimana reaksi dia mendengar jawaban-jawabanku?
"kamu pasti udah nggak perawan, ya?"
bayangkan betapa nggak nyambungnya kalimat itu setelah aku baru saja menjelaskan gerakan pro-choice di amerika sana. aku cuma bisa menanggapi sambil bengong sebelum memutuskan buat menggebuk bagian belakang kepalanya lalu pergi. malas berdiskusi lagi.
aku bukannya marah karena dia mengira aku udah nggak perawan. persetan sama isi celanaku, nggak peduli mereka bepikir apa soal yang ada di sana. yang aku nggak menyangka adalah, betapa dia dengan mudahnya berasumsi kalau aku harus sudah mengalami sendiri supaya mengerti. dan aku selamanya nggak akan lupa sama reaksi meledek dia ketika menuduh aku nggak perawan itu. kalau nggak ingat ibuku bisa nangis kalau aku dikeluarkan, aku yakin dia sudah aku ludahi.
kemudian, aku menyadari kalau nggak hanya aku saja yang mengalami ini. aku mungkin masih bisa bersikap wajar karena aku tahu penilaianku sendiri atas tubuhku, di mana saat itu aku sudah punya cukup pemahaman tentang konstruksi sosial akan tubuh perempuan dan aku memilih nggak menyepakatinya. tapi, aku nggak yakin teman-teman perempuanku bisa memiliki pemahaman yang sama soal diri mereka sendiri.
tiap kali perempuan bicara terbuka soal tubuh ataupun hasrat seksual mereka, mereka akan selalu dapat reaksi-reaksi template. ungkapan-ungkapan yang maknanya merendahkan, kata-kata yang meledek mereka, dan lain-lain yang mungkin nggak pernah laki-laki dapatkan untuk seumur hidupnya. dan yang paling brengsek adalah, sebagian dari kita masih mewajarkan itu semua. seolah ruang seksualitas hanya boleh dimasuki oleh laki-laki dan kita cuma salah satu objek di dalamnya.
seksualitas seringkali cuma dipandang dari sudut pandang laki-laki. kimmel (2005) bilang kalau, pembagian peran seksual tersebut merupakan bentuk kontruksi sosial akan seksualitas itu sendiri. jadi, ketika kita bicara soal seksualitas, yang dibahas bukan lagi soal naluri atau hasrat, melainkan juga ada campur tangan proses sosial, yang kemudian disepakati oleh masyarakat secara kolektif.
marching (2011) mengungkapkan kritiknya terhadap kesucian perempuan di mana perempuan dituntut ideal dengan mempertahankan kesuciannya dan tidak menunjukkan hasrat seksualnya. hal inilah yang lantas menyudutkan tubuh perempuan, merepresi ekspresi perempuan soal seksualitas, dan pada akhirnya membuat kita perempuan nggak punya keberanian untuk menyuarakannya.
aku tadinya mau menjelaskan pengaruh ibuisme orde baru sama ini semua tapi aku nggak mau tulisan ini malah berubah jadi analisis akademis. jadi, biar kita diskusi santai aja sambil minum teh, dengan membicarakan ketidakadilan masyarakat dalam memandang tubuh perempuan, bahkan pasca rezim berganti.
pemahaman konyol soal perempuan harus memendam hasrat seksual mereka ini mengular ke banyak sekali aspek yang pada akhirnya merugikan perempuan sendiri. penilaian baik atau tidaknya perempuan yang hanya dilihat dari presensi keutuhan selaput dara, membuat perempuan turut serta memandang rendah tubuhnya. belum lagi laki-laki yang ikutan punya pendapat kalau perempuan yang sudah berhubungan seks pra-perkawinan adalah perempuan murahan atau bekas pakai. hal ini menjadi pengetahuan kolektif yang seolah kita setujui begitu saja—yang mana ini nggak adil.
salah satu efek yang menurutku menyakitkan adalah ketika perempuan korban kekerasan seksual tetap takut menghadapi penilaian masyarakat. dalam pengalamanku sebagai pendamping, aku pernah menemani korban kekerasan seksual di mana awalnya dia memberikan consent. tapi kemudian selanjutnya korban mengalami ancaman, tekanan, dan paksaan untuk melakukan hal-hal yang tidak dia setujui. korban takut mengaku kepada orang tuanya karena dia takut disalahkan. ketika dalam pandangan idealku, rasa takut untuk mengaku kalau kamu adalah korban semestinya sejak awal nggak pernah ada.
aku akan mengatakan kalimat yang mungkin kontroversial bagi sebagian orang: perempuan tetap bisa menikmati seks dan menjadi korban kekerasan seksual.
kemarin, waktu mendapat pertanyaan di cc yang menanyakan pendapatku tentang seks bebas, aku beberapa kali merenungi jawabanku sendiri. di platform aku menulis bebas seperti sekarang, aku sering kali menulis cerita yang menggali seksualitas, kehamilan di luar perkawinan, dan topik-topik yang mungkin enggan kamu bicarakan di dunia nyata. sekalipun aku bisa berdalih kalau apa yang aku tulis ini hanya fiksi dan pembacaku harus punya batasan mereka sendiri, aku tetap nggak bisa melepaskan beban moralku atas itu. terlebih ketika aku sangat paham kalau banyak dari pembacaku adalah perempuan.
dalam jawaban itu, sedikit banyak aku menyinggung soal konsekuensi. yang lupa aku pertegas adalah, konsekuensi itu juga menyangkut penilaian kita, perempuan, atas perubahan pada tubuh kita sendiri. sylvia plath pernah menuliskan dalam jurnalnya,
Tumblr media
"just because you're never worried about having babies!"
aku mengatakan ini karena aku yakin, cuma perempuan yang bisa memahaminya. perubahan signifikan tubuh setelah berhubungan seks, presepsi kita terhadap tubuh kita sendiri, dan sebagainya. belum lagi risiko kehamilan. aku mengerti kenapa kita takut membicarakannya bahkan kepada orang terdekat kita sekalipun.
sebab entah dari mana mulanya, tubuh perempuan seolah bukan milik diri mereka sendiri.
sekali lagi, tulisan ini bukan artikel akademis. sekalipun aku mengutip beberapa pendapat, tujuan diciptakannya tulisan ini bukan untuk itu. aku hanya berharap, tulisan ini bisa sampai kepada pembacaku, bagi mereka yang sering membaca tulisan-tulisanku yang mungkin berbau seks. aku ingin aku tidak sekadar memberikan esensi hiburan saja, tapi juga memberikan sedikit soal pemikiranku, tentang bagaimana aku memandang tubuhku sebagai perempuan dan caraku melihat seksualitas.
ini bukan propaganda untuk melakukan seks di luar perkawinan. tentu saja nggak. aku ingin lewat tulisan ini, kamu tahu kalau tubuhmu adalah milikmu. sekalipun kamu takut membicarakannya, sekalipun kamu cuma bersembunyi di balik fanfic-fanfic saru ketika mengeksplornya, tubuhmu adalah milikmu. dia satu-satunya yang kamu miliki, oleh karena itu kamu harus mencintainya. bagaimanapun masyarakat memandangnya.
karena tubuhmu adalah milikmu, pula, kamu harus menjaganya dan memastikannya selalu aman, apapun keputusanmu. dengan atau tanpa selaput dara.
dan seks juga, semestinya memang bebas. kamu tidak boleh melakukannya dalam paksaan untuk situasi apapun. bagi kamu yang mengalami masalah kekerasan seksual, tolong segera cari pertolongan. kamu berharga. kamu dan tubuhmu berharga.
karena kamu adalah perempuan.
daftar pustaka:
irawati, diah. (2016). politik seksualitas dan pengabaian negara terhadap kekerasan seksual di indonesia. jurnal perempuan, vol. 21, no. 2: 70-84.
kimmel, m, s. (2005). gender of desire: essays on male sexuality. SUNY press.
marching, soe tjen. (2011). perkosaan dan harga "kesucian" perempuan. jurnal perempuan. ed. 71: 69-80.
70 notes · View notes
mayweblue · 1 year
Text
Tumblr media
more soft boys 💌
9K notes · View notes
mayweblue · 1 year
Text
kayaknya komponen badan dan organ2 gw tuh disusun dari 70% kesepian. udh seberapa jauh jg gw pergi, kl yang sebenernya mau dihindarin diri sendiri, mana mungkin gw berhasil lari ya... (sorry bkn tulisan tp gw lagi sedih bgt sampe pengen muntah) (gw kepengen pulang).
5 notes · View notes
mayweblue · 1 year
Text
jalanan kota lama yang sepi bikin kepalaku makin riuh.
entah karena saking gilanya aku sampai tak lagi bisa kubedakan apakah itu kamu atau bayangan yang diresonansi kepalaku. aku lupa wujudmu, aku cuma ingat ketiadaanmu, kerapuhanmu, rengkuhanmu, kesepianmu, kesedihanmu, dan
birahimu.
ada kesepian yang katanya cuma bisa disembuhkan dengan sentuhan tubuh. bajingannya, aku lupa kapan terakhir orgasme. mungkin waktu itu, saat aku protes tentang warna celana dalam yang seragam tapi kamubilang persetan aku pakai apa karena yang penting aku. aku hampir gila malam itu, jujur saja. karena kita berdua pernah sama-sama seperti hewan liar yang terlalu lama dikandang sebelum akhirnya diberi izin untuk menyecap kebebasan. kubiarkan kamu dan kata-kata sialan soal jangan takut hamil—yang ingin kusumpal pakai cium kalau-kalau retorika itu sudah sedemikian mengganggu.
kubisikkan kepadamu, "aku nggak akan hamil kalau aku nggak mau. pejumu nggak sefenomenal itu."
dan kamu tertawa. lalu menciumku. seolah esok sudah tidak ada matahari jadi kita berdua tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa lagi.
aku kadang rindu waktu horny itu kita berdua salah artikan dengan serampangan sebagai cinta. seperti dua orang penganut agama seks yang beribadah lewat senggama. kamu mendesah seperti sedang membagikan wahyu dan kuamini itu dengan segenap tubuhku. kita berdua berdoa dengan cara paling seenaknya.
kita pernah begitu gila.
kita pernah begitu bahagia.
yang kini tersisa cuma kota lama dan manusia di sudut kursinya yang duduk kesepian. temanku bilang aku kebanyakan berpikir pakai selangkangan tapi tidak. itu kenangan tentangmu yang paling intim. ia tertanam di kepalaku sama baik seperti ketika kamu datang untuk ucapan selamat ulang tahun paling dramatismu malam itu. atau soal martabak markobar yang sudah lama tutup. soal kopi kulo yang gerainya sudah berganti jadi kedai burger. aku mengingat ranjang kering kita seakrab aku mengingat perjalanan dari bandung dalam bus menuju semarang yang kulakoni sambil terlelap berselimut jaketmu. eksismu bikin dingin jadi tak relevan. yang kutahu hanya kehangatan.
dan kini, yang tersisa hanya kota lama. ia begitu bisu seolah sedang meledek kita. meledekmu. meledek aku.
"selamat ulang tahun," suaramu berpencar di sudut-sudut otakku. begitu lantang. "selamat berganti umur."
tak ada pelukan, tak ada apapun.
tak ada lagi apapun.
cuma ada kota lama.
cuma ada kota lama.
Tumblr media
12 notes · View notes
mayweblue · 1 year
Note
ka pengajar les gw mirip yuuta medioker dah, dia aktivis terus orangnya idealis, ada jiwa jiwa sastranya, lulusan psikologi sama filsafat, pihak oposisi (ke pemerintah), tapi udah jadi ayah 😭
HAHAHAH gmn itu btw anaknya dicekokin sapiens nggak dr bayi 😭
2 notes · View notes
mayweblue · 1 year
Note
aya aku mau daftar bem doain ya hehe hihi malu… btw aku mempertimbangkan buat masuk kastrat :D berkat yuuta si kabid
waah good luck yaaah. tetep utamain kuliah walaupun nanti keterimaa. 🤍
0 notes