Tumgik
madupuspol · 4 years
Text
"Sejatinya, kita lebih dari itu"
Pernah tidak, ketika ada teman yang bersedih lantas ikut menangis. Ketika orang-orang terdekat terluka lantas merasakan juga sakitnya seolah-olah luka itu ada pada kita. Atau saat mereka mendapatkan kebahagiaan, kita merasakan suka cita yang sama padahal tidak ikut serta.
Hah, apaan? Kan yang sakit dia kok kita yang nangis sih? Yang terluka dia kenapa harus kita yang merasa sakit? Kalau dia bahagia, ya kita sewajarnya saja. Bukannya begitu?
Hmm gini, coba deh kita samakan analogi diatas dengan kondisi saudara-saudari kita di Palestina, Suriah dll. Bagaimana seharusnya kita mengambil sikap atas apa yang menimpa mereka ?
Tidakkah terasa perih melihat tangisan anak-anak kecil yang dipisahkan dari Ibu Bapaknya. Bayangkan betapa sakitnya hati seorang ayah melihat istri dan anak perempuannya yang diinjak-injak harga dirinya padahal mereka seharusnya sangat dimuliakan, tidakkah kita ikut merasakannya.
Iya, mereka yang kita sebut sebagai saudara itu sedang sekarat, kesakitan dan terluka, tidakkah sampai suara rintihan dan jeritan itu? Atau kita yang menutup telinga tak mau mendengar? Begitu kerasnya kah hati kita hingga tidak ikut merasakan penderitaan mereka, bahkan setetes air mata pun tidak pernah terjatuh menyesali diri ini yang tak bisa berbuat apa-apa untuk mereka.
Kita seringkali terlewat akan suatu hal :
Orang-orang yang beriman itu ibarat satu tubuh. Jika satu bagian sakit, yang lain ikut merasakan sakit:
"Rasulullah saw. bersabda: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti satu tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. (Shahih Muslim No.4685)"
Benar, bukan hanya berhenti di status kita ini saudara seaqidah, saudara sesama muslim. Sejatinya kita lebih dari itu. Umat islam di manapun ia berada adalah satu tubuh, dimana saat kaki terluka, ada mata yang menangis sebagai tanda rasa sakitnya, ada tangan yang akan mengambil peran dan mengobati luka itu.
Sudah seharusnya kita — Ummat Islam itu saling bersatu dan saling menguatkan satu sama lain.
"Rasulullah saw. bersabda: Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain. (Shahih Muslim No.4684)"
0 notes
madupuspol · 4 years
Text
Bagian yang (meng)hilang
Semalam terdengar kembali
Suara yang sudah tak asing lagi
Mungkin tidak lagi mengejutkan bagi kami
Namun tetap saja begini
Seberapa pun mencoba menguatkan hati
Tetap ada dan akan selalu ketakutan itu mengelilingi
Seakan tak sudi jika kami merasa damai walau sehari
Jangan tanya dimana air mata kami
Kami bahkan tak memiliki mata yang bersedia menangisi semua ini
Tangan tangan yang harusnya siap mengusap pun pergi
Banyak bagian yang hilang disini
Entah mereka terlupa atau tak sanggup lagi
Sebab memang siapa yang sudi menetap jika hanya perih yang menghampiri
Teruntuk bagian yang (meng)hilang
Dimana kah keberadaanmu kini
Tidakkah terdengar tangisan kami
Lirih menanti bersatu menyudahi semua rasa sakit ini
0 notes
madupuspol · 4 years
Text
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
1 note · View note