Tumgik
masitohmasi · 3 years
Text
Ready for the next chapter? Yes!
instagram
7 notes · View notes
masitohmasi · 3 years
Text
instagram
Just my favouuuurite.
2 notes · View notes
masitohmasi · 3 years
Text
Menerima Kebaikan
Gimana sih rasanya niat berbuat baik tapi kemudian ditolak? Sedih kan.
Rezeki tuh kan katanya jangan ditolak. Kalau orang mau berbuat kebaikan ke kita juga rezeki, jangan ditolak. Orang nawarin bantuan, kalau memang kita membutuhkan bantuan, jangan ditolak. Orang memuji kita, jangan ditolak. Yang terakhir ini, menerima pujian tuh bukan berarti kita sombong kok, selama memang kita tidak menjadi congak dan ga tau diri dengan pujian tersebut.
Jangan ditolak. Terima saja. Ucapkan terima kasih, dan tidak lupa bersyukur. Kita jadi ladang pahala mereka kan ga ada salahnya.
Yang bisa kita lakukan ya dengan MENERUSKAN kebaikan tersebut dengan kebaikan-kebaikan yang lebih besar lagi. Bisa pada orang yang sama, ataupun orang lain. Seru banget ga sih melihat satu kebaikan menular menjadi kebaikan-kebaikan lain yang lebih besar tuh.
Indah kan kalau dunia dipenuhi orang-orang baik.
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. An-Nahl : 128)
3 notes · View notes
masitohmasi · 3 years
Text
Bahagia vs Tenang
Dulu, kalau ditanya apa yang paling diinginkan dalam hidup, selalu jawab "bahagia". Semakin dewasa, semakin menyadari kalau bahagia itu hanya sementara.
Bahagia, sama dengan jenis emosi lainnya, hanya berlaku sementara. Kita masuk kampus impian, bahagia. Setelah itu biasa saja. Kita lolos masuk tempat kerja impian, bahagia. Setelah itu biasa saja. Kita bisa membeli barang impian, bahagia. Setelah itu biasa saja. Pun ketika bahagia karena alasan-alasan lainnya, aku yakin, selama itu di dunia, pasti hanya sementara.
Bahagia itu eventual, kalau ku bilang. Sedih juga. Marah juga. Kecewa juga. Jika hanya memimpikan akhir yang bahagia, akhir yang bahagia itu yang seperti apa memangnya? kapan? yakin apakah selama prosesnya tidak ingin bahagia? Ingin, tapi tau kalau itu tidak mungkin. Karena pasti ada bagian sedih dan kecewanya. Dan ya sudah, tidak apa-apa.
Jadi, untukku pribadi, tidak relevan lagi menjadikan bahagia sebagai tujuan. Apalagi untuk urusan duniawi. Aku berubah haluan : tujuanku adalah untuk hidup tenang. Ketika aku bahagia, aku ingin merasa tenang. Ketika aku sedih, aku ingin merasa tenang. Ketika aku marah, aku ingin tetap merasa tenang.
Bekerja untuk apa? Karena (tidak bisa dipungkiri) ingin tenang secara finansial. Olahraga dan menjaga asupan makanan untuk apa? Karena ingin tenang di masa tua supaya tidak sakit-sakitan. Walau lagi-lagi, takdir Allah siapa yang tau. Hanya saja, ikhtiar kan tetap kewajiban kan ya.
Tapi 1 hal yang pasti dan aku terus yakini Seberusaha apapun, jika ingin hidup tenang ya dengan ini :
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS Ar-Ra'd : 28)
3 notes · View notes
masitohmasi · 3 years
Text
Dikelilingi Orang Baik
Tumblr media
Sebuah chat berisi pengingat dari seseorang setelah aku bercerita membuatku tertegun beberapa saat.
Oh Allah, aku tau aku harus banyak bersyukur. Kenapa hal yang 1 ini justru sering aku lupakan? Bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang baik, yang mengingatkan kembali pada kebaikan-kebaikan.
Aku pernah dengan sombongnya merasa bosan dengan lingkungan yang begitu-begitu saja. Pembenarannya, aku manusia dengan kebutuhan sosial yang tinggi. Maka kucoba berkelana. Mencoba masuk ke dalam lingkungan sosial yang beragam. Menyesal? Tentu saja tidak. Selalu ada pelajaran yang aku peroleh.
Baik dan buruk, cocok dan tidak cocok, katanya relatif. Tapi aku menyadari, ketenangan hati tidak dapat dibohongi. Ketika aku justru tersesat karena berbuat salah dan tidak ada yang mengingatkan, karena sedang berada pada lingkungan yang menjunjung tinggi prinsip "kebebasan", nyatanya aku merasa tidak tenang.
Dan kembali pada mereka, orang-orang baik yang tidak akan membiarkan orang-orang di sekitarnya "tersesat", yang tidak lelah mengingatkan pada kebaikan, justru membuat aku lebih tenang.
Katanya, silakan berkelana dan jangan lupa pulang. Bolehkah kutambahkan : "Tetap jadi orang baik ya, selama berkelana. Karena belum tentu kita punya waktu untuk pulang."
4 notes · View notes
masitohmasi · 3 years
Text
Wrap Up
Hai! Katanya sebagai tanda comeback, harus membuat 1 post. Hmmm...setelah kupikir-kupikir, tulisan tentang wrap up apa yang dilakukan selama hiatus dari Tumblr adalah yang paling cocok.
Mari kita mulai dengan mengkonsistenkan kata ganti orang. Sebelumnya aku lebih senang menulis dengan kata ganti "saya" sebagai kata ganti pertama. Di keseharian, karena dulu zaman-zamannya masih kuliah, lebih sering memakai kata ganti "gue". Namun, perubahan lingkungan ternyata ikut mempengaruhi hal ini. Saat ini aku lebih senang menggunakan kata "aku" baik di keseharian maupun di tulisan. Jadi, mari pakai kata "aku".
Apa saja yang sudah terjadi selama tahun 2017-2020 kemarin?
Setelah pulang internship di sebuah perusahaan riset dan klinik kanker di Tangerang Selatan, serta tidak lolos seleksi Indonesia Mengajar angkatan 14, aku menerima tawaran dari dosen pembimbingku untuk melakukan penelitian di kampus. Masih mengenai biomedik, tentu saja. Statusku sebagai asisten membuat aku banyak belajar dengan dunia administrasi dan riset kampus, membuat konferensi internasional, dan alhamdulillah di tahun 2017 aku menulis 2 buah paper (walau yang 1 sebagai penulis ketiga) yang dipresentasikan di konferensi tersebut, di Yogyakarta, sambil liburan 🙂.
Di penghujung 2017 aku mulai merasakan krisis hidup, kebingungan apa yang sebenarnya ingin dilakukan, layaknya orang-orang di sekitar usia seperempat abad lainnya, katanya. Kalau sudah begitu, siapa lagi yang bisa dimintai pertolongan selain Allah, kan? Minta ditunjukkan jalan. Minta diatur hidupnya.
Dan, aku yang sudah tidak terpikir untuk daftar IM lagi, ternyata merasa diarahkan jalannya untuk menuju ke sana. Aku mencoba kembali seleksi Pengajar Muda Indonesia Mengajar angkatan 16. Ya, benar saja. Aku merasa semua prosesnya begitu mudah. Kali ini aku lolos.
Tahun 2018 kuawali dengan jalan-jalan ke Dieng bersama 3 sahabatku. Sebuah rutinitas awal tahun. Cukup untuk menambah memori bersama dengan mereka, hehe.
Masih di awal tahun, aku melakukan operasi FAM, sebuah tumor jinak yang sebenarnya tidak begitu berbahaya. Tapi ya kenapa tidak jika masih bisa diatasi sebelum aku berangkat ke penempatan nanti.
Awal April aku sudah memulai pelatihan intensif Pengajar Muda di Jatiluhur, Purwakarta. Beberapa kali ke daerah Burangrang untuk survival di hutan. Pengalaman yang...capek tentu saja, tapi sangat berkesan. Aku selalu bilang, 2 bulan pelatihan adalah 2 bulan terlelah dalam hidupku dan 2 bulan ter-tidak menyangka aku akan bisa melewatinya, dengan tetap sehat 😂. Jadwal pelatihan yang padat, menguras fisik dan pikiran, menerima banyak hal baru dan bertemu dengan pemateri-pemateri hebat, pelatihan semi militer, bertahan hidup di hutan, dan ah banyak sekali. IM memang seserius itu menyiapkan Pengajar Muda yang akan dikirim ke daerah penempatan.
Aku mendapatkan penempatan di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, bersama 5 orang temanku lainnya. Desa penempatanku bernama Desa Lalowata, sebuah desa di pegunungan Konawe. Banyak sekali yang terjadi tentu saja. Tidak akan kuceritakan disini. Yang pasti, satu tahun menjadi Pengajar Muda merupakan pengalaman hidupku yang paling berbeda dengan pengalaman-pengalaman hidupku lainnya. Bolehkah kubilang itu merupakan keputusan terbaikku?
Oh ya, akhir 2018 aku pun kehilangan sosok Kakek. Saat mendengar kabar duka, aku langsung terbang dari penempatan menuju Tasikmalaya. Alhamdulillah masih diizinkan oleh IM untuk "pulang" sejenak. Tapi tidak lama, aku pun segera kembali ke penempatan dan melanjutkan peranku disana.
Akhir Mei 2019 aku kembali pulang ke Bandung, dengan berbagai perspektif hidup yang berkembang, yang aku peroleh selama penempatan. Mengambil jeda sejenak, untuk kembali menata hidup, menata tujuan dan rencana ke depan, beradaptasi kembali dengan kehidupan perkotaan.
Akhirnya kuputuskan melanjutkan sekolah. S2 di ITB dengan jurusan yang masih sama. Ya, walau nama jurusan S2-ku adalah Instrumentasi dan Kontrol, bukan lagi Teknik Fisika. Tapi ya intinya sama saja, aku melanjutkan bidang S1-ku. Pendaftaran dan seleksi aku lakukan di batas-batas akhir, bahkan beberapa persyaratan harus menyusul karena belum selesai sebelum batas-batas pendaftaran. Tapi lagi-lagi, kuminta Allah mengarahkan jalanku, dan kurasa Allah mengarahkan ke jalan tersebut, rasa-rasanya selalu saja dimudahkan.
Menjelang perkuliahan, ternyata kondisi psikologisku tidak mendukung. Aku lelah dan belum siap. Maka aku putuskan untuk benar-benar mengambil jeda, yang lebih panjang. Ah, benar saja, kenapa harus tergesa-gesa?
Aku pun akhirnya menunda masuk kuliah selama 1 semester.
6 bulan mengambil jeda, aku berhasil menyelesaikan kelas Bahasa Isyarat Indonesia dan menjadi pengisi seminar-seminar kerelawanan. Tidak terbayangkan sebelumnya. Namun ternyata cukup untukku bersiap kembali menjalani kehidupan. Selain mendapatkan ilmu dan teman-teman baru tentu saja.
Awal 2020 akhirnya aku benar-benar berstatus kembali sebagai mahasiswa (dan asisten riset, dan asisten dosen, dan asisten dekan 😂). Menjalani kembali perkuliahan setelah 4 tahun lulus tentu bukan hal yang mudah. Beradaptasi kembali dengan simbol-simbol, istilah-istilah matematis dan fisika, textbook dan jurnal, tugas-tugas, penelitian, tesis, nemeriksa tugas dan ujian mahasiswa S1, administrasi fakultas, dan ya....segala hal yang berkaitan dengan kampus.
Baru 3 bulan kuliah, ternyata pandemi melanda. Segala perkuliahan dan pekerjaan berganti dari offline menjadi online. Beradaptasi kembali. Ya, sebenar-benarnya cara survival manusia itu dengan beradaptasi kan? Dan aku yakin, Allah sudah menciptakan manusia dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa.
Menjalani kuliah dan "kerja" dari rumah tentu membuatku banyak bergemul dengan diri sendiri. Kelelahan di awal-awal WFH karena aku yang ekstrovert membutuhkan energi dari orang-orang sekitar, ternyata hal tersebut tidak bisa terpenuhi. Tapi ya, ya sudah, lagi-lagi hanya bisa meminta Allah untuk dikuatkan.
Ternyata lama-lama aku menikmati perkuliahan dari rumah (walaupun jika memikirkan struggle mengerjakan Tesis karena pandemi ini...ya...tidak usah dipikirkan saja boleh tidak? 😂). Prestasi akademisku sejauh ini baik. Penelitian sedikit tersendat, tapi akan kuusahakan lebih keras. Pekerjaan masih aman,sudah mulai terbiasa dengan polanya. Alhamdulillah. Aku akan terus belajar, dan menerima.
2021, banyak kehilangan orang-orang terdekat, juga guru-guru. Di tahun ini, ada tanggung jawab-tanggung jawab yang harus kuselesaikan. Tidak banyak berharap, yang paling utama, seperti harapan kebanyakan orang lainnya, ingin terus diberi kesehatan dan kelapangan hati. Berharap bisa menjalani kehidupan dengan kuat dan tetap bermakna.
Oh ya, awal 2021 aku telah berhasil menerbitkan buku Fisika untuk anak-anak, bersama tim dosenku, sebagai program pengabdian masyarakat dari ITB. Pencapaian yang baik di awal tahun. Cukup menambah semangat untuk aku menjalani hari-hari ke depan 🙂
Ternyata banyak juga yang sudah kualami 3-4 tahun ke belakang. Mari apresiasi diri yang sudah melangkah sejauh ini. Terima kasih, ya. Yuk, lanjutkan lagi.
10 notes · View notes
masitohmasi · 6 years
Photo
Tumblr media
[PUJIAN DAN CELAAN] 83% dari pujian adalah ujian. Kata siapa? Lihat saja katanya. 5 dari 6 hurufnya menyatakan itu, kan? Tentu itu bukanlah data hasil penelitian, hanya candaan. Kita, manusia, senang sekali dipuji atas yang tak dimiliki, dan marah jika dicela atas aib yang nyata. Itulah yang seharusnya kita buang, walau nyatanya sulit memang. Imam Syafi'i pernah berpesan, "Jika ada yang memujimu atas apa yang tiada padamu saat senangnya, jangan terkejut jika ia mencelamu atas yang tiada padamu saat marahnya." Maka, memanglah benar. Pujian adalah ujian. Entah, apakah kita lulus atas ujian ini, yang justru jawabannya sudah kita hafal sedari kecil, "Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam." Kalimat yang tak pernah tertinggal dalam setiap shalat kita. Sayangnya, ini bukan ujian hafalan. Melainkan pemahaman. Ah, kita sering lupa, celaan yang memperbaiki, walau terasa lebih pahit, lebih baik dari pujian yang membuat diri merasa besar. Tambahkan saja gula-gula kebaikan. Tapi lantas, bukan berarti mencela lebih baik daripada memuji. Bagaimanapun, cara memuji yang paling baik adalah dengan mendo'akan. Sedangkan cara mencela yang paling indah adalah dengan menunjukan kebajikan. Nah, tinggal kita pilih saja sesuai keadaannya. (at Cisaranten Kulon, Arcamanik, Bandung)
1 note · View note
masitohmasi · 6 years
Photo
Tumblr media
Kalian tau apa yang membuat sebuah pekerjaan, walau ia terus dilakukan, tapi tak pernah membosankan? Ketika melakukannya dengan penuh cinta Mungkin itu juga alasan Mengapa perjalanan ini begitu menyenangkan Karena pada kalian Aku tau rasanya jatuh cinta, berkali-kali Karena-Nya (at Puncak Sikunir Dieng)
0 notes
masitohmasi · 6 years
Photo
Tumblr media
Apa istimewanya? Lalu kujawab Semenjana saja Dirimu memang tak seperti kersik daun kering saat terhembus angin Yang menenangkan Pun petrikor yang dirindukan saat kemarau Tapi cukup untuk menghapus campah Pada lakuna hati yang tidak kekal Atau untuk dikagumi Di saat senja
1 note · View note
masitohmasi · 6 years
Photo
Tumblr media
Suatu hari Rasulullah pergi ke Thaif untuk menda'wahi suku Tsaqif. Namun kala itu, Beliau menerima penolakan dari suku tersebut. Maka pergilah Rasulullah dan berlindung di kebun milik Utbah bin Rabi'ah dan Syaibah bin Rabi'ah. Rasulullah duduk di bawah kebun kurma, sedangkan kedua pemilik kebun tersebut tergerak untuk menolong. Maka keduanya menyuruh pembantunya, Adas, untuk mengambil setangkai anggur dan memberikannya pada Rasul. ` "Silakan dimakan", ucap Adas. Rasul pun mengambilnya lantas berkata, "Bismillahirrahmaanirrahiim". ` Mendengar bacaan itu Adas terperanjat, dan berkata, "Demi Allah, ucapan ini bukanlah ucapan penduduk bumi ini." ` Rasulullah bertanya, "Wahai Adas, kamu berasal dari mana dan apa agamamu?" "Saya beragama Nasrani, dan saya berasal dari Ninawai", jawab Adas. Rasulullah bertanya, "Apakah dari negerinya Yunus bin Matta? Hamba Allah yang shalih itu?" Adas kembali terperanjat dan berkata, "Apa yang Anda ketahui tentang Yunus bin Matta?" Kemudian Rasul menjawab, "Dia adalah nabi dan saya juga seorang nabi." ` Mendengar jawaban itu, Adas langsung menciumi kepala, kedua tangan, dan kaki Rasulullah. Hingga kedua majikannya terheran dan memarahinya. Namun Adas berkata, "Tuanku, tidak ada yang lebih baik dari ini. Dia telah memberi tahu kepadaku perkara yang hanya diketahui oleh seorang nabi." Dan Adas pun berislam. ` ` Satu hal yang dapat kita ambil dari kisah tersebut, bahwa Rasulullah dengan bijak menempatkan pembicaraan pada posisi lawan bicaranya. Hal tersebut yang membuat Adas merasa dihargai dan tersentuh sehingga Ia kemudian masuk Islam. ` ` Kita sering lupa, bahwa da'wah bukan sekedar mentransfer ilmu dari otak ke otak, melainkan memindahkan cahaya dari hati ke hati. Namun kita sering lupa pula untuk menyentuh hati-hati mereka, dengan tidak menempatkan diri kita pada posisi mereka yang sedang kita ajak. Seringkali karena kita merasa lebih tinggi, lebih benar. Padahal Allah begitu membenci kesombongan. Maka saatnya menukar palu dengan sarung tangan beludru. Karena da'wah adalah merangkul, bukan memukul. ` ` Terinspirasi dari kisah yang diceritakan @sahlanramadhan. Jazakallah khair. (at Wisata Kuda Paku Haji, Cimahi)
1 note · View note
masitohmasi · 6 years
Photo
Tumblr media
Pada malam itu aku menatapnya dengan bahagia Ah Allah, terima kasih. Ucapku dalam hati Setelah segala kelelahan ini Kau tunjukan keindahannya Yang lagi-lagi membuat aku terpukau Maka sepanjang malam itu senyum tersimpul di wajahku Dengan sedikit harap Walau esok aku tak bisa memandangnya seperti ini lagi Semoga nanti masih ada kesempatan Untuk kembali merasa bahagia Dengan menatapnya Setiap saat (at Wisata Kuda Paku Haji, Cimahi)
3 notes · View notes
masitohmasi · 6 years
Photo
Tumblr media
Yasudah, memang begitu adanya. Pesonamu memang begitu kuat, langit. Dan aku Tidak bisa menghindarinya. (at Wisata Alam Pakuhaji)
1 note · View note
masitohmasi · 6 years
Text
Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku
Umar bin Khattab
2 notes · View notes
masitohmasi · 6 years
Photo
Tumblr media
"So endure patiently with a beautiful patience." [Al Ma'arij : 5]
2 notes · View notes
masitohmasi · 7 years
Photo
Tumblr media
Pernah suatu hari Plato bertanya pada gurunya, Socrates, tentang makna cinta. Kemudian Socrates meminta Plato untuk pergi ke ladang dan memetik setangkai gandum yang paling baik dan besar, dengan syarat Plato hanya boleh berjalan searah. Ia tidak boleh kembali kepada gandum yang telah dilewatinya. Plato melakukannya namun kembali dengan tangan kosong. Socrates : Kenapa engkau kembali dengan tangan kosong? Plato : Aku melihat beberapa tangkai gandum yang besar. Namun aku berpikir mungkin akan ada yang lebih baik dan besar, sehingga aku melewatkannya. Namun ternyata aku tak menemukan yang lebih baik dari yang aku temui di awal, akhirnya aku tak membawa satu pun. Socrates : Itulah cinta. ` Saat kita mencari yang terbaik, justru tidak akan pernah kita dapatkan. Karena seringnya kita terus saja berjalan mencari cinta, namun selalu saja menghendaki yang lebih. Selalu saja begitu. Membandingkan, merasa tidak puas, kemudian gelisah. Yang diperoleh justru hanya kehampaan. Kecuali jika cinta tersebut dilabuhkan pada Sang Pemilik Cinta. Maka akan ada pelabuhan kokoh tempat bersandar. Akan ada jawaban. Pasti. ` Sebagian dikutip dari buku "Wonderful Journeys For a Marriage" - Cahyadi Takariawan
4 notes · View notes
masitohmasi · 7 years
Text
Sejauh ini rasa cinta saya terhadap Tumblr tetap sama seperti beberapa tahun silam. Sama ketika saya hampir setiap saat berusaha mempost apa saja. Sama pula seperti ketika ada isu Tumblr akan ditutup. Sekalipun saya sudah jarang menuangkan kata-kata disini. Setiap kali kembali kesini, saya selalu teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu. Tentang kehidupan masa lalu dimana saya sering bertanya-tanya dengan kehidupan masa depan saya akan seperti apa. Tentang mimpi-mimpi yang entah sekarang lebih banyak terwujud atau tergantikan (saya tak ingin menyebutnya tidak tercapai). Tentang curahan hati, perjalanan hikmah, atau sekadar fiksi untuk berlatih memperbaiki diksi. Tentang hidup. Saya takjub betapa Tumblr merekam (dan menyimpan) paling banyak perjalanan hidup saya, bahkan melebihi gambar-gambar kamera. Membuka arsip satu persatu memperlihatkan perubahan diri saya. Ada kalanya terasa benar, ada pula ketika salah yang seolah dibenar-benarkan. Dari yang tegar sampai pura-pura tegar. Dari yang bijak, sampai sok bijak. Dari yang penting sampai yang tidak penting. Manusia berubah. Kehidupan terjadi. Dan perubahan abadi. Ada kalanya di atas, ada kalanya di bawah. Ada kalanya taat, ada kalanya lalai. Ada kalanya berbuat baik, ada kalanya...eh yang ini harusnya selalu berbuat baik. (Lagi-lagi) semoga saya bisa membuktikan kembali kecintaan kepada Tumblr ya.
3 notes · View notes
masitohmasi · 7 years
Photo
Tumblr media
Ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Musa. Ia meminta Nabi Musa berdo'a untuknya agar segera dikaruniai keturunan. Maka Nabi Musa memintakan kepada Allah agar wanita tersebut diberikan keturunan. Akan tetapi Allah menjawab, bahwa wanita tersebut ditakdirkan sebagai wanita yang mandul, tidak akan memiliki keturunan dari rahimnya. Wanita tersebut datang kembali kepada Nabi Musa dengan permintaan yang sama. Nabi Musa menjelaskan bahwa ia ditakdirkan Allah tidak memiliki keturunan. Namun wanita tersebut menjawab "mintakanlah sekali lagi". Sang wanita tidak hanya berdiam diri. Ia terus mengisi harinya dengan do'a. "Ya Rahiim, karuniakanlah kepadaku keturunan" "Ya Rahiim..." Dan begitu setiap harinya. Suatu saat Nabi Musa mendapati bahwa wanita tersebut memiliki anak. Beliau kemudian bertanya kepada Allah, "Ya Rabb, bukankah telah Engkau takdirkan ia tidak memiliki keturunan?" Dan Allah menjawab, "Ia terus berdo'a kepada-Ku dan memanggil-Ku 'Ya Rahiim'. Sesungguhnya rahmat-Ku lebih besar daripada takdir" ------ Masyaa Allah. Di langit, hanya do'a yang mampu berperang melawan takdir. Hanya do'a yang mampu mengubah takdir. Maka segala harapan selalu mungkin terwujud, sekalipun ia tidak ditakdirkan untuk kita. Masalahnya, seberapa kuat kita memanjatkan do'a dan memperkuat "pasukan-pasukan" do'a kita untuk berperang di langit. Seberapa banyak do'a-do'a kita yang mampu menembus langit. Atau jangan-jangan do'a-do'a kita mencapai langit pun tidak pernah, karena lapisan dosa yang terlalu tebal. Jangan-jangan do'a-do'a kita terlalu lemah, dikalahkan oleh maksiat yang lebih banyak kita lakukan. Jangan-jangan kita enggan untuk berdo'a, dan lebih banyak menuntut. Jika begitu, kita tak pantas kecewa saat apa yang kita ingin tak pernah terwujud. Sesungguhnya, do'a adalah kekuatan terbesar yang kita miliki. Saat lisan tak mampu lagi mengingatkan, saat tangan-kaki tak mampu lagi berbuat, balaslah dengan do'a-do'a terbaik kita. Juga saat rindu tak mampu tersampaikan, utarakanlah melalui do'a-do'a terindah kita.
5 notes · View notes